Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH SEJARAH MUHAMMADIYYAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur

Mata Kuliah Kemuhammadiyahan

Dosen Pengampu Drs. San Susilo, M.M

DISUSUN OLEH :

GILLANG BINTANG GEMILANG (232223192)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKRESI


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

STIKP MUHAMMADIYAH KUNINGAN

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah Ta’ala. atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, "Sejarah Muhammadiyah” dapat saya
selesaikan dengan baik. Begitu pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT
karuniai kepada kami sehingga makalah ini dapat kami susun melalui beberapa sumber yakni
melalui kajian pustaka maupun melalui media internet.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Kemuhammadiyahan selain itu, makalah ini bertujuan
menambah wawasan.

Demikian makalah ini saya buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau pun adanya
ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, mohon maaf. Tim penulis menerima
kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya makalah yang lebih baik
pada kesempatan berikutnya.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ................................................................................. 3

B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................ 3

C. TUJUAN ................................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN

A. KONDISI SOSIAL DAN KEAGAMAAN BANGSA INDONESIA PADA

ZAMAN KOLONIAL (FAKTOR OBYEKTIF) ............................................... 5

B. KEPRIHATINAN DAN KETERPANGGILAN KH. A DAHLAN

TERHADAP UMAT DAN BANGSA (FAKTOR SUBYEKTIF)........................ 6

C. PROFIL KH. A DAHLAN........................................................................... 6

D. PEMIKIRAN-PEMIKIRAN KH. A DAHLAN TENTANG ISLAM

DAN UMATNYA ..................................................................................... 7

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN ......................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Muhammadiyah adalah salah satu oraganisasi Islam besar di Indonesia. Nama organisasi ini
diambil dari nama Nabi Muhammad Shallallaahu 'alaihi wa sallam, sehingga Muhammadiyah juga
dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad Shallallaahu 'alaihi
wa sallam. Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8 Dzulhijjah
1330 H/18 Nopember 1912 oleh seorang yang bernama Muhammad Darwis, kemudian dikenal
dengan Kiyai Haji Ahmad Dahlan. Beliau adalah pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta sebagai
seorang Khatib dan sebagai pedagang. Melihat keadaan ummat Islam pada waktu itu dalam
keadaan jumud, beku dan penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik, beliau tergerak
hatinya untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan
Qur'an dan Hadist.

Berdasarkan itu kami ingin menggali lebih dalam tentang Muhammadiyah yang satu-satunya
menjadi organisasi masa islam yang modern tanpa mengesampingkan ajaran islam itu sendiri.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja Kondisi sosial dan keagamaan bangsa Indonesia pada zaman kolonial (faktor
obyektif)?

2. Apa Keprihatinan dan keterpanggilan KH. A. DAHLAN terhadap umat dan bangsa (faktor
subyektif)?

3. Profil KH. A. DAHLAN?

4. Pemikiran-pemikiran KH. A. DAHLAN tentang islam dan umatnya?

3
C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui Apa saja Kondisi sosial dan keagamaan bangsa Indonesia pada jaman
kolonial (faktor obyektif).

2. Untuk mengetahui Apa Keprihatinan dan keterpanggilan KH. A. DAHLAN terhadap umat
dan bangsa (faktor subyektif).

3. Untuk mengetahui Profil KH. A. DAHLAN.

4. Untuk mengetahui Pemikiran-pemikiran KH. A. DAHLAN tentang islam dan umatnya.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONDISI SOSIAL DAN KEAGAMAAN BANGSA INDONESIA PADA ZAMAN KOLONIAL


(FAKTOR OBYEKTIF)

Konsep kolonialisme Hindia Belanda yang dimulai abad ke-19 disiapkan oleh Herman
Daendels (1808-1811) untuk mempertegas pengelolaan wilayah koloni yang sebelumnya hanya
merupakan mitra perdagangan Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC). Ini merupakan
tanda terbentuknya struktur masyarakat kapitalistik yang sejalan dengan zaman liberalisme
dimana investasi dikelola oleh swasta asing Eropa. Sejak tahun 1830 muncul konflik perburuhan
di berbagai tempat termasuk masyarakat pedesaan. Sebenarnya ini tidak lebih disebabkan oleh
faktor belum adanya tanda-tanda keberhasilan organisasi modern seperti serikat, partai," atau
gerakan sosial keagamaan dalam rangka memperjuangkan hak-hak rakyat.

Kolonialisme yang merundung negeri ini hingga 350 tahun. mengakibatkan geliat
intelektualisme Islam di Nusantara terhambat perkembangannya. Pusat-pusat sosial keagamaan
pendidikan Islam mengalami pergeseran wilayah dari kota ke desa-desa. Kota pada masa itu
menjadi basis pemerintahan kolonial. Namun demikian Islam Nusantara tetap bertahan dan
kokoh berdiri berkat dukungan masyarakat di desa- desa. Institusi mungil ini berkontemplasi
dalam bentuk lembaga sosial keagamaan tasawuf dan tarekat. Dalam perkembangan selanjutnya,
didirikanlah pesantren dan madrasah dalam rangka transformasi dan pengembangan ilmu-ilmu
Islam."

Ulama sebagai tokoh kunci gerakan sosial-keagamaan dan pendidikan Islam secara historis
memiliki fondasi intelektual dan sosial yang mapan dalam mempertahankan posisi penting
mereka dalam Islam di Indonesia. Pada periode kerajaan-kerajaan Islam Nusantara masa pra-
kolonialisme, ulama memainkan peranan penting sebagai hakim (gāḍī), dan Shaykh al- Islām.
Karakteristik ulama pada periode ini berperan sebagai elite agama dan menjadi bagian dari elite
yang berkuasa di kerajaan.'

5
B. KEPRIHATINAN DAN KETERPANGGILAN KH. A DAHLAN TERHADAP UMAT DAN BANGSA
(FAKTOR SUBYEKTIF)

Faktor subjektif berdirinya Muhammadiyah berupa kerisauan K.H A. Dahlan

Dahlan terhadap permasalahan yang dihadapi umat Islam: keterbelakangan, kemiskinan,


dan kebodohan. Faktor subyektif yang sangat kuat bahkan dapatdikatakan sebagai faktor utama
dan penentu dalam mendorong berdirinya Muhammadiyah adalah pendalaman dan kajian KH.
A. Dahlan terhadap Al-Qur'an yang kritis. Ketika memahami QS. Ali Imron: 104,

‫ المنكر عن وينهون بالمعروف ر‬. ‫ولئ َك ُه ُم‬ َُ َ ُ ْ ُ ْ


‫وباشون الخي إىل يستغون أنه منكم ولتكن‬ ِ ‫المف ِلحون وأ‬

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan menyuruh
kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung,
(QS. Ali Imron: 104)

Ayat tersebut benar-benar dapat menginspirasi KII. A. Dahlan sehingga tergerak hatinya
untuk membangun sebuah perkumpulan, organisasi, atau persyarikatan yang teratur, dan rapi
yang tugasnya berkhidmat melaksanakan misi dakwah Islam amar makruf nahi munkar di tengah-
tengah masyarakat luas.

C. PROFIL KH. A. DAHLAN

K.H. Ahmad Dahlan ketika kecil bernama Muhammad Darwis. Lahir pada tahun 1868 M di
Kampung Kauman sebelah Barat Alun-alun Utara Yogyakarta. Dahlan berasal dari keluarga
Muslim yang taat. Ayah dan kakek dari pihak ibunya adalah seorang pegawai masjid (penghulu),
salah seorang dari 12 penghulu di lingkungan Keraton Yogyakarta. Nama ayahnya adalah Abu
Bakar, ulama dan Khotib di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta. Ibunya adalah putri dari H.
Ibrahim yang menjabat penghulu Kasultanan. Muhammad Darwis masih keturunan Maulana
Malik Ibrahim yaitu salah satu Wali Sembilan (Wali Songo) yg terkenal. Ahmad Dahlan merupakan
keturunan ke-12.

Pendidikan Dahlan dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, masjid, kemudian ke


Mekkah. Pada tahun 1883 ketika berusia 15 tahun, ia menunaikan ibadah haji yang pertama dan
bermukimdi tanah suci sekitar lima tahun dengan mempelajari berbagai macam disiplin ilmu,
seperti Al Qur'an, teologi, astronomi, dan hukum agama (fiqh), termasuk didalamnya
mempelajari karya-karya Muhammad Abduh. Gurunya yang terkenal adalah Syaikh Ahmad
Khatib, yang juga guru KH. Hasyim Asy'ari. Ketika usia 20 tahun (yaitu pada tahun 1888) ia pulang

6
kekampungnya, dan berganti nama dari Muhammad Darwis menjadi Ahmad Dahlan, kemudian
diangkat sebagai Khotib Amin di lingkungan Kasultanan Yogyakarta.

K.H. Ahmad Dahlan merupakan salah satu tokoh penting yang berperan dalam
pembaharuan Islam di Indonesia melalui dasar-dasar pemikiran dan organisasi yang ia dirikan,
yaitu Muhammadiyah. Pembaharuan Islam dalam pemikiran K.H. Ahmad Dahlan meliputi bidang
keagamaan, pendidikan, politik dan sosial masyarakat. Dalam bidang keagamaan pemikiran K.H.
Ahmad Dahlan meliputi memperbaiki arah kiblat dan melakukan pembaharuan dalam cara
berpikir dan beramal menurut agama Islam dengan mengajak masyarakat untuk hidup menurut
tuntunan Al-Quran dan Hadis. Dalam bidang pendidikan K.I Ahmad Dahlan melakukan
pembaharuan dengan menciptakan model sekolah berbasis integrasi ilmu agama dan ilmu umum.
Langkah yang diambil adalah dengan mengadopsi sistem pendidikan barat dan mereformasi
pendidikan pesantren yang tidak jelas jenjangnya dan tidak efektif metodenya karena hanya
mengutamakan menghafal dan tidak merespon ilmu pengetahuan umum.

D. PEMIKIRAN-PEMIKIRAN KH. A. DAHLAN TENTANG ISLAM DAN UMATNYA

Menelusuri kembali secara mendetail visi dan misi K.H. Ahmad Dahlan hingga membentuk
organisasi Muhammadiyah bahkan hari-hari terakhir kehidupan beliau bukanlah pekerjaan
mudah. Langkanya informasi, karena tidak adanya bahan-bahan tertulis dari K. H. Ahmad Dahlan
sendiri untuk dijadikan rujukan menjadikan pekerjaan di atas agak lebih sulit lagi (Salam, 1968).
Tetapi kita tahu lewat instrumen sejarah bahwa meskipun jangkauan program-program sangat
terbatas pada awalnya Muhammadiyah segera berkembang pesat dan menjangkau wilayah-
wilayah yang berada di luar daerah tempat kelahirannya sendiri di Yogyakarta dan karena jumlah
cabang-cabangnya meningkat maka kegiatan-kegiatan dan tanggung jawabnya juga meningkat.

Berkat kepribadian K. H. Ahmad Dahlan yang menarik dan lingkungan tempat organisasi
itu beroperasi, landasan utama Muhammadiyah berhasil diletakkan. Dalam menjalankan misi
dan visi beliau sepenuhnya memanfaatkan diterapkannya politik etis oleh pemerintah kolonial
Belanda, yang pendidikan menduduki prioritas utama. Meskipun demikian dalam sistem
pendidikan yang diterapkan Belanda menemukan banyak kelemahan. Menurutnya sistem
pendidikan sangat Barat dalam semangatnya. Hal ini hanya akan menyempitkan wawasan para
pelajar dan mahasiswa mengenai latar belakang kebudayaan mereka sendiri. Karena itu K. H.
Ahmad Dahlan menawarkan jalan keluar bagi kaum muslimin di Indonesia jalan keluar itu yang
memiliki visi ke depan umat Islam yaitu menemukan pendidikan yang berjiwa Islam. Pada tahun
1912 K. H. Ahmad Dahlan mengajukan permohonan resmi agar organisasi tersebut yang akan
meliputi wilayah Jawa dan Madura mendapat legitimasi pemerintah Belanda. Permohonan itu
dilengkapi dengan rancangan anggaran dasar organisasi. Para penguasa Belanda menolak

7
wilayah yang akan dicakup organisasi yang jauh lebih luas dari sekedar Yogyakarta, akibatnya K.
H. Ahmad Dahlan pada mulanya menjalankan misinya memecah wilayah jawa tengah.

Sejalan dengan hal tersebut di atas, dalam menjalankan misinya guna untuk mengeliminir
fenomena yang terjadi pada waktu itu yaitu: menyebarkan ajaran-ajaran Nabi Muhammad
kepada penduduk pribumi di Yogyakarta dan meningkatkan kehidupan agama dikalangan
anggota-anggotanya. Sedangkan untuk mencapai misi tersebut ditetapkan beberapa hal sebagai
berikut: mendirikan lembaga-lembaga pendidikan tempat ilmu-ilmu sekuler dan agama akan
diberikan, mengadakan pertemuan mengenai masalah agama dan ajaran-ajaran yang akan
dibahas, membangun dan memelihara masjid-masjid, membantu rumah-rumah ibadah dan
yayasan wakaf tempat pelayanan ibadah dapat dilangsungkan, serta menerbitkan dan
memberikan bantuan dalam menerbitkan buku-buku, brosur-brosur, risalah-risalah, surat-surat
kabar, dan sejenisnya yang berhubungan dengan masalah-masalah agama (Shihab, 1998).

Dari hal tersebut di atas kita dapat mengambil benang merah bahwa K. H. Ahmad Dahlan
memilki spirit di dalam membangung ajaran Islam yang sesungguhnya yang ortodoks dalam
bentuk yang murni, sebagaimana pertama kali disampaikan nabi Muhammad Saw. atau dengan
lain kata beliau ingin memurnikan ajaran ritual Islam dari praktek dan gagasan yang sebenarnya.
Menurut Azhar Basyir, misi Muhammadiyah membagi misi muhammadiyah pola yaitu: (1)
menegakkan keyakinan "tauhid yang murni" sesuai dengan ajarana Allah. yang dibawah oleh
seluruh rasul-rasul Allah sejak Adam hingga Muhammad: (2) menyebarluaskan ajaran-ajaran
yang bersumber pada kitab suci Al-Qur'an kitab Allah yang terakhir diturunkan untuk umat
manusia dan Sunnah Rasul: (3) mewujudkan amalan Islam dalam kehidupan perorangan,
keluarga dan masyarakat; dan (4) pemahaman agama dengan menggunakan rasio (Sukriyanto &
Munir, 1990).

Pada tahun 1912 K. H. Ahmad Dahlan mengajukan permohonan resmi agar organisasi
tersebut yang akan meliputi wilayah Jawa dan Madura mendapat legitimasi pemerintah Belanda.
Permohonan itu dilengkapi dengan rancangan anggaran dasar organisasi. Para penguasa Belanda
menolak wilayah yang akan dicakup organisasi yang jauh lebih luas dari sekedar Yogyakarta,
akibatnya K. H. Ahmad Dahlan pada mulanya menjalankan misinya memecah wilayah jawa
tengah. Sejalan dengan hal tersebut di atas, dalam menjalankan misinya guna untuk
mengeliminir fenomena yang terjadi pada waktu itu yaitu: menyebarkan ajaran-ajaran Nabi
Muhammad kepada penduduk pribumi di Yogyakarta dan meningkatkan kehidupan agama
dikalangan anggota-anggotanya. Sedangkan untuk mencapai misi tersebut ditetapkan beberapa
hal sebagai berikut: mendirikan lembaga-lembaga pendidikan tempat ilmu-ilmu sekuler dan
agama akan diberikan, mengadakan pertemuan mengenai masalah agama dan ajaran-ajaran
yang akan dibahas, membangun dan memelihara masjid-masjid, membantu rumah-rumah
ibadah dan yayasan wakaf tempat pelayanan ibadah dapat dilangsungkan, serta menerbitkan dan

8
memberikan bantuan dalam menerbitkan buku-buku, brosur-brosur, risalah-risalah, surat-surat
kabar, dan sejenisnya yang berhubungan dengan masalah-masalah agama (Shihab, 1998).

Dari hal tersebut di atas kita dapat mengambil benang merah bahwa K. H. Ahmad Dahlan
memilki spirit di dalam membangung ajaran Islam yang sesungguhnya yang ortodoks dalam
bentuk yang murni, sebagaimana pertama kali disampaikan nabi Muhammad Saw. atau dengan
lain kata beliau ingin memurnikan ajaran ritual Islam dari praktek dan gagasan yang sebenarnya.
Menurut Azhar Basyir, misi Muhammadiyah membagi misi muhammadiyah pola yaitu: (1)
menegakkan keyakinan "tauhid yang murni" sesuai dengan ajarana Allah. yang dibawah oleh
seluruh rasul-rasul Allah sejak Adam hingga Muhammad: (2) menyebarluaskan ajaran-ajaran
yang bersumber pada kitab suci Al-Qur'an kitab Allah yang terakhir diturunkan untuk umat
manusia dan Sunnah Rasul: (3) mewujudkan amalan Islam dalam kehidupan perorangan,
keluarga dan masyarakat; dan (4) pemahaman agama dengan menggunakan rasio (Sukriyanto &
Munir, 1990).

9
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Muhammadiyah adalah gerakan Islam, dakwah amar ma'ruf nahi munkar dan tajdid.
bersumber pada Al Qur'an dan Hadist. Sedangkan maksud dan tujuannya ialah menegakkan dan
menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Muhammadiyah merupakan organisasi kemasyarakatan yang terlahir dari hasil pergejolakan
pemikiran pendirinya. Sebagai sebuah organisasi yang pada hakekatnya merupakan Gerakan,
Muhammadiyah memiliki tujuan, disamping usaha kerjasama dan sekelompok orang yang
disebut anggota Persyarikatan, yang bekerja melaksanakan usaha tersebut untuk mewujudkan
tujuan yang telah ditentukan. Sejak berdirinya pada 1912, Muhammadiyah dikenal sebagai
gerakan Islam yang bergerak di bidang dakwah. Haidar Nashier menyebutkan Muhammadiyah
tidak berjuang di lapangan politik serta tidak memiliki hubungan apa pun dengan kekuatan politik
mana pun di negeri ini. Bersama berjalannya waktu Muhammadiyah terus membentengi dirinya
dengan apa yang disebut "khittah" (garis perjuangan) yang telah mendarah daging dalam
persyarikatan ini.

Meskipun demikian Muhammadiyah menyadari dalam perjalanannya tidak lepas dari


pengaruh dan tarikan politik. Kondisi politik tertentu memang selalu memberikan tekanan
bahkan paksaan tertentu kepada Muhammadiyah untuk melahirkan "ikhtiar" atau "tajdid politik".
Fakta sejarah telah memperlihatkan bahwa organisasi ke masyarakatan dimasuki oleh politik,
kendati antara satu organisasi Islam dengan lainnya memiliki keberagaman pola dalam
memainkan peran politiknya. Dunia politik telah memberikan tekanan atau paksaan tertentu
untuk mengambil peran politik. Baik untuk mencegah kedaruratan seperti himbauan untuk tidak
memilih partai politik tertentu yang merugikan umat Islam maupun pertimbangan untuk
kemaslahatan umat, bangsa dan Muhammadiyah sendiri seperti dalam sejumlah kasus tuntutan
politik itu selalu ada. Namun secara umum Muhammadiyah tetap berada dalam garis utama
sebagai gerakan dakwah dan tajdid dilapangan ke masyarakatan.

10
DAFTAR PUSTAKA

MISWANTO, Agus; AROFI, M. Zuhron. Sejarah Islam dan Kemuhammadiyahan. Magelang: P3SI
UMM, 2012.

NURHAYATI, St; IDRIS, Mahsyar; BURGA, Muhammad Al-Qadri. Muhammadiyah dalam perspektif
sejarah, organisasi, dan sistem nilai. 2019.

LENGGONO, Wahyu. Lembaga pendidikan muhammadiyah (telaah pemikiran KH Ahmad Dahlan


tentang pembaruan pendidikan Islam di Indonesia). Islamadina: Jurnal Pemikiran Islam,
2018, 19.1: 43-62.

PADMO, Soegijanto. Gerakan pembaharuan Islam Indonesia dari masa ke masa: Sebuah
pengantar. Jurnal Humaniora, 2007, 19.2: 151-160.

ABDULLAH, M. Amin. Dinamika Islam Kultural. IRCiSoD, 2020.

NURHAYATI, St; MAHSYAR, Mahsyar; HARDIANTO, Hardianto. Muhammadiyah Konsep Wajah


Islam Indonesia. 2019.

MUSTOFA, Habib, et al. Pendidikan Aqidah Akhlak dalam Perspektif KH Ahmad Dahlan dan KH.
Hasyim Asy’ari. Jurnal Pendidikan Tambusai, 2022, 6.2: 12937-12944.

KUSUMAWATI, Endah Tri, et al. Pemaknaan Dimensi Profil Pelajar Pancasila dalam Praksis
Pendidikan KH Ahmad Dahlan. Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan,
2023, 17.3: 2203-2217.

AROFAH, Siti. Gagasan Dasar dan Pemikiran Pendidikan Islam KH Ahmad Dahlan. Tajdida: Jurnal
Pemikiran dan Gerakan Muhammadiyah, 2016, 13.2: 114-124.

MUSTAPA, Leyan. Pembaruan pendidikan Islam: Studi atas teologi sosial pemikiran KH Ahmad
Dahlan. Jurnal Ilmiah AL-Jauhari: Jurnal Studi Islam Dan Interdisipliner, 2017, 2.1: 90-111.

11

Anda mungkin juga menyukai