Anda di halaman 1dari 15

AYAT-AYAT TENTANG TUJUAN PENDIDIKAN

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Mata Kuliah

Tafsir Tarbawi II

Disusun Oleh :
1. Suryadi Armanto (221210173)
2. M. Tegas Abdillah (221210097)

FAKULATAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MA’ARIF LAMPUNG (UMALA)
METRO LAMPUNG
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga
berkat karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Ayat-
ayat Tentang Tujuan Pendidikan”.
Dalam penyusunan makalah ini, kami tidak lupa mengucapkan
terima kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
tugas makalah ini sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat dan memberikan wawasan yang lebih luas bagi
pembacanya. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
terdapat kelebihan dan kekurangannya sehingga kami mengharap kritik
dan saran yang dapat memperbaiki untuk penulisan makalah selanjutnya.
Terima kasih.

Metro, 06 Maret 2024


Penulis,

________________

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 3
A. Ayat dan Terjemahan....................................................................... 3
B. Penafsiran Ayat................................................................................ 3
BAB III PENUTUP.................................................................................... 11
A. Kesimpulan...................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan upaya memperlakukan manusia untuk mencapai

suatu tujuan. Perlakuan itu akan manusiawi apabila mempertimbangkan

kapasitas dan potensi – potensi yang ada pada manusia. Suatu usaha yang

tidak mempunyai tujuan tidak akan mempunyai arti apa – apa. Ibarat

seseorang yang bepergian tak tentu arah maka hasilnya pun tak lebih dari

pengalaman selama perjalanan.

Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar

dan berkualitas, individu – individu yang beradab akan terbentuk yang

akhirnya memunculkan kehidupan sosial yang bermoral. Sayangnya,

sekalipun institusi – institusi pendidikan saat ini memiliki kualitas dan

fasilitas, namun institusi tersebut masih belum memproduksi individu yang

beradab. Sebabnya, visi dan misi pendidikan yang mengarah kepada

terbentuknya manusia yang beradab, terabaikan dalam tujuan institusi

pendidikan. Pendidikan dipandang secara ekonomis dan dianggap sebagai

sebuah investasi. Sistem pendidikan seperti ini sekalipun akan memproduksi

anak didik yang memiliki status pendidikan yang tinggi, namun status

tersebut tidak akan menjadikan mereka sebagai individu yang beradab.

Agama Islam memiliki tujuan yang lebih komprehensif dan integrative

disbanding dengan sistem pendidikan sekular yang semata – mata

menghasilkan para anak didik yang memiliki paradigma yang pragmatis.

1
Dalam makalah ini kami berusaha menggali dan mendeskripsikan

tujuan pendidikan dalam Islam secara induktif dengan melihat dalil naqli

yang sudah ada dalam al–Qur`an, sehingga diharapkan tujuan pendidikan

dalam Islam dapat diaplikasikan pada wacana dan realita kekinian. Dalam

makalah ini kami akan menguraikan tafsir tentang ayat – ayat yang

berhubungan dengan tujuan pendidikan, yaitu pada QS. Al – Baqarah : 201

dan QS. Al-Imran : 110.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana bunyi ayat dan terjemahan dari QS. Al – Baqarah : 201 dan

QS. Al-Imran : 110 ?

2. Bagaimana tafsir mufrodat dari ayat dalam QS. Al – Baqarah : 201 dan

QS. Al-Imran : 110 ?

3. Bagaimana penafsiran para mufassir mengenai kedua ayat tersebut ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ayat dan Terjemahan

Q.S. Al – Baqarah : 201

        


     
Artinya : “Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami,
berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan
peliharalah Kami dari siksa neraka”. Q.S. Al – Baqarah : 201

Q.S. Al-Imron : 110

     


     
        
    
Artinya : “kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar,
dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah
itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman,
dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”. Q.S.
Al-Imron : 110

B. Penafsiran Ayat

1. QS. Al – Baqoroh : 201

QS. Al – Baqoroh ini berkaitan dengan sebuah kisah yang

diriwayatkan oleh Sa`id bin Jubair, dari Ibnu `Abbas bahwasanya ada

suatu kaum dari masyarakat Badui yang datang ke tempat wuquf, lalu

mereka berdo`a / meminta segala sesuatu yang merupakan urusan duniawi

saja dan tidak menyebutkan urusan akhirat sama sekali.

Setelah mereka pergi, kemudian datanglah orang – orang mu`min

dan mereka mengucapkan :

3
" ‫" َر َّبَنآ َءاِتَنا ِفي الُّد ْنَيا َح َس َنًة َو ِفي ْاَألِخ َر ِة َح َس َنًة َو ِقَنا َعَذ اَب الَّنار‬
dan ternyata Allah lebih memuji orang – orang yang memohon kebaikan

dunia dan akhirat kepada – Nya, dibandingkan orang

yang hanya memohon kebaikan dalam urusan duniawi semata. Lalu Allah

berfirman :

" "‫َو ِم ْنُه ْم َمْن َيُقْو ُل َر َّبَنآ َءاِتَنا ِفي الُّد ْنَيا َح َس َنًة َو ِفي ْاَألِخ َر ِة َح َس َنًة َو ِقَنا َعَذ اَب الَّنار‬
doa ini meliputi berbagai kebaikan di dunia dan menjauhkan segala bentuk

kejahatan. Kebaikan di dunia mencakup segala permintaan yang bersifat

duniawi, berupa kesehatan, rizki yang melimpah, istri yang cantik dan

sholihah, ilmu yang bermanfaat, amal sholih, dan sebagainya yang

tercakup dalam ungkapan para mufassir, dan diantara berbagai pendapat

para mufassir itu tidak ada pertentangan, karena semuanya termasuk dalam

kategori kebaikan duniawi.

Sedangkan mengenai kebaikan akhirat, maka yang tertinggi adalah

masuk surga dan segala cakupannya berupa rasa aman dari ketakutan yang

sangat dahsyat, kemudahan hisab dan berbagai kebaikan urusan akhirat

yang lainnya. Sedangkan keselamatan dari api neraka, dapat diartikan

sebagai perlindungan dari hal – hal yang menyebabkan kita masuk ke

dalam neraka, misalnya : perlindungan dari berbagai larangan dan dosa,

terhindar dari berbagai hal yang syubhat bahkan haram, dan lain – lain. Al

– Qasim Abu Abdur Rahman mengatakan,

“ Barangsiapa yang dianugerahi hati yang suka bersyukur, lisan yang


senantiasa berdzikir, dan diri yang sabar, berarti ia telah diberikan
kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta dilindungi dari adzab
neraka, oleh karena itu, sunnah Rasulullah menganjurkan doa tersebut”1

1 Kitab tafsir Ibnu Katsir juz 2, hlm. 396 - 397

4
Dalam kitab tafsir yang lain dijelaskan bahwa maksud ayat (dan

diantara mereka ada pula yang berdo`a, “ Ya Tuhan kami! Berilah kami (di

dunia kebaikan), artinya nikmat, (di akhirat kebaikan) yakni surga, (dan

peliharalah kami dari siksa neraka.”) yakni dengan tidak memasukinya.

Ini merupakan lukisan tentang keadaan orang – orang musyrik dan

keadaan orang – orang beriman, yang tujuannya ialah supaya kita mencari

dua macam kebaikan dunia dan akhirat, sebagaimana telah dijanjikan akan

beroleh pahala dari sisi Allah swt.2

Dalam kitab tafsir Ibn Abi Zamanin dijelaskan bahwa

lafadz ‫ ُهْم‬adalah merujuk pada orang – orang yang beriman. Mengenai

yang dimaksud dengan kebaikan di dunia menurut Hasan adalah ketaatan

pada Allah, dan kebaikan di akhirat yang dimaksud adalah pahala.

Sedangkan sebagian ulama` berpendapat bahwa kebaikan di dunia adalah

segala sesuatu yang merupakan kesenangan hidup di dunia, salah satu

yang termasuk dari kesenangan tersebut yaitu istri yang sholihah.3

Rasulullah SAW. menjelaskan bahwasanya jika kita menginginkan

dunia, akhirat serta keduanya maka wajib atas kita untuk berilmu. Hal itu

telah termaktub dalam hadits Rasulullah SAW. sebagai berikut :

‫َمْن َأَر اَد الُّد ْنَيا َفَعَلْيِه ِباْلِعْلِم َو َمْن َأَر اَد اَأْلِخ َة َفَعَلْيِه ِباْلِعْلِم َو َمْن َأَر اَدَمُها َفَعَلْيِه ِباْلِعْلِم‬
‫َر‬

Artinya : “ barangsiapa yang menghendaki ( kebahagiaan hidup ) dunia


maka wajib baginya untuk berilmu, barangsiapa yang
menghendaki ( kebahagiaan hidup ) akhirat maka wajib
baginya untuk berilmu dan barangsiapa yang menghendaki
( kebahagiaan hidup ) dalam keduanya maka wajib pula
baginya untuk berilmu.”
2 Kitab tafsir Jalalain, hlm. 32
3 Kitab tafsir ibn Abi Zamanin, hlm. 212

5
Dari berbagai penafsiran para mufassir mengenai ayat tersebut, kami

menyimpulkan bahwa kebaikan ( ‫ ) َحَس َنٌة‬dalam bentuk apapun tanpa

didasari ilmu, niscaya tidak akan terwujud. Baik berupa kebaikan duniawi

yang berupa kesejahteraan, kesehatan, ketentraman hidup, kemakmuran,

dan lain sebagainya. Apalagi kebaikan di akhirat tidak akan tercapai tanpa

adanya pengetahuan yang memadai. Karena segala bentuk keinginan dan

cita – cita tidak akan terwujud tanpa adanya usaha dan pengetahuan untuk

mencapai keinginan dan cita – cita itu sendiri.

Dari kesimpulan di atas muncul permasalahan, mengapa ada orang

jadzab itu mayoritas sejarahnya justru disebabkan karena dalamnya ilmu

yang dimiliki oleh orang tersebut ? lantas dimanakah letak tujuan ilmu

yang menjanjikan kebaikan di dunia, kesejahteraan, ketentraman hidup,

kemakmuran dan lain sebagainya itu, karena secara kasat mata orang yang

jadzab itu dipandang rendah oleh masyarakat yang latar belakangnya

adalah masyarakat awam ? Jawabannya tidak lain dan tidak bukan adalah

bahwasanya tingkat kebaikan di dunia itu relatif, artinya anggapan orang

yang satu dengan orang yang lain terhadap masalah kebaikan di dunia itu

berbeda – beda, seperti halnya para mufassir yang menafsirkan arti

kebaikan di dunia itu dengan berbagai macam penafsiran yang berbeda

antara satu dengan yang lain. Orang yang awam mungkin memandang

orang jadzab sebagai suatu kehinaan karena mereka mengartikan kebaikan

di dunia sebatas pada hal – hal yang bersifat materiil semata, sedangkan

orang jadzab –yang mana mereka telah memiliki derajat yang tinggi di sisi

6
Allah sebab keilmuannya- memandang bahwa kebaikan di dunia itu lebih

dari hal – hal itu semua. Mungkin saja orang jadzab sudah mencapai

kenikmatannya tersendiri dengan apa yang dilakukan mereka tersebut.

Yang jelas, hanya mereka sendiri yang bisa merasakannya, karena tingkat

derajat kedekatan mereka dengan Allah berbeda dengan derajat orang

awam. Jadi, walaupun orang – orang memandang mereka dengan

pandangan hina, tetapi mereka sudah merasa bahagia dengan hidupnya

yang seperti itu.

Selain itu, kami juga dapat menarik kesimpulan bahwasanya tujuan

dari pelaksanaan pendidikan itu sendiri adalah agar terserapnya ilmu

pengetahuan dalam diri kita, yang mana ilmu pengetahuan itulah yang

nantinya akan mengantarkan kita pada kebaikan di dunia dan pada

akhirnya juga akan membimbing kita untuk menuju kebaikan /

kebahagiaan hakiki di akhirat nanti.

2. QS. Ali `Imron : 110

Dalam QS. Ali `Imron ayat 110, Allah memberitahukan mengenai

umat Muhammad saw, bahwa mereka adalah sebaik – baik umat seraya

berfirman,

‫" ُك ْنُتْم َخ ْيَر ُأَّم ٍة ُأْخ ِر َج ْت ِللَّناِس‬ "


Artinya : “ kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia”

Imam al – Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra. mengenai

ayat ini. Ia berkata: “ kalian adalah sebaik – baik manusia untuk manusia

lain. Kalian datang membawa mereka dengan belenggu yang yang melilit

di leher mereka sehingga mereka masuk islam.”

7
Demikian juga yang dikatakan oleh Ibnu `Abbas, Mujahid,

`Athiyyah al `Aufi, `Ikrimah, `Atha` dan Rabi` bin Anas. Karena itu Allah

berfirman,

"‫" َتْأُمُر ْو َن ِباْلَم ْع ُر ْو ِف َو َتْنَه ْو َن َعِن اْلُم ْنَك ِر َو ُتْؤ ِم ُنْو َن ِبالَّلِه‬

Artinya : “Menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang


munkar, serta beriman kepada Allah”

Imam Ahmad meriwayatkan dari Durrah binti Abu Lahab, ia

berkata, ada seorang berdiri menghadap Nabi saw, ketika itu beliau berada

di mimbar,lalu orang itu berkata, “ Ya Rasulullah, siapakah manusia

terbaik itu ? Beliau bersabda: ‘ sebaik –baik manusia adalah yang paling

hafal al – Qur`an, paling bertaqwa kepada Allah, paling giat menyuruh

berbuat yang ma`ruf dan paling gencar mencegah kemunkarandan paling

rajin bersilaturahmi diantara mereka’ ” (HR. Ahmad) Yang benar bahwa

ayat ini bersifat umum mencakup seluruh umat pada setiap generasi

berdasarkan tingkatannya. Dan sebaik – baik generasi mereka adalah

sahabat Rasulullah saw, kemudian setelah mereka, lalu generasi

berikutnya.

Dalam kitab tafsir Al – Muniir, Allah mengabarkan mengenai umat

Islam bahwasanya mereka adalah sebaik – baiknya umat, selagi mereka

mau memerintah dalam kebaikan dan mencegah dari kemunkaran serta

beriman kepada Allah swt dengan iman yang sebenar - benarnya dan

sempurna. Dalam hal ini, amar ma`ruf nahi munkar lebih didahulukan

daripada iman kepada Allah karena keduanya menunjukkan keutamaan

kaum muslimin daripada kaum yang lain. Jadi, kebaikan dan keutamaan

8
akan senantiasa menaungi umat muslim selagi mereka beriman kepada

Allah dengan haqqul iman dan selalu mengajak pada kema`rufan serta

mencegah dari kemunkaran.4

Departemen Agama RI dalam penafsirannya mengenai ayat ini

menjelaskan bahwasanya ayat ini mengandung suatu dorongan kepada

kaum mukminin supaya tetap memelihara sifat – sifat utamanya seperti

yang disebutkan dalam ayat itu dan supaya mereka tetap mempunyai

semangat yang tinggi. Umat yang paling baik di dunia adalah umat yang

mempunyai dua macam sifat, yaitu mengajak kebaikan serta mencegah

kemunkaran, dan senantiasa beriman kepada Allah swt. Semua sifat itu

telah dimiliki oleh kaum muslimin pada zaman nabi dan telah menjadi

darah daging dalam diri mereka karena itu mereka menjadi kuat dan jaya.

Dalam waktu yang singkat mereka telah dapat menjadikan seluruh tanah

Arab tunduk dan patuh di bawah naungan Islam, hidup aman dan tenteram

di bawah panji – panji keadilan, padahal mereka sebelumnya adalah umat

yang berpecah belah selalu berada dalam suasana kacau dan saling

berperang antara sesama mereka. Ini adalah berkat keteguhan iman dan

kepatuhan mereka menjalankan ajaran agama dan berkat ketabahan dan

keuletan. Mereka menegakkan amar ma`ruf dan nahi munkar. Iman yang

mendalam di hati mereka selalu mendorong untuk berjihad dan berjuang

untuk menegakkan kebenaran dan keadilan. Jadi, ada dua syarat sebaik –

baik umat di dunia, sebagaimana diterangkan dalam ayat ini, pertama iman

yang kuat dan kedua menegakkan amar ma`ruf nahi munkar. Maka setiap

umat yang memiliki kedua sifat ini, pasti umat itu jaya dan mulia. Apabila
4 Kitab tafsir al – Muniir, hlm. 363

9
kedua sifat ini diabaikan dan tidak diperdulikan lagi, maka tidak dapat

disesalkan bila umat itu jatuh ke lembah kemlaratan.

Selanjutnya, Allah menerangkan bahwa Ahli Kitab itu jika beriman

tentulah itu lebih baik bagi mereka. Tetapi sedikit sekali diantara mereka

yang beriman seperti Abdullah bin Salam dan kawan – kawannya, dan

kebanyakan mereka adalah orang – orang yang fasiq, tidak mau beriman.

Dari penafsiran para mufassir tersebut, kami menyimpulkan bahwasanya

tujuan pelaksanaan pendidikan sesuai yang tersirat dalam ayat ini yaitu

mencetak generasi peserta didik agar menjadi sebaik – baiknya umat, yang

bermanfaat bagi umat yang lain. Diantara kemanfaatan tersebut bisa

dilakukan dengan cara amar ma`ruf , nahi munkar antar sesama. Dalam

ayat ini juga terdapat kunci dari kejayaan pada masa Nabi

Muhammad saw, yaitu keteguhan keimanan kapada Allah serta sifat amar

ma`ruf nahi munkar tersebut.

Jika dikaitkan dengan pendidikan, maka tujuan pendidikan yaitu

menyiapkan generasi agar benar – benar menjadi sebaik – baik umat

seperti yang diharapkan seluruh umat pada umunya.

BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

10
Islam sangat mementingkan pendidikan. Individu – individu peserta

didik yang beradab akan terbentuk jika kita dapat mewujudkan sistem

pendidikan yang baik dan berkualitas dan pada akhirnya akan memunculkan

kehidupan sosial yang bermoral.

Al – Qur`an dan Al – Hadits pun telah menjelaskan beberapa dalil

berkenaan dengan kewajiban pelaksanaan pendidikan, tujuan dari pendidikan

itu sendiri, bagaimana metode pendidikan yang benar serta berbagai hal yang

berkaitan dengan pendidikan.

Sesuai dengan tujuan pendidikan yang kita bahas dalam makalah ini

dan korelasinya dengan salah satu ayat dalam Al-Qur`an maka kami

menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan yang tersirat dalam QS. Al- Baqarah

: 201 pada hakikatnya adalah untuk mencapai kebaikan di dunia serta tidak

meninggalkan kebaikan di akhirat kelak. Sedangkan dalam QS. Al-Imran :

110 dijelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu untuk menyiapkan peserta

didik agar mampu menjadi sebaik – baik umat yang mampu dalam

mengerjakan amar ma`ruf nahi munkar, sehingga dengan begitu para peserta

didik akan bermanfaat bagi seluruh umat pada umumnya dan kehidupan

sosial yang bermoral pun akan tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

Kitab Tafsir Ibnu Katsir Juz 2


Kitab Tafsir Jalalain

11
Kitab Tafsir Ibn Abi Zamanin
Kitab Tafsir Al – Muniir

12

Anda mungkin juga menyukai