DISUSUN OLEH:
1.MAWALLI YAHYA
2.ALDI KURNIAWAN EFENDI
3.NOVIANTI
DOSEN PENGAMPU
MUYAS
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat kepada
kita sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "
Terjemahan Al-Qur'an"
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan
kita, Nabi Muhammad SAW yang telah membawa risalah Islam yang penuh
dengan ilmu pengetahuan sehingga dapat menjadi bekal hidup kita didunia
dan diakhirat kelak
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
“Memindahkan al-Quran kepada bahasa lain yang bukan bahasa Arab sehingga ia
dapat memahami kitab Allah SWT. Dengan perantaraan terjemah ini.”
Terjemah Harfiah, yaitu memindahkan suatu isi ungkapan dari suatu bahasa ke
bahasa yang lain, dengan mempertahankan bentuk dan urutan kata-kata dan susunan
kalimat aslinya.
Terjemah Maknawiyah atau Tafsiriyyah, yaitu mengungkapkan makna perkataan
3
4
atau kalimat dengan menggunakan bahasa lain tanpa terikat mufrodat (kosa kata) dan
tartib (susunan kata).
Terjemahan seperti ini sangat sulit sekali, karena menemukan kata-kata yang
sama. Kebanyakan penerjemah, karena alasan ini, mengalami banyak kesulitan.
Selain itu, dalam banyak kasus, terjemahan-terjemahan seperti ini tidak bisa
menjelaskan makna dengan sempurna. Hal ini disebabkan oleh ketidaksepadanan
makna kata dalam bahasa asli dengan makna kata bahasa penerjemah.
Penerjemahan al-Quran secara harfiyah akan menui hasil yang buruk. Karena,
kebanyakan ungkapan-ungkapan didalamnya menggunakan berbagai macam kiasan,
analogi, dan ekstensi. Kiasan dan analogi setiap bahasa hanya khusus untuk bahasa
itu sendiri dan hal itu tidak bisa digunakan kedalam bahasa lain. Kalau kita
menerjemahkan ayat 29, surat al-isra secara harfiyah :
29. dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu
terlalu mengulurkannya[852] karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.
perkata dan tartib (urutan) nya. Tujuannya adalah mencerminkan makna awal
dengan sempurna. Maksud dari kalimat awal bisa diartikan tanpa harus mengurangi
makna dengan sedapat mungkin menyesuaikan dengan makna dalam bahasa
terjemahan. Dalam terjemahan seperti ini selama tidak merusak makna, penerjemah
tidak harus mengikuti susunan kata dalam teks aslinya.
Dalam buku lain1 disebutkan pada dasarnya, ada tiga corak penerjemahan
yaitu:
ََولِلَّ ِذين
ِ س ا ْل َم
)6( صي ُر َ َكفَرُوا بِ َربِّ ِه ْم َع َذابُ َجهَنَّ َم َوبِ ْئ
artinya :” Dan orang-orang yang ingkar kepada Tuhannya, akan mendapat
azab jahannam. Dan itulah seburuk-buruknya tempat kembali”
1
Rosihan Anwar, Ulum al-Quran, Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm. 212-213
6
Dari semua definisi diatas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa terjemah
harfiah adalah terjemahan berdasarkan kata per-kata dan terjemahan tafsiriyyah
adalah terjemahan tanpa memperdulikan tata letak dan sususan katanya. Untuk lebih
jelas kita simak pembahasan berikutnyna mengenai :
menjadi naskah paling sempurna dan terbaik, meskipun dalam batas-batas tertentu
intonasinya sulit bagi orang-orang Parsi.
Ada juga naskah terjemahan lain yang menggunakan bahasa Parsi kuno yang
dikerjakan oleh seorang alim fakih bermazhab Hanafi, Abu Hafsh Najmuddin Umar
bin Muhammad Nafasi (462-538 H). Dia salah seorang Mawara’an Nahr. Dia
memiliki tafsir berbahasa Parsi yang sangat bagus. Pertama-tama dia menerjemahkan
ayat-ayat al-Quran, kemudian tafsirnya. Tafsir ini berbeda dengan tafsir Nasafi yang
terkenal yang ditulis oleh Abul Barakat Abdullah bin Ahmad bin Mahmud Nasafi.
Syarah dan tafsir berbahasa Parsi yang paling sempurna ialah yang ditulis oleh
Syekh Jamaluddin Abdul Futuh Husain bin Ali bin Muhammad Razi. Dial salah
seorang ulama abad keenam.. Dalam tafsir ini, pertam-tama ayat-ayat al-Quran
diterjemahkan secara tekstual, kemudian baru tafsir ayat-ayatnya. Sejak pertama
ditulis hingga sekarang, tafsir ini menadapat perhatian para ulama dan para ilmuan
Muslim.
Di samping bahasa Ethiopia, Amharik, India, Persia, yang telah disebutkan, ada
juga al-Quran yang diterjemahkan ke dalam bahasa Urdhu. Terjemahan Urdhu yang
pertama kali dilakukan oleh Syah Abdul Qadir dari Delhi (w. 1926 ). Dalam
perkembangannya al-Quran juga diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa (Inggris).
Sebelum berkembangnya bahasa-bahasa Eropa modern, maka bahasa yang
berkembang di Eropa adalah bahasa Latin. Oleh karena itu, tidak mengherankan
bahwa terjemahan al-Quran dalam bahasa Eropa dimulai dalam bahasa Latin. Orang
yang pertama kali menerjemahkan al-Quran ke dalam bahasa Latin adalah Maracce.
Kemudian terjemahan ke dalam bahasa Inggris pertama kali dilakukan oleh A. Ross,
Terjemahan selanjutnya dari bahasa Perancis yang dilakukan oleh Du Ryer pada
tahun 1647.
Adapun terjemahan al-Quran dalam bahasa Indonesia, dimulai pada pertengahan
abad ke-17 oleh Rauf Alfasuri, seorang ulama dari Singkel, Aceh, ke dalam bahasa
Melayu. Walaupun jika terjemahan itu ditinjau dari sudut ilmu bahasa Indonesia
modern belum sempurna. Namun apa yang dilakukan Rauf Alfasuri sangat besar
jasanya dalam upaya penerjemahan al-Quran untuk masa-masa sesudahnya.
9
2
Taklid , Wikipedia Bahasa Indonesia :mengikuti pendapat orang lain tanpa mengetahui sumber atau
alasannya.
10
peralihan bahasa. Yang terpenting dan menonjol dalam tafsir ialah ada
penjelasan, baik penjelasan kata-kata mufrad (kosa-kata) maupun penjelasan
susunan kalimatnya.
b. Bagi pembaca Tafsir, bisa memperhatikan rangkaian dan susunan teks asli
beserta arti yang di tunjukan, di samping teks terjemahanya; sehingga dia
bisa menemukan kesalahan-kesalahan yang ada, sekaligus meluruskanya.
Andaikan dia tidak menangkap kesalahan itu, maka, pembaca yang lain akan
menemukanya. Sedangkan pembaca terjemah, tidak sampai ke situ, karena
dia tidak tahu susunan Al-Quran dan arti yang ditunjukanya, bahkan kesan
yang ada, bahwa apa yang ia baca, dan ia pahami dari terjemah tersebut,
adalah Tafsir atau arti yang benar terhadap Al-Quran, sedangkan pengecekan
terhadap teks aslinya dan membandingkan dengan teks terjemahan, itu sudah
di luar batas kemampuanya, selama dia tidak tahu bahasa Al-Quran.
c. Pada terjemahan sekali-kali tidak boleh melakukan penguraian meluas
melebihi dari makna yang sudah didapat. Sedangkan tafsir , pada kondisi
tertentu, tidak hanya boleh melakukan penguraian meluas, tetapi justru
uraian luas itu wajib dilakukan, jika usaha menjelaskna makna ayat yang
dikehendaki baru dapat dicapai dengan mantap melalui penguraian
masalahnya secara luas.
d. Dalam terjemahan mengandung tuntutan artinya bahasa yang diterjemahkan
harus memiliki makna sesuai asal bahasanya, sedangkan tafsir yang menjadi
pokok perhatianya adalah tercapai penjelasan yang sebaik-baiknya, baik
secara global maupun secara terperinci, baik mencakup keseluruhan makna
saja, tergantung pada apa yang diperhatikan mufassir dan ornag yang
menerima tafsir itu.
e. Dalam terjemah harus ada pengakuan bahwa ayat yang diterjemahkan benar
dan telah sesuai dengan makna aslinya sedangkan dalam tafsir soal
pengakuan sangat relatif, tergantung pada faktor kredibelitas mufassirnya.
Mufassir akan mendapat pngakuan jika dalam penafsirannya didukung
dengan banyak dalil yang dikemukakannya, dan sebaliknya ia tidak akan
mendapat pengakuan ketika hasil tafsirannya itu tidak didukung oleh dalil-
dalil.
11
Tentunya karena banyak terjemahan asing dari berbagai negara tidak bisa
diyakini bahwa semua penerjemah benar-benar memiliki niat yang baik. Niat buruk
sebagian dari mereka sangat jelas, karena sebagian dari mereka pernah bermusuhan
dengan agama Islam dan kaum Muslim. Dengan alasan inilah sebagian dari mereka
menterjemahkan al-Quran. Karena tidak memiliki kemampuan cukup sebagai
penerjemah, maka seringkali hasil terjemahan mereka melenceng dan salah. Hal ini
terjadi karena tidak ada pengawasan. Perbuatan salah seperti ini, tingkat bahayanya
tidak lebih sedikit dengan unsur sengaja merubah al-Quran. Bagaimanapun juga
dampak-dampak negatif kesalahan ini akan kembali kepada dasar dan akar Islam.
Hal seperti ini akan menyimpangkan agama islam.
Oleh karena itu orang-orang yang berwenang dalam masalah ini tidak boleh
diam. Mereka harus menyikapi perbuatan-perbuatan salah yang membahayakan
seperti ini. Karena, dibalik penerjemahan ini, terdapat persengkongkolan. Sebagai
contoh yang bisa disebutkan ialah terjemahan “Mithran; Ya’qub putra seorang
Nasrani”, salah seorang petinggi gereja yang menerjemahkan dengan bahasa
Suryani, sudah pasti (al-Quran itu) diterjemahkan dengan niat tidak baik.
Terjemahan ini dicetak pada tahun 1925 M dan sudah diterbitkan.
1. Al-Quran dan Terjemahannya, oleh Departemen Agama RI ada dua edisi revisi
yaitu tahun 1989 dan 2002.
2. Terjemah Al-Quran, oleh Prof. Mahmud Yunus.
3. An-Nur, oleh Prof. Dr. T.M. Hasbi Ash-Siddieqy
4. Al-Furqon, oleh A. Hassan guru Persatuan Islam
5. Al-Quranu’l Karim Bacaan Mulia, oleh Hans Bague Jassin
Selain diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia resmi adapula yang
diterjemahkan kedalam bahasa Daerah diantaranya dilaksanakan oleh :
1. Qur’an Kejawen (Bahasa Jawa), oleh Kemajuan Islam Jogyakarta
2. Qur’an Suadawiah (Bahasa Sunda)
3. Qur’an Bahasa Sunda oleh K.H. Qomaruddien
4. Al-Ibriz (Bahasa Jawa), oleh K. Bisyri Mustafa Rembang
5. Al-Quran Suci Basa Jawi (Bahasa Jawa), oleh Prof. K.H.R. Muhammad
Adnan
6. Al-Amin (Bahasa Sunda)
7. Terjemah Al-Quran kedalam bahasa Bugis (huruf lontare), oleh KH Abdul
Muin Yusuf (Pimpinan Pondok Pesantren Al-Urwatul Wustqaa Benteng
Sidrap Sulsel
Dalam Article yang dimuat di website Tempo yang diterbitkan pada Kamis, 03
Desember 2015 dengan tema paragraf INFO NASIONAL, diberitakan bahwa
“Sebagai bentuk apresiasi terhadap keragaman bangsa, Kementerian Agama
menerbitkan Kamus Istilah Keagamaan dan Terjemah Al-Quran kedalam Bahasa
Daerah. Dikatakan Menag, Terjemah al-Quran Bahasa Daerah terdiri dari 3 bahasa,
yaitu Minang, Jawa, dan Dayak. Menag berharap karya ini bisa bermanfaat bagi
bangsa Indonesia.”
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Terjemah dalam al-Quran sangat penting adanya dan alasan adanya terjemahan
ini karena Agama Islam yang telah menyebar keberbagai negara dan mengharuskan
al-Quran turut disebarkan pula. Karena al-Quran turun di kalangan orang Arab dan
berbahasa Arab, menjadikan kaum muslimin no Arab tidak mengerti dengan apa
yang telah disampaikan al-Quran. Dan agar para muslimin memahaminya maka di
buatlah terjemahan al-Quran yang pada awalnya di terjemahkan oleh Ja’far bin Abi
Thalib.
Terjemahan al-Quran pun memiliki beberapa metode yakni terjemahan
harfiyyah dan terjemahan tafsirriyyah atau maknawiyah. Dengan menggunakan salah
satu metode ini akhirnya al-Quran dapat diterjemahkan keberbagai macam bahasa di
Dunia termasuk ke dalam Bahasa Indonesia.
Tidak sedikit pula dalam terjemah al-Quran ini mengandung terjemahan yang
salah. Karena banyaknya para musuh kaum muslimin yang ingin menghancurkan
Agama Islam melalui terjemahan al-Quran yang disalahkan. Namun pada dasarnya
al-Quran adalah mukjizat Allah dan Allah telah berfirmah dalam al-Quran yang
intinya Allah akan menjaga isi al-Quran. Jadi ini merupakan pantangan yang sangat
sulit bagi para musuh kaum mslimin yang ingin merubah dan menyalah artikan arti
dari al-Quran.
13
DAFTAR PUSTAKA
Bell, Richard. 1995. Pengantar Studi Al-Quran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
14