Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ILMU AL-QUR’AN

Tafsir, Ta’wil, dan terjemah

Disusun Oleh :

Kelompok XIII

Fadlia Ainun An-Nisa (20700121027)

Windy Novitasari (20700121028)

Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Syarifuddin Ondeng, M.Ag

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Tafsir, Ta’wil, dan tarjamah” ini dengan tepat
waktu.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. H. Syarifuddin Ondeng,
M.Ag. selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu Al-Qur’an yang telah membimbing kami dalam
pengerjaan tugas makalah ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok Ilmu Al-Qur’an. Selain itu, makalah
ini diharapkan mampu menambah wawasan dan pengetahuan para pembaca untuk mengetahui
materi-materi tentang Tafsir, ta’wil, dan tarjamah.
Kami sebagai penulis menyadari bahwasannya makalah ini jauh dari kata sempurna. Untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu selama
proses penyusunan makalah ini.

Makassar, 27 Mei 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................3
1.1 TAFSIR............................................................................................................................................3
A. Pengertian Tafsir..........................................................................................................................3
B. Macam-macam Tafsir...................................................................................................................4
C. Metode Ilmu Tafsir.......................................................................................................................5
D. Sejarah Perkembangan Tafsir Al Quran....................................................................................6
1.2 TA’WIL............................................................................................................................................7
A. Pengertian Ta’wil..........................................................................................................................7
B. Bentuk-bentuk Ta’wil...................................................................................................................8
C. Macam-macam Ta’wil..................................................................................................................9
1.3 TERJEMAH....................................................................................................................................9
A. Pengertian Terjemah....................................................................................................................9
B. Macam-macam Terjemah..........................................................................................................10
C. Syarat dalam Menerjemah.........................................................................................................10
1.4 Persamaan Tafsir, Ta’wil, dan Terjemah....................................................................................10
1.5 Perbedaan Tafsir, Ta’wil dan Terjemah......................................................................................11
1.6 Hikmah Mempelajari Tafsir, Ta’wil dan Terjemah...................................................................11
BAB III.....................................................................................................................................................12
PENUTUP................................................................................................................................................12
A. Kesimpulan.....................................................................................................................................12
B. Saran................................................................................................................................................12

ii
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan pedoman hidup bagi ummat Islam. Karena Al-Qur’an berbahasa
Arab maka tidak dipungkiri dari ayat-ayatnya masih banyak yang besifat global. Sehingga tidak
bisa dipahami secara tekstual, untuk itu perlu penerjemahan dan penafsiran sehingga Al-Qur’an
bisa di pahami secara tekstual.
Dalam menafsirkan ayat-ayat Allah Subhanahu Wata’ala yaitu Al-quran, tidak boleh
ditafsirkan sesuka hati, karena ada tata cara dan undang-undangnya dalam menafsirkan Al-quran.
Misalnya, dalam rangka menafsirkan kata- kata ( aneh, ganjil ) atau mentakwilkan ( susunan
kalimat ).
Al Qur`an merupakan petunjuk bagi seluruh umat manusia. Di samping itu, dalam ayat dan
surat yang sama, diinformasikan juga bahwa al Qur`an sekaligus menjadi penjelasan (bayyinaat)
dari petunjuk tersebut sehingga kemudian mampu menjadi pembeda (furqaan) antara yang baik
dan yang buruk. Manusia akan mengerjakan yang baik dan akan meninggalkan yang buruk atas
dasar pertimbangannya terhadap petunjuk al Qur`an tersebut.
Al Qur`an adalah kalaamullaah yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. dengan
media malaikat Jibril as. Dalam fungsinya sebagai petunjuk, al Qur`an dijaga keasliannya oleh
Allah swt. Salah satu hikmah dari penjagaan keaslian dan kesucian al Qur`an tersebut adalah
agar manusia mampu menjalani kehidupan di dunia ini dengan benar menurut Sang Pencipta
Allah ‘azza wa jalla. Keaslian dan kebenaran al Qur`an terdeterminasi dengan pertimbangan agar
manusia tidak tersesat dalam mengarungi kehidupannya ini dan selamat dunia maupun akhirat.
Kemampuan setiap orang dalam memahami lafald dan ungkapan Al Qur’an tidaklah sama,
padahal penjelasannya sedemikian gemilang dan ayat-ayatnya pun sedemikian rinci.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka terdapat rumusan masalah, yaitu:
1. Apa pengertian dari Tafsir, Ta’wil, dan Terjemah?

1
2. Apakah perbedaan Tafsir, Ta’wil, dan terjemah?
3. Apa saja klasifikasi Tafsir, Ta’wil, dan terjemah?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulis dalam menyusun makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok
Ilmu al-Qur’an, selain dari itu agar kami dan para pembaca lainnya dapat mengetahui dan
memahami materi-materi yang berkaitan dengan pengertian, perbedaan dan klasifikasi dari
Tafsir, Ta’wil dan Terjemah.

2
BAB II

PEMBAHASAN
1.1 TAFSIR
A. Pengertian Tafsir
Kata tafsir diambil dari kata fassara yufassiru tafsiiran ‫ ) )تفسـير‬berasal dari kata ‫ فَس ََّر‬yang
berarti keterangan atau uraian, Al-jurjani berpendapat bahwa kata tafsir menurut pengertian
bahasa al-kasyf wa al-izhar yang artinya menyingkap dan melahirkan. Hal ini senada dengan
pendapat yang mengatakan bahwa tafsir adalah menyingkapkan maksud dari lafadz yang
sulit dalam Al-Qur’an, didalam Al-Qur’an disebutkan tentang makna tafsir :
َ َ‫َواَل ئَْاتُوْ نَكَ بِ َمثَ ٍل اِاَّل ِجْٔـن‬
ِّ ‫ك بِ ْال َح‬
‫ق َواَحْ َسنَ تَ ْف ِس ْيرًا‬
Artinya; ”Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu
perumpamaan, melainkan Kami datangkan kepadamu sesuatu yang benar dan yang paling
baik penjelasannya. (QS. Al-Furqan:33)
Tafsir menurut bahasa artinya menyingkap (membuka) dan melahirkan. Secara istilah,
tafsir berarti menjelaskan makna ayat al-qur’an, keadaan kisah dan sebab turunya ayat
tersebut dengan lafal yang menunjukkan kepada makna zahir. Adapun pengertian tafsir
menurut istilah:

1. Menurut al-Jurjani, tafsir adalah menjelaskan makna ayat keadaannya, kisahnya, dan
sebab yang karenanya ayat diturunkan, dengan lafadz yang menunjukkan kepadanya
dengan jelas sekali.
2. Menurut az-Zarkazyi, tafsir ialah suatu pengetahuan yang dapat dipahamkan kibullah
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, menjelaskan maksud maksudnya,
mengeluarkan hukum-hukumnya dan hikmahnya.
3. Menurut al-Kilbyi, tafsir ialah mensyarahkan al-qur’an, menerangkan maknanya dan
menjelaskan apa yang dikehendakinya dengan nashnya atau dengan isyaratnya ataupun
dengan najwahnya.
4. Menurut Syeikh Thorir, tafsir ialah mensyarahkan lafad yang sukar difahamkan oleh
pendengan dengan uraian yang menjelaskan maksud dengan menyebut muradhifnya atau
yang mendekatinya atau ia mempunyai petunjuk kepadanya melaui suatu jalan.

3
B. Macam-macam Tafsir
Tafsir Bil Ma’tsur
Tafsir bi al-ma’tsur adalah cara menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an yang bersumber dari
nash-nash, baik nash al-Qur’an, sunnah Rasulullah saw, pendapat (aqwal) sahabat,
ataupun perkataan (aqwal) tabi’in. Dengan kata lain yang dimaksud dengan tafsir bi al-
ma’tsur adalah cara menafsirkan ayat al-Qur’an dengan ayat al-Qur’an, menafsirkan ayat
Al Qur’an dengan sunnah, menafsirkan ayat al-Qur’an dengan pendapat para sahabat, atau
menafsirkan ayat al-Qur’an dengan perkataan para tabi’in.

1) Menafsirkan Al-Qur’an dengan Al-Qur’an. Misalnya dalam surat Al-Hajj: 30 yang


artinya : “Dan telah dihalalkan bagi kamu semua binatang ternak, terkecuali yang
diterangkan kepadamu keharamannya…”. Kalimat ‘diterangkan kepadamu’ (illa ma
yutla ‘alaikum) Ditafsirkan dengan surat al-Maidah: 3 yang artinya : “Diharamkan
bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas
nama selain Allah.”
2) Menafsirkan Al-Qur’an dengan As-Sunnah/Hadits. Contoh Surat Al-An’am ayat 82
yang artinya : “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka
dengan kezaliman, mereka itulah orang-orang yang mendapat kemenangan dan mereka
orang-orang yang mendapat petunjuk” Kata “al-zulm” dalam ayat tersebut, dijelaskan
oleh Rasul Allah saw dengan pengertian “al-syirk” (kemusyrikan).
3) Menafsirkan Al-Qur’an dengan pendapat para sahabat. Contoh an-Nisa’ ayat 2
Mengenai penafsiran sahabat terhadap Alquran ialah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan
Ibnu Halim dengan Sanad yang sahih dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang
menerangkan an-Nisa ayat 2 yang artinya : “Dan berikanlah kepada anak-anak yatim
(yang sudah baligh) harta mereka, jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk
dan jangan kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya tindakan-
tindakan (menukar dan memakan) itu, adalah dosa yang besar.” Kata ”hubb”
ditafsirkan oleh Ibnu Abbas dengan dosa besar
4) Menafsirkan Al-Qur’an dengan pendapat para Tabi’in. Contoh dalam surat Al-Fatihah,
penafsiran Mujahid bin Jabbar tentang ayat Shiraat al-Mustaqim yaitu kebenaran.

4
Tafsir Bil Ar Ra’yi
Yaitu penafsiran Al-Qur’an berdasarkan rasionalitas pikiran (ar-ra’yu), dan
pengetahuan empiris (ad-dirayah). Tafsir jenis ini mengandalkan kemampuan “ijtihad”
seorang mufassir dan tidak berdasarkan pada kehadiran riwayat-riwayat (ar-riwayat).
Disamping aspek itu mufassir dituntut untuk memiliki kemampuan tata bahasa, retorika,
etimologi dan pengetahuan tentang hal-hal yang berkaitan dengan wahyu dan aspek-aspek
lainnya menjadi pertimbangan para mufassir untuk menafsirkan. Contohnya terdapat pada
surat al-Alaq: 2 “Khalaqal insaana min ‘alaq”. Kata alaq disini diberi makna dengan bentuk
jamak dari lafaz alaqah yang berarti segumpal darah yang kental.
C. Metode Ilmu Tafsir

1) Pertama, Metode tahlili yaitu metode penaafsiran Al-Qur’an yang dilakukan dengan cara
menjelaskan ayat Al-Qur’an dalam berbagai aspek, serta menjelaskan maksud yang
terkandung di dalamnya sehingga kegiatan mufasir hanya menjelaskan per ayat surat
persurat, makna lafal tertentu, susunan kalimat, persesuaian kalimat satu dengan kalimat
lain, asbabun nuzul yang berkenaan dengan ayat yang ditafsirkan.
2) Kedua, metode tafsir ijmali yaitu metode penafsiran Al-Qur’an yang dilakukan dengan
cara menjelaskan maksud Al-Qur’an secara global tidak terperinci seperti tafsir tahlili,
hanya saja penjelasannya disebutkan secara global (ijmal). Metode ini diterapkan agar
orang awam mudah menerima maksud kandungan AlQur’an tanpa berbelit-belit,
sehingga dengan sedikit penjelasannya seseorang dapat mengerti penjelasan hasil tafsir
ini. Kitab tafsir yang tergolong menggunakan metode ijmal adalah: 1. Tafsir Qur’an Al-
Karim, oleh Muhammad Farid Wajdi; dan 2. Tafsir Al-Wasith, yang dikeluarkan oleh
Majma’ul Buhuts Islamiah.
3) Ketiga, metode muqarin yaitu metode penafsiran Al-Qur’an yang dilakukan dengan cara
perbandingan (komparatif), dengan menemukan dan mengkaji perbedaan-perbedaan
antara unsur-unsur yang diperbandingkan, baik dengan menemukan unsur yang benar di
antara yang kurang benar, atau untuk tujuan memperoleh gambaran yang lebih lengkap
mengenai masalah yang dibahas dengan jalan penggabungan (sintesis), unsur-unsur yang
berbeda itu.

5
4) Keempat, metode maudhu’i yaitu metode penafsiran Al-qur’an-yang dilakukan dengan
cara memilih topik tertentu yang hendak dicarikan penjelasanya dalam Al-qur’an yang
berhubungan dengan topic ini, lalu dicarilah kaitan antara berbagai ayat ini agar satu
sama lain bersifat menjelaskan , kemudian ditarik kesimpulan akhir berdasarkan
pemahaman mengenai ayat-ayat yang saling terkait itu.
D. Sejarah Perkembangan Tafsir Al Quran
Ilmu tafsir memiliki sejarah perkembangan tersendiri. Dengan mengetahui sejarah
perkembangannya, maka kita akan mengetahui bagaimana asal-usul berdirinya ilmu ini.
Berikut ini sejarah singkat perkembangan ilmu tafsir Al Quran mulai masa Nabi dan para
sahabat hingga masa tadwin :
Tafsir di Masa Nabi dan Para Sahabat

1. Bahasa Al Quran
Sebagaimana yang telah kita ketahui, bahwa Al Quran diturunkan dengan bahasa yang
digunakan oleh Nabi dan para sahabat, yakni bahasa Arab. Uslub atau stalistika yang
digunakan dalam Al Quran sangatlah indah dan beragam, diantaranya ada haqiqah, majaz,
sarih, kinayah, ijaz, dan ithnab, yang mana uslub tersebut juga digunakan oleh orang-orang
Arab di saat itu dalam pembicaraan dan syair-syair mereka. Dengan diturunkannya Al Quran
dengan uslub inilah para sahabat menafsirkan Al Quran sesuai kemampuan mereka dalam
memahami bahasa Arab.

2. Pemahaman Nabi dan Para Sahabat Terhadap Al Quran


Sudah menjadi hal yang lumrah apabila pemahaman Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam
terhadap Al Quran itu sangatlah rinci dan menyeluruh. Demikian pula pemahaman para
sahabat yang menyeluruh terhadap Al Quran dari sisi dzahir dan ahkamnya. Adapun
pemahaman yang lebih rinci dimana ayat yang ingin mereka ketahui penafsirannya terdapat
musykil atau mutasyabih atau semisalnya maka mau tidak mau mereka harus merujuk atau
bertanya kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam mengenai penafsiran ayat tersebut.

3. Sumber Para Sahabat dalam Menafsirkan Al Quran


Sumber utama para sahabat dalam menafsirkan Al Quran adalah mencarinya dalam Al
Quran itu sendiri, karena antara satu ayat dengan ayat yang lainnya saling menafsirkan.

6
Setelah itu, mereka merujuk kepada Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam yang
mana beliau sendiri adalah seorang mubayyin terhadap ayat-ayat Al Quran itu sendiri.
Apabila mereka tidak menemukan penafsiran dari keduanya atau tidak sempat
menanyakannya kepada Nabi maka mereka menggunakan ra’yu (pemikiran) atau berijtihad
dengan bantuan pengetahuan mereka terhadap bahasa Arab, sya’ir-sya’ir Arab jahiliyyah,
pengenalan terhadap tradisi Arab, pengetahuan terhadap keadaan orang-orang Yahudi dan
Nasrani di Jazirah Arab tatkala turunnya Al Quran, latar belakang turunnya Al Quran, dan
kemampuan penalaran mereka. Yang terakhir, baru mereka menanyakan kepada ahlul kitab
dari kalangan Yahudi dan Nasrani, khususnya tentang masalah sejarah Nabi-nabi terdahulu
dan kisah-kisah dalam Al Quran kepada tokoh-tokoh Ahlul Kitab yang telah masuk Islam
seperti Abdullah bin Salam, Ka’ab Al-Ahbaar dan lainnya.

4. Bentuk Tafsir
Ilmu tafsir saat itu belum menjadi disiplin ilmu tersendiri karena saat itu ilmu ini belum
disusun secara sistematis dan hanya berupa riwayat-riwayat yang masih berserakan. Saat itu
juga ilmu tafsir belum disusun dalam sebuah kitab, karena memang para sahabat adalah
kaum ummiyyiin. Disamping itu, penafsiran Al Quran saat itu belum menyeluruh karena
hanya ayat-ayat yang sukar dipahami saja yang mereka tafsirkan dan mereka tanyakan
kepada Nabi.

1.2 TA’WIL
A. Pengertian Ta’wil
Kata ta’wīl berasal dari kata al-awl, yang berarti kembali (ar-rujǔ’) atau dari kata
alma’ǎl yang artinya tempat kembali (al-mashīr) dan al-aqībah yang berarti kesudahan. Ada
yang menduga bahwa kata ini berasal dari kata al-iyǎlah yang berarti mengatur (al-siyasah).
Secara istilah, ta’wil berarti memalingkan suatu lafal dari makna zahir kepada makna yang
tidak zahir yang juga dikandung oleh lafal tersebut, jika kemungkinan makna itu sesuai
dengan al-kitab dan sunnah. Muhammad husaya al-dzahabi , mengemukakan bahwa dalam
pandangan ulama salaf (klasik), ta’wil memilki dua pengertian :

7
 Pertama : penafsiran suatu pembicaraan teks dan menerangkan maknanya, tanpa
mempersoalkan apakah penafsiran dan keterangan itu sesuai dengan apa yang tersurat
atau tidak.
 Kedua : ta’wil adalah substansi yang dimaksud dari sebuah pembicaraan itu sendiri (nafs
al- murad bi al-kalam). Jika pembicaraan itu berupa tuntutan , maka tak’wilnya adalah
perbuatan yang dituntut itu sendiri. Dan jika pembicaraan itu berbentuk berita. Maka
yang dimaksud adalah substansi dari suatu yang di informasikan.
Menurut lughat takwil adalah menerangkan dan menjelaskan. Adapun pengertian takwil
menurut para ulama yaitu sebagai berikut:

 Menurut Al-Jurzani takwil adalah memalingkan satu lafazh dari makna lahirnya terhadap
makna yang dikandungnya, apabila makna alternatif yang dipandangnya sesuai dengan
ketentuan Al-kitab dan As-sunnah.
 Menuurut ulama khalaf takwil adalah mengalihkan suatu lafazh dari makna yang rajih
pada makna yang marjuh karena ada indikasi untuk itu.
 Menurut sebagian ulama lain takwil ialah menerangkan salah satu makna yang dapat
diterima oleh lafazh.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan takwil adalah suatu usaha untuk memahami lafazh-
lafazh (ayat-ayat) Al-Qur’an melalui pendekatan memahami arti atau maksud sebagai
kandungan dari lafazh itu.
B. Bentuk-bentuk Ta’wil
Para ulama ushul merupakan kelompok yang paling mendalami kajian ayat-ayat
AlQur’an, bila dibandingkan dengan kelompok disiplin ilmu lainnya. Hal itu mereka lakukan
untuk kepentingan pengambilan hukum (istimbath al-ahkam). Sehingga kajian para ulama
ushul merupakan kelanjutan dari kajian para ulama bahasa dan hadith. Dari pendalaman
kajian tersebut, mereka menemukan beberapa bentuk ta’wil, diantaranya mengkhususkan
lafazh yang umum (takhshish al-umum), membatasi lafazh yang mutlak(taqyid al-muthlaq),
mengalihkan lafazh dari maknanya yang hakiki kepada yang majazi,atau dari makanya yang
mengandung wajib menjadi makna yang sunnah.

 Mengalihkan lafazh dari maknanya yang umum kepada yang khusus, dala.m bahasa
ushul disebut takhshish al-umum (‫ تخصيص العموم‬.) Seperti firman Allah dalam QS. Al-
8
Baqarah:228, yang menerangkan bahwa wanita yang dithalaq oleh suaminya harus
menjalani iddah (masa tunggu) selama tiga kali masa haidh atau masa suci (thalathah
quru’). Ayat ini berlaku umum, baik istri yang sudah digauli maupun belum,
haidh,monopouse, atau dalam kondisi hamil. Kemudian ayat ini ditakhshish dengan ayat
yang lain dalam QS.Al-Ahzab:49, yang menerangkan bahwa wanita yang belum digauli
tidak memiliki iddah (masa tunggu).
 Mengalihkan lafazh dari maknanya yang mutlak (muthlaq) kepada yang terbatas
(muqayyad), dalam bahasa ushul disebut taqyid al-muthlaq (‫ تقييد المطلق‬.(Seperti firman
Allah tentang haramnya darah dalam QS. Al-Maidah:3, menggunakan lafazh mutlak
(muthlaq) kemudian dibatasi (taqyid) dengan kata “mengalir” (masfuhan) dalam ayat
yang lain yaitu QS.Al-An’am: 145, sehingga yang diharamkan adalah darah
yangmengalir.
 Mengalihkan lafazh dari maknanya yang hakiki kepada yang majazi. Seperti pada firman
Allah dalam QS.An-Nisa’: 2 yang menerangkan untuk menyerahkan hartaharta milik
anak yatim, yaitu anak yang ditinggal mati oleh orang tuanya sebelum mereka baligh.
Ayat ini bertentangan dengan ayat berikutnya QS.An-Nisa’: 6 yang menerangkan untuk
menyerahkan harta-harta milik anak yatim pada saat mereka telah baligh dan dewasa.
Dengan ayat kedua ini, dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan lafazh yatim pada
ayat yang pertama bukan makna hakiki (anak yang ditinggal mati oleh orang tuanya
sebelum mereka baligh) tapi makna majazi yaitu ketika mereka telah baligh dan dewasa.
 Mengalihkan lafazh dari maknanya yang mengandung wajib menjadi makna yang
sunnah.
C. Macam-macam Ta’wil

Ta’wil yang jauh dari pemahaman, yakni ta’wil yang dalam penetapannya tidak
mempunyai dalil yang terendah sekalipun.
Ta’wil yang mempunyai relevasi, paling tidak memenuhi standar makna terendah serta
diduga sebagai makna yang benar.

9
1.3 TERJEMAH
A. Pengertian Terjemah
Arti terjemah menurut bahasa adalah salinan dari satu bahasa ke bahasa lain, atau
mengganti, menyalin, memindahkan kalimat dari suatu bahasa ke bahasa lain. Sedangkan
menurut istilah seperti yang dikemukakan oleh Ash-Shabuni: “Memindahkan bahasa Al-
Qur’an ke bahasa lain yang bukan bahasa ‘Arab dan mencetak terjemah ini kebeberapa
naskah agar dibaca orang yang tidak mengerti bahasa ‘Arab, sehingga dapat memahami kitab
Allah SWt, dengan perantaraan terjemahan.”
Pada dasarnya ada tiga corak penerjemahan, yaitu:

Terjemah maknawiyyah tafsiriyyah, yaitu menerangkan makna atau kalimat dan


mensyarahkannya, tidak terikat oleh leterlek-nya, melainkan oleh makna dan tujuan
kalimat aslinya (sinonim dengan tafsir)
Terjamah harfiyah bi Al-mistli, yaitu menyalin atau mengganti kata-kata dari bahasa asli
dengan kata sinonimnya (muradif) ke dalam bahasa baru dan terikat oleh bahasa aslinya.
Terjemah harfiyah bi dzuni Al-mistl, yaitu menyalin atau mengganti kata-kata bahasa asli
kedalam bahasa lain dengan memperhatikan urutan makna dan segi sastranya.
B. Macam-macam Terjemah

1. Terjemah Interbahasa Terjemah ini juga disebut dengan mengungkapkan kalimat dengan
redaksi yang berbeda. Yaitu menjelaskan kata-kata dalam suatu bahasa dengan kata-kata
berbeda dalam bahasa yang sama.
2. Terjemah Antarbahasa Terjemah semacam ini lazim disebut dengan terjemah hakiki.
Yaitu menjelaskan kata-kata atau simbol-simbol dengan simbol lain dari bahasa yang
berbeda.
3. Terjemah antar simbol atau transferensi Yaitu menerjamahkan simbol bahasa yang
berupa kata-kata dengan simbol lain. Seperti menerjemah kata ‘kepala’ atau kata
‘pedang’ dengan gambar kepala atau pedang.
C. Syarat dalam Menerjemah

 Penerjemah benar-benar megetahui dan menghayati kedudukan dan aspek-aspek kedua


bahasa yaitu bahasa asal dan bahasa terjemah.

10
 Penerjemah mengetahui pola kalimat dan ciri khas kedua Bahasa.
 Bahasa terjemah memenuhi semua makna dan maksud yang ada ada bahasa asal.
 Bahasa pertama tidak boleh melekat pada bahasa terjemah lagi. Terjemah harus benar-
benar memindahkan makna bahasa pertama kedalam bahasa terjemah

1.4 Persamaan Tafsir, Ta’wil, dan Terjemah


Persamaan dari tafsir, takwil dan terjemah yaitu ketiganya sama-sama menerangkan makna
ayat-ayat Al-Qur’an dan ketiganya sama-sama sebagai sarana yang dapat dilakukan untuk
memahami Al-Qur’an, ketiganya menerangkan makna ayat-ayat al-Qur’an dan ketiganya sebagai
sarana untuk memahami al-Qur’an.

1.5 Perbedaan Tafsir, Ta’wil dan Terjemah

 Tafsir : menjelaskan makna ayat yang kadang-kadang dengan panjang lebar, lengkap
dengan penjelasan hokum-hukum dan hikmah yang dapat diambil dari ayat itu dan
seringkali disertai dengan kesimpulan kandungan ayat-ayat tersebut.
 Ta’wil : mengalihkan lafadz-lafadz ayat al-Qur’an dari arti yang lahir dan rajih kepada
arti lain yangsamar dan marjuh.
 Terjemah : hanya mengubah kata-kata dari bahasa arab kedalam bahasa lain tanpa
memberikan penjelasan arti kiandungan secara panjang lebar dan tidak menyimpulkan
dari isi kandungannya.
1.6 Hikmah Mempelajari Tafsir, Ta’wil dan Terjemah
Adapun hikmah mempelajari tafsir, ta’wil dan terjemah antara lain sebagai berikut:
1. Memperjelas makna Al-Qur’an
2. Mempermudah memahami isi dan makna Al-Qur’an
3. Lebih teliti mengartikan Al-Qur’an
4. Agar dalam mengamalkan Al-Qur’an tidak asal-asalan, karena dimana jika kita sudah
memahami tulisan Al-Qur’an serta terjemahannya akan lebih mudah untuk mengamalkannya.

11
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-Qur`an sebagai ”hudan-linnas” dan “hudan-lilmuttaqin”, maka untuk memahami
kandungan al-Qur`an agar mudah diterapkan dalam pengamalan hidup sehari-hari memerlukan
pengetahuan dalam mengetahui arti / maknanya, ta`wil, dan tafsirnya sesuai dengan yang
dicontohkan Rasulullah SAW. Sehingga kehendak tujuan ayat al-Qur`an tersebut tepat
sasarannya. Terjemah, tafisr, dan ta`wil diperlukan dalam memahami isi kandungan ayat-ayat al-
Qur`an yang mulia.

Tafsir berarti menjelaskan makna ayat al-qur’an, keadaan kisah dan sebab turunya ayat
tersebut dengan lafal yang menunjukkan kepada makna zahir. Ada dua macam tafsir, yaitu Tafsir
Bil Ma’tsur dan tafsir Bil Ar Ra’yi. Ada beberapa macam metode dalam ilmu tafsir, yaitu
metode tahlili, metode tafsir ijmali, metode muqarin, dan metode maudhu’i.

Ta’wil berarti memalingkan suatu lafal dari makna zahir kepada makna yang tidak zahir yang
juga dikandung oleh lafal tersebut, jika kemungkinan makna itu sesuai dengan al-kitab dan
sunnah. Ada dua macam ta’wil, yaitu ta’wil yang jauh dari pemahaman dan ta’wil yang
mempunyai relevasi.

Terjemah adalah Memindahkan bahasa Al-Qur’an ke bahasa lain yang bukan bahasa ‘Arab
dan mencetak terjemah ini kebeberapa naskah agar dibaca orang yang tidak mengerti bahasa
‘Arab, sehingga dapat memahami kitab Allah SWt, dengan perantaraan terjemahan. Macam-
macam terjemah, yaitu terjemah interbahasa, terjemah antarbahasa, dan terjemah antarsimbol.
Tafsir, ta’wil, dan terjemah memiliki persamaan dan juga perbedaan serta memiliki hikmah
yang dapat kita petik ketika mempelajarinya.

B. Saran
Kami berharap makalah ini dapat bermafaat bagi para pembacanya. Penulis menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kesalahan serta jauh dari kata sempurna.

12
Adapun nantinya penulis akan memperbaiki susunan makalah ini dengan menggunakan
pedoman penulisan yang baik dan benar. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun
sangat diharapkan agar makalah ini dapat disusun dengan baik lagi di lain kesempatan.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Al-Awsi, Al-Thabathaba’i wa Manhajuh fi Tafsirih Al-Mizan, Taheran, Al-Jumhuriyyah

Al-Islamiyyah fi Iran, 1975.

Ash Siddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu al Qur’an dan

Tafsir. Semarang: PT Pustaka Rizki Putra. 2000

Amzah, Dr. Kadar M. Yusuf, M.Ag. Studi Al-qur’an. Bumi Aksara, Jakarta. 2014

Izzan, Ahmad. Ulumul Qur’an: Telaah Tekstualitas dan Kontekstualitas Al Qur’an .

Bandung: kelompok Humaniora. 2005

Rifat Syauqi Nawawi, Pengantar Ilmu Tafsir, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1992).

Sirojuddin Iqbal, Drs. Mashuri. Pengantar Ilmu Tafsir. Angkasa, Bandung. 1989

13

Anda mungkin juga menyukai