Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KAIDAH TAFSIR

Untuk memenuhi tugas mata kuliah “Ulumul Qur’an dan Tafsir Ayat Dakwah”

Dosen pengampu : Ahmad Hayyan Najikh, M. Kom. I.

Di susun oleh :

1. Iin Sundosia (204103040016)


2. Marisa Amini (204103040029)

PRODI MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
Tahun 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah mempermudah terselesaikannya tugas
mata kuliah “Ulumul Qur’an dan Tafsir Ayat Dakwah” ini sehingga terselesaikan dengan
baik. Kami berterima kasih kepada Bapak Ahmad Hayyan Najikh, M. Kom. I. Selaku
dosen pembimbing mata kuliah ini.

Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Ulumul Qur’an dan
Tafsir Ayat Dakwah” sekaligus untuk medeskripsikan hal yang berkaitan dengan “Kaidah
Tafsir”, agar dapat bermanfaat bagi para pembaca, dimana kita dapat mengetahui makna di
dalam Al-Qur’an lebih dalam lagi.

Sebagai mahasiswa kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, baik dari sisi materi maupun penulisannya. Kami dengan rendah hati dan
dengan tangan terbuka menerima berbagai masukan maupun saran yang bersifat membangun
diharapkan berguna bagi seluruh pembaca.

Banyuwangi, 03 November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................1
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan.............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................................1
2.1 Pengertian Kaidah Tafsir........................................................................................................1
2.2 Hakikat Kaidah Tafsir.............................................................................................................4
2.3 Manfaat Kaidah Tafsir...........................................................................................................5
2.4 Sumber-Sumber Kaidah Tafsir...............................................................................................6
BAB III PENUTUP...................................................................................................................................8
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................8
3.2 Saran......................................................................................................................................9
3.3 Daftar Pustaka.......................................................................................................................9

i
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Al Quran sebagai pedoman manusia mengandung keindahan dan kehebatan yang sangat
luar biasa. Ia disusun dengan bahasa yang sangat indah. Kandungan sastranya yang begitu
tinggi membuat orang-orang tidak mampu menandingi kehebatannya. Disamping itu, Al-
Qur’an merupakan rujukan dari semua tingkah laku (akhlak) Nabi Muhammad SAW.
Meskipun demikian, karena kehebatannya yang luar biasa itulah, terkadang terdapat masalah-
masalah yang belum begitu jelas. Oleh karena itu diperlukan penafsiran terhadap ayat-ayat Al
Quan tersebut. Akan tetapi, untuk menghindari terjadinya penafsiran-penafsiran yang tidak
sesuai dengan maksud dari kandungan Al-Qur’an tersebut, sehingga dibentuklah kaidah-
kaidah sebagai pedoman bagi seorang mufassir untuk menafsirkan. Dengan makalah singkat
ini, kami berusaha menyampaikan untuk bersama-sama belajar tentang kaidah-kaidah
tersebut. Dengan demikian Al Quran tidak akan kehilangan eksistensinya sebagai kalam
Allah.

I.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian kaidah tafsir ?


2. Bagaimana hakikat kaidah tafsir ?
3. Apa manfaat kaidah tafsir ?
4. Apa saja sumber-sumber kaidah tafsir ?

I.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan

Setelah mempelajari makalah ini diharapkan dapat melihat dan menjelaskan :

1. Pengertian kaidah tafsir.


2. Hakikat kaidah tafsir.
3. Manfaat kaidah tafsir.
4. Sumber-sumber kaidah tafsir.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kaidah Tafsir

Sebelum menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan kaidah tafsir, terlebih
dahulu kita harus mengerti maksud dari kaidah dan tafsir. Kata kaidah oleh Kamus
Besar Bahasa Indonesia diartikan dengan rumusan asas yang menjadi hukum; aturan
tertentu; patokan; dalil( dalam matematika)

Dalam bahasa Arab kata kaidah ( ‫ قا عد ة‬atau qa’idah) diartikan asas atau fondasi.
Jika ia dikaitkan dengan bangunan, dan bermakna “tiang” jika dikaitkan dengan
“kemah”.

Dalam pengertian istilah ditemukan beberapa penjelasan. Syarif Ali bin


Muhammad Al jurjani (1339-1413 M) dalam bukunya, at-Ta'rifat menulis,

kaidah adalah ‫ جز ءيته@@ا قض@يّت كلّيّ@@ة منطبق@@ة علي جميع‬atau rumusan bersifat kuli atau
menyeluruh yang mencakup semua bagian-bagiannya.

Ada juga yang merumuskannya sebagai atau ketentuan umum yang dengannya
diketahui ketentuan-ketentuan menyangkut perincian.

Kedua Definisi diatas menggaris bawahi bahwa kaidah mencakup semua bagian-
bagiannya namun dalam kenyataan tidak jarang ditemukan bagian yang menyimpang
dari kaidah umum. Menanggapi kenyataan di atas ada ulama yang menegaskan bahwa
memang demikianlah sifat kaidah lebih-lebih dalam hal yang bersifat teoretis.
Kalaupun rumusan menyangkut pengertian kaidah mengandung makna bahwa ia
mencakup segala rinciannya, nama secara substansial dan faktual sejak semula para
perumus tidak memaksudkan dari kata kuli atau menyeluruh sebagai mencakup segala
sesuatu tanpa kecuali titik apa yang tidak tercakup itu dinamai syarat oleh pakar-pakar
bahasa yang diartikan menyimpang atau tidak dicakup oleh kaidah baik yang
menyimpang itu wujudnya banyak maupun sedikit titik dalam hal yang semacam ini
kita tidak dapat berkata bahwa yang menyimpang atau yang tidak tercakup itu salah Ia
hanya tidak dicakup oleh kaidah karena kelemahan perumus dalam merumuskan atau
karena jarangnya kasus itu dan bisa juga karena adanya pertimbangan-pertimbangan
makna yang mendorong dipilihnya sesuatu yang dinilai menyimpang sebagai contoh
dari kaidah kebahasaan dalam kaitannya dengan Alquran adalah Firman Allah dalam
Quran surah al-a'raf ayat 56.

َ‫ض بَ ْع َد اِصْ اَل ِحهَا َوا ْد ُعوْ هُ خَ وْ فًا َّو طَ َمعًا ؕ اِ َّن َر حْ َمتَ هللاِ قَ ِر يْبٌ ِّمنَ ْال ُمحْ ِسنِ ْين‬
ِ ْ‫۞ َواَل تُ ْف ِس ُدوْ افِى ْااَل ر‬

Artinya : Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan
harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang
berbuat baik.

Kalau mengikuti kaidah kebahasaan yang populer atau koloid itu seharusnya
qoribah karena ia menyifati kata rahmat menurut kaidah kata sifat atau adjective
mengikuti keadaan kata yang disifati titik Bila kata yang disifati feminim maka kata
sifatnya harus menggunakan bentuk feminin pula kalau tunggal, bentuk sifatnya
tunggal pula demikian seterusnya banyak jawaban yang diberikan menyangkut Ayah
di atas namun berpagi-pagi harus digarisbawahi bahwa kaidah bahasa Arab
dirumuskan jauh setelah turunnya Alquran sehingga setiap di temukan ayat yang
berbeda dengan kaidah bahasa Arab maka Alquran tidak dapat diperbarui salahkan.
Kalaupun ada yang hendak dipersalahkan maka itu adalah perumus kaidah yang tidak
mampu merumuskan kaidah yang dapat mencakup segala bagian-bagiannya.

Para pakar memeras keringat untuk mencari jawaban atas setiap hal yang dinilai
atau menyimpang, lebih-lebih bila berkaitan dengan ayat-ayat Alquran tidak salah
satu jawaban yang terbaik dalam kasus ayat Quran surah Al orang di atas adalah
pertimbangan makna yakni hikayat di atas menggunakan kata qoribatun atau qoribah,
maka yang dekat kepada Allah Senin atau orang-orang yang mantap kebaikannya
hanyalah rahmat Allah padahal ayat ini agaknya bermaksud Jelaskan bahwa Allah
dengan segala anugerah-nya dekat kepada Al Muhsinin bukan hanya rahmatnya hal
semacam ini banyak ditemukan baik dalam Alquran maupun syair dan ungkapan
ungkapan bahasa Arab melihat dan menyadari kenyataan tentang adanya rincian yang
tidak dicakup oleh rumusan kaidah sebagaimana dicontohkan di atas maka sementara
ulama mendefinisikan kaidah sebagai hokum atau ketetapan yang dapat diterapkan
pada kebanyakan bagian-bagiannya.

Dengan rumusan ini dapat dihindari kesalahpahaman tentang pengertian kaidah


titik di sisi lain kesadaran tentang hakikat kaidah Seperti dikemukakan di atas kain
dengan rumusan pertama maupun kedua mengundang setiap pengamat untuk
mencermati kalimat bahkan kata-kata yang ditimbulkannya dalam sebuah teks
sebelum menerapkan kaidah atau mengecualikan apalagi menyalahkan titik ini
berlaku pada segala disiplin ilmu seperti ilmu bahasa fiqih atau usul Fiqih, Tafsir, dan
lain-lain. Dengan demikian tidak setiap menemukan kasus yang terlihat menyimpang
dengan serta merta dikatakan bahwa Ia cacat atau menyimpang demikian menyangkut
kaidah

Kata tafsir pada mulanya berarti penjelasan atau penampakan makna Ahmad Ibnu
Faris Jelaskan bahwa kata-kata yang terdiri atas 3 huruf mengandung makna
keterbukaan dan kejelasan titik dari sini kata.,....... serupa dengan kata Safara titik
hanya saja yang pertama mengandung arti menampakan makna yang dapat terjangkau
oleh akal yang yang kedua yang dihisab Allah menampakan hal-hal yang bersifat
material dan indrawi jika anda menikmati wanita dengan Shafira maka berarti bahwa
dia mendapatkan bagian tubuh yang mestinya ditutupi.

Patron kata tafsir yang terambil dari kata pasar mengandung makna kesungguhan
membuka atau buka berulang-ulang dan melakukan upaya membuka semua itu berarti
kesungguhan dan berulang-ulang nya upaya untuk membuka apa yang tertutup atau
Jelaskan apa ini atau sulit dari mana sesuatu antara lain kosakata. Bermacam-macam
formulasi yang dikemukakan para pakar tentang maksud Tafsir Alquran. Salah satu
definisi yang singkat tapi cukup mencakup Tafsir Alquran dan bila penjelasan tentang
maksud firman-firman Allah sesuai dengan kemampuan manusia.

Tafsir atau penjelasan itu lahir dari upaya sungguh-sungguh dan berulang-ulang
dari sang penafsir untuk beristinbath menemukan amanat dalam teks ayat-ayat al-
quran serta menjelaskan rumus atau persamaan dari ayat tersebut sesuai kemampuan
dan menjalin hubungan sama beberapa hal perlu digarisbawahi dari definisi di atas
pertama harus bersungguh-sungguh dan berulang-ulang berupaya untuk menemukan
makna yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Penafsiran bukanlah pekerjaan
sampingan penafsiran Alquran tidak boleh dilakukan tanpa Dasar atau sekedar kira-
kira karena yang ditafsirkan adalah Firman Allah Dan dapat berdampak besar dalam
kehidupan duniawi dan ukhrawi manusia.

Kedua sama anaknya tidak hanya bertugas menjelaskan makna yang dipahaminya
Tetapi dia juga hendaknya berusaha menyelesaikan kemiskinan atau kesamaan makna
atau kandungan kalimat air namun penyelesaiannya jangan dipaksakan biarlah ia
dalam kesamaran untuk yang bersangkutan, akan bisa jadi sepanjang generasinya.
Suatu ketika, Insyaallah akan terungkap sebagaimana yang terbukti dewasa ini dari
banyak masalah yang belum terungkap pada masa lalu.
Ketika karena tafsir adalah hasil upaya manusia sesuai dengan kemampuan dan
kecenderungannya maka tidak dapat dihindari adanya peringkat-peringkat hasil karya
penafsiran, baik dari segi kedalaman uraian luas dan penjelasan maupun penaksiran
seperti corak hukum filosofis, kebahasaan, sains Atau lainnya titik masing-masing
menimba dari Alquran dan mempersembahkan apa yang ditimbanya titik walau
berbeda-beda, tetapi tidak tertutup kemungkinan semuanya benar.

2.2 Hakikat Kaidah Tafsir

Setelah jelas pengertian kaidah dan tafsir agaknya tidak meleset jika
dinyatakan bahwa pada hakikatnya nya kaidah tafsir adalah ketetapan-ketetapan yang
membantu seorang penafsir untuk menarik makna atau pesan pesan Alquran dan
jelaskan kandungan ayat-ayat yang musykil.

Ketetapan-ketetapan itu merupakan patokan bagi mufassir untuk memahami


kandungan dan pesan-pesan Alquran dalam penerapannya aktivitas tersebut
memerlukan kejelian dan kehati-hatian, apalagi sebagian dari kaidah yang dijadikan
patokan itu dapat mengandung pengecualian pengecualian, layaknya kaidah ilmiah
apapun titik kejadian juga diperlukan karena sebagian dari rumusan kaidah
menghilangkan aneka alternatif yang Bahkan bertolak belakang. Sebagai contoh
kaidah yang menyatakan bahwa tanwin dapat mengandung makna banyak atau Agung
dan dapat juga sebaliknya ( bermakna sedikit) . Pentan Winan kata maghfirotun dan
ajrun adhzimun dalam firman Allah dipahami sebagai pengampunan dan ganjaran
yang banyak dan amat Agung titik sedangkan tanwin pada kata Ridwan Nun dalam
ayat Quran surah Attaubah ayat 72

Ridho dari Allah lebih besar dipahami dalam arti sedikit yakni Walau sedikit
dari ridho Allah, Iya pada hakikatnya nya lebih besar dibandingkan surga beserta
istana-istana nya.begitu juga kata hadza titik di satu tempat, Iya digunakan untuk
menunjukkan kedekatan dan keagungan, antara lain yang menunjuk Alquran
sebagaimana ayat sesungguhnya Alquran ini memberi petunjuk menuju jalan yang
lebih lurus Quran Surah Al Isra 17 ayat 9 tetapi, di tempat lain, ya digunakan juga
sebagai penghinaan, antara lain, sebagaimana sikap kaum musyrik yang bermaksud
melecehkan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam dengan ucapan mereka.
Alquran mengatakan kan apabila mereka kaum musyrik melihatmu wahai Nabi
Muhammad mereka hanyalah menjadikanmu sebagai bahan ejekan Dengan
mengatakan inilah orangnya yang di utus Allah sebagai Rasul? Quran surah alfurqon
ayat 41.

2.3 Manfaat Kaidah Tafsir

Raja Tasik membantu seseorang menarik makna-makna yang dikandung oleh


kosakata dan rangkaian lafal atau kalimat-kalimat Alquran. Bahkan, ia membantunya untuk
menemukan makna makna yang tidak secara lahiriyah dikandung oleh kosa kata atau kalimat
Alquran sehingga dapat mengantarnya mengungkap rahasia dan jelaskan kemungkinan yang
boleh jadi timbul dari ungkapan-ungkapan Alquran.

Kaidah-kaidah tafsir ibarat anak yang membantu seseorang menghadapi


Alquran dan penafsirannya, sehingga pengguna tidak hanya dapat terhindar dari
kesalahan atau dapat membedakan antara penafsiran yang dapat diterima dan
penafsiran yang harus atau hendaknya ditolak titik lebih jauh, kaidah tafsir juga dapat
lebih memperkaya pemahaman dan lebih memperluas wawasan sehingga seseorang
dapat memahami dan menoleransi pendapat-pendapat lain selama sejarah dengan
kaidah-kaidah yang ada.

Kaidah-kaidah tafsir serupa dengan ilmu mantiq atau logika yang oleh
Aristoteles dijadikan sebagai ilmu yang menjaga penggunanya dari terjerumus dalam
kesalahan atau yang serupa dengan unsur fisik yang rumusannya dapat digunakan
dalam menetapkan aneka hukum yang diperlukan.

2.4 Sumber-Sumber Kaidah Tafsir

Kalau kita mengamati objek objek bahasan yang di diketengahkan oleh


kaidah-kaidah tafsir, kita menemukan aneka persoalan; bermula dari persoalan
kosakata secara berdiri sendiri dan juga rangkaiannya, pengalihan makna kata dan
syarat-syaratnya, serta hal-hal yang berkaitan dengan tata bahasa dan susastra. Juga
persoalan latar belakang turunnya ayat dan fungsinya dalam menetapkan makna
sampai kepada cara-cara mentarjih atau menguatkan Satu dari yang lain juga dibahas
hal-hal yang berkaitan dengan penetapan hukum-hukum bahkan uraian tentang
metodologi penafsiran dan sebab-sebab kekeliruan dalam penafsiran serta masih
banyak lainnya.

Pertama disiplin ilmu tertentu seperti ilmu bahasa atau gramatika dan susastra
pertama disiplin ilmu tertentu seperti ilmu bahasa atau gramatika dan susastra, ilmu
usul fiqih, dan teologi. kaidah-kaidah yang ditetapkan dalam disiplin ilmu ilmu
tersebut banyak dimanfaatkan oleh ulama tafsir dalam menetapkan makna ayat titik
misalnya penggunaan modhoriy yang memiliki arti sedang dan akan dan bentuk
madhiy (telah). Atau, perbedaan kandungan makna antara kalimat yang berbentuk
jumlah fi'liyah atau verbal sentence dan kalimat berbentuk jumlah ismiyah atau
nominal sentence.

Seorang penafsir mestinya dapat menghayati, misalnya, Mengapa Nabi


Ibrahim Alaihissalam menjawab para malaikat yang berkunjung ke rumah beliau
sambil berucap Salamah lalu Beliau menjawabnya dengan Salamun Quran surah hud
ayat 69. Ia menghayatinya Dengan memahami perbedaan yang dikemukakan pakar
pakar bahasa antara bentuk verbal dan nominal.

Sebagaimana ada kaidah tafsir yang bersumber dari kaidah-kaidah kebahasaan


demikian juga halnya dengan ilmu Ushul fiqih dan kaidah kaidah nya. Misalnya
kaidah yang menyatakan an-naml memerintahkan sesuatu sedang sebelum teks
perintah itu telah ada larangan, lengkap perintah itu sekedar mengandung makna
boleh dilakukan bukan harus dilakukan titik ini misalnya terlihat pada firman Allah
dalam Quran Surah aljumu'ah Ayat 9-10 memerintahkan untuk memenuhi panggilan
sholat Jumat dan melarang melakukan jual beli atau aneka aktivitas. Lalu ayat 10
memerintahkan untuk bertebaran mencari rizki Ilahi begitu selesai sholat Jumat
perintah ayat 10 ini bukanlah perintah wajib karena sebelumnya telah ada larangan
berjual beli

Kedua, kaidah yang khusus dibutuhkan oleh pada akhir sebelum melangkah
masuk ke dalam penafsiran titik ini antara lain bersumber dari pengamatan terhadap
kesalahan-kesalahan sementara beristirahat tahu dari kesadaran tentang perlunya
mengikat diri agar tidak terjerumus dalam kesalahan titik misalnya kaidah-kaidah
yang berkaitan dengan penerapan metode tahlili atau maudlu'iy atau muqaran.
Demikian juga menyangkut sistematika penyusunan urutan uraian, seperti
kapan uraian asbabun nuzul didahulukan atas uraian tentang hubungan ayat dan kapan
sebaliknya. Bagaimana sikap terhadap sinonim yang terdapat dalam Alquran Apakah
maknanya sama atau berbeda. Demikian juga Apakah dalam Alquran ada kata atau
huruf yang tidak bermakna Zaidah dan lain-lain.

Ketiga kaidah yang ditarik dari dan bersumber langsung dari pengamatan
terhadap Alquran, baik yang tidak berkaitan dengan satu disiplin ilmu maupun yang
tidak sejalan dengan kaidah-kaidah disiplin ilmu lain.

Kaidah yang bersumber dari kelompok ketika ini cukup banyak titik misalnya
menyangkut kata kami yang menunjuk Allah Tuhan Yang Maha Esa titik kaidah nya
mengatakan bahwa kata kami yang digunakan Allah menyebut dirinya, di samping
bertujuan menunjukkan keagungannya lafadz ini juga dapat berarti adanya
keterlibatan makhluk dalam aktivitas yang ditunjuknya firman Allah Sesungguhnya
kami yang menurunkan Alquran dan Sesungguhnya kami benar-benar adalah
pemeliharaan yang Quran surah alhijr ayat 9.

Ini karena yang bawa turun Alquran adalah malaikat jibril Alaihissalam atas
perintah Allah dan yang memeliharanya bersama Allah antara lain adalah umat Islam.
Sedangkan kalau Allah menunjuk dirinya dengan kata aku maka itu antara lain
mengisyaratkan bahwa tidak ada lainnya yang boleh atau pendapat pribadi dalamnya,
seperti firmannya

Dan hendaklah kamu menyembahku. inilah jalan yang lurus

Atau menunjukkan bahwa keterlibatan selainnya sedemikian sedikit sehingga dinilai tidak
ada seperti

Biarkanlah aku bertindak terhadap orang yang aku telah menciptakannya sendirian tanpa
keterlibatan siapapun Quran surah almudatsir ayat 11.

Dalam bidang ini lahir apa yang disalahkan oleh sementara ulama dengan hakikat Qurannya
di samping haqiqah Syar'iyyah Insya Allah kan di singgung di tempatnya nanti.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kaidah mengandung makna bahwa ia mencakup segala rinciannya, nama secara


substansial dan faktual sejak semula para perumus tidak memaksudkan dari kata kuli
atau menyeluruh sebagai mencakup segala sesuatu tanpa kecuali titik apa yang tidak
tercakup itu dinamai syarat oleh pakar-pakar bahasa yang diartikan menyimpang atau
tidak dicakup oleh kaidah baik yang menyimpang itu wujudnya banyak maupun
sedikit titik dalam hal yang semacam ini kita tidak dapat berkata bahwa yang
menyimpang atau yang tidak tercakup itu salah Ia hanya tidak dicakup oleh kaidah
karena kelemahan perumus dalam merumuskan atau karena jarangnya kasus itu dan
bisa juga karena adanya pertimbangan-pertimbangan makna yang mendorong
dipilihnya sesuatu yang dinilai menyimpang sebagai contoh dari kaidah kebahasaan
dalam kaitannya dengan Alquran.
Setelah jelas pengertian kaidah dan tafsir agaknya tidak meleset jika dinyatakan
bahwa pada hakikatnya nya kaidah tafsir adalah ketetapan-ketetapan yang membantu
seorang penafsir untuk menarik makna atau pesan pesan Alquran dan jelaskan
kandungan ayat-ayat yang musykil.
Raja Tasik membantu seseorang menarik makna-makna yang dikandung oleh
kosakata dan rangkaian lafal atau kalimat-kalimat Alquran. Bahkan, ia membantunya
untuk menemukan makna makna yang tidak secara lahiriyah dikandung oleh kosa
kata atau kalimat Alquran sehingga dapat mengantarnya mengungkap rahasia dan
jelaskan kemungkinan yang boleh jadi timbul dari ungkapan-ungkapan Alquran.
Kaidah-kaidah tafsir ibarat anak yang membantu seseorang menghadapi Alquran
dan penafsirannya, sehingga pengguna tidak hanya dapat terhindar dari kesalahan atau
dapat membedakan antara penafsiran yang dapat diterima dan penafsiran yang harus
atau hendaknya ditolak titik lebih jauh, kaidah tafsir juga dapat lebih memperkaya
pemahaman dan lebih memperluas wawasan sehingga seseorang dapat memahami
dan menoleransi pendapat-pendapat lain selama sejarah dengan kaidah-kaidah yang
ada.

3.2 Saran
3.3 Daftar Pustaka

Shihab, Quraish. 2013. Kaidah Tafsir.


Dahlan, M. A, Drs. H. Abd.Rahman. Kaedah-kaedah Tafsir, Amzah: jakarta. 2010
Drs.H.Sadali, M. A dan Drs.Hahmad Rofi’i.Ulumul Quran II. Bandung :cv Pustaka
Setia,1997
Paman, Supiana-M.,Ulumul Qur’an. Bandung : Pustaka Islamika, 2002

Anda mungkin juga menyukai