Anda di halaman 1dari 19

Makalah

Terjemah Tafsir, dan Ta’wil Al - Qur’an

Dosen Pengampu:
Fathia Nuzula Rahma, M.Ag

Disusun oleh
kelompok 12:
Muhammad Ferdiwansyah (0206232127)
Muhammad Faizil (0206232121)
Nur Hafizah (0206233132)

PROGRAM STUDI HUKUM


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
TA.2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur, senantiasa kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karenadengan
rahmat serta karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar.
Tak lupa semoga sholawat dan salam semoga tetap tercurah dan terlimpahkan kepada tauladan
umat, pembawa umat dari zaman kejahiliyahan kezaman terang benderang, Nabi Muhammad
SAW.

Suatu kebahagiaan bagi kami bahwasanya pada kesempatan ini kami


dapat..Menyelesaikan karya yang berupa makalah dengan judul “Terjemah tafsir,ta’wil,Al
Qur’an”. Karya ini disusun sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah Al-Qur’an.

Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan, halini
karena keterbatasan pemahaman dan pengetahuan kami. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan masukan dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini
menjadi lebih baik.

Demikianlah makalah ini kami buat,apabila ada kesalahan dalam penulisan saya mohon
maaf yang sebesar-besarnya dan sebelumnya kami mengucapkan terimakasih.

HORMAT KAMI

PENULIS

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i

BAB I ......................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1

A.Latar Belakang ................................................................................................................... 1

B.Rumusan Masalah............................................................................................................... 2

C.Tujuan Masalah .................................................................................................................. 2

BAB II........................................................................................................................................ 3

PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3

1.Terjemahan, tafsir,ta’wil Al-Qur’an .................................................................................... 3

1.1.Terjemahan Al-Qur’an.................................................................................................. 3

1.2.Pengertian Tafsir............................................................................................................... 3

1.3.Pengertian Ta’wil ............................................................................................................. 4

2.Macam-macam Tafsir .......................................................................................................... 4

4.Syarat-yarat dan adab yang Harus Dimiliki oleh Seorang Mufassir ................................. 10

5.Sejarah Singkat Perkembangan Tafsir sejak masa Nabi SAW sampai masa Sekarang..... 11

Karakteristik Tafsir Tabi’in .................................................................................................. 13

BAB III .................................................................................................................................... 15

PENUTUP............................................................................................................................... 15

A.KESIMPULAN ............................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan pedoman hidup bagi ummat Islam. Karena Al-Qur’an itu
berbahasa Arab tidak dipungkiri dari ayat-ayatnya masih banyak yang besifat global. Sehingga
tidak bisa dipahami secara tekstual, untuk itu perlu penerjemahan dan penafsiran sehingga Al-
Qur’an bisa di pahami secara tekstual.

Dalam menafsirkan ayat-ayat Allah Subhanahu Wata’ala yaitu Al-quran, tidak boleh ditafsirkan
sesuka hati, karena ada tata cara dan undang-undangnya dalam menafsirkan

Al-quran. Misalnya, dalam rangka menafsirkan kata- kata ‫ب‬

‫ (َغ ِر ْي‬aneh, ganjil ) atau Mentakwilkan

Al Qur`an merupakan petunjuk bagi seluruh umat manusia. Di samping itu, dalam ayat dan
surat yang sama, diinformasikan juga bahwa al Qur`an sekaligus menjadi penjelasan
(bayyinaat) dari petunjuk tersebut sehingga kemudian mampu menjadi pembeda (furqaan)
antara yang baik dan yang buruk. Di sinilah manusia mendapatkan petunjuk dari al Qur`an.
Manusia akan mengerjakan yang baik dan akan meninggalkan yang buruk atas dasar
pertimbangannya terhadap petunjuk al Qur`an tersebut.

1
B.Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah yang dimaksud dengan terjemahan tafsir,ta’wil al-qur’an?
2. Apa saja macam-macam tafsir?
3. Siapa-siapa sajakah ahli dalam perkembangan ilmu tafsir?
4. Bagaimanakah perkembangan tafsir pada masa nabi Muhammad hingga pada masa
sekarang?

C.Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan terjemahan tafsir ta’wil alquran
2. Cara mengetahui bagaimana macam+macam tafsir
3. Untuk mengetahui ahli-ahli dalam perkembangan ilmu tafsir
4. Untuk mengetahui perkembangan tafsir pada masa nabi Muhammad hingga pada masa
sekarang

2
BAB II

PEMBAHASAN
1. Terjemahan, tafsir,ta’wil Al-Qur’an

1.1.1Terjemahan Al-Qur’an
Arti terjemah menurut bahasa adalah “salinan dari suatu bahasa ke bahasa lain.” Atau
berarti mengganti, menyalin memindahkan kalimat dari suatu bahasa ke bahasa lain.

Adapun yang dimaksud dengan terjemah al-Quran adalah seperti dikemukakan oeh Ash-
Shabani:

“Memindahkan al-Quran kepada bahasa lain yang bukan bahasa Arab sehingga ia dapat
memahami kitab Allah SWT. Dengan perantaraan terjemah ini.”

Dalam Mu’jam al-Washith disebutkan bahwa terjemah ialah pengalihbahasaan perkataan


dari suatu bahasa ke bahasa lain. Syarat penerjemahan yang benar ialah mendekati makna
asalnya dengan sempurna. Terjemah ialah menjelaskan apa yang diinginkan oleh kalimat dalam
bahasa asalnya, bahkan detail-detail teks aslinya, untuk dialilhbahasakan kedalam teks
penerjemah.

Dibandingkan dengan menterjemahkan teks-teks lainnya, menerjemahkan al- Quran


sangat sulit karena nilai mukjizatnya. Karenanya, banyak sekali terjadi kesalahan dalam
terjemahan-terjemahan al-Quran. Contohnya diambil dari website resmi kemenag yang
membahas isu kesalahan tafsir Quran menyesatkan yaitu salah satu isu yang menyebutkan
adanya kesalahan terjemahan versi pemerintah walaupun hanya isu namun cukup membuat
masyarakat yang mengetahui isu ini menjadi panik. Salah satu ayat yang dianggap memiliki
terjemah yang keliru yaitu surat al- Baqarah ayat 191, yakni bunuh dimanapun kamu termukan
mereka (kafir). Penggalan terjemahan ini memberikan kesan islam itu radikal.

1.2.Pengertian Tafsir
Tafsir diambil dari kata fassara yupassiru tafsiran yang berarti keterangan, penjelasan atau
uraian.Secara istilah ,tafsir berarti menjelaskan makna ayat Al Qur’an ,keadaan kisah dan sebab
turunnya ayat tersebut dengan lafal yang menunjukkan kepada makna zahir

1
Zainuddin, Ridwan, Muhammad (Madura, TAFSIR,TAKWIL DAN TERJEMAHAN,2020)VOL.1. Hal.2.

3
Beberapa ahli menafsirkan pengertian tafsir yaitu:

1. Menurut al-Jurjani, tafsir adalah menjelaskan makna ayat keadaannya, kisahnya, dan
sebab yang karenanya ayat diturunkan, dengan lafadz yang menunjukkan kepadanya
dengan jelas sekali.
2. Menurut az-Zarkazyi, tafsir ialah suatu pengetahuan yang dapat dipahamkan kibullah
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, menjelaskan maksud maksudnya,
mengeluarkan hukum-hukumnya dan hikmahnya.
3. Menurut al-Kilbyi, tafsir ialah mensyarahkan al-qur’an, menerangkan maknanya dan
menjelaskan apa yang dikehendakinya dengan nashnya atau dengan isyaratnya ataupun
dengan najwahnya.
4. Menurut Syeikh Thorir, tafsir ialah mensyarahkan lafad yang sukar difahamkan oleh
pendengan dengan uraian yang menjelaskan maksud dengan menyebut muradhifnya
atau yang mendekatinya atau ia mempunyai petunjuk kepadanya melaui suatu jalan.

1.3.Pengertian Ta’wil
Kata ta’wīl berasal dari kata al-awl, yang berarti kembali (ar-rujǔ’) atau dari kata al- ma’ǎl
yang artinya tempat kembali (al-mashīr) dan al-aqībah yang berarti kesudahan. Ada yang
menduga bahwa kata ini berasal dari kata al-iyǎlah yang berarti mengatur (al-siyasah). Secara
istilah, ta’wil berarti memalingkan suatu lafal dari makna zahir kepada makna yang tidak zahir
yang juga dikandung oleh lafal tersebut, jika kemungkinan makna itu sesuai dengan al-kitab
dan sunnah.

2.Macam-macam Tafsir

2.1.Tafsir Bil Ma’tsur2

Tafsir bi al-ma’tsur adalah cara menafsirkan ayat al-Qur’an dengan ayat al-Qur’an,
menafsirkan ayat Al Qur’an dengan sunnah, menafsirkan ayat al-Qur’an dengan pendapat para
sahabat, atau menafsirkan ayat al-Qur’an dengan perkataan para tabi’in.3

Menafsirkan Al-Qur’an dengan Al-Qur’an:

2
Zainuddin, Ridwan, Muhammad (Madura, TAFSIR,TAKWIL DAN TERJEMAHAN,2020)VOL.1. Hal.3.

4
a.Misalnya dalam surat Al-Hajj yat 30 :

۟ ‫ٱلرجْس مِ ن ْٱْل ْو َٰث ِن وٱجْت ِنب‬


‫ُوا‬ ْ ‫ٱَّلل ف ُهو خي ٌْر له ۥهُ عِند ر ِبِۦه ۗ وأُحِ له‬
۟ ‫ت ل ُك ُم ْٱْل ْن َٰع ُم ِإ هَّل ما يُتْل َٰى عل ْي ُك ْم ۖ فٱجْت ِنب‬
ِ ‫ُوا‬ ِ‫ت ه‬ ِ ‫َٰذلِك ومن يُع ِظ ْم ُح ُر َٰم‬
‫ور‬ ُّ ‫ق ْول‬
ِ ‫ٱلز‬

Artinya:”Demikianlah (perintah Allah). Dan barang siapa mengagungkan apa yang terhormat
di sisi Allah (hurumat) maka itu lebih baik baginya di sisi Tuhannya. Dan dihalalkan bagi
kamu semua hewan ternak, kecuali yang diterangkan kepadamu (keharamannya), maka
jauhilah olehmu (penyembahan) berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan
dusta”.

b.Menafsirkan Al-Qur’an dengan As-Sunnah/Hadits

Contoh Surat Al-An’am ayat 82 :


ࣖ َٰٰۤ ُ ْ ُ
‫ول ِٕىك ل ُه ُم ْاَّل ْمنُ وهُ ْم ُّم ْهتد ُْون‬ ُ ‫اله ِذيْن َٰامنُ ْوا ول ْم ي ْل ِب‬
‫س ْْٓوا اِيْمان ُه ْم ِبظل ٍم ا‬

Artinya:”Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan


kezaliman, mereka itulah orang-orang yang mendapat kemenangan dan mereka orang-orang
yang mendapat petunjuk”

Kata “al-zulm” dalam ayat tersebut, dijelaskan oleh Rasul Allah saw dengan pengertian
“al- syirk” (kemusyrikan).43

c.Menafsirkan Al-Qur’an dengan pendapat para sahabat

Contoh surat an-Nisa’ ayat 2 :

Mengenai penafsiran sahabat terhadap Alquran ialah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan
Ibnu Halim dengan Sanad yang saheh dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang menerangkan ayat
ini :

ً ‫ب ۖ وَّل تأ ْ ُكلُوا أ ْموال ُه ْم ِإل َٰى أ ْموا ِل ُك ْم ۚ ِإنههُ كان ُحوبًا ك ِب‬
‫يرا‬ ‫وآتُوا ْاليتام َٰى أ ْموال ُه ْم ۖ وَّل تتبدهلُوا ْالخ ِبيث ِبال ه‬
ِ ‫ط ِي‬

Artinya:”Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah balig) harta mereka, jangan
kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu makan harta mereka bersama

3
Zainuddin, Ridwan, Muhammad (Madura, TAFSIR,TAKWIL DAN
TERJEMAHAN,2020)VOL.1. Hal.3.
5
hartamu. Sesungguhnya tindakan-tindakan (menukar dan memakan) itu, adalah dosa yang
besar.”

d.Menafsirkan Al-Qur’an dengan pendapat para Tabi’in:

Contoh bukunya:

1. Jami al-bayan fi tafsir Al.Qur’an, Muhammad B. Jarir al. Thabari, W. 310 H. Terkenal
dengan tafsir Thabari.
2. Bahr al-Ulum, Nasr b. Muhammad al- Samarqandi, w. 373 H. Terkenal dengan tafsir
al- Samarqandi.
3. Ma’alim al-Tanzil, karya Al-Husayn bin Mas’ud al Baghawi, wafat tahun 510, terkenal
dengan tafsir al Baghawi.

2.2.Tafsir Bir Ra’i

Yaitu penafsiran Al-Qur’an berdasarkan rasionalitas pikiran (ar-ra’yu), dan pengetahuan


empiris (ad-dirayah). Tafsir jenis ini mengandalkan kemampuan “ijtihad” seorang mufassir,
dan tidak berdasarkan pada kehadiran riwayat-riwayat (ar-riwayat).5

Contoh surat al-Alaq ayat 2 :

ٍ ۚ ‫سان مِ ْن عل‬
‫ق‬

Artinya:”Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.”

Kata alaq disini diberi makna dengan bentuk jamak dari lafaz alaqah yang berarti segumpal
darah yang kental.

2.3.Tafsir Mahmud (Terpuji)6

Suatu penafsiran yang cocok dengan tujuan syar’i, jauh dari kesalahan dan kesesatan,
sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Arab, serta berpegang teguh pada ushlub-ushlubnya dalam
memahami nash Al-Qur’an.4

4
Zainuddin, Ridwan, Muhammad (Madura, TAFSIR,TAKWIL DAN TERJEMAHAN,2020)
VOL.1.Hal.5.

6
2.4.Tafsir Al-Bathil Al-Madzmum

Suatu penafsiran berdasarkan hawa nafsu, yang berdiri di atas kebodohan dan kesesatan.
Manakala seseorang tidak faham dengan kaidah-kaidah bahasa Arab, serta tujuan syara’, maka
ia akan jatuh dalam kesesatan, dan pendapatnya tidak bisa dijadikan acuan.

Contoh bukunya:

1. Mafatih al-Ghayb, Karya Muhammad bin Umar bin al-Husain al Razy, wafat tahun 606,
terkenal dengan tafsir al Razy.
2. Anwar al-Tanzil wa asrar al-Ta’wil, Karya ‘Abd Allah bin Umar al-Baydhawi, wafat
pada tahun 685, terkenal dengan tafsir al-Baydhawi.
3. Aal-Siraj al-Munir, Karya Muhammad al-Sharbini al Khatib, wafat tahun 977, terkenal
dengan tafsir al Khatib.

2.5.Tafsir bil syar’i

Suatu penafsiran diamana menta`wilkan ayat tidak menurut zahirnya namun disertai usaha
menggabungkan antara yang zahir dan yang tersembunyi.”

Contoh :

“...Innallaha ya`murukum an tadzbahuu baqarah…”

Yang mempunyai makna Zhahir adalah “……Sesungguhnya Allah menyuruh kamu


menyembelih seekor sapi betina…” Tetapi dalam tafsir Isyari diberi makna dengan
“….Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih nafsu hewaniah…”

Contoh bukunya :

1. Tafsir al-Qur’an al Karim, Karya Sahl bin ‘Abd. Allah al-Tastari, terkenal dengn tafsir
al Tastari.57
2. Haqa’iq al-Tafsir, Karya Abu Abd. Al-Rahman al- Salmi, terkenal dengan Tafsir al-
Salmi.8

5
Zainuddin, Ridwan, Muhammad (Madura, TAFSIR,TAKWIL DAN
TERJEMAHAN,2020)VOL.1. Hal.6-7

7
3. Tafsir Ibn ‘Arabi, Karya Muhyi al-Din bin ‘Arabi, terkenal dengan nama tafsir Ibn
‘Arabi.9

3.Metode dan corak Tafsir

a. Pertama, Metode tahlili yaitu metode penaafsiran Al-Qur’an yang dilakukan dengan
cara menjelaskan ayat Al-Qur’an dalam berbagai aspek, serta menjelaskan maksud
yang terkandung di dalamnya sehingga kegiatan mufasir hanya menjelaskan per ayat,
surat persurat, makna lafal tertentu, susunan kalimat, persesuaian kalimat satu dengan
kalimat lain, asbabun nuzul yang berkenaan dengan ayat yang ditafsirkan.10

Metode tahlili disebut juga metode tafzi’i atau (parsial) yang banyak dilakukan oleh para
mufasir salaf dan metode ini oleh sebagian penganut dinyatakan sebagai metode yang gagal
mengingat cara penafsirannya yang parsial juga tidak dapat menemukan substansi Al- Qur’an
secara integral, dan ada kecenderungan masuknya pendapat mufasir sendiri mengingatkan
pemaknaan ayat tidak dikaitkan dengan ayat lain yang membahas topik yang sama.6

Hampir semua penafsiran Al-Qur’an menggunakan tafsir tahlili, mengingat tafsir ini tidak
banyak melibatkan aspek-aspek lain yang berkaitan dengan penafsiran bahkan praktis
dilakukan, diantara modal tafsir tahlili adalah:

1. Tafsir Al-Maraghi, oleh Musthafa al-Maraghi (wafat 1952 H); dan


2. Tafsir Al-Qur’an, oleh Abu Fida Ibnu Katsir (wafat 774 H).

b. Kedua, metode tafsir ijmali yaitu metode penafsiran Al-Qur’an yang dilakukan dengan
cara menjelaskan maksud Al-Qur’an secara global tidak terperinci seperti tafsir tahlili,
hanya saja penjelasannya disebutkan secara global (ijmal).

Metode ini diterapkan agar orang awam mudah menerima maksud kandungan Al- Qur’an tanpa
berbelit-belit, sehingga dengan sedikit penjelasannya seseorang dapat mengerti penjelasan
hasil tafsir ini. Kitab tafsir yang tergolong menggunakan metode ijmal adalah:

1. Tafsir Qur’an Al-Karim, oleh Muhammad Farid Wajdi; dan


2. Tafsir Al-Wasith, yang dikeluarkan oleh Majma’ul Buhuts Islamiah.

6
Zainuddin, Ridwan, Muhammad (Madura, TAFSIR,TAKWIL DAN TERJEMAHAN,2020)
VOL.1.Hal.7

8
c. Ketiga, metode muqarin yaitu metode penafsiran Al-Qur’an yang dilakukan dengan
cara perbandingan (komparatif), dengan menemukan dan mengkaji perbedaan-
perbedaan antara unsur-unsur yang diperbandingkan, baik dengan menemukan unsur
yang benar di antara yang kurang benar, atau untuk tujuan memperoleh gambaran yang
d. lebih lengkap mengenai masalah yang dibahas dengan jalan penggabungan (sintesis),
unsur-unsur yang berbeda itu.

Tafsir muqarin dilakukan dengan membanding-bandingkan ayat satu dengan yang lain, yaitu
dengan ayat-ayat yang mempunyai kemiripan redaksi dalam dua masalah atau kasus yang
berbeda atau lebih, atau yang memiliki redaksi yang berbeda untuk kasus yang sama atau yang
diduga sama, atau membandingkan ayat dengan hadist yang tampak bertentangan, serta
membandingkan pendapat ulama tafsir menyangkut penafsiran Al- Qur’an.

e. Keempat,metode maudhu’i yaitu metode penafsiran Al-qur’an-yang dilakukan dengan


cara memilih topik tertentu yang hendak dicarikan penjelasanya dalam Al-qur’an yang
berhubungan dengan topic ini, lalu dicarilah kaitan antara berbagai ayat ini agar satu
sama lain bersifat menjelaskan , kemudian ditarik kesimpulan akhir berdasarkan
pemahaman mengenai ayat-ayat yang saling terkait itu.

Contoh metode madhu’i (tematik) adalah seperti penyelesaian kusus riba yang dilakukan oleh
Ali al-shabuni dalam “tafsir ayat ahkam” yang secara hierarki menentukan urutan
ayat.petama,qs.ar-Rum ayat 39 yng menjelaskan kebencian Allah kepaada riba walaupun
belum di haramkan. Kedua, QS. An Nisa ayat 130 yang menjelaskan keharaman riba tersirat
(ta’wil) belum tersurat ( tashrih). Ketiga, QS Ali Imran ayat 30 yang menjelaskan keharaman
riba dengan jelas, namun yang diharamkan sebagian bukan keseluruhan. Keempat, QS. Al-
Baqarah ayat 287 yang menjelaskan keharaman riba secara mutlak.711

7
Zainuddin, Ridwan, Muhammad (Madura, TAFSIR,TAKWIL DAN TERJEMAHAN,2020)
VOL.1.Hal.7

9
4.Syarat-yarat dan adab yang Harus Dimiliki oleh Seorang Mufassir

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang untuk menjadi mufasir. Syarat yang
diperuntukkan bagi mufasir ini merupakan cara umat Islam untuk tetap menjaga keaslian
makna dan segala penjelasan yang terkandung di dalam al-Qur’an. Berikut ini syarat-syarat
yang harus dilewati seseorang untuk menjadi mufasir yaitu:12

1.Akidah yang benar, sebab akidah sangat berpengaruh terhadap jiwa pemiliknya dan
seringkali mendorongnya untuk mengubah maksud nas-nas al-Qur’an dan berkhianat dalam
penyampaian berita.

2.Bersih dari hawa nafsu, sebab hawa nafsu dapat mendorong pemiliknya untuk membela
kepentingan madzhabnya.

3.Ketika akan menafsirkan hendaknya lebih didahulukan menafsirkan al-Qur’an dengan al-
Qur’an, sebab sesuatu yang global dan ringkas di suatu ayat telah dijelaskan di ayat yang lain.

4.Mencari penafsiran dari hadis, sebab hadis berfunsi sebagai pensyarah dan penjelas al-
Qur’an.

5.Apabila tidak ditemukan penafsiran dalam hadis, hendaknya meninjau pendapat para
sahabat, sebab mereka lebih mengetahui tentang tafsir al- Qur’an.

6.Apabila masih tidak ditemukan juga penafsiran dalam al-Qur’an, hadis, maupun pendapat
para sahabat, maka menggunakan pendapat sebagian besar ulama yakni tabi’in.

7.Pengetahuan bahasa Arab dengan segala cabangnya, sebab al-Qur’an diturunkan dalam
bahasa Arab.

8.Pengetahuan tentang pokok-pokok ulum al-qur’an. Dengan demikian, mufasir tidak akan
menta’wilkan ayat-ayat berkenaan dengan Allah dan sifat- sifatNya secara melampaui
batasNya.

9.Pemahaman yang cermat, sehingga mufasir dapat menyimpulkan makna yang sesuai dengan
nas-nas al-Qur’an.8

8,
Fahd bin Abdurrahman Ar-Rumi,( Yogyakarta,Ulumul Qur’an Studi Kompleksitas Al-
qur’an Titan Ilahi,.Hal.1-2
10
Adapun adab yang harus dimiliki oleh mufasir, yakni:9

1.Berniat baik dan bertujuan benar.

2.Berakhlak baik

3.Taat dan beramal

4.Berlaku jujur dan teliti dalam penukilan, sehingga mufasir tidak akan berbicara atau
menulis kecuali setelah menyelidiki apa yang ditafsirkannya.

5.Tawadu dan lemah lembut.

5.Sejarah Singkat Perkembangan Tafsir sejak masa Nabi SAW


sampai masa Sekarang

5.1.Sejarah Perkembangan Tafsir Al-Qur’an

Ilmu tafsir tumbuh sejak zaman Rasulullah beserta para Sahabatnya mentradisikan,
menguraikan dan menafsirkan alQur’an setelah turunnya. Tradisi tersebut terus berlangsung
hingga beliau wafat. Sejak itu perkembangan dan pertumbuhan tafsir Seiring dengan
keragaman yang mufassir miliki hingga pada bentuk yang kita saksikan pada saat ini.10
Muhammad Husain alDzahabi dalam kitab Tafsir Wa al-Mufassirun membagi periodesasi
tafsir al-Qur’an menjadi tiga periode, yaitu tafsir alQur’an masa Nabi Muhammad dan Sahabat
(klasik atau Mutaqaddimin), tafsir masa al-Qur’an masa Tabi’in (mutaakhirin), Dan masa tafsir
masa al-Qur’an kodifikasi atau periode baru (alTafsir Fi Ushur al-Tadwin).13

A.Masa Nabi Muhammad SAW

Pada masa hidup Nabi Muhammad kebutuhan tafsir belumlah begitu dirasakan, sebab
apabila para sahabat tidak memahami suatu ayat, mereka langsung menanyakan kepada
Rasulullah. Dalam hal ini, Rasulullah selalu memberikan jawaban yang memuaskan, dan Nabi
Muhammad disini berfungsi sebagai mubayyin (penjelas). Semua persoalan terutama
menyangkut pemahaman al-Qur’an dikembalikan kepada Nabi Muhammad, Tafsir masa Nabi
Muhammad dan masa awal pertumbuhan islam di susun secara pendek-pendek dan tampak
ringkas, karena penguasaan bahasa Arab yang murni pada saat itu cukup untuk memahami gaya
dan susunan kalimat al-Qur’an, setelah masa Nabi Muhammad penguasaan bahasa Arab mulai

9
Rosihon Anwar, dkk. (Bandung: ILMU TAFSIR., 2015), h. 167

11
mengalami peningkatan dan beraneka ragam, karena akibat percampuran Bahasa Arab dengan
bahasa lain.Setiap kali Nabi Muhammad menerima al-Qur’an, beliau kemudian menyampaikan
kepada para sahabat, Disamping itu beliau menganjurkan kepada para sahabat untuk
menyampaikan kepada sahabat lain yang belum mendengarnya, terutama kepada keluarga,
masyarakat luar yang telah memeluk Islam. Begitu juga sama halnya ketika para sahabat
menerima tafsir dari Nabi Muhammad, para sahabat kemudian menyampaikan kepada anggota
keluarga dan masyarakat luar yang telah memeluk Islam, Maka tradisi seperti ini dinamakan
dengan tradisi oral.

Ulama berbeda pendapat mengenai sejauh mana Nabi Muhammad menjelaskan al-Qur’an
kepada para sahabatnya. Sebagai berikut :14

1. Imam Ibnu Taimiyah20 berpendapat bahwa Rasulullah mnjelaskan semua makna yang
terkandung dalam al-Qur’an sebagaimana menjelaskan lafadz-lafadznya. Namun
pendapat ini dibantah sebagai pembuktian yang tidak benar, karena Nabi Muhammad
diperintah untuk menjelaskan al-Qur’an yang sulit
2. Al-Khubi dan As-Sayuthi berpendapat bahwa Nabi Muhammad hanya menjelaskan
sedikit saja dari keseluruhan kandungan alQur’an kepada para sahabat. Mereka
beralasan dengan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh al-Bazzar dari Sayyidah
A’isyah

Penafsiran yang dilakukan oleh Nabi Muhammad mempunyai sifat dan karakteristik
tertentu, diantaranya penegasan makna (bayan al-tasrif), perincian makna (bayan al-tafshil),
perluasan dan penyempitan makna, kualifikasi makna serta pemberian contoh. Sedangkan
dilihat secara motifnya, penafsiran al-Qur’an mempunyai tujuan pengarahan (bayan al-irsyad),
peragaan (tathbiq), pembentukan (bayan al-tashih) atau koreksi.10

Kegiatan penafsiran pada Masa Nabi Muhammad tidak sampai berhenti, malah justru
semakin meningkat karena banyak munculnya persoalan-persoalan seiring dengan dinamika
masyarakat yang progresif mendorong umat islam semakin beragam dengan berbagai
metode.Berdasarkan sejarah perkembangan tafsir pada masa Nabi Muhammad, Nabi
Muhammad memiliki sumber dalam menafsirkan al-Qur’an, seperti berikut :

¹0Muhammad Abdul Halim, Memahami Al-Qur’an Dengan Metode Menafsirkan Al-Qur’an


Dengan Al-Qur’an, (Bandung: Marja, 2012), h. 37
12
a.Al-Qur’an dengan al-Qur’an

b.Al-Qur’an dengan hadist.

Karakteristik Tafsir Tabi’in

Pada masa ini, corak tafsir bi al-riwayah masih mendominasi, karena para tabi’in
meriwayatkan tafsir dari para sahabat sebagaimana juga para sahabat mendapatkan riwayat dari
Nabi Muhammad. Meskipun sudah muncul ra’yu dalam menafsirkan al-Qur’an, tetapi unsur
periwayatan lebih dominan. Adapun karakteristik tafsir pada masa tabi’in secara ringkas dapat
disimpulkan seperti berikut :

1. Pada masa ini, tafsir belum juga dikodifikasi secara tersendiri.


2. Tradisi tafsir juga masih bersifat hafalan melalui periwyatan.
3. Tafsir sudah mulai dimasuki oleh cerita israiliyyat, karena keinginan sebagian tabi’in
untuk mencari penjelasan secara detail mengenai unsur cerita dan berita dalam al-
Qur’an.
4. Sudah mulai banyak perbedaan pendapat antara penafsiran para tabi’in dengan para
sahabat.

B.Masa Kontemporer

Pada masa ini dapat dikatakan dimulai pada akhir abad ke-19 sampai saat ini dan
mendatang. Penganut agama Islam setelah sekian lama ditindas dan dijajah oleh bangsa Barat
telah mulai bangkit kembali. Di mana-mana umat Islam telah merasakan agama mereka
dihinakan dan menjadi alat permainan serta kebudayaan mereka telah dirusak dan dinodai..15

Maka terkenallah periode modernisasi Islam yang antara lain dilakukan di Mesir oleh
Jamal al-Din al-Afghani (1254-1315 H/1838-1897 M), Syekh Muhammad Abduh (1265-1323
H/1849- 1905 M) dan Muhammad Rasyid Ridho (1282-1354 H/1865-1935 M).11 Dua orang
yang disebutkan terakhir yakni Syekh Muhammad Abduh dan Muhammad Rasyid Ridho,
berhasil menafsirkan al- Qur’an dengan nama kitabnya yaitu tafsir al-Qur’an al-Hakim atau
dikenal dengan sebutan tafsir al-Manar. Kesungguhan tafsir ini diakui banyak orang dan

11
Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), h. 33

13
memiliki pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan tafsir baik bagi kitab-kitab tafsir yang
semasa dengannya dan terutama bagi kitab-kitab tafsir yang terbit setelahnya hingga sekarang.
Cikal bakal tafsir al-Qur’an yang lahir pada abad ke-20 dan 21 banyak yang mendapat inspirasi
dari tafsir al-Manar, diantara contohnya ialah tafsir al-Maraghi, tafsir al- Qasimi dan tafsir al-
Jawahir karya Thantawi Jauhari.Dalam pada itu bersamaan dengan upaya pembaruan Islam
dan gerakan penafsiran al-Qur’an di Mesir dan negara-negara lainnya, para ilmuan muslim di
Indonesia juga melakukan gerakan penerjemahan dan penafsiran al-Qur’an ke dalam bahasa
Indonesia. Diantaranya yang tergolong ke dalam tafsir yang berekualitas dan monumental
adalah al-Qur’an dan tafsirnya yang diterbitkan oleh Kementrian Agama Republik Indonesia
dan tafsir al-Azhar karya Prof. Dr. Buya HAMKA (1908-1981). 16

Awal pertumbuhan dan perkembangan keilmuan agama Islam lebih khususnya tafsir yaitu
berasal dari al-Azhar Mesir, karena al-Azhar adalah lembaga pendidikan Islam tertua yang
menjadi pusat dunia yang pada awal mula berdirinya dari Masjid dibawah kekuasaan 4 dinasti,
yaitu Dinasti Fathimiyah (361-567 H/972-1171 M), Dinasti Ayyubiyah (567-648 H/1171-1250
M), Dinasti Mamalik (648-922 H/1250-1517 M) dan Dinasti Utsmaniyah (923-1213 H/ 1517-
1798 M).12

12
Adhi Maftuhin, Sanad Ulama Nusantara, Transmisi Keilmuan Ulama Al-Azhar Dan
Pesantren Disertai Biografi Penulis Kitab Kuning, (Depok: Sahifa, 2018), h. 1

14
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN
Dari rangkaian uraian tentang sejarah tafsir al-Qur’an, dapat disimpulkan bahwa
penafsiran al-Qur’an telah ada sejak zaman Nabi Muhammad hingga pada detik ini yang sudah
tersebar ke berbagai negara Islam ataupun negara yang berpenduduk Islam seperti Indonesia
dengan berbagai inovasi dan corak yang beragam, terdapat jalinan kesinambungan (mata
rantai) yang tidak pernah putus. Kesinambungan mata rantai penafsiran al-Qur’an ini semakin
memperkuat bukti keotentikan al-Qur’an. Seyogyanya rangkaian penafsiran al-Qur’an ini
disadari benar oleh para mufassir al-Qur’an zaman sekarang bahwa dalam menafsirkan al-
Qur’an ini hendaknya kita merasa diawasi oleh Nabi Muhammad.

Perkembangan tafsir al-Qur’an pada abad ke-15 H = 21 M, kini semakin deras dan
mengalir ke dalam berbagai bahasa diseluruh dunia seiring dengan perekembangan zaman para
ilmuan muslim yang tersebar ke seluruh pelosok dunia. Meskipun terkadang diwarnai dengan
sedikit polemik penafsirannya mengingat ada beberapa orang yang boleh jadi asal ikut-ikutan
dalam menafsirkan al-Qur’an yang jelas tafsir al-Qur’an kini telah merata keseluruh penjuru
dunia dan meliputi segala bahasa.

15
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, R. (2015). ILMU TAFSIR. Bandung.


Ar-rumi, F. B. (2016). Ulum A ‘Qur’an studi Kompleksitas Al Qur’an. Yogyakarta: Titan ilahi.
Halim, M. A. (Bandung). Memahami Al quran Dengan metode menafsirkan Al quran. 2012:
Marja.
Suma, M. A. (2013). Ulum Al quran. Jakarta: pt.Raja Grafindo Persada.
Zainuddin, M. R. (2020). TAFSIR,TAKWIL,DAN TERJEMAHAN. Jurnal Kajian islam , 2- 8.

16

Anda mungkin juga menyukai