Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM DARI TOKOH KH. AHMAD DAHLAN

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pemikiran Pendidikan Islam

Dosen Pengampu: Dr. H. Ahmad Fatah Yasin, M.Ag

Disusun Oleh:

Aqilah Fadiah Nugraha 210101110149


Jibril Dewa Nugroho 210101110071

KELOMPOK 8
Kelas C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, dengan rahmat dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah “Pemikiran Pendidikan Islam dari Tokoh KH. Ahmad
Dahlan” tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemikiran
Pendidikan Islam, dan sebagai penambah pengetahuan serta wawasan pemikiran pendidikan
Islam.

Kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. H. Ahmad Fatah Yasin, M.Ag. selaku dosen
pengampu mata kuliah Pemikiran Pendidikan Islam kelas C program studi Pendidikan Agama
Islam, yang telah mebimbing kami dalam proses penyusunan makalah ini. Ucapan terima kasih
juga kami sampaikan kepada teman-teman kelas PAI C yang telah memberikan dukungan dalam
proses penulisan makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah mendukung dan membantu penulis dalam proses penulisan makalah ini, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik dan saran membangun demi perbaikan
pembuatan makalah. Atas kurangnya, kami ucapkan mohon maaf dan terima kasih.

Malang, 20 April 2022

Penulis
Daftar Isi

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 4

1.2. Rumusan Masalah..................................................................................................... 4

1.3. Tujuan ....................................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 5

2.1 Biografi ....................................................................................................................... 5

2.2 Pemikiran Dan Ajaran ............................................................................................... 6

2.3 Pandangan K.H. Ahmad Dahlan terhadap Urgensi Pendidikan ............................. 9

2.4 Kriteria Pendidik menurut K.H. Ahmad Dahlan ................................................... 10

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 12

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 12

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemikiran pendidikan Islam merupakan suatu disiplin ilmu yang mencakup berbagai
pemikiran dari berbagai tokoh terhadap pendidikan Islam. Peradaban Islam menjadi titik
penting dalam sejarah. Karena di dalamnya mengandung unsur pembawa perubahan
intelektual, keadaan sosial dan politik, serta sebagai pendidikan yang berpengaruh dan berbagai
keistimewaan yang memberi corak berbeda dengan pendidikan lain. Pendidikan diharapkan
mampu mengembangkan pikiran yang menjadi dinamika dan mampu mengerti praktek dalam
mengubah realitas. Salah satu tokoh yang paham akan pentingnya pendidikan dalam berbagai
dinamika dan realitas adalah K.H. Ahmad Dahlan.
1.2. Rumusan Masalah

1. Siapakah tokoh K.H. Ahmad Dahlan?


2. Bagaimana konsep pemikiran pendidikan Islam K.H. Ahmad Dahlan?
3. Bagaimana pandangan K.H. Ahmad Dahlan terhadap urgensi pendidikan dalam
kehidupan manusia?
4. Bagaimana kriteria pendidik menurut K.H. Ahmad Dahlan?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengenal biografi salah satu tokoh pemikir dari pendidikan Islam di Indonesia.
2. Untuk mengetahui konsep pemikiran salah satu tokoh pemikir pendidikan Islam di
Indonesia.
3. Untuk mengetahui cara pandang atau sudut pandang salah satu pemikir pendidikan
Islam terhadap urgensi pendidikan dalam kehidupan manusia.
4. Untuk mengetahui dan menerapkan dari kriteria pendidik dari salah satu tokoh
pemikir pendidikan Islam di Indonesia dalam proses pendidikan

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Biografi
Profil Ahmad Dahlan, nama depannya adalah "Raden Ngabei Ngabdul Darwis",
kemudian dikenal sebagai Muhammad Darwisy. 1 K.H Ahmad Dahlan lahir pada tahun 1868 di
Kauman, Yogyakarta. Kauman adalah pemukiman yang ditunjuk untuk pejabat agama di
pemerintahan adat. Ayahnya adalah seorang sarjana bernama K.H. Abu Bakar bin K.H.
Sulaiman, adalah khatib resmi di Masjid Agung Kesultanan Yogyakarta. Ibunya adalah putri
dari H. Ibrahim bin K.H. Hassan, seorang pejabat Kesultanan. 2 Ia adalah anak keempat dari
tujuh bersaudara, perempuan semuanya kecuali adik perempuannya. Termasuk dalam silsilah
adalah keturunan kedua belas Maulana Malik Ibrahim, seorang wali besar dan terkemuka di
antara Wali Songo, yang merupakan pelopor pertama penyebaran Islam dan pengembangan
Islam di Jawa.Silsilah : Muhammad Darwisy (Ahmad Dahlan) bin Abu Bakar bin Muhammad
Sulaiman bin Kyai Murtadla bin Kyai Ilyas bin Demang Djurung Djuru Kapindo bin Demang
Djurung Djuru Sapisan bin Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig (Djatinom) bin Maulana
Muhammad Fadlullah (Prapen) Maulana bin 'Ainul Yaqin bin Maulana Ishaq bin Maulana
Malik Ibrahim.
K.H. Ahmad Dahlan sudah memiliki sifat yang baik, akhlak yang baik dan hati yang
lembut serta akhlak yang cerdas. Berkat kecerdasannya yang mencapai, ia mampu membaca
Al-Qur'an dengan lancar pada usia 8 tahun. Tidak hanya itu, kecerdasannya juga tercermin dari
kemampuannya untuk mempengaruhi sesama pemain dan ia dapat mengatasi setiap masalah
yang muncul di antara mereka. 3 Keunggulan ini sering membuatnya tampil seperti pemimpin
bagi teman-temannya. Tahun Muhammad Darwis berganti nama menjadi Ahmad Dahlan
setelah kembali dari Tanah Suci pada tahun. Tidak lama kemudian, ia menikah dengan Siti
Walidah Puteri Kyai Penghulu Haji Fadhil, 4 yang kemudian dikenal sebagai Nyai Ahmad

1
St. Nurhayati, dkk, Muhammadiyah (Dalam Perspektif Sejarah, Organisasi, dan Sistem Nilai (Yogyakarta: Trust
Media Publishing, 2018), h. 3.
2
Syamsul Kurniawan dan Erwin Mahrus, Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam: Ibnu Sina, Al-Ghazali,Ibn
Khaldun, Muhammad Abduh,Muhammad Iqbal, Hasan Al-Banna, Syed Muhammad Naquid Al-Attas,K.H.
Ahmad Dahlan,K.H. Hasyim Asy’ari, Hamka, Basiuni Imran, Hasan Langgulung, Azyumardi Azra, (Jogjakarta: AR-
RUZZ MEDIA, 2011),h.193.
3
Ustadz Rizem Aizid, Biografi Ulama Nusantara, Cet.1 (Yogyakarta: DIVA Press), h. 291-292.
4
Departemen Agama, Sejarah Pendidikan Islam: Proyek Pembinaan Prasarana Dan Sarana Perguruan Tinggi
Agama IAIN Di Jakarta Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama, 1986, h.
201. (aizid) (Nashir, 2016) (Defti Arlen, 2014) (el-ali, 2016)

5
Dahlan, seorang pahlawan nasional dan pemimpin Aisyiyah. Dari pernikahan dengan Siti
Walidah, Ahmad Dahlan dikaruniai enam orang anak yakni Djohanah, Siradj Dahlan, Siti
Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah.Selain itu, Ahmad Dahlan juga menikah dengan
Nyai Abdullah, janda Abdullah. Ia juga menikah dengan Nyai Rum, adik Munawwir Krapyak.
Ahmad Dahlan juga memiliki seorang putra dari pernikahannya dengan Ny. Nyai Aisyah (adik
dari Adjengan Penghulu Cianjur bernama Dandanah).Ia menikah dengan Nyai Yasin
Pakualaman Yogyakarta.
Sepulang dari haji pertama, Ahmad Dahlan mulai tinggal di rumah tangga untuk
berdagang (usaha), menerima modal dari ayahnya, selain aktif mengajar tajwid.Pada tahun
1890 ibunya meninggal, disusul pada tahun 1896 oleh ayah tercintanya pada tahun. Karena
ayahnya, K.H. Abu Bakar adalah Khatib Amin Kraton dan Ketua Masjid Agung Yogyakarta,
sehingga masyarakat Yogyakarta dan tentunya keluarga termasuk Ahmad Dahlan sangat
merasa bahwa telah kehilangan panutan. Penerus.Sejak tahun 1896, Ahmad Dahlan resmi
menjadi Khatib Amin dengan gelar lengkap Khatib Amin Haji Ahmad Dahlan. Ser Khatib
Amin bagi Ahmad Dahlan semakin memperkuat sosoknya sebagai kyai atau kyai, yang pada
tahun memperoleh legitimasi kraton sebagai simbol kekuatan yang kuat di kalangan
masyarakat Yogyakarta.5
2.2 Pemikiran Dan Ajaran
Pemikiran K.H Ahmad Dahlan dalam berbagai bidang, baik sosial, pedagogi maupun
dakwah, ia melihat banyak peristiwa atau fenomena yang ia rasa tidak sesuai dengan ajaran
Islam. pemikiran atau ide K.H. Ahmad Dahlan tidak lepas dari hasil petualangan menimba ilmu
di berbagai tempat seperti Mekkah dan Kairo. Ahmad Dahlan mendapat ilmu ini, ia banyak
bertemu dengan tokoh-tokoh pembaharu Islam. 6Yang kemudian menjadi motor penggerak di
balik kebangkitan gagasan dan gagasan pembaruan Islam yang diusung oleh K.H. Ahmad
Dahlan dilakukan. Hampir semua pikiran K.K. Ahmad Dahlan berpaling dari keprihatinannya
terhadap situasi global dan situasi umat Islam saat itu, yang tenggelam dalam kebodohan,
kebodohan dan keterbelakangan.
Keadaan ini semakin diperparah dengan kebijakan kolonial Belanda, yang
menimbulkan kerugian besar bagi bangsa Indonesia. .Dengan kenyataan seperti ini, tidak heran
jika Muhammadiyah yang mengusung seluruh pemikiran dan gagasan ini menekankan pada
pemurnian ajaran Islam dan dalam bidang pendidikan. Pemikiran Ahmad Dahlan di bidang

5
Haedar Nashir, Muhammadiyah Gerakan Pembaruan, (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2016), h 116-117.
6
Defti Arlen, Dkk. Pemikiran Ahmad Dahlan di Bidang Sosial dan Pendidikan, (tesis), Lampung (ID): Universitas
Lampung, 2014

6
pendidikan bahwa “Pendidikan Islam harus ditujukan untuk mendidik umat Islam yang berbudi
luhur dan berakhlak mulia, saleh dalam agama, berwawasan luas dan masalah ilmu sekuler
memahami dan mau memperjuangkan kemajuan masyarakatnya”.
KH Ahmad Dahlan adalah seorang pembaharu dalam bidang pendidikan, pada saat itu
muncul dualisme dalam dunia pendidikan, yaitu pendidikan pesantren dan persekolahan
menurut Model Belanda. 7 Menurut Dahlan, upaya strategis untuk menggerakkan umat Islam
dari pola pikir statis ke pemikiran dinamis adalah pendidikan. Oleh karena itu, dalam skala,
pendidikan harus menempati urutan prioritas utama dalam proses pembangunan manusia.
Mereka perlu dididik agar cerdas, kritis, dan memiliki daya analisis yang kuat dalam
metadinamika kehidupan akhirat mereka, itulah sebabnya K.H. Ahmad Dahlan memfokuskan
reformasi pendidikan dan agamanya untuk menghasilkan anak bangsa yang berdaya juang
tinggi orang. Salah satu K.H. Ahmad Dahlan untuk mempromosikan komunitas Islam pada
saat itu merupakan upaya untuk memasukkan pendidikan agama ke dalam pendidikan umum.
Pandangan K.H. Ahmad Dahlan dalam dunia pendidikan memiliki pandangan yang
sama dengan Ahmad Khan (tokoh pembaharu Islam di India) tentang pentingnya
pengembangan pribadi.Ahmad Khan bangga dengan didikan para pendahulunya dan mengakui
bahwa meniru metode mendidik para pendahulunya tidak akan membawa hasil yang
diinginkan. Ahmad Khan menganggap pendidikan sangat penting dalam pembentukan
kepribadian. Setidaknya pemikiran Ahmad Khan memiliki kesamaan dengan K.H. Ahmad
Dahlan dimana K.H. Ahmad Dahlan tidak meniru metode parenting para pendahulunya, tetapi
mencoba membentuk metode parenting sesuai keinginannya.
K.H Ahmad Dahlan menawarkan rumusan metode pengajaran yang ideal. Ia
menawarkan metode sintesis antara metode pendidikan Barat dan metode pendidikan
pesantren. Dengan metode ini, K.H Ahmad Dahlan berharap dapat menghasilkan kader-kader
yang berwawasan luas tidak hanya dalam hal agama tetapi juga dalam pendidikan umum,
kemudian dalam masa depan yang takut akan Tuhan dan menjadi pemimpin yang berpikiran
terbuka. Pembaharuan yang dilakukan K.H. Ahmad Dahlan dalam hal pendidikan pada masa
itu, banyak mendapat tantangan dari masyarakat sekitar, namun karena kegigihannya ia tetap
berusaha mempertahankan ide pembaharuannya hingga bisa terkenal sampai saat ini.
Dalam hal ini, K.H. Ahmad Dahlan menginginkan umat Islam tidak menutup diri
terhadap segala bentuk kemajuan yang datangnya dari pihak luar “bangsa Barat”.Benteng diri

7
Ustadz Rizem Aizid, Boigrafi Ulama Nusantara: Disertai Pemikiran dan Pengaruh Mereka, Cet. 1 (Yogyakarta:
DIVA Press, 2016), h. 297-298.

7
kita justru dengan adanya keimanan, disinilah letak keimanan kita sedang diuji, mampukah kita
membedakan yang mana yang baik dan yang buruk19.Seperti halnya dengan K.H Ahmad
Dahlan yang tetap mempertahankan dan menanamkan agama yang kuat pada setiap santri
santrinya. Munir Mulkhan menyimpulkan garis besar pokok pikiran K.H. Ahmad Dahlan
sebagai berikut:
1. Persatuan umat manusia adalah prinsip utama kebahagiaan
2. Perpecahan umat manusia disebabkan, sempitnya wawasan pemikiran yang
disebabkan rendahnya pengetahuan, terjebak pada perdebatan lisan dan
mengabaikan tindakan nyata, ekslusifisme atau wawasan fanatisme golongan
yang sempit
3. Persatuan umat manusia akan diperoleh dengan jalan, memahami kondisi
obyektif umat, bekerja atas kemampuan sendiri, tidak tergesa-gesa menolak
atau menerima sesuatu sebelum memahami
4. Kebenaran diperoleh melalui, bersikap terbuka terhadap penemuan baru,
berfikir kritis, luas dan dalam.
5. Penolakan kebenaran sebagai akibat, kebodohan, sikap ekslusif, fanatisme pada
tradisi dan kebiasaan, takut kehilangan teman, harta dan kehormatan
6. Keputusan yang benar adalah keputusan menurut akal-pikiran dengan hati yang
suci.
7. Manusia wajib memajukan ilmu pengetahuan dan berbuat berdasarkan
pengetahuan.
8. Akal sehat adalah jalan mencapai tujuan manusia danpengetahuan adalah
kebutuhan akal.
9. Pendidikan akal adalah kebutuhan pokok manusia lebih dari kebutuhan makan
dan minum.
10. Ilmu mantiq atau logika (filsafat) merupakan pendidikan tertinggi bagi akal.
11. Orang paling baik adalah orang menghidup-hidupkan perkataan orang yang
bijaksana dan ilmuan.
12. Kebahagiaan dunia dan akhirat harus dicapai secara profesional (tidak
sembarangan).
13. Tidak benci kepada orang yang berbeda pendapat.

8
14. Orang yang cerdas adalah orang kreatif, selalu berusaha mencari jalan keluar 8
Dari penderitaan, dan selalu ingat kepada Allah. Garis pokok pemikiran K.H. Ahmad
Dahlan diatas merupakan bukti bahwa, begitu banyak pokok pemikiran dari Ahmad Dahlan,
namun pokok pemikirannya bukan hanya sebuah teori tetapi dipraktikkan dalam kehidupan
sehari-hari.
2.3 Pandangan K.H. Ahmad Dahlan terhadap Urgensi Pendidikan
Ahmad Dahlan juga berpandangan bahwa pendidikan harus membekali siswa dengan
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk kemajuan materiil. Oleh karena
itu pendidikan yang baik adalah pendidikan yang sesuai dengan tuntutan masyarakat di mana
siswa itu hidup.
Abudin Nata menyatakan bahwa Ahmad Dahlan memiliki pendapat yang sama dengan
Ahmad Khan (pembaru Islam India) tentang pentingnya pengembangan pribadi. Akhmad
Dahlan memandang pengembangan kepribadian sebagai tujuan penting dari tujuan pendidikan.
Dia berpendapat bahwa tidak ada yang bisa mencapai kebesaran di dunia ini dan di akhirat
kecuali mereka yang memiliki kepribadian yang baik. Dalam studinya lebih lanjut, Abuddin
Nata menyatakan sebagai berikut:
“Ahmad Dahlan juga berpandangan bahwa pendidikan harus membekali siswa dengan
pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk kemajuan materi. Oleh karena itu,
pendidikan yang baik adalah pendidikan yang memenuhi kebutuhan masyarakat di mana siswa
itu tinggal.Dengan pendapat ini, Ahmad Dahlan memang mengkritik kaum tradisionalis yang
menjalankan model pendidikan yang diwariskan secara turun-temurun tanpa berusaha melihat
aktualitasnya.”
Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan demikian merupakan respon pragmatis terhadap
kondisi ekonomi umat Islam Indonesia yang kurang kondusif akibat ketidakmampuan umat
Islam untuk membuka akses ke sektor pemerintah atau perusahaan swasta. Situasi seperti itu
menarik perhatian Ahmad Dahlan, yang kemudian berupaya mereformasi sistem pendidikan
Islam. Ahmad Dahlan menyadari bahwa rendahnya partisipasi umat Islam di sektor
pemerintahan disebabkan oleh kebijakan pemerintah kolonial yang melarang umat Islam
masuk ke Tanah Air. Oleh karena itu K.H. Ahmad Dahlan berusaha memperbaikinya dengan
memberikan informasi tentang pentingnya pendidikan sesuai dengan perkembangan zaman
untuk kemajuan bangsa.

8
Anwar Nuris el-Ali, Ahmad Dahlan dan Pesantren:Gerakan Pembaharuan Pendidikan, Dakwah, dan
Pemberdayaan Masyarakat di Indonesia, Jurnal: Dirosat Vol 1. No 2 (2016).

9
Berdasarkan kajian di atas, tampak bahwa K.H. Ahmad Dahlan menggunakan
pendekatan koreksi diri terhadap umat Islam. Menurutnya, Muslim tradisional terlalu fokus
pada aspek spiritual kehidupan sehari-hari.Sikap ini telah menyebabkan kelumpuhan dan
bahkan kemunduran dunia Islam, sementara kelompok lain telah membuat kemajuan di bidang
ekonomi. KH Ahmad Dahlan terobsesi dengan kekuatan sistem pendidikan barat, seperti
terlihat di sekolah Belanda. Itu dari KH. Ahmad Dahlan mengikuti pola Barat dalam
mempromosikan nilai-nilai Islam progresif.
Peran K.H. Ahmad Dahlan dalam bidang pendidikan merupakan upaya untuk
mengkompromikan beberapa elemen positif dari sistem pendidikan Islam dan sistem
pendidikan Barat.Model pendidikan ini dibuktikan dengan karya kongkritnya, yakni lahirnya
lembaga pendidikan Muhammadiyah di seluruh nusantara yang kini berjumlah puluhan ribu,
mulai dari PAUD, pendidikan dasar dan menengah hingga perguruan tinggi Muhammadiyah.
Maju Pendidikan Muhammadiyah dan Jayalah Indonesia.
2.4 Kriteria Pendidik menurut K.H. Ahmad Dahlan
Konsep pendidikan menurut K.H. Ahmad Dahlan bahwa tujuan pendidikan berupa
pembentukan kepribadian serta menjadi manusia unggul. Pendidik bagi K.H. Ahmad
Dahlan harus bisa memberi contoh kepada peserta didik. Peserta didik harus mempunyai ilmu
yang dapat diamalkan dalam kehidupan sehari hari serta memiliki kemampuan.
KH Ahmad Dahlan merupakan tokoh yang tidak meninggalkan karya, KH Ahmad
Dahlan menghadirkan tokoh Amaliyah lainnya dan menyebarkan gagasannya dalam Persatuan
Muhammadiyah yang dibentuk. Dalam menyampaikan pandangannya tentang etika guru
dalam pendidikan Islam, penulis menggunakan teks pidato yang berjudul Kesatuan Kehidupan
Manusia dan Peringatan Untuk Semua Muslim (Muhammadiyah) Hadir pada Kongres Pertama
yang diadakan di Cirebon Tahun 1912 Penulis kemudian menggunakan kitab yang ditulis oleh
muridnya KH Hadjid berjudul “Filsafat Ajaran KH Ahmad Dahlan” selama 6 tahun untuk
bergabung dengan Muhammadiyah dan bergabung dengan untuk memperjuangkan perjuangan
KH Untuk menemani Ahmad Dahlan sampai akhir hayatnya.
Dalam tiga sumber di atas, beliau tidak menjelaskan etika mengajar dengan jelas,
namun dari ketiga sumber tersebut penulis dapat menafsirkan gagasan KH Ahmad Dahlan dan
didukung oleh cerita dan pesan berbeda yang disampaikan oleh siswa yang berpengalaman.
pada waktunya. Sebelum memaparkan pandangan KH Ahmad Dahlan tentang pendidikan
etika, penulis ingin menyampaikan bahwa KH Ahmad Dahlan adalah seorang pendidik yang
terbuka, mungkin lebih akrab, bebas dan demokratis dalam hubungannya dengan siswa.

10
Kemudian KH Ahmad Dahlan tidak lagi memperkenalkan sistem pendidikan pesantren, tetapi
menggabungkan pendidikan barat dengan pendidikan tradisional, karena menurutnya,
pendidikan pesantren hanya membuat orang saleh tanpa pengetahuan huruf latin, sedangkan
pendidikan barat hanya membuat duniawi tanpa dasar. diajari. tentang keyakinan agama
menjadi sekuler, kombinasi keduanya akan membentuk pribadi yang "utuh" atau "sempurna",
saleh dan intelektual atau yang sering kita dengar tentang intelektual atau intelektual.

11
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada uraian yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan
beberapa hal, sebagai berikut :
1. Pembaharuan Pendidikan Islam dalam pandangan KH. Ahmad Dahlan dapat
terlihat pada usaha beliau yang menampilkan wajah pendidikan Islam sebagai suatu
sistem pendidikan yang integral. Pembaharuan KH. Ahmad Dahlan yang hendak
mengintegrasikan dikotomi ilmu pengetahuan, menjaga keseimbangan, bercorak
intelektual, moral dan religius dapat terlihat pada aspek pembaharuan KH. Ahmad
Dahlan yang meliputi :
a) ujuan pendidikan Islam; beliau berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam
yang sempurna adalah melahirkan individu yang utuh, dapat menguasai
ilmu agama dan ilmu umum, material dan spiritual
b) metode atau tehnik pengajaran; beliau lebih banyak mengadopsi sistem
pendidikan sekolah Barat yang sudah maju.

12
KATA PENGANTAR

Agama, d. (1986). Sejarah Pendidikan Islam: Proyek Pembinaan Prasarana Dan Sarana
Perguruan Tinggi Agama IAIN Di Jakarta Direktorat Jenderal Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama.

Aizid, U. R. (n.d.). Biografi ulama nusantara . Yogyakarta: Diva press.

Defti Arlen, d. (2014). pemikiran ahmad dahlan di bidang sosial dan pendidikan .lampung :
Universitas lampung .

El-ali, A. n. (2016). Ahmad dahlan dan pesantren : gerakan pembaharuan pendidikan,


dakwah, dan pemberdayaan masyarakat di indonesia. dirosat vol 1 no 2.

Mahrus, S. k. (2011). Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam: Ibnu Sina, Al-Ghazali,Ibn
Khaldun, Muhammad Abduh,Muhammad Iqbal, Hasan Al-Banna, Syed Muhammad
Naquid Al-Attas,K.H. Ahmad Dahlan,K.H. Hasyim Asy’ari, Hamka, Basiuni Imran,
Hasan Langgulung, Azyumardi Azra. Yogyakarta : Ar-ruzz media.

Nashir, H. (2016). Muhammadiyah gerakan pembaruan .Yogyakarta :suara muhammadiyah .

St. Nurhayati, d. (2018). Muhammadiyah (Dalam perspektif sejarah, organisasi, dan sistem
nilai). Yogyakarta: Trust media publishing .

13

Anda mungkin juga menyukai