Anda di halaman 1dari 12

Hukum Waris Islam Di Indonesia (Studi Perkembangan...

(Syarief Husien)

Vol 5 No 1 Maret 2018

Hukum Waris Islam Di Indonesia (Studi Perkembangan Hukum Kewarisan Dalam Kompilasi
Hukum Islam Dan Praktek Di Pengadilan Agama )

Syarief Husien*, Akhmad Khisni**


*
Mahasiswa Program Magister (S2) Kenotariatan Fakultas Hukum UNISSULA, Semarang
**
Dosen Fakultas Hukum UNISSULA

ABSTRAK
Penelitian dengan judul ‖Hukum Waris Islam Di Indonesia (Studi Perkembangan Hukum Kewarisan Dalam
Kompilasi Hukum Islam Dan Praktek Di Pengadilan Agama )‖ Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis
normative, dalam pengumpulan data lebih ditekankan pada sumber bahan primer, berupa peraturan
perundang-undangan, menelaah kaidah-kaidah hukum maupun teori ilmu hukum yang terkait dengan
masalah yang di teliti.
Berdasarkan metode tersebut penelitian menghasilkan pada pokoknya : (1) Formulasi hukum kewarisan
islam dalam fiqih dan Kompilasi Hukum Islam (a) Formulasi hukum kewarisan Islam dalam fiqih pada al
quran dan al hadist yaitu : Al quran, QS. An-nisa (4): 7, QS. An-nisa (4): 11, QS. An-nisa (4): 12, QS. An-
nisa (4): 33, QS. An-nisa (4): 176, QS. Al-anfal (8): 75, dan Hadist Rasulullah SAW (b) Formulasi hukum
kewarisan Islam dalam Kompilasi Hukum Islam di atur dalam Pasal 171 sampai dengan Pasal 193.(2)
Perkembangan hukum kewarisan Islam dalam Kompilasi Hukum Islam di banding dengan kewarisan dalam
fiqih yaitu banyak memasukkan unsur-unsur hukum adat dan kepentingan-kepentingan yang dibutuhkan
masyarakat Indonesia masa sekarang, maka banyak bentuk-bentuk hukum kewarisan yang belum tertuang
dalam fiqh konvensional (fiqh al-mawarits), namun hal itu telah termuat dan terkodifikasikan dalam hukum
kewarisan Kompilasi Hukum Islam, antara lain: pasal 171 tentang harta bersama, pasal 177 tentang
pembagian ayah secara `ashabah, pasal 209 yang menyatakan bahwa ayah angkat dan anak angkat
menerima warisan, dan bila mereka tidak menerima wasiat, maka berhak menerima wasiat wajibah dan
Kopilasi Hukum Islam pun mengakui harta gono-gini padahal fiqh tidak mengakui; (3) Perkembangan hukum
kewarisan Islam dalam praktek putusan pengadilan agama di Indonesia hal ini tidak lepas dari Kompilasi
Hukum Islam merupakan intruksi Presiden No. 1 Tahun 1991 tanggla 10 Juni 1991, sehingga perkawinan,
kewarisan, dan wakaf bagi pemeluk-pemeluk Islam telah ditetapkan sehingga dapat dijadikan pengadilan
agama sebagai ―pedoman‖ dalam artian sebagai sesuatu petunjuk bagi para hakim Peradilan Agaman dalam
memutus dan menyelesaikan perkara, maka kedudukannya adalah tergantung sepenuhnya dari para Hakim
dimaksud untuk menuangkannya dalam keputusan-keputusan mereka masing-masing sehingga kompilasi ini
akan terwujud dan mempunyai makna serta landasan yang kokoh dalam yurisprudensi Peradilan Agama.
Dengan cara demikian, maka Peradilan Agama tidak hanya berkewajiban menerapkan ketentuan-ketentuan
yang sudah digariskan dalam kompilasi, akan tetapi justru mempunya peranan yang lebih besar lagi untuk
memperkembangkan dan sekaligus melengkapinya melalui yurisprudensi yang dibuatnya. .
Kata kunci : Hukum waris Islam, hukum Kewarisan, Kompilasi Hukum Islam

ABSTRACT
The research entitled "The Law of Inheritance of Islam in Indonesia (Study of Legal Development of
Inheritance in Compilation of Islamic Law and Practice in Religious Courts)" This research uses normative
juridical approach, in collecting data more emphasized on primary source material, in the form of legislation,
- the rule of law and the theory of jurisprudence associated with the problem in the perusal.
Based on these methods, the research produces basically: (1) Formulation of Islamic inheritance law in fiqh
and Compilation of Islamic Law (a) Formulation of Islamic inheritance law in fiqih on al quran and al-hadist
namely: Al Quran, QS. An-nisa (4): 7, QS. An-nisa (4): 11, QS. An-nisa (4): 12, QS. An-nisa (4): 33, QS. An-
nisa (4): 176, QS. Al-anfal (8): 75, and Hadith Rasulullah SAW (b) The formulation of Islamic inheritance law
in the Compilation of Islamic Law is set in Articles 171 to 193. (2) The development of Islamic inheritance
law in the Compilation of Islamic Law in appeal to inheritance in fiqih which includes many elements of
customary law and the interests that are needed by Indonesian society today, so many forms of inheritance
law that has not been contained in the conventional fiqh (fiqh al-mawarits), but it has been contained and
codified in the law of inheritance The Compilation of Islamic Law, among others: article 171 on common
property, article 177 on the division of fathers asabah, article 209 which states that foster and adopted sons

75
Vol 5 No 1 Maret 2018: 75 - 86

receive inheritance, and if they do not receive a will, it is entitled to a mandatory and compulsory law Islam
also recognizes the property gono-gini fiqh although do not recognize; (3) The development of Islamic
inheritance law in the practice of religious court ruling in Indonesia is not separated from the Compilation of
Islamic Law is the Presidential Instruction. 1 In 1991 on 10 June 1991, so that marriage, inheritance and
endowments for the followers of Islam have been established so that it can be used as religious courts as a
"guide" in the sense that a guide for the judges of the Religious Court in deciding and settling the case,
depends entirely from the Judges intended to put it in their respective decisions so that this compilation will
materialize and have a firm meaning and foundation in the jurisprudence of the Religious Courts. In this
way, the Religious Judiciary is not only obliged to apply the provisions outlined in the compilation, but it has
a greater role to develop and at the same time complete it through the jurisprudence it makes.
Keywords: Islamic inheritance law, law of Inheritance, Compilation of Islamic Law

PENDAHULUAN Upaya pembaruan dalam bentuk kodifikasi


dan unifikasi hukum itu, khususya hukum
Pelaksanaan hukum Islam di Indonesia,
keperdataan seperti waris, munakahat, dan lain
secara ringkas, mengalami fase yang cukup
sebagainya muncul ketika lahirnya Kompilasi
panjang semenjak zaman kolonial Belanda hingga
Hukum Islam di Indonesia. Hukum-hukum tersebut
zaman perubahan ini. Sejarah membuktikan
telah mengalami perubahan baik status hukum
bahwa aplikasi hukum Islam dalam tatanan
ataupun dalam prakteknya.
keindonesiaan baru teraplikasikan dalam UU No. 1
KHI yang tertuang dalam Instruksi Presiden
tahun 1974 tentang perkawinan dan dalam UU No.
Nomor 1 tahun 1991, dan dilaksanakan dengan
7 tahun 1989 tentang peradilan itu pun dengan
Keputusan Menteri Agama Nomor 154 tahun 1991.
perjuangan yang ―melelahkan‖ khususnya bagi
Menurut para pakar hukum Islam seperti Rachmat
umat Islam.1
Djatnika, Abdul Gani Abdullah, Bustanul Arifin, dan
Adapun sumber hukum yang dijadikan
lain sebagainya, KHI merupakan hukum positif
pedoman bagi para penegak hukum (Hakim),
Islam untuk melaksanakan peraturan perundang-
Praktisi, dan sebagainya selain undang-undang
undangan yang berlaku. Ia memiliki konsistensi
tertulis tersebut di atas adalah fatwa-fatwa ulama,
dengan peraturan perundang-undangan yang
baik yang tertulis dalam kitab-kitab fiqh klasik
kedudukannya lebih tinggi dan dijadikan sebagai
ataupun kitab-kitab fiqh modern. Sumber-sumber
rujukan bagi para penegak hukum.3
tersebut sampai hari ini merupakan bahan
Pada tataran sistematika hukum, perubahan
pelengkap dalam proses pengalian Hukum Islam.
hukum, menurut pandangan Fazlur Rahman, 4
Dengan demikian, hukum mengalami
memiliki tiga lapis pendekatan:
pertumbuhan dan perkembangan tanpa dapat
1. Pendekatan historis yang sederhana dan jujur
dihindari, karena secara internal hukum menuntut
dalam menemukan makna teks al-Qur‘an.
dirinya untuk diinterpretasi walau dengan varian-
Pertama-tama, al-Qur‘an harus ditelaah dalam
varian dan tingkat yang berbeda.
susunan yang kronologis dengan pengujian
Walaupun disebutkan oleh Baqir S. Manan2
terhadap wahyu-wahyu paling awal, kemudian;
bahwa interpretasi terhadap kaidah-kaidah hukum
2. Membedakan antara diktum hukum al-Qur‘an,
dapat dilakukan oleh kekuasaan kehakiman,
sasaran dan tujuan hukum hukum itu
legislatif dan eksekutif. Hal ini untuk menghindari
3. Sasaran al-Qur‘an harus dipahami, diramu, dan
kerancuan interpretasi akibat perbedaan pemikiran
memperhatikan setting sosiologis dimana Nabi
dan kemampuan masing-masing penegak hukum.
bergerak dan bekerja.
Namun kondisi dimana tidak adanya pedoman
Berbeda pandangan dengan Rahman, An-
hukum yang baku dan komprehensif bagi para
Naim,5 menjelaskan bahwa pola perubahan bisa
praktisi hukum (baik formal maupun non-formal)
dimulai dengan pendekatan deduktif dan induktif
selain kedua undang-undang diatas, dengan
dari masalah agama dan moral ke masalah politik
sendirinya akan melahirkan berbagai penafsiran
dan pemahaman yang berbeda bahkan
3
kontroversial. Cik Hasan Bisri, 1996, Dimensi-dimensi Kompilasi
Hukum Islam, Ulul Albab Press, Bandung, h. 13.
4
Fazlur Rahman, 1994, Islam (Terj.), Salman ITB,
1
Abdul Gani Abdullah, 1992, Pengantar Kompilasi Hukum Bandung, h. 67.
5
Islam dalam Tata Hukum Indonesia,Gema Insani Press, Abdullah An-Naim, 1994, Toward an Islamic
Jakarta, h. 35. Reformation Cil Liberties, Human Rights and International
2
Bagir Manan, 1995, Pertumbuhan dan Perkembangan Law(diterjemahkan oleh Ahmad Suaedy dan Amiruddin
Konstitusi Suatu Negara, Mandar Maju Bandung, h. 10. Arrani), Dekonstruksi Syari‘ah, LkiS, Yogyakarta, h. 28.

76
Hukum Waris Islam Di Indonesia (Studi Perkembangan...
(Syarief Husien)

Vol 5 No 1 Maret 2018

dan hukum, melainkan pula perubahan dalam Begitu halnya dengan KHI, metode yang
makna dan implikasi al-Qur‘an dan al-Sunnah. dikedepankan adalah metode istislah atau
Selanjutnya, Juhaya S. Praja menuturkaaan maslahat. Hal itu terbukti dari materi kewarisan
pada wilayah hukum terbagi kepada dua; wilayah terutama pada point angka 4, disampng juga
insaniyah dan wilayah uluhiyah. Wilayah insaniyah menggunakan metode qiyas dan istihsan.
tertumpu pada aspek-aspek kemanusiaan seperti: Bahwa meskipun KHI sudah dianggap sebagai
sikap, sifat, dan prilaku manusia. Misalnya; Hakim hukum positif bagi umat islam di indonesia akan
tidak boleh memutuskan perkara ketika sedang tetapi dalam pelaksanaan pembagian waris di
marah. Kata marah, dapat diinterpretasikan beberapa kalangan umat Islam tidak mengunakan
dengan berbagai argumentasi sepanjang aspek- dasar KHI melainkan mengunakan ketentuan
aspek kemanusiaannya ada. Sedangkan wilayah syariah, oleh karenannya hal ini juga menimbulkan
uluhiyah adalah berupa doktrin atau dogma yang persoalan tersendiri di kalangan masyarakat terkait
termaktub dalam al-Qur‘an. Dengan penjelasan pembagian harta warisan.
tersebut, KHI, bila disorot dengan kajian wilayah, Peradilan agama yang merupakan peradilan
ia termasuk pada wiayah insaniyah karena berupa bagi umatIslam untuk memutuskan segala
pemikiran-pemikiran manusia yang terhimpun, persolaan keperdataan umat Islam yang salah
kemudian dilegalisasi menjadi peraturan. Bahkan satunya adalah persolan kewarisan harus bias
menurut A. Djazuli, KHI ini dibuat oleh dua menjawab serta memutuskan segala persoalaan
kekuatan besar masyarakat Indonesia. Masyarakat tersebut dengan adil bagi umat Islam yang
ulama dan masyarakat umara. Dari dua kekuatan tentunya mengikuti segala perkembangan hukum
inilah akhirnya berhasil memunculkan suatu waris Islam yang ada di Indonesia dengan harapan
produk hukum yang termuat dalam KHI sebagai tidak ada gejolak di masyarakat.
pegangan para hakim di lingkungan Peradilan Berdasarkan permasalahan di atas maka
Agama sekaligus bagi masyarakat yang penulis melakukan penelitan dengan judul ―Hukum
membutuhkannya.6 Waris Islam Di Indonesia (Studi Perkembangan
Pada tataran metode, perubahan hukum, Hukum Kewarisan Dalam Kompilasi Hukum Islam
menurut para pakar hukum Islam tidak Dan Praktek Di Pengadilan Agama )
terlepaskan kepada metode istislah, ‗urf, qiyas dan
Metode Penelitian
istihsan—dua metode yang terakhir termasuk cara
penafsiran hukum berdasarkan penalaran logis Metode penelitian yang digunakan dalam
atas suatu ‗illat hukum, ratio logis. Metode ini, penelitian ini yuridis normatif dengan pendekatan
secara faktual epektif, akan tetapi ia juga undang-undang (statute approach), pendekatan
melahirkan perbedaan sangat besar di kalangan kasus (case approach), pendekatan historis
para ahli hukum karena perbedaan pandangan (historical approach), pendekatan komparatif
dalam menentukan dan menguji ‗illat hukum yang (comparative approach), dan pendekatan
8
sesungguhnya. Dalam banyak kasus penalaran konseptual (conceptual approach).
tersebut (terutama qiyas) melahirkan varian-varian
hukum yang idealistik dan tidak sosiologis.7
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Problem metodologis ini berupaya dipecahkan
oleh ahli-ahli hukum lainnya, seperti Al-Ghazali, Formulasi Hukum Kewarisan Islam Dalam
dengan penawaran metode istislahi yang lebih etis Fiqih Dan Kompilasi Hukum Islam
dan pragmatis. Kemudian metode ini
Formulasi hukum kewarisan Islam dalam fiqih
dikembangkan oleh al-Syatibi. Melalui karya
mendasarkan pada al quran dan al hadist yaitu :
monumentalnya (al-muwafaqat), ia secara genial
a) Al quran
berupaya merumuskan sebuah pendekatan
1) QS. An-nisa (4): 7
metodologis yang didasarkan pada tujuan-tujuan
syari‘ah (maqashid al-Syari‘ah).

Artinya : Bagi orang laki-laki ada hak bagian


6
A. Djazuli, Beberapa Aspek Pengembangan Hukum dari harta peninggalan ibu-bapa dan
Islam di Indonesia, dalam Eddi Rudiana Arief, et. Al. (ED). kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak
1991, Hukum Islam di Indonesia Pemikiran dan Praktek, bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa
Rosdakarya, Bandung, h. 235-236.
7
Ahmad Hasan, 1994, The early Development of Islamic
8
Yurisprudence (terj.),Kitab Bhavan, New Delhi, h. 97. Ibid. h. 93

77
Vol 5 No 1 Maret 2018: 75 - 86

dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak


menurut bahagian yang telah ditetapkan

2) QS. An-nisa (4): 11

Artinya : Allah mensyari´atkan bagimu tentang Artinya : Dan bagimu (suami-suami) seperdua
(pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu: dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu,
bahagian seorang anak lelaki sama dengan jika mereka tidak mempunyai anak. Jika isteri-
bagahian dua orang anak perempuan; dan jika isterimu itu mempunyai anak, maka kamu
anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, mendapat seperempat dari harta yang
maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang
ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang mereka buat atau (dan) seduah dibayar
saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat
untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak
seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak,
meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang maka para isteri memperoleh seperdelapan dari
meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi
oleh ibu-bapanya (saja), maka ibunya mendapat wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah
sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai dibayar hutang-hutangmu. Jika seseorang mati,
beberapa saudara, maka ibunya mendapat baik laki-laki maupun perempuan yang tidak
seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan
atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-
(dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) laki (seibu saja) atau seorang saudara
orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak perempuan (seibu saja), maka bagi masing-
mengetahui siapa di antara mereka yang lebih masing dari kedua jenis saudara itu seperenam
dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu
ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha lebih dari seorang, maka mereka bersekutu
Mengetahui lagi Maha Bijaksana dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi
wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah
3) QS. An-nisa (4): 12 dibayar hutangnya dengan tidak memberi
mudharat (kepada ahli waris). (Allah
menetapkan yang demikian itu sebagai)
syari´at yang benar-benar dari Allah, dan Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun

4) QS. An-nisa (4): 33

78
Hukum Waris Islam Di Indonesia (Studi Perkembangan...
(Syarief Husien)

Vol 5 No 1 Maret 2018

Artinya : Bagi tiap-tiap harta peninggalan dari telah gugur secara syahid bersamamu di
harta yang ditinggalkan ibu bapak dan karib perang Uhud. Paman mereka mengambil harta
kerabat, Kami jadikan pewaris-pewarisnya. Dan peninggalan ayah mereka dan tidak
(jika ada) orang-orang yang kamu telah memberikan apa-apa untuk mereka. Keduanya
bersumpah setia dengan mereka, maka berilah tidak dapat kawan tanpa harta‖. Nabi berkata:
kepada mereka bahagiannya. Sesungguhnya ―Allah akan menetapkan hukum dalam kejadian
Allah menyaksikan segala sesuatu. ini‖. Kemudian ayat-ayat tentang kewarisan.
Nabi memanggil si paman dan berkata:
5) QS. An-nisa (4): 174 ―Berikan dua pertiga untuk untuk dua orang
anak Sa‘ad, seperlapan untuk istri Sa‘ad dan
selebihnya ambil untukmu‖.10
Formulasi Hukum Kewarisan Islam Dalam
Kompilasi Hukum Islam
Artinya : Hai manusia, sesungguhnya telah Formulasi hukum kewarisan dalam
datang kepadamu bukti kebenaran dari Kompilasi Hukum Islam di atur dalam Pasal 171
Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) sampai dengan Pasal 193.
dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya Pasal 171
yang terang benderang (Al Quran) Yang dimaksud dengan:
a. Hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur
6) QS. Al-anfal (8): 75 tentang pemindahan hak pemilikan harta
peninggalan (tirkah) pewaris, menentukan
siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris dan
berapa bagiannya masing-masing.
b. Pewaris adalah orang yang pada saat
meninggalnya atau yang dinyatakan meninggal
berdasarkan putusan Pengadilan beragama
Islam, meninggalkan ahli waris dan harta
Artinya : Dan orang-orang yang beriman
peninggalan.
sesudah itu kemudian berhijrah serta berjihad
c. Ahli waris adalah orang yang pada saat
bersamamu maka orang-orang itu termasuk
meninggal dunia mempunyai hubungan darah
golonganmu (juga). Orang-orang yang
atau hubungan perkawinan dengan pewaris,
mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya
beragama Islam dan tidak terhalang karena
lebih berhak terhadap sesamanya (daripada
hukum untuk menjadi ahli waris.
yang bukan kerabat) di dalam kitab Allah.
d. Harta peninggalan adalah harta yang
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala
ditinggalkan oleh pewaris baik yang berupa
sesuatu
benda yang menjadi miliknya maupun hak-
haknya.
b) Hadist Rasulullah SAW
e. Harta waris adalah harta bawaan ditambah
1) Hadist Nabi dari Ibn Abbas menurut riwayat Al-
bagian dari harta bersama setelah digunakan
Bukhari
untuk keperluan pewaris selama sakit sampai
―Dari Ibnu Abbas dia berkata: Rasulullah meninggalnya, biaya pengurusan jenazah
bersabda: berikan bagian-bagiam warisan (tajhiz), pembayaran hutang dan pemberian
kepada ahli warisnya, selebihnya kepada laki- untuk kerabat.
laki yang dekat‖.9 f. Wasiat adalah pemberian suatu benda dari
2) Hadist Nabi dari Jabir Bin ‗Abdillah yang
pewaris kepada orang lain atau lembaga yang
berbunyi:
akan berlaku setelah pewaris meninggal dunia.
Dari Jabir Bin ‗Abdillah berkata: janda Sa‘ad
g. Hibah adalah pemberian suatu benda secara
datang kepada Rasulallah SAW, bersama dua sukarela dan tanpa imbalan dari seseorang
anak perempuannya. Lalu ia berkata: ―Ya kepada orang lain yang masih hidup untuk
Rasulallah, ini dua anak perempuan Sa‘ad yang dimiliki.

9 10
Al-Hafidh Ibnu Hajar AL-Asqalani, 1995, Bulughul Jabir Bin Abu Dawud, al-Tirmizi, Ibnu Majjah dan
Maram, Ali, Terjemah Bulughul Maram, Mutiara Ilmu, Ahmad, 1952, Sunanu Abi Dawud II, Mustafa al Babiy,
Surabaya, h. 403. Cairo, h. 109.

79
Vol 5 No 1 Maret 2018: 75 - 86

h. Anak angkat adalah anak yang dalam (2) Tanggung jawab ahli waris terhadap hutang
pemeliharaan untuk hidupnya sehari-hari, biaya atau kewajiban pewaris hanya terbatas pada
pendidikan dan sebagainya beralih tanggung jumlah atau nilai harta peninggalannya.
jawabnya dari orang tua asal kepada orang tua
angkatnya berdasarkan putusan Pengadilan. Pasal 176
i. Baitul Mal adalah Balai Harta Keagamaan. Anak perempuan bila hanya seorang ia
mendapat separoh bagian, bila dua orang atau
Pasal 172 lebih mereka bersama-sama mendapat dua
Ahli waris dipandang beragama Islam apabila pertiga bagian, dan apabila anak perempuan
diketahui dari Kartu Identitas atau pengakuan atau bersama-sama dengan anak laki-laki, maka
amalan atau kesaksian, sedangkan bagi bayi yang bagian anak laki-laki adalah dua berbanding satu
baru lahir atau anak yang belum dewasa, dengan anak perempuan.
beragama menurut ayahnya atau lingkungannya.
Pasal 177
Pasal 173 Ayah mendapat sepertiga bagian bila pewaris
Seorang terhalang menjadi ahli waris apabila tidak meninggalkan anak, bila ada anak, ayah
dengan putusan hakim yang telah mempunyai mendapat seperenam bagian. *
kekuatan hukum yang tetap, dihukum karena:
a. dipersalahkan telah membunuh atau mencoba Pasal 178
membunuh atau menganiaya berat para (1) Ibu mendapat seperenam bagian bila ada
pewaris; anak atau dua saudara atau lebih. Bila tidak
b. dipersalahkan secara memfitnah telah ada anak atau dua orang saudara atau
mengajukan pengaduan bahwa pewaris telah lebih, maka ia mendapat sepertiga bagian.
melakukan suatu kejahatan yang diancam (2) Ibu mendapat sepertiga bagian dari sisa
dengan hukuman 5 tahun penjara atau sesudah diambil oleh janda atau duda bila
hukuman yang lebih berat. bersama-sama dengan ayah.

Pasal 174 Pasal 179


(1) Kelompok-kelompok ahli waris terdiri dari: Duda mendapat separoh bagian, bila pewaris
a. Menurut hubungan darah: tidak meninggalkan anak, dan bila pewaris
- golongan laki-laki terdiri dari : ayah, meninggalkan anak, maka duda mendapat
anak laki-laki, saudara laki-laki, seperempat bagian.
paman dan kakek.
- golongan perempuan terdiri dari : Pasal 180
ibu, anak perempuan, saudara Janda mendapat seperempat bagian bila pewaris
perempuan dari nenek. tidak meninggalkan anak, dan bila pewaris
b. Menurut hubungan perkawinan terdiri meninggalkan anak maka janda mendapat
dari : duda atau janda. seperdelapan bagian.
(2) Apabila semua ahli waris ada, maka yang
berhak mendapat warisan hanya: anak, Pasal 181
ayah, ibu, janda atau duda. Bila seorang meninggal tanpa meninggalkan
anak dan ayah, maka saudara laki-laki dan
Pasal 175 saudara perempuan seibu masing-masing
(1) Kewajiban ahli waris terhadap pewaris mendapat seperenam bagian. Bila mereka itu
adalah: dua orang atau lebih maka mereka bersama-
a. mengurus dan menyelesaikan sampai sama mendapat sepertiga bagian.
pemakaman jenazah selesai;
b. menyelesaikan baik hutang-hutang berupa Pasal 182
pengobatan, perawatan, termasuk Bila seorang meninggal tanpa meninggalkan
kewajiban pewaris maupun penagih anak dan ayah, sedang ia mempunyai satu
piutang; saudara perempuan kandung atau seayah, maka
c. menyelesaikan wasiat pewaris; ua mendapat separoh bagian. Bila saudara
d. membagi harta warisan di antara wahli perempuan tersebut bersama-sama dengan
waris yang berhak. saudara perempuan kandung atau seayah dua

80
Hukum Waris Islam Di Indonesia (Studi Perkembangan...
(Syarief Husien)

Vol 5 No 1 Maret 2018

orang atau lebih, maka mereka bersama-sama Pasal 188


mendapat dua pertiga bagian. Para ahli waris baik secara bersama-sama atau
Bila saudara perempuan tersebut bersama-sama perseorangan dapat mengajukan permintaan
dengan saudara laki-laki kandung atau seayah, kepada ahli waris yang lain untuk melakukan
maka bagian saudara laki-laki dua berbanding pembagian harta warisan. Bila ada diantara ahli
satu dengan saudara perempuan. waris yang tidak menyetujui permintaan itu,
maka yang bersangkutan dapat mengajukan
Pasal 183 gugatan melalui Pengadilan Agama untuk
Para ahli waris dapat bersepakat melakukan dilakukan pembagian warisan.
perdamaian dalam pembagian harta warisan,
setelah masing-masing menyadari bagiannya. Pasal 189
(1) Bila warisan yang akan dibagi berupa lahan
Pasal 184 pertanian yang luasnya kurang dari 2
Bagi ahli waris yang belum dewasa atau tidak hektar, supaya dipertahankan kesatuannya
mampu melaksanakan hak dan kewajibannya, sebagaimana semula, dan dimanfaatkan
maka baginya diangkat wali berdasarkan untuk kepentingan bersama para ahli waris
keputusan Hakim atas usul anggota keluarga. yang bersangkutan.
(2) Bila ketentuan tersebut pada ayat (1) pasal
Pasal 185 ini tidak dimungkinkan karena di antara para
(1) Ahli waris yang meninggal lebih dahulu dari ahli waris yang bersangkutan ada yang
pada sipewaris maka kedudukannya dapat memerlukan uang, maka lahan tersebut
digantikan oleh anaknya, kecuali mereka dapat dimiliki oleh seorang atau lebih ahli
yang tersebut dalam Pasal 173. waris yang dengan cara membayar
(2) Bagian ahli waris pengganti tidak boleh harganya kepada ahli waris yang berhak
melebihi dari bagian ahli waris yang sesuai dengan bagiannya masing-masing.
sederajat dengan yang diganti.
Pasal 190
Pasal 186 Bagi pewaris yang beristeri lebih dari seorang,
Anak yang lahir di luar perkawinan hanya maka masing-masing isteri berhak mendapat
mempunyai hubungan saling mewaris dengan bagian atas gono-gini dari rumah tangga dengan
ibunya dan keluarga dari pihak ibunya. suaminya, sedangkan keseluruhan bagian
pewaris adalah menjadi hak para ahli warisnya.
Pasal 187
(1) Bilamana pewaris meninggalkan warisan Pasal 191
harta peninggalan, maka oleh pewaris Bila pewaris tidak meninggalkanahli waris sama
semasa hidupnya atau oleh para ahli waris sekali atau ahli warisnya tidak diketahui ada atau
dapat ditunjuk beberapa orang sebagai tidaknya, maka harta tersebut atas putusan
pelaksana pembagian harta warisan Pengadilan Agama diserahkan penguasaannya
dengan tugas: kepada Baitul Mal untuk kepentingan Agama
a. mencatat dalam suatu daftar harta Islam dan kesejahteraan umum.
peninggalan, baik berupa benda
bergerak maupun tidak bergerak yang Pasal 192
kemudian disahkan oleh para ahli waris Apabila dalam pembagian harta warisan di
yang bersangkutan, bila perlu dinilai antara para ahli warisnya Dzawil furud
harganya dengan uang; menunjukkan bahwa angka pembilang lebih
b. menghitung jumlah pengeluaran untuk besar dari angka penyebut, maka angka
kepentingan pewaris sesuai dengan penyebut dinaikkan sesuai dengan angka
Pasal 175 ayat (1) sub a, b, dan c. pembilang, dan baru sesudah itu harta warisnya
(2) Sisa dari pengeluaran dimaksud di atas dibagi secara aul menutu angka pembilang.
adalah merupakan harta warisan yang
harus dibagikan kepada ahli waris yang Pasal 193
berhak. Apabila dalam pembarian harta warisan di antara
para ahli waris Dzawil furud menunjukkan bahwa
angka pembilang lebih kecil dari angka penyebut,
sedangkan tidak ada ahli waris asabah, maka

81
Vol 5 No 1 Maret 2018: 75 - 86

pembagian harta warisan tersebut dilakukan laki-laki mendapat bagian dua sedang
secara rad, yaitu sesuai dengan hak masing- perempuan satu.12
masing ahli waris sedang sisanya dibagi c. Pasal 177 tentang bagian ayah. Dalam pasal ini
berimbang di antara mereka. dirumuskan bahwa ayah mendapat 1/3 bagian
dari apabila pewaris tidak meninggalkan anak.
Perkembangan Hukum Kewarisan Islam
Tetapi apabila ada anak, maka ayah mendapat
Dalam Kompilasi Hukum Islam Di Banding
1/6 bagian.
Dengan Kewarisan Dalam Fiqih
d. Pasala 184 tentang perdamaian dalam
1. Bentuk-Bentuk Perkembangan Hukum pembagian warisan.
Kewarisan Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) e. Pasal 184 tentang pengangkatan wali.
f. Pasal 185 tentang ahli waris pengganti.
Menurut pandangan para ahli usul fikih
g. Pasal 189 tentang pemeliharaan keutuhan dan
bahwa al-Qur‘an dan Sunnah Rasulullah di
kesatuan lahan pertanian yang luasnya kurang
samping menunjukkan hukum dengan bunyi
dari 2 (dua) hektar, supaya dipertahankan
bahasanya, juga dengan ―ruh syar‘i‖ atau
kesatuannya sebagaimana semula.
―maqashid al-syari‘ah‖. Lewat maqashid al-syari‘ah
h. Pasal 209 menyatakan bahwa ayah angkat
inilah ayat-ayat dan Hadits-hadits hukum yang
berhak ikut menerima warisan harta
secara kuantitatif sangat terbatas jumlahnya dapat
peninggalan anak angkatnya.
dikembangkan untuk menjawab permasalahan-
i. Hukum kewarisan Islam di Indonesia mengakui
permasalahanyang secara kajian kebahasaan tidak
lembaga Gono-Gini, sedangkan dalam hukum
tertampung dalam al-Qur‘an dan Sunnah.
Islam tidak ada.13
Pengembangan itu dilakukan dengan
Perkembangan hukum Islam tersebut
menggunakan metode istimbath seperti dengan
mengunakan metode penerapan hukum lewat
qiyas, istihsan,maslahah-mursalah dan ‗uirf, yang
maqashid al-syari‘ah dalam praktek –praktek
pada sisi lain juga disebut sebagai dalil.11
istimbath tersebut, yaitu praktek qiyas, istihsan,
Atas dasar hal tersebut maka menciptakan
dan istislah (maslahah-mursalah), dan lainnya
perkembangan kewarisan dalam Kompilasi Hukum
seperti istihsab, sadd al-zari‘ah, dan ‗urf (adat-
Islam antara lain:
istiadat) di samping disebut sebagai metode
a. Pasal 171 sub e yang berbunyi ―Harta warisan
penetapan hokum lewat maqashid al-syari‘ah, juga
adalah harta bawaan ditambah bagian dari
oleh sebagian besar ulama usul fikih disebut
harta bersama setelah digunakan untuk
sebagai dalil pendukung.14
keperlaun pewaris selama sakit sampai
meninggalnya, biaya pengurusan jenazah 2. Perbandingan Hukum Kewarisan Dalam
(tajhiz) pembayaran hutang dan pemberian Kompilasi Hukum Islam Dengan Hukum
untuk kerabat. ― Kewarisan Dalam Fiqih
b. Pasal 176 antara lain menyatakan bahwa
Adapun bentuk-bentuk perkembangan
bagian waris anak laki-laki adalah dua
kewarisan dalam Kompilasi Hukum Islam antara
berbanding satu dengan anak perempuan.
lain:
Namun pasal 299 (yang merupakan ketentuan
1) Pasal 171 sub e yang berbunyi "Harta warisan
penutup) menyatakan bahwa dalam
adalah harta bawaan ditambah bagian dan
menyelesaikan perkara-perkara yang diajukan
harta bersama setelah digunakan untuk
kepadanya, hakim wajib memperhatikan
keperluan pewaris selama sakit sampai
dengan sungguh-sungguh nilai-nilai hukum
meninggalnya, biaya pengurusan jenazah
yang hidup dalam masyarakat sehingga
(tajhiz) pembayaran hutang dan pemberian
putusannya sesuai dengan rasa keadilan. Dan
untuk kerabat."
hal itu sudah sering dilakukan oleh pengadilan
Di dalam pasal tersebut terungkap
Indonesia, dengan tidak melaksanakan
bahwa harta bersama itu terpisah dari harta
pembagian warisan berdasarkan prinsip anak
pribadi masing-masing. Bahkan dalam
perkawinan poligini¬perkawinan serial, wujud

12
Munawir Sadzali, Relevansi Hukum Keluarga Islam
11
A. Khisni, 2016, Perkembangan Pemikiran Hukum Islam dengan Kebutuhan Masa Kini, dalam Amrullah Ahmad,
(Ikhtiyar Pendidikan Doktor Membekali Calon 1996, Dimensi Hukum Islam dalam Sistem Hukum
Mujtahidmenggali Maqashid al-Syari‘ah untuk Mewujudkan Nasional. Cet. I Gema Insani Press, ; Jakarta, h. 225.
13
Hukum Islam yang Kontekstual), Cetakan Kelima, Ibid.
14
UNISSULA PRESS Semarang, Semarang, h. 38. A. Khisni, Op.Cit, h. 42.

82
Hukum Waris Islam Di Indonesia (Studi Perkembangan...
(Syarief Husien)

Vol 5 No 1 Maret 2018

harta bersama itu terpisah antara suami cara 'ashobah apabila yang meninggal dunia
dengan masing-masing isteri. Sementara dalam tidak meninggalkan anak.
al-Qur'an dan al-Hadits, masalah ini tidak 4) Pasal 183 tentang perdamaian dalam
dijumpai nashnya secara pasti. Dalam literatur pembagian warisan. Pasal ini membuka peluang
lama fiqh Islam tidak dijumpai pembahasan adanya pembagian warisan dalam porsi yang
mengenai harta bersama. Ilmu fiqh cenderung sama (1:1) antara anak laki-laki dan anak
mengabaikan masalah ini sehingga perempuan yang menyimpang dari pasal 176
menimbulkan kesan bahwa isteri tidak berperan yang mengatur ketentuan anak laki-laki dan
dalam pembinaan rumah tangga, termasuk anak perempuan.
aspek financialnya.15 5) Pasal 184 tentang pengangkatan wali.
Dedikasi seorang isteri telah berubah di 6) Pasal 185 tentang ahli waris pengganti.
zaman kita hari ini, hal ini merupakan adat dan Walaupun hal ini jelas tidak dimaksudkan
kebiasaan yang sudah mengakar di dalam mengangkat seorang bukan ahli waris menjadi
masyarakat kita. Jadi, dalam membina rumah ahli waris, karena tentu hal itu bertentangan
tangga selain menjalankan ketentuan- dengan hukum kewarisan Islam yang
ketentuan hukum yang normatif, kita tidak berasaskan ijbari.18
dapat mengabaikan pula peranan adat dan 7) Pasal 189 tentang pemeliharaan keutuhan dan
tradisi yang pada akhirnya dapat direalisasikan kesatuan lahan pertanian yang luasnya kurang
sebagai hukum. Maka konsep harta bersama ini dari 2 (dua) hektar, supaya dipertahankan
sangat urgen sekali untuk dimasukkan ke dalam kesatuannya sebagaimana semula. Sedangkan
Kompilasi sebagai suatu ketentuan hukum di bagi ahli waris yang membutuhkan uang atau
Indonesia. Hasil ijtihad (fiqh) ini, sebagai suatu modal, maka bisa dilakukan dengan cara
produk hukum yang diambil dengan mengganti harga bagian dari harta warisan
menggunakan metodologi urf dan tentu saja yang didapatnya. Pola pembagian ini
bertujuan mashlahat.16 sebenarnya bertentangan pula dengan asas
2) Pasal 176 menyatakan bahwa bagian waris ijbari. asas ijbari itu mengandung artin bahwa
anak laki-laki adalah dua berbanding satu perpindahan hak milik dan seorang muwarits
dengan anak perempuan. Namun pasal 229 kepada orang lain (ahli waris) berlaku dengan
(yang merupakan ketentuan penutup) sendiri menurut ketentuan Allah tanpa
menyatakan bahwa dalam menyeiesaikan tergantung pada kehendak muwarits atau ahli
perkara-perkara yang diajukan kepadanya, waris.
hakim wajib memperhatikan dengan sungguh- 8) Pasal 209 menyatakan bahwa ayah angkat
sungguh nilai-nilai hukum yang hidup dalam berhak ikut menerima warisan harta
masyarakat sehingga putusannya sesuai peninggalan anak angkatnya. Demikian juga
dengan rasa keadilan. Dan hal itu sudah sering sebaliknya, anak angkat berhak ikut menerima
dilakukan oleh pengadilan Indonesia, dengan warisan harta peninggalan ayah angkatnya.
tidak melaksanakan pembagian warisan Kalau mereka tidak menerima wasiat, diberi
berdasarkan prinsip anak laki-laki mendapat wasiat wajibah sebanyak-banyaknya 1/3 dari
bagian dua sedang perempuan satu.17 Hal ini harta warisan anak atau orang tua angkatnya.
lebih bertujuan pada pelestarian adat dan Padahal, dalam hukum Islam, tidak ada anak
tradisi putusan hukum yang hidup di Indonesia, dan orang tua angkat menerima warisan.
ketimbang nilai-nilai syari'at Islam. 9) Hukum kewarisan Islam di Indonesia mengakui
3) Pasal 177 tentang bagian ayah. Dalam pasal ini lembaga Gono-Gini, sedangkan dalam hukum
dirumuskan bahwa ayah mendapat 1/3 bagian Islam tidak ada.19
dari apabila pewaris tidak meninggalkan anak.
Tetapi apabila ada anak, maka ayah mendapat
3. Perkembangan Hukum Kewarisan Islam Dalam
1/6 bagian. Ketentuan pasal ini tidak terdapat
Praktek Putusan Pengadilan Agama
dalam al-Qur'an (surat al-Nisa: 11) dan ijma
ulama yang nienentukan bagian ayah dengan Dasar Hukum Kompilasi Hukum Islam di
Indonesia adalah intruksi Presiden No. 1 Tahun
1991 tanggla 10 Juni 1991. Menurut Ismail Suny,
15 sudah jelas bahwa dalam bidang perkawinan,
A. Wasit Aulawi, 1981,Hukum Perkawinan di Indonesia,
Bulan Bintang, Jakarta, h. 59.
16 18
Ibid. h. 60. Ibid. h. 63.
17 19
Ibid. h. 224. Munawir Sadzali, Op.Cit. 225.

83
Vol 5 No 1 Maret 2018: 75 - 86

kewarisan, dan wakaf bagi pemeluk-pemeluk Islam Keempat : Keputusan ini mulai berlaku sejak
telah ditetapkan oleh Undang-undang yang berlaku diterpakannya.22
dalam hukum Islam, aritnya, bahwa bagi Satu hal yang perlu perhatian dari Keputusan
masyarakat muslim Indonesia yang harus dijasikan Menteri Agama ini ialah pada diktum bagian kedua
pegangan hukum itu adalah Kompilasi Hukum yang berkaitan dengan kedudukan kompilasi yang
Islam dalam setiap penyelesaian-penyelesaian intinya agar supaya seluruh lingkungan Instansi
masalah perkawian, kewarisan, dan wakaf, dan itu (dalam kasus ini terutama sekali dimaksud
adalah hukum Islam yang sudah dilegalisi oleh tentunya adalah Instansi Peradilan Agama) agar
Undang-undang.20 Dan selanjutnya ia mengatakan ―sedapat mungkin menerapkan Kompilasi Hukum
bahwa Intruksi Presiden tersebut itu dasar Islam tersebut di samping peraturan perundang-
hukumya adalah pasal 4 ayat (1) Undang-Undang undangan lainnya‖. Kata-kata ―sedapat mungkin‖
Dasar 1945, yaitu kekuasaan Presiden atau dalam Keputusan Menteri Agama ini kiranya
Intruksi Presiden, kedudukan hukumnya adalah mempunyai kaitan cukup erat dengan kata-kata
sama.21 Karena itu pembicaraan mengenai ―dapat digunakan‖ dalam Instruksi Presiden No. 1
kedudukan pompilasi tidak mungkin dilepaskan Tahun 1991 sebagaimana dikemukakan di
dari Intruksi Presiden dimaksud. atas,dan juga harus diartikan bukan dalam artian
Lebih lanjut dalam diktum Keputusan kompilasi hanya dipakai kalau kedaan
Menreti Agama tanggla 22 juli 1991 No. 154 Tahun memungkinkan akan tetapi sebagai suatu anjuran
1991 disebutkan, bahwa: untuk lebih menggunakan kompilasi ini dalam
Pertama : Seluruh Instansi Departemen Agama penyelesaian sengketa-sengketa perkawinan,
dan Instansi Pemerintah lainynya yang kewarisan, dan perwakafan yang terjadi di
terkait yang menyebarluaskan kalangan umat Islam.
Kompilasi Hukum Islam dibidang Dengan demikian, khusus menyangkut
Hukum Perkawinan, Kewarisan, dan fungsi pelaksanaan kompilasi ini tentunya masih
Kewakafan sebagaimana dimaksud diperlukan petunjuk teknis berkenaan dengan
dalam dictum pertama Intruksi Presiden bagaimana seharusnya Kompilasi Hukum Islam ini
Republik Indonesia Nomor 1 tahun seharusnya dilaksanakan oleh jajaran aparatur
1991 tanggal 10 juni 1991 untk Peradilan Agama sehingga mereka tidak
digunakan oleh Instansi pemerintah mengalami kesulitan dalam pelaksanaannya.
dan masyarakat yang memerlukannya Melalui petunjuk pelaksanaan ini diharapkan akan
dalam menyelesaikan masalah-maslah dapat diberikan kejelasan mengenai bagaimana
dibidang tersebut. kedudukan dan fungsi Kompilasi Hukum Islam
Kedua : Seluruh lingkungan instansi tersebut dalam praktik penyelesaian perkara.
dalam dictum pertama, dalam menye- Apabila kita berasumsi tentang Instruksi
lesaikan masalah-masalah dibidang Presiden dan Keputusan Menteri Agama
hukum perkawinan, kewarisan, dan menyangkut kompilasi ini mempunyai kedudukan
kewakafan sedapat mungkin menerap- sebagai ―pedoman‖ dalam artian sebagai sesuatu
kan Kompilasi Hukum Islam tersebut petunjuk bagi para hakim Peradilan Agaman dalam
disamping peraturan perundang- memutus dan menyelesaikan perkara, maka
undangan lainnya. kedudukannya adalah tergantung sepenuhnya dari
Ketiga : Direktur Jenderal Pembinaan Kelemba- para Hakim dimaksud untuk menuangkannya
gaan Agama Islam dan Direktur dalam keputusan-keputusan mereka masing-
Bimbingan Masyarakat Islam dan masing sehingga kompilasi ini akan terwujud dan
Urusan Haji mengkoordinasikan pelak- mempunyai makna serta landasan yang kokoh
sanaan Keputusan Menteri Agama dalam yurisprudensi Peradilan Agama. Dengan
Republik Indonesia ini dalam bidang cara demikian, maka Peradilan Agama tidak hanya
tugasnya masing-masing. berkewajiban menerapkan ketentuan-ketentuan
yang sudah digariskan dalam kompilasi, akan
tetapi justru mempunya peranan yang lebih besar
lagi untuk memperkembangkan dan sekaligus

20
Ismail Suny, Kedudukan Hukum Islam dalam Sistem
Ketatanegaraan Indonesia, dalam Eddi Rudiana Arief, et.
1991, Al ―Hukum Islam di Indonesia, Perkembangan dan
22
Pembentukkan, Remaja Rosdakarya, Bandung, h. 44. H. Abdurrahman, 1992, Kompilasi Hukum Islam di
21
Ibid, h. 44 Indonesia, Akademika Pressindo, Jakarta, h.56.

84
Hukum Waris Islam Di Indonesia (Studi Perkembangan...
(Syarief Husien)

Vol 5 No 1 Maret 2018

melengkapinya melalui yurisprudensi yang al-mawarits), namun hal itu telah termuat dan
dibuatnya.23 terkodifikasikan dalam hukum kewarisan
Kompilasi Hukum Islam, antara lain: pasal 171
PENUTUP
tentang harta bersama, pasal 177 tentang
Simpulan pembagian ayah secara `ashabah, pasal 209
a. Formulasi Hukum Kewarisan Islam Dalam Fiqih yang menyatakan bahwa ayah angkat dan anak
Dan Kompilasi Hukum Islam angkat menerima warisan, dan bila mereka
1) Formulasi Hukum Kewarisan Islam Dalam tidak menerima wasiat, maka berhak menerima
Fiqih. Formulasi hukum kewarisan Islam wasiat wajibah dan Kopilasi Hukum Islam pun
dalam fiqih mendasarkan pada al quran dan mengakui harta gono-gini padahal fiqh tidak
al hadist yaitu : mengakui;
a) Al quran, QS. An-nisa (4): 7, QS. An-nisa c. Perkembangan hukum kewarisan Islam dalam
(4): 11, QS. An-nisa (4): 12, QS. An-nisa praktek putusan pengadilan agama di Indonesia
(4): 33, QS. An-nisa (4): 176, QS. Al- hal ini tidak lepas dari Kompilasi Hukum Islam
anfal (8): 75, merupakan intruksi Presiden No. 1 Tahun 1991
b) Hadist Rasulullah SAW tanggla 10 Juni 1991, sehingga perkawinan,
- Hadist Nabi dari Ibn Abbas menurut kewarisan, dan wakaf bagi pemeluk-pemeluk
riwayat Al-Bukhari ―Dari Ibnu Abbas Islam telah ditetapkan sehingga dapat dijadikan
dia berkata: Rasulullah bersabda: pengadilan agama sebagai ―pedoman‖ dalam
berikan bagian-bagiam warisan artian sebagai sesuatu petunjuk bagi para
kepada ahli warisnya, selebihnya hakim Peradilan Agaman dalam memutus dan
kepada laki-laki yang dekat‖. menyelesaikan perkara, maka kedudukannya
- Hadist Nabi dari Jabir Bin ‗Abdillah adalah tergantung sepenuhnya dari para Hakim
yang berbunyi: Dari Jabir Bin ‗Abdillah dimaksud untuk menuangkannya dalam
berkata: janda Sa‘ad datang kepada keputusan-keputusan mereka masing-masing
Rasulallah SAW, bersama dua anak sehingga kompilasi ini akan terwujud dan
perempuannya. Lalu ia berkata: ―Ya mempunyai makna serta landasan yang kokoh
Rasulallah, ini dua anak perempuan dalam yurisprudensi Peradilan Agama. Dengan
Sa‘ad yang telah gugur secara syahid cara demikian, maka Peradilan Agama tidak
bersamamu di perang Uhud. Paman hanya berkewajiban menerapkan ketentuan-
mereka mengambil harta peninggalan ketentuan yang sudah digariskan dalam
ayah mereka dan tidak memberikan kompilasi, akan tetapi justru mempunya
apa-apa untuk mereka. Keduanya peranan yang lebih besar lagi untuk
tidak dapat kawan tanpa harta‖. Nabi memperkembangkan dan sekaligus
berkata: ―Allah akan menetapkan melengkapinya melalui yurisprudensi yang
hukum dalam kejadian ini‖. Kemudian dibuatnya..
ayat-ayat tentang kewarisan. Nabi
Saran
memanggil si paman dan berkata:
―Berikan dua pertiga untuk untuk dua a. Dalam perubahan dari fiqih konvensional ke
orang anak Sa‘ad, seperlapan untuk KHI harus tetap mengunakan kaidah kaidah
istri Sa‘ad dan selebihnya ambil fiqih yang tidak bertentangan dan sesuai
untukmu‖. dengan keadaan bangsa Indonesia.
2) Formulasi hukum kewarisan Islam dalam b. Berubahnya zaman serta kebutuhan
Kompilasi Hukum Islam di atur dalam Pasal masyarakat Indonesia terhadap kepastian
171 sampai dengan Pasal 193. hukum yang akan di anutnya, sehingga di
b. Perkembangan hukum kewarisan Islam dalam harapkan mujtahid mujtahid untuk selalu
Kompilasi Hukum Islam di banding dengan melakukan pembaharuan hukum
kewarisan dalam fiqih yaitu banyak c. Semua pebaharuan hukum di KHI dapat
memasukkan unsur-unsur hukum adat dan dijadikan hukum terapan (materiil) bagi
kepentingan-kepentingan yang dibutuhkan instansi Perintah (Pengdilan Agama) dan
masyarakat Indonesia masa sekarang, maka masyarakat Indonesia dalam menyelesaikan
banyak bentuk-bentuk hukum kewarisan yang perkara-perkara kewarisan.
belum tertuang dalam fiqh konvensional (fiqh

23
Ibid. h.53-58

85
Vol 5 No 1 Maret 2018: 75 - 86

Maqashid al-Syari‘ah untuk Mewujudkan


Hukum Islam yang Kontekstual), Cetakan
DAFTAR PUSTAKA
Kelima, UNISSULA PRESS Semarang,
Abdul Gani Abdullah, 1992, Pengantar Kompilasi Semarang.
Hukum Islam dalam Tata Hukum
A. Wasit Aulawi, 1981,Hukum Perkawinan di
Indonesia,Gema Insani Press, Jakarta.
Indonesia, Bulan Bintang, Jakarta.
Abdullah An-Naim, 1994, Toward an Islamic
Bagir Manan, 1995, Pertumbuhan dan
Reformation Cil Liberties, Human Rights
Perkembangan Konstitusi Suatu Negara ,
and International Law(diterjemahkan oleh
Mandar Maju Bandung.
Ahmad Suaedy dan Amiruddin Arrani),
Dekonstruksi Syari‘ah, LkiS, Yogyakarta Cik Hasan Bisri, 1996, Dimensi-dimensi Kompilasi
Hukum Islam, Ulul Albab Press, Bandung.
Ahmad Hasan, 1994, The early Development of
Islamic Yurisprudence (terj.),Kitab Bhavan, Fazlur Rahman, 1994, Islam (Terj.), Salman ITB,
New Delhi. Bandung.
Al-Hafidh Ibnu Hajar AL-Asqalani, 1995, Bulughul H. Abdurrahman, 1992, Kompilasi Hukum Islam di
Maram, Ali, Terjemah Bulughul Maram, Indonesia, Akademika Pressindo, Jakarta.
Mutiara Ilmu, Surabaya.
Ismail Suny, Kedudukan Hukum Islam dalam
A. Djazuli, Beberapa Aspek Pengembangan Hukum Sistem Ketatanegaraan Indonesia, dalam
Islam di Indonesia, dalam Eddi Rudiana Eddi Rudiana Arief, et. 1991, Al ―Hukum
Arief, et. Al. (ED). 1991, Hukum Islam di Islam di Indonesia, Perkembangan dan
Indonesia Pemikiran dan Praktek, Pembentukkan, Remaja Rosdakarya,
Rosdakarya, Bandung. Bandung.
A. Khisni, 2016, Perkembangan Pemikiran Hukum Jabir Bin Abu Dawud, al-Tirmizi, Ibnu Majjah dan
Islam (Ikhtiyar Pendidikan Doktor Ahmad, 1952, Sunanu Abi Dawud II,
Membekali Calon Mujtahidmenggali Mustafa al Babiy, Cairo.
Munawir Sadzali, Relevansi Hukum Keluarga Islam
dengan Kebutuhan Masa Kini, dalam
Amrullah Ahmad, 1996, Dimensi Hukum
Islam dalam Sistem Hukum Nasional. Cet.
I Gema Insani Press, ; Jakarta.

86

Anda mungkin juga menyukai