Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TERJEMAHAN ALQURAN
MATA KULIAH :ULUMUL QURAN
DOSEN PENGAMPU:

Disusun oleh : Kelompok 8


Maftahul Hasyim : 1234030102
Ibnu Muhammad Taufik : 1234030118
Erina Sri Sugita (1153070039)
Erni Mulyani (1153070040)

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
KATA PENGANTAR

Ucapan rasa syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kepada kita nikmat yang begitu besar yaitu nikmat iman ,nikmat Islam dan nikmat yang
begitu besar yang tidak bisa kita perhitungkan yaitu nikmat sehat sehingga kita sampai saat
ini masih diberikan kesempatan berkumpul di perkuliahan dan tempat yang mulia ,,
sholawat serta salam juga tidak semoga tercurah limpahkan kepada Baginda tercinta yakni
habibana wanabiyannna Muhammad Saw kepada para keluarga, para sahabat,para tabiit
dan tabiatnya mudah mudahan kita diangkat menjadi umatnya yang mendapatkan sfaatul di
Yaumul qiyamah.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ulumul Qur'an yang singkat ini yang
membahas tentang terjemah Al-Qur'an dapat memberikan manfaat dan membantu
pembelajaran untuk yang membaca.

Terjemah al-Quran sangat diperlukan untuk memahami isi dari kandungan ayat al-
Quran apalagi untuk kaum awam yang tidak mengerti bahasa Arab. Terjemah al-Quran
dibagi menjadi dua bagian yaitu terjemah harfiah dan terjemah tafsiriyah atau maknawiyah.
Dalam menerjemahkan al-Quran tidak sembarang orang yang boleh menerjemahkan al-
Quran ada beberapa syarat yang yang begitu penting untuk menjadi penerjemah al-Quran
yang selanjutnya akan dibahas dalam bab pembahasan.

Bandung, Novemmber 2023


Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................................2
1.4 Manfaat....................................................................................................................2
1.5 Metode Penulisan....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................3
2.1 Definisi Terjemah Al-Quran....................................................................................3
2.2 Pembagian Terjemah Al-Quran...............................................................................3
2.3 Sejaran Perkembangan Terjemah Al-Quran............................................................6
2.4 Syarat-Syarat Penerjemah Al-Quran.......................................................................9
2.5 Perbedaan Tafsir dengan Terjemah Tafsirriyyah....................................................9
2.6 Terjemahan Al-Quran Kedalam Bahasa Asing dan Indonesia..............................11
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................13
Kesimpulan.......................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Di zaman yang semakin modern ini pengetahuan manusia mengenai al-Quran
semakin menyusut. Dengan semakin maraknya tekhnologi yang beredar manusia
zaman sekarang lebih tertarik dan memperhatikan serta tak bisa lepas dari tekhnologi
seperti gadget dan sebagainya. Sehingga kerap kali melupakan al-Quran dan teringat
ketika ada tuntutan seperti perintah dosen untuk membawa mushaf al-Quran ataupun
pelajaran sekolah atau kuliah yang berkaitan dengan al-Quran. Jika tidak ada
tuntutan seperti ini bisa jadi semakin sedikit umat muslim dalam hidupnya yang
berpedoman pada al-Quran dan hadits.
Kebanyakan umat muslim di zaman sekarang lupa terhadap al-Quran bahkan
yang lulusan dari pesantren pun terkadang ada saatnya lupa terhadap kitab suci ini,
apalagi mereka yang beragama islam namun kehidupannya jauh dari nuansa agama.
Bagi umat muslim sangatlah penting untuk memahami isi dari al-Quran yang
di tulis dalam bahasa Arab. Namun tidak semua orang mengerti bahasa arab
sehingga perlunya terjemahan isi Al-Quran kedalam bahasa yang mudah dipahami
dan biasanya terjemahan disesuaikan dengan bahasa dari Negara masing-masing. Al-
Quran yang beredar di Indonesia begitu banyak, dan berbagai macam style untuk
membuatnya lebih menarik dan mudah dipahami oleh para pembaca muslim dan
muslimah.
Namun dalam kenyataannya sangat sedikit sekali yang memahami
kandungan isi al-Quran ini. Bahkan sangat sedikit para muslimin yang mengetahui
pengertian, sejarah bahkan perkembangan serta pembagian terjemahan al-Quran.
Maka dari itu kami sebagai generasi penerus bangsa wajib mempelajari al-Quran dan
segala hal yang berkaitan dengan al-Quran agar kita bisa terus mempertahankan
agama islam yang kita cintai ini. Dengan permasalahan yang telah dipaparkan maka
kami menyusun makalah yang berjudul “Terjemah Al-Quran” dengan rumusan
masalah sebagai berikut.

1
2

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas adapun rumusan


masalahnya yaitu :

a. Apa definisi dari terjemah al-Quran dan bagaimana pembagiannya?


b. Bagaimana sejarah perkembangan terjemahan al-Quran?
c. Apa yang menjadi syarat bagi para penerjemah dalam menerjemahkan al-Quran?
d. Bagaimana perbedaan tafsir dan terjemah tafsirriyyah?
e. Bagaimana terjemahan al-Quran kedalam bahasa asing dan bahasa Indonesia?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas adapun tujuan dari pemaparan masalah


ini yaitu :

a. Mengetahui dan memahami pengertian terjemahan al-Quran dan pembagian


terjemahan al-Quran.
b. Menegetahui dan memahami sejarah perkembangan terjemahan al-Quran .
c. Mengetahui dan memahami syarat bagi para penerjemah al-Quran.
d. Mengetahui dan memahami perbedaan tafsir dan terjemah tafsirriyyah.
e. Mengetahui dan memahami terjemahan al-Quran kedalam bahasa asing dan
Bahasa Indonesia.

1.4 Manfaat

Berdasarkan materi yang dibahas adapun manfaatnya yaitu :


a. Menjadikan para generasi penerus bangsa semakin memahami terhadap al-Quran
dan terjemahan al-Quran serta aspek-aspek yang terkait di dalamnya.
b. Pengetahuan ini dapat menjadi pondasi untuk mempertahankan agama islam
melalui bidang pendidikan.

1.5 Metode Penulisan

Penulisan dan penyusunan makalah ini menggunakan metode kepustakaan.


Artinya makalah ini ditulis dan disusun berdasarkan referensi-referensi yang ada di
dalam buku-buku dan artikel-artikel ilmiah lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Terjemah Al-Quran
Arti terjemah menurut bahasa adalah “salinan dari suatu bahasa ke bahasa
lain.” Atau berarti mengganti, menyalin memindahkan kalimat dari suatu bahasa ke
bahasa lain.

Adapun yang dimaksud dengan terjemah al-Quran adalah seperti


dikemukakan oeh Ash-Shabani:

“Memindahkan al-Quran kepada bahasa lain yang bukan bahasa Arab sehingga ia
dapat memahami kitab Allah SWT. Dengan perantaraan terjemah ini.”

Dalam Mu’jam al-Washith disebutkan bahwa terjemah ialah pengalihbahasaan


perkataan dari suatu bahasa ke bahasa lain. Syarat penerjemahan yang benar ialah
mendekati makna asalnya dengan sempurna. Terjemah ialah menjelaskan apa yang
diinginkan oleh kalimat dalam bahasa asalnya, bahkan detail-detail teks aslinya,
untuk dialilhbahasakan kedalam teks penerjemah.

Dibandingkan dengan menterjemahkan teks-teks lainnya, menerjemahkan al-


Quran sangat sulit karena nilai mukjizatnya. Karenanya, banyak sekali terjadi
kesalahan dalam terjemahan-terjemahan al-Quran. Contohnya diambil dari website
resmi kemenag yang membahas isu kesalahan tafsir Quran menyesatkan yaitu salah
satu isu yang menyebutkan adanya kesalahan terjemahan versi pemerintah walaupun
hanya isu namun cukup membuat masyarakat yang mengetahui isu ini menjadi
panik. Salah satu ayat yang dianggap memiliki terjemah yang keliru yaitu surat al-
Baqarah ayat 191, yakni bunuh dimanapun kamu termukan mereka (kafir).
penggalan terjemahan ini memberikan kesan islam itu radikal.

2.2 Pembagian Terjemah Al-Quran

Terjemah al-Quran ada dua macam, yaitu:

Terjemah Harfiah, yaitu memindahkan suatu isi ungkapan dari suatu bahasa ke
bahasa yang lain, dengan mempertahankan bentuk dan urutan kata-kata dan susunan
kalimat aslinya.
Terjemah Maknawiyah atau Tafsiriyyah, yaitu mengungkapkan makna perkataan

3
4

atau kalimat dengan menggunakan bahasa lain tanpa terikat mufrodat (kosa kata) dan
tartib (susunan kata).

Sebagai contoh, firman Allah:

:3(‫ع َ ربِّياً لَ َعلَّ ُكْ م َ ت ْع ِقلُو َ ن) (الزخرف‬


‫)إِنَّا ْ نل َاُه ُقْ رآنا‬
‫ج َع‬
“Sesungguhnya Kami menjadikan Al Quran dalam bahasa Arab supaya
kamu memahami(nya)”.

Maka terjemahan harfiyah adalah dengan cara menerjemahkan kata perkata


di dalam ayat ini, menjadi ‫ِإنَّا‬, kemudian ْ ‫نل َاُه‬ , kemudian ً‫ُقْ رآنا‬, kemudian ً‫ ِبّيا‬, dan
‫ع ج‬seterusnya.
َ ‫ع َر‬
Terjemahan seperti ini sangat sulit sekali, karena menemukan kata-kata yang
sama. Kebanyakan penerjemah, karena alasan ini, mengalami banyak kesulitan.
Selain itu, dalam banyak kasus, terjemahan-terjemahan seperti ini tidak bisa
menjelaskan makna dengan sempurna. Hal ini disebabkan oleh ketidaksepadanan
makna kata dalam bahasa asli dengan makna kata bahasa penerjemah.

Penerjemahan al-Quran secara harfiyah akan menui hasil yang buruk. Karena,
kebanyakan ungkapan-ungkapan didalamnya menggunakan berbagai macam kiasan,
analogi, dan ekstensi. Kiasan dan analogi setiap bahasa hanya khusus untuk bahasa
itu sendiri dan hal itu tidak bisa digunakan kedalam bahasa lain. Kalau kita
menerjemahkan ayat 29, surat al-isra secara harfiyah :

29. dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu
terlalu mengulurkannya[852] karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.

Pembaca terjemahan ini akan kebingungan, mengapa Allah melarang


membelenggu tangan dan mengulurkannya. Harus diperhatikan bahwa
“membelenggu tangan” dalam bahasa Arab bermakna kikir dan “mengulurkan
tangan” adalah dermawan.

Adapun terjemah maknawiyah ataw tafsiriyyahnya yaitu dengan


menerjemahkan makna ayat secara keseluruhan tanpa memperhatikan makna kata
m cer m a d g
perkata dan tartib (urutan) nya. Tujuannya adalah e min ak w e a
n kan na al n n
5
sempurna. Maksud dari kalimat awal bisa diartikan ‫و ا ْل َم‬ ‫ع‬ ‫كَف ُ روا ِّب ِ ه‬
tanpa harus mengurangi makna dengan sedapat ‫س‬ ‫َذاب َهَّن ِب‬ ‫ْم َر‬
‫ْئ‬ ‫َم‬
mungkin menyesuaikan dengan makna dalam
‫ج‬
bahasa terjemahan. Dalam terjemahan seperti ini
selama tidak merusak makna, penerjemah tidak
harus mengikuti susunan kata dalam teks aslinya.

Dalam buku lain1 disebutkan pada dasarnya, ada


tiga corak penerjemahan
yaitu:

a. Terjemah maknawiyyah tafsiriyyah, yaitu


menerangkan makna atau kalimat dan
mensyarahkan , tidak terikat oleh tata letak
dan susunan katanya, melainkan oleh
makna dan tujuan kalimat aslinya.
artinya :” Dan orang-orang yang ingkar kepada Tuhannya, akan
mendapat azab jahannam. Dan itulah seburuk-buruknya tempat
kembali”

b. Terjemah harfiyyah bi Al-mitsli, yaitu menyalin atau mengganti kata-kata


dari bahasa asli dengan kata sinonimnya kedalam bahasa baru dan terikat
oleh bahasa aslinya. Maksudnya, demi mendapatkan terjemah yang
maknanya sesuai tanpa merubah urutan kata dan dan bentuk kata maka kata
yang akan diterjemahkan kedalam bahasa lain terlebih dahulu diubah
kedalam bahasa yang sama dan memiliki makna yang sama hanya bunyi
katanya saja yang berbeda atau kita sebut dengan sinonim, persamaan kata.

c. Terjemah harfiyyah bi udzuni al-mitsli, yaitu menyalin atau mengganti kata-


kata kedalam bahasa lain dengan memerhatikan urutan makna dan segi
sastranya. Terjemahan ini didasarkan pada kemampuan si penerjemah dan
sebatas jangkauan bahasa si penerjemah, model terjemahan seperti ini
mungkin mungkin saja secara adat, dan hukumnya boleh, bila yang objek
diterjemahkannya adalah perkataan manusia, dan tidak boleh apabila
objeknya adalah Al-Quran karena akan merusak dan menggeser makna dari
yang seharusnya.

1
Rosihan Anwar, Ulum al-Quran, Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm. 212-213
6

Dari semua definisi diatas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa terjemah
harfiah adalah terjemahan berdasarkan kata per-kata dan terjemahan tafsiriyyah
adalah terjemahan tanpa memperdulikan tata letak dan sususan katanya. Untuk lebih
jelas kita simak pembahasan berikutnyna mengenai :

2.3 Sejaran Perkembangan Terjemah Al-Quran


Dalam lintasan sejarah Islam dikatakan bahwa lima tahun setelah Nabi saw
menjadi rasul untuk pertama kalinya ia memerintahkan kaumnya untuk hijrah ke
Ethiopia pada tahun 615 karena pada masa itu di Mekah terjadi skenario
pembunuhan nabi, dan sedikit demi sedikir Nabi Muhammad dan pengikutnya
berhijrah ke Yastrib (320) . Ethiopia adalah sebuah imperium yang asing bagi kaum
muslim, dan bahasa mereka berbeda dengan bahasa orang Mekah. Berkenaan dengan
itu, Raja Najasyi sebagai penguasa Ethiopia meminta kepada Nabi saw agar
mengutus juru bahasa untuk mengajarkan risalahnya dengan bahasa mereka. Maka
diadakanlah suatu pertemuan, dan Nabi Muhammad mengutus Ja’far bin Ali Thalib
hadir dalam pertemuan itu, dan dalam pertemuan itu ja’far membacakan beberapa
ayat al-Quran dalam surah Maryam setelah itu, Raja Najasyi mengajukan beberapa
pertanyaan.
Ayat al-Quran yang dibacakan ja’far ini beserta terjemahnya membuat mereka
tertarik kepada Islam dan kebenarannya. Ustad Muhaqqiq Shadr Afadhil
berkeyakinan bahwa Ja’far pandai berbahasa Amharik yaitu bahasa orang-orang
Ethiopia. Beliau menerjemahkan ayat-ayat al-Quran ke dalam bahasa mereka. Oleh
karena itu, ketika al-Quran dibacakan dihadapan mereka bersama dengan
terjemahannya, pengaruhnya sangat kuat hingga menjadikan jiwa orang-orang yang
hadir di majelis terpesona, khusunya Raja Najjasyi yang saat itu berkata, “Demi
Allah, perkataan Muhammad tidak ada bedanya dengan perkataan al-Masih.” Setelah
berkata demikian Najjasyi menangis tersedu-sedu. Kemudian dengan Bahasa
Amharik mereka perlahan mempelajari al-Quran, namun pada akhirnya mereka tidak
hanya mempelajari dengan bahasa Nasional mereka, mereka perlahan mempelajari
Bahasa Arab, dan kaidah-kaidah bahasa Arab, yakni ilmu nahwu, mantiq, fashaha,
bayan dan balagah. Dari sinilah kemudian penerjemahan al-Quran itu tumbuh dan
berkembang, sampai-sampai ada yang disebut terjemahan tafsir al-Quran bahasa
Amharik.
7

Setelah berkembang terjemahan al-Quran di Ethiopia kemudian berlanjut ke


negara India. Raja Raik Mahruq, kepala daerah Rur di India, pada tahun 230 H,
meminta Abdullah bin Umar bin Andul Aziz utusan khalifah di daerah itu, untuk
menerjemahkan al-Quran dengan bahasa India dan menafsirkannya untuknya.
Pekerjaan dilakukan oleh seorang penulis yang hebat. Si penerjemah berkata.
“ ketika aku sedang menafsirkan dan menerjemahkan surat Yasin sampai pada ayat,
“Katakanlah; ‘Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya pertama kali.
Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk.’ (Qs. Yasin : 79), yang aku
terjemahkan kedalam bahasa Sanskerta, tiba-tiba raja jatuh dari singgasananya
sambil berlinang air mata, sampai-sampai lantai dan wajahnya basah oleh air
matanya. Dalam keadaan menangis ia berkata. ‘ Ini adalah Tuhan Yang Layak di
sembah. Tidak ada Tuhan yang menyamai-Nya. Sebelum kejadian itu dia sudah
memeluk islam secara sembunyi-sembunyi. Setelah peristiwa ini, dia selalu
bermunajat kepada Allah dan menyembah-Nya dalam kesendirian.
Pada masa Sultan Manshur bin Nuh Samani (350-365 H), atas perintah ulama-
ulama Mawara’an Nahr, menerjemahkan al-Quran ke dalam bahasa Parsi.
Penerjemahan ini dilakulan di terjemahan tafsir Muhammad bin Jaarir Thabari (w.
310 H) yang dikirm dari Baghdad untuk sang Sultan. Dalam mukadimah terjemahan
ini disebutkan, “ini adalah kitab tafsir besar yang khabarnya telah diterjemahkan
oleh Muhammad bin Jarir Thabari ke dalam bahasa Parsi dan bahasa Dari yang
benar. Ketika kitab ini dibawa dari Baghdad berjumlah 40 mushaf. Kitab ini ditulis
dengan bahasa Tazi (Arab) dengan sanadnya yang panjang dan diberikan kepada
Sultan Said Muzhaffar Abu Shalih Manshur bin Nuh bin Nashr bin Ahmad bin
Ismail. Kemudian beliau kesulitan membaca kitab ini karena kalimatnya
menggunakan bahasa Tazi dan sangat ingin agar aku menerjemahkannya kedalam
bahasa Parsi. Kemudian dia mengumpulkan ulama- ulama Mawara’an Nahr dan
meninta fatwa mereka apakah diperbolehkan membaca dan menulis tafsir al-Quran
dengan bahasa Parsi, karena beliau adalah orang yang tidak memahami bahasa Tazi
(Arab) Allah berfirman, Dan kami tdak mengutus seoarng Rasul kecuali dengan
lisan kaumnya. Bahasa yang digunakan disini adalah bahasa Parsi dan semua raja-
raja disini dalah orang Ajam (buka orang Arab)....”. Penerjemahan al-Quran yang
ditulis dalam bahasa Parsi, Dari, pada masa ini menjadi naskah terjemahan al-Quran
berbahasa Parsi pertama yang dimiliki. bahkan naskah terjemahan al-Quran
berbahasa Parsi ini
8

menjadi naskah paling sempurna dan terbaik, meskipun dalam batas-batas tertentu
intonasinya sulit bagi orang-orang Parsi.
Ada juga naskah terjemahan lain yang menggunakan bahasa Parsi kuno yang
dikerjakan oleh seorang alim fakih bermazhab Hanafi, Abu Hafsh Najmuddin Umar
bin Muhammad Nafasi (462-538 H). Dia salah seorang Mawara’an Nahr. Dia
memiliki tafsir berbahasa Parsi yang sangat bagus. Pertama-tama dia menerjemahkan
ayat-ayat al-Quran, kemudian tafsirnya. Tafsir ini berbeda dengan tafsir Nasafi yang
terkenal yang ditulis oleh Abul Barakat Abdullah bin Ahmad bin Mahmud Nasafi.
Syarah dan tafsir berbahasa Parsi yang paling sempurna ialah yang ditulis oleh
Syekh Jamaluddin Abdul Futuh Husain bin Ali bin Muhammad Razi. Dial salah
seorang ulama abad keenam.. Dalam tafsir ini, pertam-tama ayat-ayat al-Quran
diterjemahkan secara tekstual, kemudian baru tafsir ayat-ayatnya. Sejak pertama
ditulis hingga sekarang, tafsir ini menadapat perhatian para ulama dan para ilmuan
Muslim.

Di samping bahasa Ethiopia, Amharik, India, Persia, yang telah disebutkan, ada
juga al-Quran yang diterjemahkan ke dalam bahasa Urdhu. Terjemahan Urdhu yang
pertama kali dilakukan oleh Syah Abdul Qadir dari Delhi (w. 1926 ). Dalam
perkembangannya al-Quran juga diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa (Inggris).
Sebelum berkembangnya bahasa-bahasa Eropa modern, maka bahasa yang
berkembang di Eropa adalah bahasa Latin. Oleh karena itu, tidak mengherankan
bahwa terjemahan al-Quran dalam bahasa Eropa dimulai dalam bahasa Latin. Orang
yang pertama kali menerjemahkan al-Quran ke dalam bahasa Latin adalah Maracce.
Kemudian terjemahan ke dalam bahasa Inggris pertama kali dilakukan oleh A. Ross,
Terjemahan selanjutnya dari bahasa Perancis yang dilakukan oleh Du Ryer pada
tahun 1647.
Adapun terjemahan al-Quran dalam bahasa Indonesia, dimulai pada pertengahan
abad ke-17 oleh Rauf Alfasuri, seorang ulama dari Singkel, Aceh, ke dalam bahasa
Melayu. Walaupun jika terjemahan itu ditinjau dari sudut ilmu bahasa Indonesia
modern belum sempurna. Namun apa yang dilakukan Rauf Alfasuri sangat besar
jasanya dalam upaya penerjemahan al-Quran untuk masa-masa sesudahnya.
9

2.4 Syarat-Syarat Penerjemah Al-Quran


Seorang penerjemah al-Quran harus memenuhi syarat-syarat berikut:

a. Penerjemah al-Quran harus menguasai dua bahasa (bahasa asli dan


bahasa penerjemahan) dengan baik. Dia harus menguasai kaidah-kaidah
bahasa kedua bahasa secara sempurna.
b. Penerjemah al-Quran harus memiliki pengetahuan agama yang luas dan
harus bisa merujuk tafsir-tafsir yang diakui dengan tidak merasa puas
terhadap hasil awal terjemahan.
c. Penerjemah harus membebaskan dirinya dari segala bentk keinginan-
keinginan internal yang diciptakan oleh lingkungan atau keyakinan-
keyakinan taklid2. Dia hanya wajib memahami maksud ayat-ayat tanpa
membahkan apapun.
d. Orang-orang yang tidak memiliki kelayakan untuk melakukan perkerjaan
penting ini hendaknya tidak melakukannya. Mereka yang berhak
melakukan perkerjaan tersebut harus mampu bertanggungjawab untuk
mengawasi naskah penerjemahan yang sudah dilakukan.
e. Penerjemah haruslah seorang muslim, sehingga tanggung jawab
keislamannya dapat dipercaya.
f. Penerjemah haruslah seorang yang adil dan tsiqah (dapat dipercaya).
Karenanya, seorang fasik tidak diperkenankan menerjemahkan al-Quran
g. Berpegang teguh pada prinsip-prinsip penafsiran al-Quran dan
memenuhi kriteria sebagai mufasir, karena penerjemah pada hakikatnya
adalah seorang mufasir (ahli tafsir).

2.5 Perbedaan Tafsir dengan Terjemah Tafsirriyyah


Ada beberapa titik perbedaan antara Tafsir dan Tarjamah Tafsiriyah berbagai segi:
a. Perbedaan bahasa, bahasa Tafsir terkadang atau kebanyakan memakai bahasa
yang sama, sementara bahasa Tarjamah Tafsiriyah harus dengan bahasa yang
berbeda. Maksudnya Pada terjemah terjadi peralihan bahasa dari bahasa
pertama ke bahasa terjemah, tidak ada ladi lafazh atau kosa kata bahasa
bahasa pertama itu melekat pada bahasa terjemahannya. Sedangkan tafsir
selalu ada keterikatan dengan bahasa asalnya, dan dalam tafsir tidak terjadi

2
Taklid , Wikipedia Bahasa Indonesia :mengikuti pendapat orang lain tanpa mengetahui sumber atau
alasannya.
10

peralihan bahasa. Yang terpenting dan menonjol dalam tafsir ialah ada
penjelasan, baik penjelasan kata-kata mufrad (kosa-kata) maupun penjelasan
susunan kalimatnya.
b. Bagi pembaca Tafsir, bisa memperhatikan rangkaian dan susunan teks asli
beserta arti yang di tunjukan, di samping teks terjemahanya; sehingga dia
bisa menemukan kesalahan-kesalahan yang ada, sekaligus meluruskanya.
Andaikan dia tidak menangkap kesalahan itu, maka, pembaca yang lain akan
menemukanya. Sedangkan pembaca terjemah, tidak sampai ke situ, karena
dia tidak tahu susunan Al-Quran dan arti yang ditunjukanya, bahkan kesan
yang ada, bahwa apa yang ia baca, dan ia pahami dari terjemah tersebut,
adalah Tafsir atau arti yang benar terhadap Al-Quran, sedangkan pengecekan
terhadap teks aslinya dan membandingkan dengan teks terjemahan, itu sudah
di luar batas kemampuanya, selama dia tidak tahu bahasa Al-Quran.
c. Pada terjemahan sekali-kali tidak boleh melakukan penguraian meluas
melebihi dari makna yang sudah didapat. Sedangkan tafsir , pada kondisi
tertentu, tidak hanya boleh melakukan penguraian meluas, tetapi justru
uraian luas itu wajib dilakukan, jika usaha menjelaskna makna ayat yang
dikehendaki baru dapat dicapai dengan mantap melalui penguraian
masalahnya secara luas.
d. Dalam terjemahan mengandung tuntutan artinya bahasa yang diterjemahkan
harus memiliki makna sesuai asal bahasanya, sedangkan tafsir yang menjadi
pokok perhatianya adalah tercapai penjelasan yang sebaik-baiknya, baik
secara global maupun secara terperinci, baik mencakup keseluruhan makna
saja, tergantung pada apa yang diperhatikan mufassir dan ornag yang
menerima tafsir itu.
e. Dalam terjemah harus ada pengakuan bahwa ayat yang diterjemahkan benar
dan telah sesuai dengan makna aslinya sedangkan dalam tafsir soal
pengakuan sangat relatif, tergantung pada faktor kredibelitas mufassirnya.
Mufassir akan mendapat pngakuan jika dalam penafsirannya didukung
dengan banyak dalil yang dikemukakannya, dan sebaliknya ia tidak akan
mendapat pengakuan ketika hasil tafsirannya itu tidak didukung oleh dalil-
dalil.
11

2.6 Terjemahan Al-Quran Kedalam Bahasa Asing dan Indonesia


Dikarenakan kedudukannya yang tinggi, al-Quran telah menarik perhatian
bangsa-bangsa lain. Karena belajar bahasa Arab pada waktu itu tidaklah mudah,
maka para penerjemah mulai menerjemahkan kitab samawi ini. Sampai kini, al-
Quran telah diterjemahkan dengan sempurna lebih dari enam puluh lima bahasa
dunia. Sebagian dari terjemahan ini mengalami puluhan bahkan ratusan cetak. Selain
dari naskah-naskah terjemahan berbahasa Jerman, Italy, Urdu, Cina dan bahasa-
bahasa dunia lainnya, hanya satu dari tiga ratus terjemahan al-Quran berbahasa
inggris yang dilakukan oleh George Sail yang telah dicetak sampai lebih dari empat
puluh kali.

Tentunya karena banyak terjemahan asing dari berbagai negara tidak bisa
diyakini bahwa semua penerjemah benar-benar memiliki niat yang baik. Niat buruk
sebagian dari mereka sangat jelas, karena sebagian dari mereka pernah bermusuhan
dengan agama Islam dan kaum Muslim. Dengan alasan inilah sebagian dari mereka
menterjemahkan al-Quran. Karena tidak memiliki kemampuan cukup sebagai
penerjemah, maka seringkali hasil terjemahan mereka melenceng dan salah. Hal ini
terjadi karena tidak ada pengawasan. Perbuatan salah seperti ini, tingkat bahayanya
tidak lebih sedikit dengan unsur sengaja merubah al-Quran. Bagaimanapun juga
dampak-dampak negatif kesalahan ini akan kembali kepada dasar dan akar Islam.
Hal seperti ini akan menyimpangkan agama islam.

Oleh karena itu orang-orang yang berwenang dalam masalah ini tidak boleh
diam. Mereka harus menyikapi perbuatan-perbuatan salah yang membahayakan
seperti ini. Karena, dibalik penerjemahan ini, terdapat persengkongkolan. Sebagai
contoh yang bisa disebutkan ialah terjemahan “Mithran; Ya’qub putra seorang
Nasrani”, salah seorang petinggi gereja yang menerjemahkan dengan bahasa
Suryani, sudah pasti (al-Quran itu) diterjemahkan dengan niat tidak baik.
Terjemahan ini dicetak pada tahun 1925 M dan sudah diterbitkan.

Abu Abdillah Zanjani berpendapat bahwa mungkin penerjemahan bahasa Latin


pertama (bahasa di Eropa) dilakukan pada tahun 1143 M oleh Kint, dibantu oleh
Petrus Thalithe dan seorang ilmuan Arab. Penerjemahan ini dilakukan untuk
diberikan kepada Dickluni. Tujuannya adalah membantah al-Quran. Pada tahun 1594
M, Henkilman menerbitkan terjemahan al-Quran dan selanjutnya pada tahun 1598 M
12

diterbitkan terjemahan al-Quran cetakan Maraki yang didalamnya menyertakan


penghinaan terhadap al-Quran.

Sedangkan terjemahan al-Quran kedalam bahasa Indonesia berperan penting


demi perkembangan pemahaman isi dari makna al-Quran di wilayah Indonesia,
penerjemahan ke dalam Bahasa Indonesia ini diantaranya dilaksanakan oleh :

1. Al-Quran dan Terjemahannya, oleh Departemen Agama RI ada dua edisi revisi
yaitu tahun 1989 dan 2002.
2. Terjemah Al-Quran, oleh Prof. Mahmud Yunus.
3. An-Nur, oleh Prof. Dr. T.M. Hasbi Ash-Siddieqy
4. Al-Furqon, oleh A. Hassan guru Persatuan Islam
5. Al-Quranu’l Karim Bacaan Mulia, oleh Hans Bague Jassin
Selain diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia resmi adapula yang
diterjemahkan kedalam bahasa Daerah diantaranya dilaksanakan oleh :
1. Qur’an Kejawen (Bahasa Jawa), oleh Kemajuan Islam Jogyakarta
2. Qur’an Suadawiah (Bahasa Sunda)
3. Qur’an Bahasa Sunda oleh K.H. Qomaruddien
4. Al-Ibriz (Bahasa Jawa), oleh K. Bisyri Mustafa Rembang
5. Al-Quran Suci Basa Jawi (Bahasa Jawa), oleh Prof. K.H.R. Muhammad
Adnan
6. Al-Amin (Bahasa Sunda)
7. Terjemah Al-Quran kedalam bahasa Bugis (huruf lontare), oleh KH Abdul
Muin Yusuf (Pimpinan Pondok Pesantren Al-Urwatul Wustqaa Benteng
Sidrap Sulsel
Dalam Article yang dimuat di website Tempo yang diterbitkan pada Kamis, 03
Desember 2015 dengan tema paragraf INFO NASIONAL, diberitakan bahwa
“Sebagai bentuk apresiasi terhadap keragaman bangsa, Kementerian Agama
menerbitkan Kamus Istilah Keagamaan dan Terjemah Al-Quran kedalam Bahasa
Daerah. Dikatakan Menag, Terjemah al-Quran Bahasa Daerah terdiri dari 3 bahasa,
yaitu Minang, Jawa, dan Dayak. Menag berharap karya ini bisa bermanfaat bagi
bangsa Indonesia.”
BAB III
KESIMPULAN

Simpulan

Terjemah dalam al-Quran sangat penting adanya dan alasan adanya terjemahan
ini karena Agama Islam yang telah menyebar keberbagai negara dan mengharuskan
al-Quran turut disebarkan pula. Karena al-Quran turun di kalangan orang Arab dan
berbahasa Arab, menjadikan kaum muslimin no Arab tidak mengerti dengan apa
yang telah disampaikan al-Quran. Dan agar para muslimin memahaminya maka di
buatlah terjemahan al-Quran yang pada awalnya di terjemahkan oleh Ja’far bin Abi
Thalib.
Terjemahan al-Quran pun memiliki beberapa metode yakni terjemahan
harfiyyah dan terjemahan tafsirriyyah atau maknawiyah. Dengan menggunakan salah
satu metode ini akhirnya al-Quran dapat diterjemahkan keberbagai macam bahasa di
Dunia termasuk ke dalam Bahasa Indonesia.
Tidak sedikit pula dalam terjemah al-Quran ini mengandung terjemahan yang
salah. Karena banyaknya para musuh kaum muslimin yang ingin menghancurkan
Agama Islam melalui terjemahan al-Quran yang disalahkan. Namun pada dasarnya
al-Quran adalah mukjizat Allah dan Allah telah berfirmah dalam al-Quran yang
intinya Allah akan menjaga isi al-Quran. Jadi ini merupakan pantangan yang sangat
sulit bagi para musuh kaum mslimin yang ingin merubah dan menyalah artikan arti
dari al-Quran.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abu Azzam. Kajian Islam. https://islamkajian.wordpress.com/perbandingan-


terjemah-harfiah-tafsiriyah/. diakses pada tanggal 14 oktober 2015 pukul 10.29.

Bell, Richard. 1995. Pengantar Studi Al-Quran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Hadi Ma’rifat, Muhammad. 2007. Sejarah Al-Quran. Diterjemahkan oleh : Thoha


Musawa. Jakarta: Al-Huda.

ikfiniitpsepuluh.Man jadda wajada.


http://ikfiniitpsepuluh.blog.uns.ac.id/2012/05/01/al-quran-tarjamah-tafsiriyah-
vs-tarjamah-harfiyah-al-quran-kemeneg-ri/. di akses pada tanggal 14 oktober
2015 pukul 10.33.

RKO, Sekjen Kemenag: Isu Kesalahan Tafsir Quran Menyesatka,


http:kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=98277 diakses pada tanggal 05
Desember 2015 pukul 03.45

Suardi Simbayoputra. menembus batas.


https://simbayoputras.wordpress.com/2013/01/16/sejarah-penerjemahan-al-
quran/ . diakses pada tanggal 16 oktober 2015 pukul 3.12

Tarjamah Tafsiriyah. (2013, 7


13).https://www.facebook.com/tarjamah.tafsiriyah/posts/1391823311041378.
diakses pada tanggal 14 Oktober 2015 pukul 10.00.

Tempo, Kemenag Launching KIK dan Terjemah Al-Quran Bahasa Daerah,


http://m.tempo.co/read/news/2015/12/03/285724520/kemenag-launching-kik-
dan-terjemah-al-quran-bahasa-daerah diakses pada tanggal 05 Desember 2015
pukul 04.50

14

Anda mungkin juga menyukai