Anda di halaman 1dari 13

TAFSIR, TAKWIL DAN TERJEMAH AL-QUR’AN

Dosen Pembimbing:
Dr. H. Moh. Syamsul Fallah, M. Pd

Disusun oleh:
Owen Nurcholis Majid (2197184015)
Nia Andriana (2197184005)

UNIVERSITAS HASYIM ASY`ARI


TEBUIRENG-JOMBANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta`ala atas
segala rahmat, nikmat, dan karunia-Nya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan
sampai dengan selesai. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu Alahi Wasallam, yang telah
membimbing kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang
berupa ajaran agama Islam.

Penulis sangat berharap semoga dengan adanya makalah ini, maka akan
menambah wawasan bagi para pembaca mengenai pembahasan tentang tafsir,
takwil dan terjemah Al-Qur`an beserta pembahasan-pembahasan lainnya dalam
makalah ini.

Bagi penulis merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan


makalah ini karena keterbatasan pengetahuan kami. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar makalah
kami bisa lebih baik untuk ke depannya dalam hal penyusunan maupun paparan
materi. Tak lupa juga kami ucapkan banyak terima kasih kepada orang-orang
yang turut mensupport demi terciptanya makalah ini sampai dengan selesai tepat
waktu.

Jombang, 1 Desember 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................2
1.3. Tujuan............................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
2.1 Pengertian Tafsir dan Ta`wil dan Terjemah...................................................3
2.2 Tafsir dan Ta`wil dalam Perspektif Al-Qur`an..............................................5
2.3 Urgensi Tafsir.................................................................................................7
2.4 Macam-Macam Tafsir....................................................................................7
BAB III....................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................9
3.2 Saran...............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan kitab suci yang lengkap dan sempurna. Al Qur’an
adalah sebuah kalam Allah yang mengatasi dan melampaui teks-teks yang lain
dalam sejarah. Hal itu disebabkan Al-Qur’an merupakan wahyu yang diturunkan
oleh Allah melalui malaikat jibril kepada umat manusia. Ruh ke-Ilahian Al-
Qur’anlah yang membuatnya tahan dari berbagai kritik dan gempuran.1
Sebagai sebuah teks, Al-Qur’an merupakan pedoman hidup bagi umat
Islam. Semua hal yang ada pada aspek kehidupan telah diatur di dalamnya.
Walaupun begitu, di samping berbahasa Arab tidak dipungkiri dari ayat-ayatnya
masih banyak yang besifat global. Sehingga tidak bisa dipahami secara tekstual,
untuk itu bagi orang awam untuk memahaminya perlu penerjemahan dan
penafsiran terlebih dahulu.
Dalam kaitan ini lahirlah sebuah desain ilmu yang secara khusus menelaah
dan mempelajari tentang cara penafsiran Al-Qur’an yang sesuai dengan tata-
aturan tafsir, di samping itu selain lahirnya tafsir, juga dikenal adanya terjemah
serta ta’wil Al-Qur’an. Nah, sebenarnya tiga kata tersebut meskipun bertujuan
sama menjelaskan Al-Qur’an dalam bahasa yang bisa dipahami maknanya, tapi
secara subtansi memiliki perbedaannya.

1
Nasr Hamid Abu Zaid, Tekstualitas Al-Qur’an, (Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi
Aksara, 2002), h. . 1.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari tafsir dan ta`wil?
2. Bagaimana kedudukan tafsir dan ta`wil dalam perspektif Al-Qur`an?
3. Apakah yang dimaksud dengan urgensi tafsir?
4. Apa saja macam-macam tafsir?

1.3. Tujuan
1. Agar mengetahui pengertian dari tafsir dan ta`wil
2. Agar mengetahui kedudukan tafsir dan ta`wil dalam perspektif Al-Qur`an
3. Agar mengetahui apa itu urgensi tafsir
4. Agar mengetahui macam-macam tafsir.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tafsir dan Ta`wil
Kata tafsir adalah bentuk kata benda dari kata kerja fassara. Tafsir berarti
penjelasa, uraian, interpretasi, atau komentar. Kata ini terdapat hanya satu kali
dalam Al-Qur`an surat Al-Furqan (25): 33.2
Tafsir dapat juga diartikan menyingkap dan menampakkan makna yang
abstrak, yang tertutup, maksud lafal yang musykil, pelik.3
Tafsir dalam wacana istilah menurut Abu Hayyan dapat didefinisikan
sebagai ilmu yang membahas tentang cara pengucapan lafal-lafal Al-Qur`an,
tentang petunjuk-petunjuknya, hukum-hukumnya, baik ketika berdiri sendiri
maupun kala tersusun, dan makna yang dimungkinkan baginya ketika tersusun,
serta hal-hal lain yang melengkapinya.4 Dalam format yang lebih sederhana, Al-
Zarkashiy menekankan definisi tafsir sebagai ilmu untuk memahami Al-Qur`an,

2
Muhammad Fu`ad `Abd al-Baqiy, al-Mu`jam al-Mufahras li Alfaz al-Qur`an al-Karim, 519.
3
Manna` Khalil al-Qattan, Mabahith fi `Ulum al-Qur`an, 323.
4
Ibid., 324. Abu Hayyan juga menjelaskan secara rinci unsur-unsur definisinya; ilmu yang
membahas petunjuk-petunjuknya, hukum-hukumnya…, makna-makna…, hal-hal yang
melengkapinya

2
serta mengeluarkan hukum dan hikmahnya.5 Kemudian, substansi definisi ini
memberikan muara bagi kemungkinan identiknya istilah tafsir dengan istilah
hikmah kaitannya dengan tafsir dalam perspektif Al-Qur`an.
Pengertian tafsir di atas membuka wacana dua dimensinya, yakni sebagai
ilmu dan produk. Sebagai ilmu, tafsir merupakan perangkat pengetahuan untuk
mengungkap kandungan makna Al-Qur`an, baik petunjuk-petunjuk, hukum-
hukum, maupun hikmah di dalamnya. Sementara sebagai produk, tafsir berupa
penjelasan petunjuk-petunjuk, hukum-hukum, maupun hikmah yang dikandung
Al-Qur`an.
Selanjutnya pengertian ta`wil, secara etimologis berasal dari kata awwala
yang berarti fassara (menafsirkan) dan bayyana (menjelaskan). Atas dasar itu,
ta`wil berarti penafsiran (al-tafsir) dan penjelasan (al-tabyin) tentang apa yang
dimaksud oleh perintah kalam.6
Sebagai pengayaan wawasan, penulis angkat sumbangan Al-Qattan yang
menjelaskan bahwa pengertian etimologis ta`wil adalah memikirkan,
memperkirakan, dan menafsirkan. Ta`wil berasal dari kata aul yang berarti
kembali ke asal. Makna ta`wil menurut golongan salaf adalah esensi (haqiqah);
misalnya ta`wil al-amr (esensi perbuatan yang diperintahkan) dan ta`wil al-ikhbar
(esensi dari apa yang diberitakan yang benar-benar terjadi). Sementara dalam
tradisi muta`akhkhirin, arti ta`wil adalah sampai di manakah akibat yang
dimaksud oleh kalam.7 Perbedaan kedua pandangan ini jelas. Tetapi, kalua
keduanya dimanfaatkan, maka ta`wil dapat dipahamai esensi tentang sesuatu yang
ditakwilkan, yang dalam esensi itu termuat juga akibat-akibat yang ditimbulkan
oleh sesuatu tersebut. Sementara definisi ta`wil adalah memalingkan maknya lafal
yang kuat (rajih) kepada makna yang lemah (marjuh) karena ada dalil yang
menyertainya.8 Definisi yang dikemukakan oleh golongan muta`akhkhirin ini
tidak sesuai dengan lafal ta`wil dalam Al-Qur`an menurut versi salaf.
5
Jalal al-Din al-Suyutiy, al`Itqan fi `Ulum al-Qur`an, jilid II, 174. Definisi al-Zarkashi yang
dikutip oleh al-Hasaniy, Zubdah al-`Itqan fi `Ulum al-Qur`an, 167, diikuti penjelasan tentang
perangkat yang diperlukan oleh tafsir, juga penyebutan ayat al-Qur`an, 2: 269, yang di dalamnya
ada kata hikmah.
6
Al-Baqiy, al-Mu`jam al-Mufahras….., Jilid I, 69-70.
7
Al-Qattan, Mubahith…, 325. Dalam hal ini kelompok salaf diwakili oleh al-Tabariy dan al-
Raghib, golongan muta`akhkhirin diwakili oleh al-Zarkashiy dan Ibn Faris.

3
Al-Zarqani mengemukakan bahwa tafsir menjelaskan lafal dari aspek
riwayah dan ta`wil dari aspek dirayah. Tafsir menjelaskan makna yang digali dari
topik ibarat, sedangkan ta`wil menjelaskan makna dengan metode isyarat.9
Paparan di atas memberikan asset mengenai perbedaan arti dan kandungan tafsir
dan ta`wil. Tafsir menerangkan petunjuk yang dikehendaki, sedangkan ta`wil
menerangkan hakikat yang dikehendaki. Operasionalisasi tafsir lebih dekat pada
pendekatan historis-historis fenomenologis, sementara ta`wil pada pendekatan
filosofis.

2.2 Tafsir dan Ta`wil dalam Perspektif Al-Qur`an


Pada Al-Qur`an syarat al-Furqan ayat 33 diredaksikan ahsan tafsir, yang
dalam pendapat Ibn Abbas diartikan lebih baik perinciannya. Ayat itu merupakan
kelanjutan dari penjelasan argumentatif atas gugatan orang-orang kafir tentang
mengapa Al-Qur`an tidak diturunkan sekaligus (jumlah wahidah). Tidak lain,
kebertahapan wahyu Al-Qur`an agar mudah dipahami dan dihafalkan (li
muthabbit bih fu`adak) dalam konteksnya.
Kata hikmah10 yang dikutip oleh al-Zarkashiy menyertai definisi
tafsirnya11 diperkuat oleh Riwayat dari Ibn Abbas yang menjelaskan maknanya
sebagai pengetahuan tentang Al-Qur`an (al-Ma`rifah bi al-Qur`an); yakni nasikh-
nasikh, muhkam-mutashabih, muqaddam-mu`akhkhar, halal-haram. Atas dasar
ini Al-Qur`an mengidentikkan istilah dan substansi tafsir dengan hikmah. Dengan
demikian, ada dua hal yang penting dicatat kaitannya dengan tafsir dalam
perspektif Al-Qur`an, yaitu: pertama, tafsir merupakan instrument untuk
memahami Al-Qur`an secara lebih mudah dan sistematis, dan kedua, tafsir yang
diidentikkan dengan hikmah, adalah pelita yang mengungkap hukum-hukum
(fiqh), rahasia kandungan makna, unsur-unsur dan historisitas Al-Quran.

8
Ibid., 326. Periksa al-Qur`an, 7: 52-53, sebagai masukan komparatif lafal ta`wil menurut
golongan salaf.
9
Al-Zarqaniy, Manahil al-Irfa n fi Ulum al-Qur`an, Jilid II, 4-5.
10
Al-Qur`an, 2: 269.
11
Al-Hasaniy, Zubdah…, 168

4
Pengertian ta`wil dalam perspektif Al-Qur`an menurut penjelasan Khalid Abd al-
Rahman al-Ak12, terpancar melalui surat-surat:
1. Al-Nahl (16) ayat 44 dan 64 yang artinya:
Ayat 44 yang artinya: Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab.
Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur`an, agar kamu menerangkan pada
umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya
mereka memikirkan,
2. Al-Nahl ayat 64 yang artinya: Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-
Kitab (Al-Qur`an) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada
mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan
rahmat bagi kaum yang beriman.
3. Ali Imran (3) ayat 7 yang artinya: Dialah yang menurunkan Al-Kitab (Al-
Qur`an) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat,
itulah poko-pokok isi Al-Qur`an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat.
Adapun orang-orang yang condong kepada kesesatan, maka mereka
mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk
menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta`wilnya melainkan, padahal
tidak ada yang mengetahui ta`wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang
yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang
mutasyaabihaat, semuanya iti dari sisi Tuhan kami”. Dan tidak dapat
mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.

Maknanya seperti ini, pada kedua ayat surat an-Nahl, kata tabyin (bentuk
masdar dari tabayyin) berafiliasi pada makna ta`wil. Apa yang diturunkan oleh
Allah kepada Nabi Muhammad, tidak dapat diketahui ta`wilnya, kecuali dengan
tabyinnya mengenai semua pemahaman: ragam perintah, wajib-sunnah-petunjuk,
aneka larangan, pemenuhan hak dan batas-batasnya, dan sebagainya. Sedangkan
maksud wa ma ya`lam ta`wilah illa Allah, bahwa pada sebagian ta`wil, tiada yang
tahu kecuali Allah, yaitu mengenai berita tentang penentuan waktu (kejadian)
sudah berlalu maupun yang akan datang, seperti realisasi hari kiamat, peniupan
roh pada makhluk, turunnya Nabi Isa A.S dan sebagainya.
12
Khalid `Abd al-Rahman al-`Ak, Usul al-Tafsir wa Qawa`iduh, 49-51.

5
Secara lebih luas dan rinci, Muhammad Hayyan menjelaskan variasi makna
ta`wil dalam perspektif Al-Qur`an. Ta`wil dapat berarti penafsiran dan penentuan
(Ali Imran: 7), akibat dan tempat kembali (Al-Nisa: 59), kejadian apa yang
diberitakan (Al-A`raf: 53; Yunus: 39), esensi petunjuk rasionalitas (Yusuf: 6, 37,
44, 45, 100), pemaparan fakta historis tentang tenggelamnya perahu, terbunuhnya
bocah, dan ditegakkannya pagar (pada kisah Nabi Musa A.S).13
Kevariasian makna ta`wil yang dikemukakan oleh Hayyan tersebut dapat dipakai
sebagai standar alternatif untuk memahami ayat-ayat lain, apabila substansinya
sama dengan ayat-ayat yang disebutkannya. Termasuk di dalamnya, sebab-sebab
yang meliputi hal-hal daam subtansi tersebut.

2.3 Urgensi Tafsir


Urgensi tafsir terkait dengan kedudukan, sistem, tujuan, serta
keutamaannya, juga kaitannya dengan kompetensi praktis-religius maupun
pragmatis. Kedudukan tafsir dapat dipahami sebagai kunci representatif untuk
membuka tabir rahasia makna Al-Qur`an. Kedudukan tersebut, dalam sistem
ajaran Islam berfungsi sebagai media (tariqah) untuk menggapai tujuan yang
dikendaki dalam memahami makna Al-Qur`an, yakni memperoleh mutiara dan
permata sebagai simbol makna tertinggi di dalamnya.

Tabel Variasi Pandangan tentang Urgensi Tafsir Antara al-Sabuniy dan al-
Suyutiy
No Aspek Tafsir Al-Sabuniy Al-Suyutiy
.
1. Kedudukan/Keutamaan Sebagai kunci untuk Sebagai ilmu yang paling
membuka gudang mulia karena objek dan
simpanan Al-Qur`an tujuannya
2. Tujuan Mendapatkan Mutiara Media untuk mencapai
dan permata dalam Al- kebahagiaan hakiki
Qur`an
3. Tekanan Urgensi Diperoleh pemahaman Kebutuhan mendesak akan
yang tepat terhadap Al- kesempurnaan hal-hal
Qur`an duniawi dan agamawi

13
Muhammad Hayyan Al-Zahabiy, al-Tafsir wa al-Mufassirun, Juz I (Iraq: Hafuzah li al-Muallif,
1976, 16-17.

6
2.4 Macam-Macam Tafsir
Macam-macam tafsir ditentukan oleh perbedaan metode yang
digunakannya. Perbedaan ini selanjutnya menjadi argumentasi bagi variasi
pendekatan sesuai dengan substansi kajiannya masing-masing. Secara klasik,
metode tafsir dibedakan ke dalam dua bagian besar, yaitu Tafsir bi al-Riwayah
dan Tafsir bi al-Dirayah.14 Dari paduan kedua metode ini, lalu muncul empat
metode, yakni (1) Tafsir Tahliliy, (2) Tafsir Ijmaliy, (3) Tafsir Muqaran, dan (4)
Tafsir Mawdu `iy.15
Tafsir Tahliliy, mengkaji Al-Qur`an dari segala aspek dan maknanya.
Tafsir ini memuat beberapa macam, yakni: (1) Tafsir bi al-Ma`thur, (2) Tafsir bi
al-Ra`y, (3) Tafsir Sufiy, (4) Tafsir Ishariy, (5) Tafsir fiqhiy, (6) Tafsir Falsafiy,
(7) Tafsir `Ilmiy, (8) Tafsir Adabiy, dan (9) Tafsir Isra `Iliyyat.
Tafsir Ijmaliy, menafsirkan Al-Qur`an secara singkat dan global, tanpa
penjelasan panjang lebar, untuk konsumsi berbagai tingkatan intelektualitas. Yang
ditafsirkan disesuaikan urutan mushaf, dari ayat ke ayat, dari surat ke surat
berikutnya.
Tafsir Muqaran adalah metode tafsir dengan mengambil sejumlah ayat,
kemudian mengemukakan penafsiran para ulama tafsir yang metode dan
kecenderungannya berbeda-beda dan mengkomprasikannya, kemudian
menjelaskan kecenderungan legitimasi kemazhabannya masing-masing.
Tafsir Mawadu`iy (tematik) ialah metode tafsir dengan cara menghimpun
seluruh ayat yang berbicara mengenai masalah atau tema tertentu, serta mengarah
pada suatu pengertian dan tujuan tertentu, meskipun ayat-ayat itu turunnya, baik
segi cara, waktu, maupun tempatnya berbeda, tersebar dalam berbagai surat.
Sehingga suatu tema dapat dipecahkan secara tuntas.
Selebih penjelasan di atas, ada juga yang mengklasifikasikan tafsir ke
dalam dua golongan besar, yakni (1) Tafsir Jaf dan (2) Tafsir Mujawiz.34 Tafsir
Jaf merupakan sifat tafsir yang terbatas pada segi kebahasaan, bersifat denotatif.
Sedangkan tafsir mujawiz, yang bergerak secara luas (berlebihan), bersifat
konotatif.
14
Al-Salih, Mabahith…, 290-291.
15
Abd al-Hay al Farmawy, al- Bidayah fi al-Tafsir al-Mawdu`iy, 23.

7
Tafsir Jaf dikembangkan secara serius oleh di antaranya Muhammad
Abduh. Prinsip teoritik tafsirnya adalah “al-Ibrah bi Umum al-Lafz la bi khusus
al-sabab”35. Model tafsir jaf ini benar-benar memperhatikan unsur balaghah,
keharmonisan uslub (gaya bahasa), dan sistemasi rasionalitas Al-Qur`an.
Demikian ini sebagai konter terhadap kecenderungan umum. Menurut Abduh,
penafsiran Al-Qur`an secara parsial antar ayat-ayatnya. Cara parsial inilah yang
disebutnya sebagai cara yang tidak terkendali, sehingga dapat mungkin bahwa
penafsirannya melampaui batas substansial ayat yang ditafsirkannya (mujawiz,
pen).

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konsep dasar tafsir memuat pengertian etimologis dan definisinya, serta
pengertian dalam perspektif Al-Qur`an, kedudukan dan urgensi tafsir. Tafsir
memiliki dua dimensi, yakni dimensi sebagai ilmu dan sebagai produk. Sebagai
ilmu, tafsir berisi perangkat metodologi untuk mengungkap petunjuk-petunjuk,
hukum-hukum maupun hikmah di dalam Al-Qur`an dan sebagai produk, tafsir
berupa petunjuk-petunjuk, hukum-hukum maupun hikmah di dalamnya. Tafsir
mengkaji makna Al-Qur`an dari aspek historis-fenomenologis, sementara ta`wil
dari segi filosofisnya. Al-Qur`an sendiri memandang tafsir sebagai instrument
untuk memahami maknanya secara lebih mudah dan sistematis, dan ta`wil
memiliki pengertia yang bervariasi.
Urgensi tafsir ada pada posisi strategisnya, melalui produknya untuk
mencapai kesempurnaan hidup dan kebahagiaan hakiki. Meski demikian, tafsir
tetap berhadapan dengan pola kontrol normatif maupun metodologis, yang di
dalamnya ada empat prinsip yang penting diperhatikan bagi tafsir, yakni aspek
prosedur kerja, ilmu-ilmu yang diperlukan, kriteria/kualifikasi personalitas, dan
etika.
Dalam hal klasifikasi, tafsir terbagi ke dalam empat kelompok yang lahir
dari paduan Tafsir bi al-Riwayah dan Tafsir bi al-Dirayah. Ke empat kelompok
tersebut mempunyai beberapa macam corak yang ditentukan oleh perbedaan
metode dan pendekatan seiring orientasi substansinya.

3.2 Saran
Dengan adanya makalah yang membahas mengenai tafsir dalam Al-Quran
ini, diharapkan bisa menambah wawasan bagi para pembaca. Kami sadar bahwa
dalam penyelesaian makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu kami
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi
terciptanya makalah yang baik dan sesuai. Tak lupa kami ucapkan terima kasih
kepada orang-orang yang telah memberi semangat serta paparan materi dalam
pembuatan makalah ini.

9
DAFTAR PUSTAKA

`Ak, Khalid `Abd al-Rahman. Usul al-Tafsir wa Qowa`iduh. Beirut: Dar al-
Nafa`is, 1964.
`Ali, Ahmad Yusuf. The Holy Qur`an. Branswood Mryland, AS: Amana Corp.,
1989.
Baqiy, Muhammad Fu`ad `Abd. al-Mu`jam al-Mufahras li Alfaz al-Qur`an al-
Karim. Dar al-Sha`ab, 1945.
Farmawy, `Abd al-Hay. al-Bidayah fi al-Tafsir al-Mawadu`iy. Mesir: al-
Jumhuriyyah al-isriyyah, 1977.
Hasaniy, Muhammad bin al-Sayyid Alwiy al-Malikiy. Zubdah al-`Itqan fi `Ulum
al-Qur`an. Madinah: al-Irshad, 1401 H.
Mahmud, Abdullah. Manhaj al-Imam Muhammad Abduh fi Tafsir al-Qur`an al-
Karim. Kairo, Mesir: Nashr al-Rasail al-Jami`ah, tt.
Qattan, Manna Khalil. Mabahith fi Ulum al-Qur`an. Beirut: Mansurat al-Asr al-
Hadith, 1972.
Salih, Subhiy, Mabahith fi Ulum al-Qur`an. Beirut: Dar Ilm al-Malayin, 1977.
Sabuniy, Muhammad Ali. al-Tibyan fi Ulum al-Qur`an. Mekkah:1980.
Suyutiy, Jalal al-Din. al-Itqan fi Ulum al-Qur`an, Jilid II. Mesir: Dar Ihy al-Kutub
al Arabiyyah, t.t.
Zahabiy, Muhammad Hayyan. al-Tafsir wa al-Mufassirun, Juz I. Iraq: Hufuzah li
al-Mualif, 1976.
Zarkashi, Badr al-Din Muhammad bin `Abd Allah. al-Burhan fi `Ulum al-Qur`an.
Juz I. Mesir: Dar Ihy al-Kutub al-Arabiyyah, t.t.
Zaqaniy, Muhammad `Abd al-Aziz. Manahil al-Irfan fi `Ulum al-Qur`an, Jilid I
dan II. Mesir: Dar Ihy al-Kutub al-Arabiyyah, t.t.

10

Anda mungkin juga menyukai