Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

AYAT-AYAT AL-QUR’AN DAN HADIS TENTANG FENOMENA SOSIAL DAN


ALAM SEBAGAI BUKTI KEKUASAAN ALLAH

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Fiqh


Dosen Pengampu:
Abdul Fattah, M.Th.I

Disusun oleh:
Kelompok 1 Kelas PAI-F
Faiqoh Razan Yumnansa 210101110027
Iklil Faiqoh 210101110174

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa atas berkat,
rahmat, hidayah, dan inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik,
walaupu masih banyak kekurangan didalamnya.

Makalah ini membahas mengenai “Ayat-Ayat Al-Qur’an dan Hadis Tentang


Fenomena Sosial Dan Alam Sebagai Bukti Kekuasaan Allah”.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Abdul Fattah, M.Th.I selaku dosen
pengampu mata kuliah pengembangan materi Qur’an Hadis yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya, mendukung dan membantu penyusunan makalah sehingga makalah
ini dapat terselesaikan. Kami menyadari bahwa banyak kesalahan dalam makalah kami, maka
dari itu kritik dan saran sangat kami nantikan.

Akhir kata, semoga makalah ini bisa bermanfaat khususnya bagi kami, penyusun dan
umumnya untuk pembaca.

Malang, 28 Februari 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................................................... iii
BAB I .......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...................................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..................................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH .............................................................................................................1
C. TUJUAN ......................................................................................................................................2
BAB II .....................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN .....................................................................................................................................3
A. Penafsiran fenomena sosial dan alam sebagai bukti kekuasaan Allah sebagaimana dalam
Q.S. As-Syams (91): 1-10 ...................................................................................................................3
B. Penafsiran fenomena sosial dan alam sebagai bukti kekuasaan Allah sebagaimana dalam
Q.S Ali Imron (3): 190 .......................................................................................................................6
C. Hadits Riwayat Bukhari dari Abu Hurairah...........................................................................8
D. Penafsiran Q.S. Al-Lail (92): 1-11 Tentang Fenomena Sosial Dan Alam Sebagai Bukti
Kekuasaan Allah ................................................................................................................................9
E. Hadits Riwayat Bukhari Muslim Dari Abu Hurairah ..........................................................14
F. Hadits Riwayat Muslim dari Jabir Bin Abdillah ..................................................................16
BAB III ..................................................................................................................................................19
PENUTUP .............................................................................................................................................19
A. KESIMPULAN ..........................................................................................................................19
B. SARAN ......................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................................21

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Al-Qur’an dan Hadis Nabi Muhammad SAW diyakini oleh umat Islam sebagai
sumber ajaran Islam. Yang di dalamnya (al-Qur’an) terhimpun berbagai aspek
kehidupan, yang tidak mungkin dipermasalahkan lagi oleh umat Islam tentang
periwayatannya. Seluruh lafaẓ yang tersusun dalam setiap ayatnya, tidak akan pernah
mengalami perubahan baik pada zaman Nabi maupun zaman sebelum Nabi. Begitu
pun perkataan Nabi Muhammad SAW (Hadis) yang selalu menjadi rujukan, bahkan
bisa dikatakan sebagai narasumber di masa itu. Karena itu, Hadis Nabi SAW memiliki
fungsi yang berkaitan dengan al-Qur’an itu sendiri, yaitu sebagai penjelas dan
penjabar dari al-Qur’an. Ucapan dan perbuatan Nabi Muhammad SAW merupakan
pegangan dan teladan (uswah) bagi umat Islam.
Dalam al-Qur’an terkandung ayat-ayat tentang fenomena-fenomena alam dan
sosial. Terkadang manusia tidak menyadari bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini
sudah termaktub dalam Al-Qur’an yang merupakan mu’jizat Allah kepada nabi
Muhammad. Untuk mempelajari ayat-ayat al-qur’an dibuthkan hadits untk
menyempurnakan pemahaman. Berikut adalah Ayat-ayat al-Qur'an Tentang tentang
Fenomena sosial dan alam sebagai bukti kekuasaan Allah sebagaimana dalam Q.S. as-
Syams (91): 1-10, Q.S. Ali Imran (3): 190 dan hadis riwayat Bukhari dari Abu
Hurairah tentang kekuasan dan rahmat Allah Swt. Fenomena sosial dan alam sebagai
bukti kekuasaan Allah sebagaimana dalam Q.S. al-Lail (92): 1-11, dan hadis hadis
riwayat Muslim dari Abu Hurairah. Hadis tentang sifat pemurah dan menjauhi sifat
kikir riwayat Muslim dari Jabir bin Abdillah

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana penafsiran QS. As-Syams (91) : 1-10 tentang Fenomena sosial dan
alam sebagai bukti kekuasaan Allah?
2. Bagaimana penafsiran QS. Ali Imran (3): 190 tentang Fenomena sosial dan alam
sebagai bukti kekuasaan Allah?
3. Bagaimana penafsiran hadits riwayat Bukhari dari Abu Hurairah tentang kekuasan
dan rahmat Allah Swt?

1
4. Bagaimana penafsiran Q.S. al-Lail (92): 1-11 tentang Fenomena sosial dan alam
sebagai bukti kekuasaan Allah?
5. Bagaimana penafsiran hadits riwayat Bukhari dari Abu Hurairah tentang
Fenomena sosial dan alam sebagai bukti kekuasaan Allah?
6. Bagaimana penafsiran hadits riwayat Muslim dari Jabir bin Abdillah tentang sifat
pemurah dan menjauhi sifat kikir?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui penafsiran QS. As-Syams (91) : 1-10 tentang Fenomena sosial
dan alam sebagai bukti kekuasaan Allah
2. Untuk mengetahui penafsiran QS. Ali Imran (3): 190 tentang Fenomena sosial dan
alam sebagai bukti kekuasaan Allah
3. Untuk mengetahui penafsiran hadits riwayat Bukhari dari Abu Hurairah tentang
kekuasan dan rahmat Allah Swt
4. Untuk mengetahui Q.S. al-Lail (92): 1-11 tentang Fenomena sosial dan alam
sebagai bukti kekuasaan Allah
5. Untuk mengetahui penafsiran hadits riwayat Bukhari dari Abu Hurairah tentang
Fenomena sosial dan alam sebagai bukti kekuasaan Allah
6. Untuk mengetahui penafsiran hadits riwayat Muslim dari Jabir bin Abdillah
tentang sifat pemurah dan menjauhi sifat kikir

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Penafsiran fenomena sosial dan alam sebagai bukti kekuasaan Allah


sebagaimana dalam Q.S. As-Syams (91): 1-10
1. Lafadz Q.S. As-Syams (91): 1-10

(٥) ‫س َم ۤا ِء َو َما بَ ٰنىهَا‬ ِ ‫( َوالنَّه‬٢) ‫( َوا ْلقَ َم ِر اِذَا تَ ٰلىهَا‬١) ‫َوالش َّْم ِس َوض ُٰحىهَا‬
َّ ‫( َوال‬٤) ‫( َوالَّ ْي ِل اِذَا يَ ْغ ٰشىهَا‬٣) ‫َار اِذَا جَ لّٰىهَا‬

(٩) ‫( قَ ْد ا َ ْفلَ َح َم ْن َزكّٰىهَا‬٨) ‫( فَا َ ْل َه َمهَا فُ ُج ْو َر َها َوت َ ْق ٰوىهَا‬٧ ) ‫س ّٰوىهَا‬


َ ‫( َونَ ْف ٍس َّو َما‬٦ )‫ض َو َما َط ٰحىهَا‬
ِ ‫َو ْاْلَ ْر‬

(١١) ‫سىه َۗا‬ َ ‫َوقَ ْد َخ‬


ّٰ ‫اب َم ْن َد‬

Artinya: “Demi matahari dan cahayanya di pagi hari. Dan bulan apabila
mengiringinya. Dan siang apabila menampakkannya. Dan malam apabila
menutupinya. Dan langit serta pembinaannya. Dan bumi serta penghamparannya.
Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). Maka Allah mengilhamkan
kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah
orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang
mengotorinya.” (QS. As-Syams (91) : 1-10)1
2. Mufrodat Ayat

Terjemah Lafadz Terjemah Lafadz

ِ serta penghamparannya َ ِ‫ ِ َو َما‬demi matahari


ِ ‫طحٰ ى َها‬ َّ ‫َوال‬
ِ ِ‫ش ْمس‬

ِ dan jiwa ِ ِ‫ ِ َونَ ْفس‬dan cahayanya di pagi hari ِ ‫ضحٰ ى َها‬


ُ ‫َو‬

serta penyempurnaannya ِ ‫س ّٰوى َها‬


َ ِ‫ ِ َّو َما‬dan bulan ِ ‫َو ْالقَ َمر‬
ِ (ciptaannya)

ِ maka Allah mengilhamkan ِ ‫ ِ فَا َ ْل َه َم َها‬apabila mengiringinya ِ ‫اذَاِت َٰلى َها‬

kepada jiwa itu (jalan) ِ َ‫ ِ فُ ُج ْو َر ِه‬dan siang ِ ‫َوالنَّ َهار‬


ِ kefasikan

ِ dan ketaqwaan ِ ‫ َوتَ ْق ٰوى َها‬apabila ِ ِ ‫اذَاِ َجلّٰى َها‬


ِ menampakkannya

sesungguhnya َِ َ‫ قَدِْا َ ْفل‬dan ِ


ِ‫ح‬ ِ ِ‫َوالَّيْل‬
ِ beruntunglah ِ malam

1
https://tafsirq.com/91-asy-syams
3
orang yang mensucikan ِ ‫ ِ َِم ْنِزَ ّٰكى َها‬apabila menutupinya ِ ‫اذَاِ َي ْغ ٰشى َها‬
ِ jiwa itu

dan sesungguhnya َِ ‫ ِ َوقَدِْخ‬dan langit


ِ ‫َاب‬ ِ ِ‫س َم ۤاء‬
َّ ‫َوال‬
ِ merugilah

ِ orang yang mengotorinya ِ ‫ ِ َم ْنِدَسّٰى َها‬serta pembinaannya ِ ‫َو َماِ َب ٰنى َها‬

ِ ِ ِ dan bumi ِ ِ‫َو ْاْلَ ْرض‬

3. Tafsir Ayat
Dalam surat Asy-Syams ini ayat 1-7, Allah SWT menjelaskan tentang 7
fenomena alam yang menabjubkan. Allah SWT menunjukkan sebagian dari
betapa luar biasa ciptaan-Nya: matahari, bulan, siang, malam, langit, bumi, dan
jiwa manusia. Semuanya berjalan teratur dalam hukum yang telah ditentuka-Nya
(sunnatullah), yaitu:2
a. “Demi matahari dan cahayanya di pagi hari” yakni sinarnya, yaitu waktu
naiknya setelah munculnya, yakni, cahayanya dan manfaat yang bersumber
darinya. Sedangkan Qatadah mengatakan: wadluhaaHaa (“Pada pagi hari”)
yakni siang secara keseluruhan. Ibu Jarir mengatakan bahwa yang benar
adalah dengan mengatakan: “Allah bersumpah dengan matahari dan
siangnya, karena sinar matahari yang paling tampak jelas adalah pada siang
hari”.
b. “Dan bulan apabila mengiringinya” “Yakni mengikutinya.” yaitu, ketika
matahari tenggelam, bulan muncul. Sedangkan Qatadah mengatakan:
“Yakni jika mengikutinya pada malam bulan purnama, jika matahari
tenggelam maka rembulan akan muncul. Ibnu Zaid mengatakan: “Bulan
mengikutinya pada pertengahan pertama setiap bulan. Kemudian matahari
mengikutinya, dimana bulan mendahuluinya pada pertengahan terakhir
setiap bulan.”
c. “Dan siang apabila menampakkannya” yakni siang apabila terang
benderang.” dengan siang ketika nampak jelas dengan cahayanya dan
sinarnya dan menyingkap kegelapan.
d. “Dan malam apabila menutupinya” Yakni jika malam menutupi matahari,
yaitu saat matahari terbenam sehingga seluruh ufuk menjadi gelap.

2
Moh Abdul Hafidz, Al-Qur’an Hadis (Jakarta: Direktorat KSKK Madrasah, 2020) hal 26-29.
4
e. “Dan langit serta pembinaannya” “yaitu langit dan pembangunannya,
peninggiannya yang demikian hebat yang amat sempuna indah.
f. “Dan bumi serta penghamparannya”, yakni Allah Swt. membentangkan
dan memperluasnya sehingga memungkinkan seluruh makhluk untuk
memanfaatkan bumi dengan berbagai seginya.
g. “Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya)”, yakni penciptaan yang
sempurna lagi tegak pada fitrah yang lurus.
h. “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya)” Yakni Allah mengenalkan dan memahamkannya tentang
ketakwaan dan kebaikannya, dan kefasikan dan keburukan.

Setelah Allah Swt. bersumpah dengan hal-hal (ciptaan-Nya) di atas, ayat 9 dan
10 surah asy-Syams ini menjelaskan apa yang hendak ditekankan Allah Swt.
dengan sumpah-sumpah di atas, yaitu:

a. Sungguh beruntung dan akan meraih segala apa yang diharapkannya siapa
yang menyucikan jiwa dan mengembangkan dirinya. Firman Allah: ِ ‫قَدِْا َ ْفلَ َح‬
ِ‫“( َم ْنِزَ ّٰكى َه ۖا‬Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu.”).
Makna asal kata ‫ زَ ّٰكى‬adalah bertambahnya kebaikan, sehingga yang
dimaksud dengan ayat tersebut adalah bahwa siapa saja yang berusaha
untuk menyucikan, memperbaiki, dan mengisi jiwa dengan memperbanyak
amalan ketaatan dan kebaikan, serta menjauhi segala keburukan, maka
pastilah dia akan beruntung. Berarti bahwa beruntunglah orang yang
mensucikan dirinya, yakni dengan menaati Allah Swt., dan
membersihkannya dari aklak tercela dan berbagai hal yang hina. Hal
senada juga diriwayatkan dari Mujahid, Ikrimah, dan Sa‟id bin Jubair.
b. Sungguh merugilah siapa yang memendamnya, yakni menyembunyikan
kesucian jiwanya. ِ ‫َاب ِ َم ْن ِدَسّٰى َه ۗا‬
َ ‫( َوقَدْ ِخ‬Sesungguhnya merugilah orang yang
mengotorinya) yakni mengotorinya, dengan membawa dan meletakkannya
pada posisi menghinakan dan menjauhkan dari petunjuk sehingga dia
berbuat maksiat dan meninggalkan ketaatan kepada Allah. Dan mungkin
juga mempunyai pengertian: Dan merugilah orang-orang yang jiwanya
dibuat kotor oleh-Nya.
Makna asal kata ‫س‬
ِّٰ َ‫ د‬adalah menutupi. Orang yang bermaksiat, artinya
dia telah menutupi jiwanya yang mulia dengan melakukan berbagai macam
dosa, menguburnya dengan berbagai hal yang rendah dan hina,
5
menghancurkan dan merusaknya dengan melakukan berbagai hal yang
tercela, sehingga jiwanya pun menjadi jiwa yang rendah dan hina.
Sehingga dengan hal itu, jiwa tersebut berhak mendapatkan kesengsaraan
dan kerugian (di akhirat).
4. Asbabun Nuzul
Asbabun Nuzul surat Asy Syams mengacu pada tujuan utama diturunkannya
surah ini, yaitu anjuran untuk melakukan berbagai macam kebaikan dan
menghindari segala macam keburukan. Hal ini ditekankan dengan banyaknya
sumpah yang menyebutkan berbagai hal yang harus diperhatikan oleh manusia
untuk mencapai tujuan tersebut, karena jika gagal maka akan menghadapi bencana
seperti yang dialami oleh generasi sebelumnya.

B. Penafsiran fenomena sosial dan alam sebagai bukti kekuasaan Allah


sebagaimana dalam Q.S Ali Imron (3): 190
1. Lafadz Q.S. Ali Imron (3): 190
‫ب‬ ٍ ‫َار َ ْٰل ٰي‬
ِ ‫ت ِْلُو ِلى ْاْلَ ْلبَا‬ ِ ‫ف الَّ ْي ِل َوالنَّه‬ ْ ‫ض َو‬
ِ ‫اختِ ََل‬ ِ ‫ت َو ْاْلَ ْر‬
ِ ‫سمٰ ٰو‬ ِ ‫اِنَّ فِ ْي َخ ْل‬
َّ ‫ق ال‬
Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian
malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang
berakal” (Q.S. Ali Imron (3): 190).3

2. Mufrodat Ayat
Terjemah Lafadz Terjemah Lafadz
malam ِ‫ الَّيْل‬sesungguhnya ِ‫ا َّن‬
dan siang ِ‫ َوالنَّ َهار‬dalam ِ‫ف ْي‬
sungguh terdapat tanda- ِ‫ َ ْٰل ٰيت‬penciptaan ِ‫خ َْلق‬
tanda
bagi orang-orang yang ‫ ِْلُولى‬langit ِ‫السَّمٰ ٰوت‬
Berakal, cerdas ِ‫ ْاْلَ ْل َباب‬dan bumi ْ َ‫َو ْاْل‬
ِ‫ِرض‬
dan silih berganti ْ ‫َو‬
‫اخت ََلف‬

3. Tafsir Ayat

{ِ‫األرض‬
ْ ‫ِو‬ َّ ‫}إ َّنِفيِخ َْلقِال‬
َ ‫س َم َاوات‬
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi.”

3
https://tafsirq.com/3-ali-imran
6
Yakni yang ini dalam ketinggiannya dan keluasannya, dan yang ini dalam
hamparannya, kepadatannya serta tata letaknya, dan semua yang ada pada
keduanya berupa tanda-tanda yang dapat disaksikan lagi amat besar, seperti
bintang-bintang yang beredar dan yang tetap, lautan, gunung-gunung dan padang
pasir, pepohonan, tumbuh-tumbuhan, tanam-tanaman dan buah-buahan serta
hewan-hewan, barang-barang tambang, serta berbagai macam manfaat yang
berancka warna, bermacam-macam rasa, bau, dan kegunaannya.
َ ‫اختَلفِاللَّيْل‬
{ِ‫ِوالنَّ َهار‬ ْ ‫}و‬
َ
“dan silih bergantinya malam dan siang.”
Maksudnya, saling bergiliran dan saling mengurangi panjang dan pendeknya;
adakalanya yang ini panjang, sedangkan yang lainnya pendek, kemudian
keduanya menjadi sama. Setelah itu yang ini mengambil sebagian waktu dari yang
lain hingga ia menjadi panjang waktunya, yang sebelum itu pendek, dan menjadi
pendeklah yang tadinya panjang. Semuanya itu berjalan berdasarkan pengaturan
dari Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. Karena itu, dalam firman
selanjutnya disebutkan:
ْ ‫}ِ ََليَاتِألُول‬
{‫يِاأل َ ْلبَاب‬
“terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.”
Yaitu akal-akal yang sempurna lagi memiliki kecerdasan, karena hanya yang
demikianlah yang dapat mengetahui segala sesuatu dengan hakikatnya masing-
masing secara jelas dan gamblang. Lain halnya dengan orang yang tuli dan bisu
serta orang-orang yang tak berakal.
4. Asbabun Nuzul
Asbabun Nuzul turunnya Surah Ali Imran ayat 190 yakni diawali oleh
kedatangan orang-orang Quraisy ke kaum Yahudi. Kemudian mereka para kaum
Quraisy bertanya mengenai bukti-bukti kebenaran yg dibawa nabi Musa dan
bukti-bukti kebenaran yg dibawa nabi Isa. Kaum Yahudi pun menjawab bahwa
tangan dan tongkat nabi Musa bisa bersinar putih, sedangkan nabi Isa mampu
menyembuhkan mata buta, penyakit sopak, serta bisa membangkitkan orang yg
telah mati. Kemudian orang-orang Quraisy mendatangi Rasulullah SAW seraya
berkata “Mintalah dari Tuhanmu biar bukit Safa itu menjadi emas untuk kami”
lantas Rasulullah berdoa & turunlah surah Ali Imran ayat 190.

7
C. Hadits Riwayat Bukhari dari Abu Hurairah
1. Lafadz Hadits tentang Kekuasaan dan Rahmat
ِ‫ي‬ َ ‫ِاأل َع َْرجِ َع ْنِأَبيِه َُِري َْرة‬
َ ‫َِرض‬ ِ ْ ‫يِالزنَادِ َع ْن‬
ِ ‫يِ َع ْنِأَب‬ ْ ‫ِالرحْ َمن‬
ُّ ‫ِالقُ َرش‬ َ ِ ُ‫َحدَّثَنَاِقُت َ ْيبَةُِ ْبن‬
َ ‫سعيدِ َحدَّثَنَاِ ُمغ‬
َّ ‫يرةُِ ْبنُ ِ َعبْد‬
ْ ََ‫َبِفيِكت َابهِفَ ُه َوِع ْندَِهُِفَ ْو‬
ِ‫ِال َع ْرِِإ َّن‬ َ ‫ىَِّللاُِ ْالخ َْلقَ ِ َكت‬
َِّ ‫ض‬ َ َ‫سلَّ َمِلَ َّماِق‬
َ ‫ِو‬ َّ َّ‫صل‬
َ ‫ىَِّللاُِ َعلَيْه‬ َّ ‫سول‬
َ ِ‫َُِّللا‬ َ ‫هللاُِ َع ْنهُِقَالَِقَال‬
ُ ‫َِر‬
ْ َ‫َرحْ َمتيِ َغلَب‬
َ ‫تِ َغ‬
‫ضبي‬

Artinya: Telah bercerita kepada kami Qutaibah bin Sa'id, telah bercerita kepada
kami Mughirah bin 'Abdur Rahman Al Qurasyiy dari Abu Az Zanad dari Al A'raj
dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu berkata, Rasulullah bersabda, "Ketika Allah
menetapkan penciptaan makhluk, Dia menulis di dalam kitab-Nya, yang berada di
sisi-Nya di atas ai-'Arsy (yang isinya): "Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan
kemurkaan-Ku". (HR. Bukhari no 3194).

2. Keterangan Sanad, Matan, dan Rawi


 Sanad
َِ ‫ِاأل َع َْرجِ َع ْنِِأ َبيِه َُري َْرة‬
ِ ْ ‫يِالزنَادِ َع ْن‬
ِ ‫يِ َع ْنِأَب‬ ْ ‫ِالرحْ َمن‬
ُّ ‫ِالقُ َرش‬ َ ِ ُ‫َحدَّثَنَاِقُت َ ْيبَةُِ ْبن‬
َ ‫سعيدِ َحدَّثَنَاِ ُمغ‬
َّ ‫يرةُِ ْبنُ ِ َعبْد‬
ِ‫سلَّ َم‬
َ ‫ِو‬ َّ َّ‫صل‬
َ ‫ىَِّللاُِ َعلَيْه‬ َّ ‫سول‬
َ ِ‫َُِّللا‬ َ ‫يِهللاُِ َع ْنهُِقَالَِقَال‬
ُ ‫َِر‬ َ ‫َرض‬
Penjelasan:
a. Qutaibah bin Sa’id bin Jamil bin Tharif bin ‘Abdullah (kuniyah Abu
Raja’), seorang Tabi’ul Atba’ kalangan tua dari negeri Himsh yang wafat
pada tahun 240 H
b. Al Mughirah bin ‘Abdur Rahman bin ‘Abdullah bin Khalid bin Khizam,
seorang Tabi’ut Tabi’in kalangan tua dari negeri Madinah
c. Abdullah bin Dzakwan Abu Az Zanad (kuniyah Abu ‘Abdur Rahman),
seorang Tabi’in kalangan biasa dari negeri Madinah yang wafat pada
tahun 130 H
d. Abdur Rahman bin Hurmuz (kuniyah Abu Daud), seorang Tabi’in
kalangan pertengahan dari negeri Madinah yang wafat pada tahun 117 H
e. Abdur Rahman bin Shakhr (kuniyah Abu Hurairah), seorang Sahabat dari
negeri Madinah yang wafat pada tahun 57 H
 Matan
ْ َِ‫ِرحْ َمتيِ َغلَب‬
َ ‫تِ َغ‬
‫ضبي‬ ْ ََ‫َبِفيِكت َابهِفَ ُه َوِع ْندَهُِفَ ْو‬
َ ‫ِال َع ْرِِإ َّن‬ َ ‫ِالخ َْلقَ ِ َكت‬
ْ ُ‫ىَِّللا‬
َّ ‫ض‬ َ َ‫لَ َّماِق‬
 Rawi
‫ِبخاري‬:ِ‫الراوي‬
3. Takhrij Hadits

‫ِبخاري‬:ِ‫الراوي‬

8
‫ِابوِهريرة‬:
َِ ِ‫ِالمحدث‬

‫ِصحيحِبخاري‬:ِ‫ِالمصدر‬

4913ِ:ِ‫ِِالصفحةِاوِالرقم‬

‫ِصحيح‬:ِ‫ِِخلَصةِحكمِالمحدث‬

4. Isi Kandungan

Di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah tersebut dijelaskan


bahwasanya Allah SWT telah menyelesaikan segala penciptaannya. Kemudian
Allah menulis segala sesuatu yang akan terjadi tersebut di dalam kitabNya (Lauful
Mahfudz) besama dengan singgasananya (Arsy).

Hadis di atas menjelaskan bahwa rahmat Allah Swt lebih dahulu ada dan lebihِ
luas daripada murka-Nya. Hal itu disebabkan rahmat Allah Swt adalah sifat yang
sudahِ melekat pada diri-Nya dan diberikan kepada makhluk-Nya tanpa sebab
apapun.4 Sehingga kita sebagai manusia tempatnya dosa jangan pernah berputus
asa untuk bertaubat.

D. Penafsiran Q.S. Al-Lail (92): 1-11 Tentang Fenomena Sosial Dan Alam Sebagai
Bukti Kekuasaan Allah
1. Lafadz Q.S. Al-Lail (92): 1-11

َ ‫)ِفَأ َ َّماِ َم ْنِأ َ ْع‬3(ِ‫شتَّى‬


ِ‫طى‬ َ ِ‫)ِإ َّن‬4(ِ‫ِو ْاأل ُ ْنثَى‬
َ َ‫س ْعيَ ُك ْمِل‬ َ 2(ِ‫)ِوالنَّ َهارِإذَاِت َ َجلَّى‬
َ ‫)ِو َماِ َخلَقَ ِالذَّك ََر‬ َ 9(ِ‫َواللَّيْلِإذَاِيَ ْغشَى‬
ِ)1(ِ‫بِب ْال ُح ْسنَى‬
َ َّ‫)ِو َكذ‬
َ 8(ِ‫َِوا ْست َ ْغنَى‬ َ 7(ِ‫س ُرهُِل ْليُس َْرى‬
َ ‫)ِوأ َ َّماِ َم ْنِ َبخل‬ َ َ‫)ِف‬6(ِ‫صدَََّ ِب ْال ُح ْسنَى‬
ِ َ‫سنُي‬ َ 5(ِ‫َواتَّقَى‬
َ ‫)ِو‬
َ 91(ِ‫س ُرهُِل ْلعُس َْرى‬
‫)ِو َماِيُ ْغنيِ َع ْنهُِ َمالُهُِإذَاِت ََردَّى‬ َ َ‫ف‬
ِ َ‫سنُي‬

Artinya: “Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), dan siang apabila terang
benderang, dan penciptaan laki-laki dan perempuan, sesungguhnya usaha kamu
memang berbeda-beda. Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah)
dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami
kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang
yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik,
maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan)yang sukar. Dan hartanya
tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa.”5

4
Moh. Abdul Hafidz, Op.Cit., hal 32
5
Al-Qur’an Dan Terjemahannya
9
2. Mufrodat Ayat
Terjemah Lafadz Terjemah Lafadz
Dan ia َََِّ‫صد‬
َ ‫ َو‬Demi malam ِ‫َوٱلَّيْل‬
membenarkan
Dengan kebaikan ِ‫ ب ْٱل ُح ْسن ٰ َُى‬Apabila ia menutup ‫إذَاِيَ ْغشَى‬
Maka kami akan َِ َ‫ ف‬Dan siang
ِ َ‫سنُي‬
ُ‫س ُر ِه‬ ِ‫َوٱلنَّ َهار‬
memudahkan
baginya
Pada yang mudah ِ‫ ل ْليُس َْر ٰى‬Apabia terang ‫إذَاِتَ َجلَّى‬
benderang
Dan adapun orang- ِ‫ َوأَ َّماِٰ َم ْنِبَخ َل‬Dan penciptaan َِ‫َو َماِ َخلَق‬
orang yang bakhil
Dan ia merasa ‫ َوٱ ْست َ ْغنَى‬Laki-laki ِ‫الذَّك ََر‬
cukup
Dan ia mendustakan َ َّ‫ َو َكذ‬Dan perempuan
ِ‫ب‬ ‫َو ْاأل ُ ْنثَى‬
Dengan kebaikan ِٰ ‫ ب ْٱل ُح ْسن‬Sesungguhnya
‫َى‬ ِ‫س ْع َي ُك ْم‬
َ ِ‫إ َّن‬
usaha kamu
Pada yang sukar ِ‫ ل ْلعُس َْر ٰى‬Memang berbeda- َ َ‫ل‬
ِ‫شتَّ ٰى‬
beda
Dan tidak berguna ُ‫ َو َماِيُ ْغنيِ َع ْنهُِ َمالُ ِه‬Adapun orang yang َ ‫فَأ َ َّماِ َم ْنِأ َ ْع‬
‫طى‬
daripadanya memberikan
hartanya
Apabila ia telah ‫ إذَاِت ََردَّى‬Dan bertakwa ِ‫َوٱتَّقَ ٰى‬
binasa

3. Tafsir Ayat
Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa Allah Ta'ala telah bersumpah,
(ِ ‫)واللَّيْل ِإذَا ِيَ ْغشَى‬
َ "Demi malam apabila menutupi (cahaya siang)," yakni jika
menutupi makhluk dengan kegelapannya. (‫)والنَّ َهار ِإذَا ِتَ َجلَّى‬
َ "Dan siang apabila
terang benderang," yakni dengan cahaya dan sinarnya. (‫َرِواْأل ُ ْنثَى‬
َ ‫“ ) َو َماِ َخلَقَ ِالذَّك‬Dan
penciptaan laki-laki dan perempuan” Yang demikian itu sama seperti firman Allah
Taala: (‫ش ْيء ِ َخلَ ْقنَا ِزَ ْو َجيْن‬
َ ِ ‫" ) َوم ْن ِ ُك ِل‬Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang
pasangan." (QS. Adz-Dzaariyaat: 49). Ketika sumpah itu dengan menggunakan

10
hal-hal yang saling bertentangan, maka yang disumpahkan pun juga saling
َ َ‫س ْع َي ُك ْم ِل‬
bertentangan (berlawanan). Oleh karena itu, Dia berfirman, (‫شتَّي‬ َ ِ ‫)إ َّن‬
"Sesungguhnya usahamu memang berbeda-beda." Yakni, berbagai amal perbuatan
hamba-hamba-Nya yang mereka kerjakan saling bertentangan dan juga bertolak
belakang, di mana ada berbuat kebaikan dan juga ada yang berbuat keburukan.

Allah Ta'ala berfirman, (‫ىِوات َّ َقى‬


َ ‫ط‬ َ ‫" )فَأ َ َّماِ َم ْن ِأ َ ْع‬Adapun orang yang mem berikan
(hartanya di jalan Allah) dan bertakwa." Yakni, mengeluarkan apa yang
diperintahkan untuk dikeluarkan dan bertakwa kepada Allah dalam segala
urusannya. (‫صدَََّ ِب ْال ُح ْسنَى‬
َ ‫)و‬
َ "Dan membenarkan adanya pahala yang terbaik."
Yakni, diberi balasan atas semuanya itu. Demikian yang dikemukakan oleh
Qatadah. Ibnu 'Abbas mengatakan: "Yaitu dengan peninggalan." Abu 'Abdir-
rahman as-Sulami dan adh-Dhahhak mengatakan: "Yaitu dengan kalimat Laa
ilaaha illallaah (tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah). Ibnu
Abi Hatim meriwayatkan dari Ubay bin Ka'ab, dia berkata, aku pernah bertanya
kepada Rasulullah saw mengenai kata al-husnaa, maka beliau menjawab: "Al-
husnaa berarti Surga."

Dan firman Allah Ta'ala, (‫س ُرهُ ِل ْليُس َْرى‬ َ َ‫")ف‬Maka Kami kelak akan menyiapkan
ِ َ‫سنُي‬
baginya jalan yang mudah. "Ibnu Abbas mengatakan: "Yakni menuju kepada
kebaikan."

َ ‫)وأ َ َّما ِ َم ْن ِبَخ َل‬


Sedangkan firman-Nya, (‫ِوا ْستَ ْغنَى‬ َ "Dan adapun orang-orang yang
bakhil dan merasa dirinya cukup." Ikrimah berkata dari Ibnu 'Abbas: "Yakni, kikir
terhadap hartanya dan tidak membutuhkan Rabb-nya." Di- riwayatkan oleh Ibnu
Abi Hatim. (‫ب ِب ْال ُح ْسنَى‬
َ َّ‫)و َكذ‬
َ "Serta mendustakan pabala yang terbaik." Yakni,
mendustakan pahala di alam akhirat kelak. (‫س ُرهُِل ْلعُس َْرى‬ َ َ‫" )ف‬Maka kelak Kami akan
ِ ‫سنُ َي‬
menyiapkan baginya (alan) yang sukar. "Yakni jalan keburukan, sebagaimana
yang difirmankan Allah Ta'ala:

ُ ِ‫ار ُه ْم ِ َك َماِلَ ْم ِيُؤْ منُواِبهِأَ َّو َل ِ َم َّرةِ َو َنذْ ُر ُه ْم ِفي‬


(‫ط ْغيَانه ِْم يَ ْع َم ُهون‬ َ ‫ص‬َ ‫ِوأَ ْب‬
َ ‫“ ِ) َونُقَلِبُ ِأ َ ْفئدَت َ ُه ْم‬Dan (begitu
pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum
pernah beriman kepadanya (al-Quran) pada permulaannya, dan Kami biarkan
mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat jauh. "(QS. Al-
An'aam: 110).

Ayat-ayat al-Qur'an yang membahas tentang pengertian ini cukup banyak yang
menunjukkan bahwa Allah SWT akan memberi balasan kepada orang yang
11
menuju kepada kebaikan berupa taufiq untuk mengarah kepada-Nya. Dan
barangsiapa menuju kepada keburukan, akan diberi balasan berupa kehinaan.
Semuanya itu sesuai dengan takdir yang ditetapkan. Dan hadits-hadits yang
menunjukkan pengertian itu juga cukup banyak. Imam al-Bukhari meriwayatkan
dari 'Ali bin Abi Thalib, dia berkata: "Kami pernah bersama Rasulullah saw di
kuburan Baqi' al-Gharqad untuk mengantar jenazah, beliau bersabda:

((ِ‫ِو َم ْق َعدَهُِمنَ ِالنَّار‬ ْ َ‫بِ َم ْق َعدَهُِمن‬


َ ‫ِال َجنَّة‬ َ ‫ َماِم ْن ُك ْمِم ْنِأ َ َحدِإ َّْل‬. ))
َ ‫ِوقَدِْ ُكت‬

"Tidak ada seorang pun di antara kalian melainkan telah ditetapkan tempat
duduknya di Surga dan tempat duduknya di Neraka."

Pada Sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, mengapa kita tidak pasrah saja?

Beliau pun menjawab: 'Beramallah kalian, karena masing-masing akan diberikan


kemudahan menuju kepada apa yang diciptakan untuknya. Setelah itu, beliau
membaca ayat:

)7(ِ‫س ُرهُِل ْليُس َْرى‬ َ َ‫)ِف‬6(ِ‫صدَََّ ِب ْال ُح ْسنَى‬


ِ َ‫سنُي‬ َ 5(ِ‫ىِواتَّقَى‬
َ ‫)ِو‬ َ ‫ط‬ َ ‫ِفَأ َ َّماِ َم ْنِأ َ ْع‬

“Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan
membenarkan adanya pahala yang terbaik (Surga), maka Kami kelak akan
menyiapkan baginya jalan yang mudah -sampai firman-Nya baginya (jalan) yang
sukar.”

Ibnu Jarir mengatakan: "Dan disebutkan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan
dengan Abu Bakar ash-Shiddiq

‫فأماِِأغلىِوألقىِوصدىِبالحشى‬

"Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan
membenarkan adanya pahala yang terbaik (Surga), maka Kami kelak akan
menyiapkan baginya jalan yang mudah"

Dan firman Allah Ta'ala, )‫" ) َو َماِيُ ْغنيِ َع ْنهُِ َمالُهُِإذَاِت ََردَّى‬Dan hartanya tidak bermanfaat
baginya apabila ia telah binasa." Mujahid mengatakan: "Yakni jika dia mati."
Abu Shalih dan Malik berkata dari Zaid bin Aslam: "Yakni, jika telah binasa
di dalam Neraka."6

4. Asbabun Nuzul

6
Tafsir Ibnu Katsir Juz 30 Jilid 8, penerjemah, M. Abdul Ghoffar E.M., Abdurrahim Mu'thi, Abu Ihsan Al-
Atsari Juz 30 Jilid 8, (Bogor : Pustaka Imam Asy-Syafi'i, 2004 hal 486-487
12
Ibnu Abi Hatim dan lainnya meriwayatkan dari jalur Al-Hakam bin Aban dari
Ikrimah, dari Ibnu Abbas bahwasanya ada seorang laki-laki yang memiliki pohon
kurma dan cabangnya berada di atas rumah seorang laki-laki miskin dengan
banyak tanggungan anak. Pemilik pohon itu ketika datang akan masuk ke rumah
laki-laki miskin lalu naik ke pohon kurmanya untuk mengambil kurma. Terkadang
ada satu dua butir kurma yang jatuh kemudian diambil oleh anak-anak dari laki-
laki miskin. Kemudian pemilik pohon itu turun dari pohon kurma dan mengambil
kurma-kurma yang ada di tangan anak-anak tersebut. Apabila ada kurma yang
masuk ke dalam mulut anak-anak itu, maka pemilik kurma tidak segan-segan
memasukkan jari- jari tangannya untuk mengeluarkan kurma itu dari mulut anak-
anak. Hal tersebut membuat laki-laki miskin itu kemudian melapor kepada Nabi.
Beliau berkata, "Pergilah kamu." Sementara itu, Nabi menemui pemilik pohon dan
berkata, "Berikanlah kepadaku pohon kurma yang rantingnya ada di atas rumah si
fulan, maka engkau akan mendapatkan ganti pohon kurma di surga." Laki-laki
pemilik pohon itu berkata, "Sudah aku berikan. Sungguh aku memiliki banyak
pohon kurma, tetapi tidak ada kurma yang lebih menakjubkanku selain kurma dari
pohon itu."
Laki-laki miskin itu kemudian pergi dan bertemu dengan seorang laki-laki
yang mendengar percakapan antara Rasulullah & dengan pemilik pohon kurma.
Laki-laki yang mendengar percakapan itu kemudian mendatangi Rasulullah dan
berkata, "Wahai Rasulullah, apakah engkau akan memberikan kepadaku pohon
kurma yang telah diberikan oleh pemilik pohon tersebut seandainya aku
memintanya?" Beliau menjawab, "Ya." Laki-laki pendengar itu kemudian pergi
dan bertemu dengan pemilik pohon. Kedua orang itu masing-masing memiliki
pohon kurma. Pemilik pohon itu kemudian berkata kepada laki-laki pendengar,
"Apakah engkau tahu bahwa Muhammad memberikan kepadaku pohon kurma di
surga sebagai ganti dari pohon kurmaku yang condong ke rumah si fulan? Aku
katakan padanya bahwa aku berikan pohon kurma itu tetapi buahnya sangat
mengagumkanku. Aku memiliki banyak pohon kurma tetapi tidak ada satu pun
yang buahnya lebih mengagumkan aku daripada kurma tersebut." Laki-laki
pendengar itu berkata, "Apakah engkau ingin menjualnya?" Laki-laki pemilik
pohon berkata, "Tidak, kecuali jika engkau mau memberikan sesuatu yang aku
inginkan, dan aku tidak menyangka engkau mau melakukannya." Laki-laki
pendengar itu berkata, "Berapa yang engkau harapkan Laki-laki pemilik pohon
berkata, "Empat puluh pohon kurma." Laki-laki pendengar berkata, "Sungguh
13
engkau telah datang membawa urusan yang berat." Laki-laki pendengar itu
kemudian diam. Setelah itu dia berkata, "Aku akan memberikan kepadaku empat
puluh pohon kurma. Maka persaksikanlah diriku apabila engkau memang jujur."
Kaum dari laki-laki pemilik pohon itu kemudian bersaksi. Laki-laki pendengar itu
kemudian pergi untuk menemui Rasulullah saw kemudian berkata, "Wahai
Rasulullah, sesungguhnya pohon kurma itu sudah menjadi milikku, dan sekarang
ini menjadi milikmu." Rasulullah kemudian pergi menemui laki-laki miskin
pemilik rumah tersebut dan berkata, "Pohon kurma ini untukmu dan keluargamu."
Maka Allah menurunkan ayat. "Demi malam apabila menutupi (cahaya siang)"
hingga akhir surat. Ibnu Katsir berkata. "Hadits gharib jiddan"
Al-Hakim meriwayatkan dari Amir bin Abdullah bin Az-Zubair dari ayahnya,
ia mengatakan; Abu Quhafah berkata kepada Abu Bakar, "Aku melihat engkau
memerdekakan budak-budak yang lemah-lemah. Seandainya engkau
memerdekakan laki-laki yang kuat dan mampu melindungimu dari perbuatan
orang-orang yang memusuhimu, niscaya itu lebih baik." Abu Bakar berkata,
"Wahai ayahku, sesungguhnya tidak lain yang aku harapkan hanyalah apa yang
ada di sisi Allah." Maka turunlah ayat-ayat berkenaan dengan Abu Bakar,
"Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa." (Al-
Lail: 5) hingga akhir surat.7

E. Hadits Riwayat Bukhari Muslim Dari Abu Hurairah


1. Lafadz Hadis tentang Fenomena sosial dan alam sebagai bukti kekuasaan
Allah
ِ‫ِ َع ْن‬،‫ِ َع ْنِأبيه‬،‫ِ َعنِال َعَلء‬،‫ِ َحدَّثَناِإسْماعيلُِوه َُوِا ْبنُ ِ َج ْعفَر‬:‫ِقالُوا‬،‫ِوا ْبنُ ِحُجْ ر‬،ُ‫ِوقُتَ ْي َبة‬،‫ُّوب‬
َ ‫َحدَّثَناِ َيحْ يىِ ْبنُ ِأي‬
ِ‫ض َع‬ ِ ‫ِوماِزادَِهللاُِ َع ْبدًاِب َع ْفو‬،‫صدَقَةٌِمنِمال‬
َِ ‫ِوماِتَوا‬،‫ِإْلِع ًّزا‬، َِ َِ‫ِ(ماِنَق‬:َ‫ِقال‬،‫سولِهللاِﷺ‬
ْ ‫ض‬
َ ِ‫ت‬ َ ‫ِ َع ْن‬،َ ‫أبيِه َُري َْر ِة‬
ُ ‫ِر‬
ِ ُِ‫ِرفَعَه‬
)ُ‫هللا‬ ِ ‫ٌِّلِل‬
َ ‫ِإْل‬ َّ ‫أ َحد‬
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub, Qutaibah dan Ibnu Hujr,
mereka berkata: Telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Ja'far, dari al-'Alaa',
dari Bapaknya, dari Abu Hurairah, dari Rasulullah ‫ﷺ‬, beliau bersabda: "Sedekah
itu tidak akan mengurangi harta. Tidaklah seorang hamba yang memaafkan
kesalahan, melainkan Allah akan tambahkan kemuliaan baginya. Dan tidaklah
seseorang yang merendahkan hati karena Allah, melainkan Allah akan
mengangkat derajatnya."
7
Imam As-Suyuthi, Penerjemah andi muhammad syahril dan yusuf maqasid. Asbabun nuzul; sebab-
sebab turunnya al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2015) Cet. 2 Hal 596-598
14
2. Keterangan Sanad, Matan, dan Rawi
 Sanad
ِ‫ِ َع ْن‬،‫ِ َعنِالعََِلء‬،‫ِ َحدَّثَناِإسْماعيلُِوه َُوِا ْبنُ ِ َج ْعفَر‬:‫ِقالُوا‬،‫ِوا ْبنُ ِحُجْ ر‬،ُ‫ِوقُتَ ْيبَة‬،‫ُّوب‬
َ ‫َحدَّثَناِيَحْ يىِ ْبنُ ِأي‬
‫سولِهللاِﷺ‬ َ ‫ِ َع ْن‬،َ‫ِ َع ْنِأبيِه َُري َْرة‬،‫أبيه‬
ُ ‫ِر‬
Penjelasan:
a. Yahya bin Ayyub (kuniyah abu zakariya’), beliau adalah seorang
Tabi’ul Atba’ kalangan tua dari negeri Baghdad yang wafat pada tahun
245 H
b. Isma’il bin ja’far bin abi katsir (kuniyah Abu Ishaq), seorang Tabi’ut
Tabi’in kalangan pertengahan dari negeri Madinah yang wafat pada
tahun 180 H
c. Al ‘Alaa’ bin ‘Abdur Rahman bin Ya’kub (kuniyah Abu Syubul),
seorang Tabi’in kalangan biasa dari negeri Madinah yang wafat pada
tahun 132 H
d. Abdur Rahman bin Ya’kub, seorang Tabi’in kalangan pertengahan dari
negeri Madinah
e. Abdur Rahman bin Shakhr (kalangan Abu Hurairah), seorang Sahabat
dari negeri Madinah yang wafat pada tahun 57 H
 Matan
ِ ُِ‫ِرفَ َعه‬
ُ ‫هللا‬ ِ ‫ٌِّلِل‬
َ ‫ِإْل‬ َّ ‫ض َعِأ َحد‬ ِ ‫ِوماِزادَِهللاُِ َع ْبدًاِب َع ْفو‬،‫صدَقَةٌِمنِمال‬
َ ‫ِوماِتَوا‬،‫ِإْلِع ًّزا‬، َ َ‫ماِنَق‬
ْ ‫ص‬
َ ِ‫ت‬
 Rawi
ِ‫ِمسلم‬:ِ‫الراوي‬
3. Takhrij Hadits
ِ‫ِمسلم‬:ِ‫الراوي‬
َ ‫ِابوِهرير ِة‬:ِ‫المحدث‬
َِ
‫ِصحيحِالمسلم‬:ِ‫ِالمصدر‬
2588ِ:ِ‫ِالصفحةِاوِالرقم‬
‫ِصحيح‬:ِ‫ِخَلصةِحكمِالمحدث‬
4. Isi Kandungan
Abdullah bin Taslim menjelaskan bahwa Arti “tidak berkurangnya harta
dengan sedekah” adalah dengan tambahan keberkahan yang Allah Swt. jadikan
pada harta dan terhindarnya harta dari hal-hal yang akan merusaknya di dunia,
juga dengan didapatkannya pahala dan tambahan kebaikan yang berlipat ganda di
sisi Allah Swt. di akhirat kelak, meskipun harta tersebut berkurang secara kasat
mata.”
15
Hadits yang mulia ini menunjukkan besarnya keutamaan dan kemuliaan sifat-
sifat sebagaimana telah disebutkan diatas.8 Kata al-afwu (memaafkan) dalam hadis
di atas artinya memaafkan perbuatan salah dan tidak menghukumnya. Sedang Arti
bertambahnya kemuliaan orang yang pemaaf di dunia adalah dengan dia
dimuliakan dan diagungkan di hati manusia, karena sifatnya yang mudah
memaafkan orang lain, sedangkan di akhirat dengan besarnya ganjaran pahala dan
keutamaan di sisi Allah Swt. Arti tawadhu (merendahkan diri) karena Allah Swt.
adalah merendahkan diri dari kedudukan yang semestinya pantas bagi dirinya,
untuk tujuan menghilangkan sifat ujub (bangga terhadap diri sendiri), dengan niat
mendekatkan diri kepada-Nya, dan bukan untuk kepentingan duniawi. Adapun arti
ketinggian derajat orang yang merendahkan diri, karena Allah Swt. di dunia adalah
dengan ditinggikan dan dimuliakan kedudukannya di hati manusia karena sifat
tersebut, dan di akhirat dengan pahala yang agung dan kedudukan yang tinggi di
sisi-Nya. Ini termasuk sifat orang-orang yang bertakwa.9

F. Hadits Riwayat Muslim dari Jabir Bin Abdillah


1. Lafadz hadits tentang sifat pemurah dan menjauhi sifat kikir
َ ‫عبَيْدِهللاِبْنِم ْق‬
ِ،‫ِ َع ْنِجابِرِبْنِ َعبْدِهللا‬،ِ‫سم‬ ُ ِ‫ِ َع ْن‬،‫ناِداود ُِيَ ْعنيِابْنَ ِقَيْس‬
ُ َ ‫ِ َحدَّث‬،‫َحدَّثَناِ َع ْبد ُِهللاِ ْبنُ ِ َم ْسلَ َمةَِبْنِقَ ْعنَب‬
ِ َ‫ش َّحِأ ْهلَكَ ِ َمنِكان‬
ُّ ‫إنِال‬
َّ َ‫ِف‬،‫ش َّح‬ ُ ِ‫ظ ْل َم‬
ُّ ‫ِواِت َّقُواِال‬،‫ظلُماتٌ ِ َي ْو َمِالقيا َمة‬ َّ َ‫ِف‬،‫ظ ْل َم‬
ُّ ‫إنِال‬ ُّ ‫ِ«اتَّقُواِال‬:َ‫ِقال‬،‫سولَِهللاِﷺ‬
ُ ‫ِر‬ َّ
َ ‫أن‬
ِ‫سفَ ُكواِدما َء ُه ْمِوا ْست َ َحلُّواِ َمحار َم ُه ْم‬ ْ
َ ِ‫لىِأن‬ ‫ِ َح َملَ ُه ْمِ َع‬،‫قَ ْبلَ ُك ْم‬
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Maslamah bin Qa'nab, telah
menceritakan kepada kami Daud yaitu Ibnu Qais dari 'Ubaidillah bin Miqsam dari
Jabir bin 'Abdullah bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, "Hindarilah kezaliman, karena
kezaliman itu adalah mendatangkan kegelapan pada hari kiamat kelak! Jauhilah
kekikiran, karena kekikiran itu telah mencelakakan (menghancurkan) orang-orang
sebelum kalian yang menyebabkan mereka menumpahkan darah dan
menghalalkan yang diharamkan
2. Keterangan Sanad, Matan, dan Rawi
 Sanad
َ ‫عبَيْدِهللاِِْبنِم ْق‬
ِ‫ِ َع ْنِجابرِبْن‬،ِ‫سم‬ ُ ِ‫ِ َع ْن‬،‫ناِداود ُِيَ ْعنيِابْنَ ِقَيْس‬
ُ َ ‫ِ َحدَّث‬،‫َحدَّثَناِ َع ْبد ُِهللاِ ْبنُ ِ َم ْسلَ َمةَِبْنِقَ ْعنَب‬
،‫سولَِهللاِﷺ‬
ُ ‫ِر‬ َّ ‫َعبْدِهللا‬
َ ‫ِأن‬،

8
Syarah Shahih Muslim tulisan Imam an-Nawawi rahimahullah, Juz 16, hal. 141

9
Moh. Abdul Hafidz, Al Qur’an Hadis Kelas VII, 2020, hal 45
16
a. Abdullah bin Maslamah bin Qa’nab (kuniyah Abu ‘Abdur Rahman),
seorang Tabi’ut Tabi’in kalangan biasa dari negri Madinah yang wafat
tahun 221 H
b. Daud bin Qais (kuniyah Abu Sulaiman), seorang Tabi’in kalangan
biasa dari negri Madinah
c. Ubaidullah bin Miqsam, maula Ibnu Abi Namar, seorang Tabi’in
kalangan biasa dari negri Madinah
d. Jabir bin Abdullah bin ‘Amru bin Haram (kuniyah Abu Abdullah),
tinggal di negri Madinah dan wafat tahun 78 H
 Matan
ِ‫ح َملَ ُه ْمِ َعلى‬
َِ ِ،‫ش َّحِأ ْهلَكَ ِ َمنِكانَ ِقَ ْبلَ ُك ْم‬
ُّ ‫إنِال‬ ُ ِ‫ظ ْل َم‬
ُّ ‫ِواتَّقُواِال‬،‫ظلُماتٌ ِ َي ْو َمِالقيا َمة‬
َّ َ‫ِف‬،‫ش َّح‬ َّ َ‫ِف‬،‫ظ ْل َم‬
ُّ ‫إنِال‬ ُّ ‫اِت َّقُواِال‬
ِ‫سفَ ُكواِدما َء ُه ْمِوا ْست َ َحلُّواِ َمحار َم ُه ْم‬ ْ
َ ِ‫أن‬
 Rawi
ِ‫ِمسلم‬:ِ‫الراوي‬
3. Takhrij Hadits
‫ِمسلم‬:ِ‫الراوي‬
‫ِجابربنِعبدهللا‬:ِ‫المحدث‬
‫ِصحيحِالمسلم‬:ِ‫المصدر‬
2578ِ:ِ‫الصفحةِاوِالرقم‬
‫ِصحيح‬:ِ‫خَلصةِحكمِالمحدث‬
4. Isi Kandungan
Dalam hadis ini terdapat peringatan dari berbuat zalim dan anjuran untuk
berbuat adil. Syari’at Islam memerintahkan untuk berlaku adil, dan melarang dari
berbuat zalim. Lawan dari zalim adalah adil.
Adil artinya meletakkan sesuatu pada tempatnya serta melaksanakan hak-hak
yang wajib. Adapun zalim yaitu meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya.
Keadilan yang paling adil dan yang pokok adalah mengakui dan mengikhlaskan
tauhid hanya kepada Allâh Swt. semata, beriman kepada nama-nama dan sifat-
sifat-Nya yang baik, serta mengikhlaskan agama dan ibadah hanya kepada Allâh
Swt.
Pada hadis di atas juga mengingatkan kita agar menjauhi sifat kikir/bakhil. Di
antara manusia ada yang kikir mengeluarkan zakat, padahal zakat itu akan
membersihkan hartanya dan mensucikan dirinya. Di antara manusia juga ada yang
kikir dan pelit terhadap dirinya sendiri, istrinya, dan anak-anaknya, juga pelit
terhadap karib kerabatnya, teman-teman karibnya, tamunya, orang-orang fakir
17
miskin, dan lainnya. Karena itulah terdapat ancaman yang keras dalam al-Qur’an
dan Sunnah yang shahih bagi orang yang mempunyai sifat dan mengidap penyakit
bakhil, kikir dan pelit ini. Bakhil dalam bahasa arab biasa disebut dengan as
syuhha. Sedang dalam istilah adalah bakhilnya seseorang terhadap harta dan segala
kebaikan yang ada pada dirinya atau pada orang lain.10

10
Moh. Abdul Hafidz, Op.Cit., 49-51.
18
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penafsiran fenomena sosial dan alam sebagai bukti kekuasaan Allah

 Q. S As-Syams (91): 1-10


Dalam surat Asy-Syams ini ayat 1-7, Allah SWT menjelaskan tentang 7 fenomena
alam yang menabjubkan. Allah SWT menunjukkan sebagian dari betapa luar biasa
ciptaan-Nya: matahari, bulan, siang, malam, langit, bumi, dan jiwa manusia.
Semuanya berjalan teratur dalam hukum yang telah ditentuka-Nya (sunnatullah).
Setelah Allah Swt. bersumpah dengan hal-hal (ciptaan-Nya), ayat 9 dan 10 surah
asy-Syams ini menjelaskan apa yang hendak ditekankan Allah Swt dengan
sumpah-sumpah.
 Q.S. Ali Imron (3): 190
Dalam penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, serta semua
fenomena alam tersebut terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang yang
berakal yakni mereka yang memiliki akal murni tanpa diselubungi oleh kabut ide
yang melahirkan kerancuan. Dalam surah Ali Imran ayat 190 Allah SWT
menganjurkan untuk mengenal keagungan, kemuliaan, dan kebesaran-Nya.
 Hadits Riwayat Bukhari dari Abu Hurairah
Hadis ini menjelaskan bahwa rahmat Allah Swt lebih dahulu ada dan lebihِluas
daripada murka-Nya. Hal itu disebabkan rahmat Allah Swt adalah sifat yang
sudahِmelekat pada diri-Nya dan diberikan kepada makhluk-Nya tanpa sebab
apapun
 Q.S. Al-Lail (92): 1-11
Pokok kandungan surat ini juga menjelaskan bahwa, bagi orang yang bertakwa
dan membenarkan adanya pahala akan dimudahkan Allah dan membawa pada
kebahagiaan di akhirat. Sedangkan manusia yang melakukan kejahatan akan
membawa orang itu kepada kesengsaraan di akhirat dan hartanya pun tidak dapat
menyelamatkannya.
 Hadits Riwayat Bukhari Muslim Dari Abu Hurairah
Bertambahnya kemuliaan orang yang pemaaf di dunia adalah dengan dia
dimuliakan dan diagungkan di hati manusia, karena sifatnya yang mudah
memaafkan orang lain, sedangkan di akhirat dengan besarnya ganjaran pahala dan
keutamaan di sisi Allah Swt.

19
 Hadits Riwayat Muslim dari Jabir Bin Abdillah
Pada hadis di atas juga mengingatkan kita agar menjauhi sifat kikir/bakhil. Di
antara manusia ada yang kikir mengeluarkan zakat, padahal zakat itu akan
membersihkan hartanya dan mensucikan dirinya. Di antara manusia juga ada yang
kikir dan pelit terhadap dirinya sendiri, istrinya, dan anak-anaknya, juga pelit
terhadap karib kerabatnya, teman-teman karibnya, tamunya, orang-orang fakir
miskin, dan lainnya. Karena itulah terdapat ancaman yang keras dalam al-Qur’an
dan Sunnah yang shahih bagi orang yang mempunyai sifat dan mengidap penyakit
bakhil, kikir dan pelit ini.

B. SARAN
Kita selaku orang muslim harus mengetahui sejarah perkembangan ilmu fiqh.
Selain untuk menambah wawasan, kita juga bisa memanfaatkannya dalam kegiatan
sehari-hari, jadi tidak hanya asal mengikuti ajaran madzhab yang kita ikuti.

Akhirnya, selesailah makalah kami yang membahas mengenai Ayat-Ayat Al-


Qur’an Dan Hadis Tentang Fenomena Sosial Dan Alam Sebagai Bukti Kekuasaan
Allah. Sungguh, masih banyak kekurangan yang harus kami perbaiki dalam
penyusunan makalah ini. Apabila ada kesalahan penulisan, kami mohon maaf, kritik
dan saran pembaca kami tunggu. Terimakasih.

20
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Dan Terjemahannya


Al-Qur’an Surah Ali Imron Ayat 190, diakses dari https://tafsirq.com/3-ali-imran
Al-Qur’an Surah Asy-Syams Ayat 1-10, diakses dari https://tafsirq.com/91-asy-syams
Imam As-Suyuthi, Penerjemah andi muhammad syahril dan yusuf maqasid. Asbabun nuzul;
sebab-sebab turunnya al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2015) Cet. 2 Hal 596-
598
Moh Abdul Hafidz, Al-Qur’an Hadis (Jakarta: Direktorat KSKK Madrasah, 2020) hal 26-29.
Syarah Shahih Muslim tulisan Imam an-Nawawi rahimahullah, Juz 16, hal. 141
Tafsir Ibnu Katsir Juz 30 Jilid 8, penerjemah, M. Abdul Ghoffar E.M., Abdurrahim Mu'thi,
Abu Ihsan Al-Atsari Juz 30 Jilid 8, (Bogor : Pustaka Imam Asy-Syafi'i, 2004 hal 486-
487

21

Anda mungkin juga menyukai