Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SEJARAH MUHAMMADIYAH

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Kemuhammadiyahan

Dosen pengampu : Drs. Dan Susilo, M.M

DISUSUN OLEH :

NAMA : ADE IRMA RISMALA

KELAS : PMTK 3

NIM : 203223009
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH KUNINGAN

Jl. Murtasiah Supomo No. 28 Kuningan 45511

TAHUN AKADEMIK 2020/2021

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT , berkat rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Sejarah yamuhammadiyah".
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kemuhammadiyahan
pada program S1 PMTK STKIP Muhammadiyah Kuningan Tahun Akademik 2020/2021.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan dan pengetahuan
tentang nilai-nilai pancasila sebagai ilmu pengetahuan yang dapat diterapkan dalam
kehidupan kita sehari-hari.

Penulis menyadari makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan baik isi maupun
bentuk penulisannya, karena keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini.

Kuningan, Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 1

C. Tujuan ............................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................. 2

A. Sejarah terbentuknya Muhammadiyah ..................................................... 2

B. Faktor Objektif .............................................................................................. 2

C. Faktor Subjektif............................................................................................. 4

D. Profil KH.Ahmad Dahlan dan Pemikirannya .......................................... 4

BAB III PENUTUPAN ................................................................................................ 8

A. Kesimpulan .................................................................................................... 8

B. Daftar Pustaka ............................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Muhammad Darwis atau lebih dikenal dengan K.H. Ahmad Dahlan merupakan
pendiri Muhammadiyah pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 H, bertepatan pada tanggal
18 November 1912, di kampung Kauman Yogyakarta.Pada tahun itu,K.H. Ahmad
Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah untuk melakukan cita-cita dalam
pembaharuan Islam di Indonesia. K.H.Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu
pembaharuan dalam cara berpikir dan beramalmenurut tuntunan agama Islam.la
ingin mengajak umat Islam di Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntunan Al-
Qur’an dan Al-Hadits.
Sejak pertama didirikan, telah ditegaskan bahwa Muhammadiyah bukan
organisasiyang bergerak dibidang politik, namun bersifat sosial dan bergerak di
bidang pendidikan. Hasil pemikiran K.H.Ahmad Dahlan yangdilakukan secara
mendalam dansungguh-sungguh tersebut, kemudian melahirkan berbagai gerakan
pembaharuan yang merupakan operasionalisasi dan pelaksanaan darihasil
pemahaman dan pemikirannyaterhadap ajaran Islam. Di Indonesia lahir beberapa
organisasi atau gerakan islam, diantaranya adalah Muhammadiyah yang lebih dari
30 tahun sebelum merdeka,dan organisasi lainnya yang bergerak di bidang
politik,social dan pendidikan.
Muhammadiayah adalah organisasi yang berdiri bersamaan dengan kebangkitan
masyarakat Islam Indonesia pada dekade pertama yang sampai hari ini bertahandan
membesar yang sulit dicari persepadanannya. Jika dilihat dari amal usaha dan
gerakan Muhammadiyah dibidang sosial kemasyarakatan,khususnya di bidang
pendidikan dan dan kesehatan, maka Muhammadiyah merupakan organisasi sosial
keagamaan yang terbesar di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana asal usul sejarah Muhammadiyah?
2) Siapa Pendiri Muhammadiyah?
3) Apa saja Faktor Objektif dan Subjektif berdirinya Muhammadiyah?

C. Tujuan
Tujuan penyusun makalah ini untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Kemuhammadiyahan oleh Dosen pembimbing mata kuliah Kemuhammadiyahan
dengan tema “Sejarah Berdirinya Muhammadiyah”. Disamping itu juga penulis
ingin mengetahui tentang bagaimana muhammadiyah didirikan dan apa yang
menjadi faktor yang melatarbelakangi berdirinya Muhammadiyah.

BAB II

1
PEMBAHASAN

A. Sekilas Sejarah Muhammadiyah


Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8
Dzulhijjah 1330 H/18 Nopember 1912 oleh seorang yang bernama Muhammad
Darwis, kemudian dikenal dengan KHA Dahlan. Beliau adalah pegawai kesultanan
Kraton Yogyakarta sebagai seorang Khatib dan sebagai pedagang. Melihat keadaan
ummat Islam pada waktu itu dalam keadaan jumud, beku dan penuh dengan amalan-
amalan yang bersifat mistik, beliau tergerak hatinya untuk mengajak mereka kembali
kepada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan Qur`an dan Hadist. Oleh karena itu
beliau memberikan pengertian keagamaan dirumahnya ditengah kesibukannya sebagai
Khatib dan para pedagang.
Mula-mula ajaran ini ditolak, namun berkat ketekunan dan kesabarannya,
akhirnya mendapat sambutan dari keluarga dan teman dekatnya. Profesinya sebagai
pedagang sangat mendukung ajakan beliau, sehingga dalam waktu singkat ajakannya
menyebar ke luar kampung Kauman bahkan sampai ke luar daerah dan ke luar pulau
Jawa. Untuk mengorganisir kegiatan tersebut maka didirikan Persyarikatan
Muhammadiyah. Dan kini Muhammadiyah telah ada diseluruh pelosok tanah air.
Disamping memberikan pelajaran/pengetahuannya kepada laki-laki, beliau juga
memberi pelajaran kepada kaum Ibu muda dalam forum pengajian yang disebut
"Sidratul Muntaha". Pada siang hari pelajaran untuk anak-anak laki-laki dan
perempuan. Pada malam hari untuk anak-anak yang telah dewasa.
KH A Dahlan memimpin Muhammadiyah dari tahun 1912 hingga tahun 1922
dimana saat itu masih menggunakan sistem permusyawaratan rapat tahunan. Pada
rapat tahun ke 11, Pemimpin Muhammadiyah dipegang oleh KH Ibrahim yang
kemudian memegang Muhammadiyah hingga tahun 1934.Rapat Tahunan itu sendiri
kemudian berubah menjadi Konggres Tahunan pada tahun 1926 yang di kemudian
hari berubah menjadi Muktamar tiga tahunan dan seperti saat ini Menjadi Muktamar 5
tahunan.

B. Faktor Objektif
Kondisi Sosial Dan Keagamaan Bangsa Indonesia Pada Zaman Kolonial
a. Kristenisasi
Faktor objektif yang bersifat eksternal yang paling banyak mempengaruhi
kelahiran Muhammadiyah adalah kristenisasi, yakni kegiatan-kegiatan yang
terprogram dan sistematis untuk mengubah agama penduduk asli, baik yang muslim
maupun bukan, menjadi kristen. Kristenisasi ini mendapatkan peluang bahkan
didukung sepenuhnya oleh pemerintah Kolonialisme Belanda. Missi Kristen, baik
Katolik maupun Protestan di Indonesia, memiliki dasar hukum yang kuat dalam
Konstitusi Belanda. Bahkan kegiatan-kegiatan kristenisasi ini didukung dan dibantu
oleh dana-dana negara Belanda. Efektifitas penyebaran agama Kristen inilah yang
terutama mengguggah KH. Ahmad Dahlan untuk membentengi ummat Islam dari
pemurtadan.
b. Kolonialisme Belanda

2
Penjajahan Belanda telah membawa pengaruh yang sangat buruk bagi
perkembangan Islam di wilayah nusantara ini, baik secara sosial, politik, ekonomi
maupun kebudayaan. Ditambah dengan praktek politik Islam Pemerintah Hindia
Belanda yang secara sadar dan terencana ingin menjinakkan kekuatan Islam, semakin
menyadarkan umat Islam untuk melakukan perlawanan. Menyikapi hal ini, KH.
Ahmad Dahlan dengan mendirikan Muhammadiyah berupaya melakukan perlawanan
terhadap kekuatan penjajahan melalui pendekatan kultural, terutama upaya
meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui jalur pendidikan.
Faktor objektif yang kedua secara ekternal, yaitu disebabkan politik
kolonialisme dan imperialisme Belanda yang menimbulkan perpecahan di kalangan
bangsa Indonesia.
1) Periode Pertama (periode sebelum Snouck Hurgronje)
a. Belanda berprinsip agar penduduk Indonesia yang beragama Islam tidak
memberontak.
b. Menerapkan dua strategi yaitu membuat kebijakan-kebijakan yang sifatnya
membendung dan melakukan kristenisasi bagi penduduk Indonesia.
c. Dalam pelarangan pengalaman ajaran islam, Belanda membatasi masalah
ibadah haji dengan berbagai aturan tetapi pelarangan ini justru kontraproduktif
bagi Belanda karena menjadi sumber pemicu perlawanan terhadap Belanda
sebagai penjajah karena menghalangi kesempurnaan islam seseorang.
2) Periode Kedua (periode setelah Snouck Hurgronje menjadi penasihat Belanda
untuk urusan pribumi di Indonesia)
a. Dalam hal ini,tidak semua kegiatan pengamalan Islam dihalangi bahkan dalam
hal tertentu didukung. Kebijakan didasarkan atas pengalaman Snouck
berkunjung ke Makkah dengan menyamar sebagai seorang muslim bernama
Abdul Ghaffar.
b. Kebijakan Snouck didasarkan tiga prinsip utama,yaitu: Pertama rakyat
indonesia dibebaskan dalam menjalankan semua masalah ritual keagamaan
seperti ibadah, Kedua pemerintah berupaya mempertahankan dan menghormati
keberadaan lembaga-lembaga sosial atau aspek mu’amalah dalam islam, Ketiga
pemerintah tidak menoleransi kegiatan apapun yang dilakukan kaum muslimin
yang dapat menyebarkan seruan-seruan Pan-Islamisme atau menyebabkan
perlawanan politik atau bersenjata menentang pemerintah kolonial Belanda.

C. Faktor Subjektif
Keprihatinan Dan Keterpanggilan KH. Ahmad Dahlan Terhadap Umat Dan
Bangsa
Faktor Subyektif yang sangat kuat, bahkan dikatakan sbagai faktor utama dan
faktor penentu yang mendorong berdirinya Muhammadiyah adalah hasil pendalaman
KHA. Dahlan terhadap Al Qur'an dalam menelaah, membahas dan meneliti dan
mengkaji kandungan isinya. Sikap KHA. Dahlan seperti ini sesungguhnya dalam
rangka melaksanakan firman Allah sebagaimana yang tersimpul dalam dalam surat
An-Nisa ayat 82 dan surat MUhammad ayat 24 yaitu melakukan taddabur atau
memperhatikan dan mencermati dengan penuh ketelitian terhadap apa yang tersirat

3
dalam ayat. Sikap seperti ini pulalah yang dilakukan KHA. Dahlan ketika menatap
surat Ali Imran ayat 104 : "Dan hendaklah ada diantara kamu sekalian segolongan
umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah
yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung".
Memahami seruan diatas, KHA. Dahlan tergerak hatinya untuk membangan
sebuah perkumpulan, organisasi atau persyarikatan yang teratur dan rapi yang
tugasnya berkhidmad pada melaksanakan misi dakwah Islam amar Makruf Nahi
Munkar di tengah masyarakat kita.

D. Profil KH. A. Dahlan Dan Pemikirannya


Kyai Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis (lahir di Yogyakarta, 1
Agustus 1868 – meninggal di Yogyakarta, 23 Februari1923 pada umur 54 tahun)
adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Ia adalah putera keempat dari tujuh
bersaudara dari keluarga K.H. Abu Bakar. KH Abu Bakar adalah seorang ulama dan
khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu, dan ibu dari
K.H. Ahmad Dahlan adalah puteri dari H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu
Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat pada masa itu.
Latar Belakang Keluarga dan Pendidikan
Nama kecil KH. Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwisy. Ia merupakan
anak keempat dari tujuh orang bersaudara yang keseluruhan saudaranya perempuan,
kecuali adik bungsunya. Ia termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana Malik
Ibrahim, salah seorang yang terkemuka di antara Walisongo, yaitu pelopor penyebaran
agama Islam di Jawa. Silsilahnya tersebut ialahMaulana Malik Ibrahim, Maulana
Ishaq, Maulana 'Ainul Yaqin, Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen),
Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig (Djatinom), Demang Djurung Djuru Sapisan,
Demang Djurung Djuru Kapindo, Kyai Ilyas, Kyai Murtadla, KH. Muhammad
Sulaiman, KH. Abu Bakar, dan Muhammad Darwisy (Ahmad Dahlan).
Pada umur 15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun. Pada
periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran
pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan
Ibnu Taimiyah. Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, ia berganti nama
menjadi Ahmad Dahlan.
Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua tahun.
Pada masa ini, ia sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari
pendiri NU, KH. Hasyim Asyari. Pada tahun 1912, ia mendirikan Muhammadiyah di
kampungKauman, Yogyakarta.
Sepulang dari Mekkah, ia menikah dengan Siti Walidah, sepupunya sendiri, anak
Kyai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang
Pahlawanan Nasional dan pendiri Aisyiyah. Dari perkawinannya dengan Siti Walidah,
KH. Ahmad Dahlan mendapat enam orang anak yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti
Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah. Disamping itu KH. Ahmad Dahlan
pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda H. Abdullah. la juga pernah menikahi Nyai
Rum, adik Kyai Munawwir Krapyak. KH. Ahmad Dahlan juga mempunyai putera dari
perkawinannya dengan Nyai Aisyah (adik Adjengan Penghulu) Cianjur yang bernama

4
Dandanah. Ia pernah pula menikah dengan Nyai Yasin Pakualaman Yogyakarta. KH.
Ahmad Dahlan dimakamkan di KarangKajen, Yogyakarta.

 Pengalaman Organisasi
Disamping aktif dalam menggulirkan gagasannya tentang gerakan dakwah
Muhammadiyah, ia juga dikenal sebagai seorang wirausahawan yang cukup berhasil
dengan berdagang batik yang saat itu merupakan profesi wiraswasta yang cukup
menggejala di masyarakat.
Sebagai seorang yang aktif dalam kegiatan bermasyarakat dan mempunyai
gagasan-gagasan cemerlang, Dahlan juga dengan mudah diterima dan dihormati di
tengah kalangan masyarakat, sehingga ia juga dengan cepat mendapatkan tempat di
organisasi Jam'iyatul Khair, Budi Utomo, Syarikat Islam dan Comite Pembela Kanjeng
Nabi Muhammad SAW.
Pada tahun 1912, Ahmad Dahlan pun mendirikan organisasi Muhammadiyah
untuk melaksanakan cita-cita pembaruan Islam di bumi Nusantara. Ahmad Dahlan
ingin mengadakan suatu pembaruan dalam cara berpikir dan beramal menurut tuntunan
agama Islam. la ingin mengajak umat Islam Indonesia untuk kembali hidup menurut
tuntunan al-Qur'an dan al-Hadits. Perkumpulan ini berdiri bertepatan pada tanggal 18
November 1912. Dan sejak awal Dahlan telah menetapkan bahwa Muhammadiyah
bukan organisasi politik tetapi bersifat sosial dan bergerak di bidang pendidikan.
Gagasan pendirian Muhammadiyah oleh Ahmad Dahlan ini juga mendapatkan
resistensi, baik dari keluarga maupun dari masyarakat sekitarnya. Berbagai fitnahan,
tuduhan dan hasutan datang bertubi-tubi kepadanya. la dituduh hendak mendirikan
agama baru yang menyalahi agama Islam. Ada yang menuduhnya kyai palsu, karena
sudah meniru-niru bangsa Belanda yang Kristen, mengajar di sekolah Belanda, serta
bergaul dengan tokoh-tokoh Budi Utomo yang kebanyakan dari golongan priyayi, dan
bermacam-macam tuduhan lain. Saat itu Ahmad Dahlan sempat mengajar agama Islam
di sekolah OSVIA Magelang, yang merupakan sekolah khusus Belanda untuk anak-
anak priyayi. Bahkan ada pula orang yang hendak membunuhnya. Namun ia berteguh
hati untuk melanjutkan cita-cita dan perjuangan pembaruan Islam di tanah air bisa
mengatasi semua rintangan tersebut.
Pada tanggal 20 Desember 1912, Ahmad Dahlan mengajukan permohonan
kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk mendapatkan badan hukum. Permohonan itu
baru dikabulkan pada tahun 1914, dengan Surat Ketetapan Pemerintah No. 81 tanggal
22 Agustus 1914. Izin itu hanya berlaku untuk daerah Yogyakarta dan organisasi ini
hanya boleh bergerak di daerah Yogyakarta. Dari Pemerintah Hindia Belanda timbul
kekhawatiran akan perkembangan organisasi ini. Maka dari itu kegiatannya dibatasi.
Walaupun Muhammadiyah dibatasi, tetapi di daerah lain seperti Srandakan, Wonosari,
Imogiri dan lain-Iain telah berdiri cabang Muhammadiyah. Hal ini jelas bertentangan
dengan keinginan pemerintah Hindia Belanda. Untuk mengatasinya, maka KH. Ahmad
Dahlan menyiasatinya dengan menganjurkan agar cabang Muhammadiyah di luar
Yogyakarta memakai nama lain. Misalnya Nurul Islam di Pekalongan, Al-Munir di
Ujung Pandang, Ahmadiyah di Garut. Sedangkan di Solo berdiri perkumpulan Sidiq
Amanah Tabligh Fathonah (SATF) yang mendapat pimpinan dari cabang
Muhammadiyah. Bahkan dalam kota Yogyakarta sendiri ia menganjurkan adanya

5
jama'ah dan perkumpulan untuk mengadakan pengajian dan menjalankan kepentingan
Islam.
Berbagai perkumpulan dan jama'ah ini mendapat bimbingan dari Muhammadiyah,
diantaranya ialah Ikhwanul-Muslimin, Taqwimuddin, Cahaya Muda, Hambudi-Suci,
Khayatul Qulub, Priya Utama, Dewan Islam, Thaharatul Qulub, Thaharatul-Aba,
Ta'awanu alal birri, Ta'ruf bima kanu wal- Fajri, Wal-Ashri, Jamiyatul Muslimin,
Syahratul Mubtadi.
Dahlan juga bersahabat dan berdialog dengan tokoh agama lain seperti Pastur van
Lith pada 1914-1918. Van Lith adalah pastur pertama yang diajak dialog oleh Dahlan.
Pastur van Lith di Muntilan yang merupakan tokoh di kalangan keagamaan Katolik.
Pada saat itu Kiai Dahlan tidak ragu-ragu masuk gereja dengan pakaian hajinya.
Gagasan pembaharuan Muhammadiyah disebarluaskan oleh Ahmad Dahlan
dengan mengadakan tabligh ke berbagai kota, disamping juga melalui relasi-relasi
dagang yang dimilikinya. Gagasan ini ternyata mendapatkan sambutan yang besar dari
masyarakat di berbagai kota di Indonesia. Ulama-ulama dari berbagai daerah lain
berdatangan kepadanya untuk menyatakan dukungan terhadap Muhammadiyah.
Muhammadiyah makin lama makin berkembang hampir di seluruh Indonesia. Oleh
karena itu, pada tanggal7 Mei 1921 Dahlan mengajukan permohonan kepada
pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan cabang-cabang Muhammadiyah di
seluruh Indonesia. Permohonan ini dikabulkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada
tanggal 2 September 1921.
Sebagai seorang yang demokratis dalam melaksanakan aktivitas gerakan dakwah
Muhammadiyah, Dahlan juga memfasilitasi para anggota Muhammadiyah untuk proses
evaluasi kerja dan pemilihan pemimpin dalam Muhammadiyah. Selama hidupnya dalam
aktivitas gerakan dakwah Muhammadiyah, telah diselenggarakan dua belas kali
pertemuan anggota (sekali dalam setahun), yang saat itu dipakai istilah AIgemeene
Vergadering (persidangan umum).

 Pahlawan Nasional
Atas jasa-jasa KH. Ahmad Dahlan dalam membangkitkan kesadaran bangsa
Indonesia melalui pembaharuan Islam dan pendidikan, maka Pemerintah Republik
Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional dengan surat Keputusan
Presiden no. 657 tahun 1961. Dasar-dasar penetapan itu ialah sebagai berikut:
1. KH. Ahmad Dahlan telah mempelopori kebangkitan ummat Islam untuk menyadari
nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan berbuat;
2. Dengan organisasi Muhammadiyah yang didirikannya, telah banyak memberikan
ajaran Islam yang murni kepada bangsanya. Ajaran yang menuntut kemajuan,
kecerdasan, dan beramal bagi masyarakat dan umat, dengan dasar iman dan Islam;
3. Dengan organisasinya, Muhammadiyah telah mempelopori amal usaha sosial dan
pendidikan yang amat diperlukan bagi kebangkitan dan kemajuan bangsa, dengan
jiwa ajaran Islam; dan

6
4. Dengan organisasinya, Muhammadiyah bagian wanita (Aisyiyah) telah mempelopori
kebangkitan wanita Indonesia untuk mengecap pendidikan dan berfungsi sosial,
setingkat dengan kaum pria.

7
BAB III
PENUTUP

1.1 KESIMPULAN
Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8
Dzulhijjah 1330 H/18 Nopember 1912 oleh seorang yang bernama Muhammad
Darwis, kemudian dikenal dengan KHA Dahlan. Beliau adalah pegawai kesultanan
Kraton Yogyakarta sebagai seorang Khatib dan sebagai pedagang. Melihat keadaan
ummat Islam pada waktu itu dalam keadaan jumud, beku dan penuh dengan amalan-
amalan yang bersifat mistik, beliau tergerak hatinya untuk mengajak mereka kembali
kepada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan Qur`an dan Hadist. Oleh karena itu
beliau memberikan pengertian keagamaan dirumahnya ditengah kesibukannya sebagai
Khatib dan para pedagang.
Mula-mula ajaran ini ditolak, namun berkat ketekunan dan kesabarannya,
akhirnya mendapat sambutan dari keluarga dan teman dekatnya. Profesinya sebagai
pedagang sangat mendukung ajakan beliau, sehingga dalam waktu singkat ajakannya
menyebar ke luar kampung Kauman bahkan sampai ke luar daerah dan ke luar pulau
Jawa. Untuk mengorganisir kegiatan tersebut maka didirikan Persyarikatan
Muhammadiyah. Dan kini Muhammadiyah telah ada diseluruh pelosok tanah air.
Disamping memberikan pelajaran/pengetahuannya kepada laki-laki, beliau juga
memberi pelajaran kepada kaum Ibu muda dalam forum pengajian yang disebut
"Sidratul Muntaha". Pada siang hari pelajaran untuk anak-anak laki-laki dan
perempuan. Pada malam hari untuk anak-anak yang telah dewasa.
KH A Dahlan memimpin Muhammadiyah dari tahun 1912 hingga tahun 1922
dimana saat itu masih menggunakan sistem permusyawaratan rapat tahunan. Pada
rapat tahun ke 11, Pemimpin Muhammadiyah dipegang oleh KH Ibrahim yang
kemudian memegang Muhammadiyah hingga tahun 1934.Rapat Tahunan itu sendiri
kemudian berubah menjadi Konggres Tahunan pada tahun 1926 yang di kemudian
hari berubah menjadi Muktamar tiga tahunan dan seperti saat ini Menjadi Muktamar 5
tahunan.

8
DAFTAR PUSTAKA

REFERENSI
http://www.muhammadiyah.or.id/content-50-det-sejarah.html (diakses tanggal 3
Nopember 2014)
http://tonijulianto.wordpress.com/2012/12/14/sejarah-berdirinya-muhammadiyah-di-
indonesia/ (diakses tanggal 07 Nopember 2014)
http://violetaindriani.blogspot.com/2013/11/makalah-kemuhammadiyahan-latar-
belakang.html (diakses tanggal 07 Nopember 2014)
http://sevtolanang.blogspot.com/2013/01/sejarah-berdirinya-muhammadiyah.html
(diakses tanggal 07 Nopember 2014)
http://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Dahlan (diakses tanggal 07 Nopember 2014)

Anda mungkin juga menyukai