Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TERJEMAH, TAFSIR, DAN TAKWIL

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu tafsir


Dosen pengampu : Isti’anah,M.Hum

Disusun oleh :

1. Muhammad iqbaludin ( 1121098 )


2. Neyla Aprilia Rahman sa’udaty ( 1121099 )
3. Lutfa yuhanidz ( 1121101 )

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AFAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN

2021/2022

KATA PENGANTAR

Kami mengucapkan syukur kepada Allah subhanahu wata’ala yang telah


melimpahkan rahmatnya kepada kita berupa nikmat iman, nikmat islam, dan nikmat sehat.
Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas maklah yang telah diberikan oleh dosen mata
kuliah ilmu tafsir yaitu ibu isti’anah, M. Hum. Yang sangat kami hormati.

Kami sangat-sangat berterimakasih kepada beberapa pihak yang telah menyediakan


beberapa referensi yang kami butuhkan dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari kata
sempurna, maka dari itu kami mengharapkna segala bentuk kritik dan saran yang
membangun.

Dan semoga makalah yang kami selesaikan ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua. Aamiin aamiin yarobbal alamin.

Pekalongan,10 Maret 2022

Penulis.
DAFTAR ISI

PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
TERJEMAH.............................................................................................................................................5
a. Pengertian terjemah..................................................................................................................5
b. Macam-macam terjemah..........................................................................................................6
TAFSIR....................................................................................................................................................7
a. Pengertian tafsir........................................................................................................................7
b. Metode dalam ilmu tafsir..........................................................................................................8
TAKWIL................................................................................................................................................11
a. Pengertian Ta’wil.....................................................................................................................11
b. b.syarat dalam proses penakwilan...........................................................................................13
c. c.dalil takwil.............................................................................................................................13
PERBEDAAN TERJEMAH, TAFSIR, DAN TAKWIL....................................................................................14
PENDAHULUAN

Al-quran adalah suatu kitab yang memancarkan ilmu-ilmu keislaman. Maka dari itu
banyak sekali yang melakukan pengamatan dan penelitian. Dan dalam konteks itulah timbul
usaha untuk memahami al-qur’an, dan usaha tersebut menghasilkan aneka disiplin ilmu
keislaman, dan pemahaman baru yang sebelumnya belum dikenal. Walaupun banyak
perbedaan dan pemaparannya, namun semua itu menjadikan teks-teks al-qur’an sebagai focus
pandangan titik tolak studinya.1

Al-qur’an merupakan petunjuk bagi seluruh umat manusia. Disamping itu, dalam ayat
dan surat yang sama diinformasikan juga bahwa al-qur’an sekaligus menjadi penjelasan
(bayyinat) dari petunjuk tersebut sehingga mampu menjadi pembeda (furqon) antara yang
baik dan yang buruk. disinilah manusia mendapatkan petunjuk dari al-qur’an. Manusia akan
mengerjakan yang baik dan akan meninggalkan yang buruk atas dasar pertimbangannya
terhadap petunhuk al-qur’an tersebut.

Para komunitas dalam pradaban, terutama umat islam, menganggap alqur’an sebagai
kitab suci yang sempurna dan lengkap. Karena teks-teks dalam al-qur’an dapat mengatasi dan
melampaui teks-teks yang lain dalam sejarah. Hal itu disebabkan karena al-qur’an merupakan
wahyu yang allah turunkan melalui malaikat Jibril kepada manusia. Ruh keilahian al-qur’an
lah yang membuat al-qur’an tahan dari berbagai kritikan dan berbagai macam gempuran.2

Oleh karena itu sangat dibutuhkanlah suatu ilmu dalam memahami isi dan juga
kandungan didalam al-qur’an. Dan ilmu tersebut dikenal dengan penafsiran al-qur’an.
Banyak hal yang dapat mempengaruhi pemahaman isi al-qur’an, salah satunya ialah takwil.
Yang telah muncul sejak masa-masa awal sejarah perkembangan tafsir.

1
Quraish shihab, kaidah tafsir, lentera hati group, hal. 5
2
Nasr hamid abu zaid, tekstualitas al-qur’an, (Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara, 2002), hal 1..
TERJEMAH

a. Pengertian terjemah

Terjemah Secara etimologi terdapat 3 makna yang menjadi definisi dari terjemah.
Antara lain :

1. Menyampaikan berita kepada yang terhalang menerima berita . yakni penerjemah


menyampaikan terhadap orang yang menyandang disabilitas. Maka berita yang
disampaikannya dinamakan terjemah, dan orangnya dinamakan turjuman
(penerjemah).3

2. Menejelaskan maksud kalimat menggunakan Bahasa aslinya. Dari pengertian


tersebut, ibn ‘Abbas (w.78 H ). Beliau mempunyai keahlian menafsirkan al-qur’an,
yang disebut dengan turjuman ( penerjemah ). Zamakhsyari (w. 538 H.) juga
berpendapat bahwa penerjemahan tentang sesuatu sama dengan penafsiran tentang
sesuatu tersebut.Berarti mutarjim sama dengan mufasir.Dalam kamus lisan al arab
juga dinyatakan bahwa turjuman (penerjemah,juru Bahasa)disebut juga dengan
mufasir (pemberi keterangan tentang maksud suatu kalimat).4

3. Menjelaskan makna suatu kalimat menggunakan Bahasa diluar Bahasa sumber.


Artinya yakni apabila bahsa sumbernya menggunakan Bahasa arab, maka baha yang
digunakan untuk menjelaskannya menggunakan Bahasa lainnya. Dalam buku mukhtar
al-shihah, al-razi mengatakan menerjemahkan itu sama artinya dengan memberikan
penjelasan menggunakan Bahasa yang berbeda dengan Bahasa sumbernya. Didalam
kitab tafsir ibn katsir Ketika berbicara tentang Abdullah ibn abbas, yang mendapatkan
julukan penerjemah, maka dikatakan bahwa terjemah menurut Bahasa arab mutlak
memiliki makna menjelaskan sesuatu tanpa mempersoalkan Bahasa yang digunakan
dalam penjelasan tersebut.5

3
Ismail lubis, falsifikasi terjemah al-qur’an departemen agama,ed. 1990 (Yogyakarta: tiara wacana, 1990)
hal.57.
4
Ibn manzur, lisan al-arab, juz 15, ( mesir: dar al-misriah) hal.120
5
Ali mufron,, S.PD.I, M.Pd.I, pengantar ilmu tafsir dan qur’an, cetakan II ( Yogyakarta, Aura Pustaka,2015 ) hal.
286
Terjemahan secara terminology ialah Salinan Bahasa ,atau alih Bahasa dari suatu
Bahasa ke Bahasa yang lain .Secara singkat terjemah berarti mengalih bahasa agar bisa
difahami .Kalimat ini berasal dari Bahasa arab yaitu tarjamah .Dalam literatur arab tarjamah
berarti menerangkan atau menjelaskan. Menerjemahkan dilakukan dengan maksud supaya
makna suatu kalimat dapat dipahami oleh orang yang tidak mampu memahami Bahasa asal
dari kalimat yang belum diterjemahkan.

Umat islam hidup dalam keragaman Bahasa masing-masing. Sedangkan Bahasa dalam
al-qur’an yang menjadi pedoman hidupnya ialah al-qur’an. Maka, menerjemahkan al-qur’an
dalam Bahasa yang dapat dipahami setiap umat merupakan hal yang perlu dilakukan, karen
al-qur’an diturunkan untuk difahami kandungan didalamnya.. 6

b. Macam-macam terjemah

Terjemah terbagi dalam 2 macam yakni :

1. Terjemah harfiyah,
Yaitu menerjemahkan lafal dari satu Bahasa kedalam lafad yang serupa dari Bahasa
lain yang sedemikian rupa sehingga sama susunan dan tata tertib kebahasaanya
serupa. Adz dzahabi membagi terjemah harfiah ini menjadi dua model yaitu :
 harfiah bi al mitsl yaitu terjemahan yang dilakukan apa adanya sesuai dengan
Bahasa asal dan
 harfiah bi ghair al mitsl yaitu terjemahan yang sedikit longgar keterikatanya
dengan susunan dan struktur Bahasa asal. Dengan kata lain terjemah ini
disebut juga dengan terjemah leterlek.karena keterikatanya,terjemah bentuk ini
terkadang bersifat kaku dan sulit untuk mrnggali makna yang dikandung
Bahasa yang diterjemahkan.
2. Terjemah tafsiriyah atau terjemah maknawiyah,yaitu menjelaskan makna
pembicaraan dengan Bahasa lain tanpa terikat dengan tertib kata kata Bahasa asal atau
memperhatikan susunan kalimatnya.7

6
Endang Saiful anwar, juli- desember 2009. “ tafsir, takwil, terjemah dan ruang lingkup pembahasannya”.
Jurnal uinbanten. Vol.03, no.02, hal.215-216.
7
Ali mufron,, S.PD.I, M.Pd.I, pengantar ilmu tafsir dan qur’an, cetakan II ( Yogyakarta, Aura Pustaka,2015 ) hal.
287
Mereka yang mempunyai pengetahuan tentang Bahasa-bahasa tentu mengetahui bahwa
terjemah harfiyah dengan pengertian sebagaimana di atas tidak mungkin dapat dicapai
dengan baik jika konteks Bahasa asli dan cakupan semua maknanya tetap
dipertahankan.sebab karakteristik setiap Bahasa berbeda satu dengan yang lain dalam hal
tertib bagian bagian kalimatnya.Selain itu,Bahasa arab dicelah celahnya mengandung rahasia
rahasia Bahasa yang tidak mungkin dapat digantikan oleh ungkapan lain dalam Bahasa non
arab.Sebab,lafal-lafal dalam terjemahan itu tidak akan sama maknanya dalam segala
aspeknya,terlebih dalam susunanya.Al Quran berada pada puncak fasahah dan balaghah
Bahasa arab.Ia mempunyai karakteristik susunan,rahasia uslub, pelik-pelik makna dan ayat-
ayat kemukjizatan lainnya yang semua itu tidak dapat diberikan oleh Bahasa apa dan mana
pun juga.

TAFSIR

a. Pengertian tafsir

Tafsir secara Bahasa berasal dari kata al-fasr ( fa’, sin. Ro’ ) yakni menjelaskan,
menampakkan, atau menerangkan makna yang abstrak. Dalam lisan al-arab, menyatakan
bahwa kata “ at- tafsir “ memiliki arti menyingkap maksud suatu lafad yang sukar ataupun
rumit.8

Para ulama’ berbeda pendapat dalam dalam pengertian tafsir menurut istilah.
Diantaranya seperti berikut :

1. Abu hayyan
Tafsir ialah ilmu yang membahas tentang pengucapan lafal al-qur’an, petunjuk-
petunjuk dan hukum-hukum nya, baik Ketika berdiri sendiri dan Ketika tersusun dan
makna-makna Ketika tersusun, serta hal lain yang melengkapinya.9
2. Menurut al-kiabi dalam al-tasil

8
Ali mufron, S.PD.I.,M.Pd.I, Pengantar ilmu tafsir dan qur’an,cetakan II, ( Yogyakarta, aura Pustaka 2015 ), hal.
292
9
Manna Khalil al-qattan, studi ilmu- ilmu qur’an…, hal.456
Tafsir ialah menjelaskan al-qur’an, menerangkan dan menjelaskan maknanya yang
dikehendaki dengan nas-nya atau dengan isyarat, atau tujuannya.10
3. Menurut al-zarkasyi
Tafsir adalah ilmu yang digunakan untuk memahami dan menjelaskan makna kitab
allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. Serta menyimpulkan hukum
dan hikmah didalamnya.11
4. Menurut syaikh al-jazairi dalam sahib al-taujih
Tafsir adalah menjelaskan lafad yang sulit dipahami oleh pendengar dengan
menggunakan lafal sinonim atau makna yang mendekatinya.12

b. Metode dalam ilmu tafsir

dalam menafsirkan al-qur’an juga memiliki beberapa metode untuk menafsiri. Dan
para ulama’ pun telah menguraikannya menjadi 4 metode penafsiran. Antara lain :

1. Metode bi al-ma’sur ( Riwayat )

Adalah metode penafsiran sahabat nabi yang merujuk pada penggunaan Bahasa dan
sya’ir-sya’ir arab. Metode ini memiliki keistimewaan, antara lain : pertama, penekanan
terhadap pentingnya Bahasa dalam memahami al-qur’an. Kedua, memaparkan penelitian
redaksi ayat Ketika penyampaian pesan. Ketiga, mufassir terikat dalam bingkai teks ayat al-
qur’an sehingga membatasi terjerumusnya dalam subyektivitas berlebih. Metode ini selain
memiliki kelebihan juga memiliki kelemahan salah satunya, terjerumusnya mufassir dalam
uraian kebahasaan yang bertele-tele sehingga pesan pokok al-qur’an menjadi kabur. 13

2. Metode tahliliy

Metode tahliliy sering juga disebut sebagai metode Analisa, yakni metode penafsiran
yang menerangkan ayat-ayat al-qur’an dari berbagai segi, dengan menitik beratkan
pengertian dan kandungan lafad-lafad berdasarkan urutan ayat dan surat dalam al-qur’an,

10
Ash shiddieqy, TM hasbi, sejarah dan pengantar ilmu al-qur’an ( Jakarta: bulan bintang, bandung,1994 ), hal.
178
11
Manna Khalil al-qattan,studi ilmu-ilmu qur’an, hal. 457
12
Manna Khalil al-qattan, studi ilmu-ilmu qur’an, hal. 457
13
Quraisy-syihab, membumikan al-qur’an, hal.84
hubungan ayat dengan ayat, sebab-sebab nuzulnya, serta pendapat nabi SAW., para sahabat,
dan para ulama lainnya Yang berkaitan dengan ayat yang ditafsirkan.14

Dala metode ini, sang mufassir memberikan perhatian penuh terhadap semua aspek
yang terkandung didalam ayat yang ditafsirinya, dengan tujuan agar mendapatkan makna
yang benar dari setiap ayat. Sehingga terlihat seperti pembahasan parsial dari tiap ayat yang
ditafsirkan.

3. Metode ijmali

Metode ijmali yakni metode penafsiran al-qur’an dengan menjelaskan ayat al-qur’an
secara singkat dan global tanpa menggunakan uraian atau penjelasan yang Panjang lebar. Dan
terkadang anya menjelaskan kosa katanya saja.15

Metode ijmali ini berkaitan dengan metode tahliliy karena terikat pada susunan yang
ada didalam mushaf Usmani. Hanya saja dalam mtode ini mufassir hanya mengambi
beberapa maksud dan tujuan dari suatu ayat secara global.

4. Metode muqaran

Metode muqaran yakni metode penafsiran yang membahas tentang suatu masalah
dengan cara membandingkan ayat dengan ayat, ayat dengan hadis baik dari segi isi, redaksi,
atau pendapat para ulama’ tafsir dengan menonjolkan perbedaab dari objek yang
dibandingkan. Perbedaan redaksi makna seringkali disebabkan perbedaan konteks
pembicaraan d an konteks turunta ayat yang bersangkutan. Maka Dalam metode ini sangat
membutuhkan ‘ilm al-munasabah dan ilmu asbab an-nuzul.

5. Metode maudu’i

Metode maudu’I yakni metode penafsiran al-qur’an yang sesuai tema atau judul yang
ditetapkan. Mengkaji semua ayat yang telah dihimpun secara mendalam dan tuntas dari
berbagai aspek yang berkaitan. Dan didukung oleh dalil dan fakta yang dapat dipertanggung
jawabkan secara ilmiah, baik berupa argument yang berasala dari al-qur’an, hadis, ataupun
pemikiran rasional. 16

14
Badri Khaeruman, sejarah perkembangan tafsir al-qur’an, ( Bandung, Pustaka Setia, 2004 ), hal. 94
15
Mundir Hitami, Pengantar studi al-qur’an teori dan pendekatan, ( Yogyakarta: LkiS Yogyakarta, 2012 ), hal.46
16
Rayid tanjung, tafsir dan takwil, ( fakultas syariah dan hukum UIN sunan kalijaga Yogyakarta ) hal.4
Dalam penafsiran al-qur’an, selain memiliki macam-macammetode juga memiliki
macam- macam corak atau karakter dari suatu tafsir atau nuansa tertentu yang mewarnai
suatu penafsiran. Diantaranya sebagai berikut :

1. Corak fiqhi

Tafsir corak fiqih yakni tafsir yang didalamnya terdapat penjelasan dan penafsiran
hukum.17Biasanya tafsir corak fiqih ini ditafsirkan oleh ulama fiqih dan pembahasannya
cukup Panjang. Tafsir corak fiqih ini sudah ada sejak munculnya penafsiran yang
menggunakan Riwayat dari nabi dan ijtihad para sahabat.

Tafsir corak fiqih ini kemudian berkembang setelah lahirnya madzhab-madzhab fiqih
kare setiap madzhab menafsirkan al-qur’an sesuai dengan teori istibat hukum madzhabnya.

2. Corak sufi

Tafsir corak sufi ditulis oleh para sufi. Tafsir corak ini terbagi menjadi 2 kelompok,
yaitu tafsir sufi nadzari dan tafsir sufi isyari.

 Tasfir sufi nadzari berpendapat bahwa pengertian yang dikehendaki ialah


pengertian batin bukan pengertian harfiah. Model tafsir ini sering kali
menggunakan takwil.
 Tafsir sufi isyari ialah tafsir yang menjelaskanayat al-qur’an dengan isyarat
yang tersembunyi dan hanya diketahui Ketika para sufi melakukan suluk.

Menurut al-farmawy tafsir corak sufi ini bisa diterima apabila tidak bertentangan
dengan dzahir ayat, dan tidak bertentangan dengan syari’at dan akal sehat. Dan juga mufassir
tidak menganggap bahwa tafsirnya adalah yang paling benar.18

3. Corak falsafi

Tafsir corak falsafi ialah penafsiran ayat al-qur’an yang dikait-kaitkan dengan Bahasa
filsafat. Penulisan tafsir corak filsafi ini bukan merupakan produk tafsir yang utuh
penafsirannya. Hanya beberapa ayat saja yang berkaitan dengan teori-teori filsafat mereka.19

4. Corak ilmi

17
Muhammad husain al-dzahabi, al-tafsir wa al-mufassirun, ( kairo: maktabah wahbah, 2003 ) jilid II, hal. 434
18
Rayid tanjung, tafsir dan takwil, ( fakultas syariah dan hukum UIN sunan kalijaga Yogyakarta ) hal. 4-5
19
Muhammad husain al-dzahabi, al-tafsir wa al-mufassiru. ( kairo: maktabah wahbah, 2003 ) jilid II, hal.430
Tafsir corak ilmi iakah penafsiran ayat al-qur’an yang berhubungan dengan ilmu
pengetahuan atau penemuan-penemuan ilmiah. Tujuannya yakni untuk mengungkap
kemukjizatan al-qur’an. Biasanya para mufassirnya menggunakan teori-teori ilmiah sains.

5. Corak adabi ijtima’i

Tafsir corak adabi ijtima’I yakni penafsiran al-qur’an dari ungkapan Bahasa yang teliti dan
kemudian disampaikan dengan Bahasa yang lugas dan menekan pada tujuan diturunkannya
al-qur’andan mengaplikasikannya dalamkehidupan social.

Cara penafsiran ini tidaklah mendominasikan aspek kebahasaan saja, namun lebih
banyak mengeksplor hubungan ayat al-qur’an dengan realitas social kemasyarakatan. Dan
diharapkan dapat membantu problem surving yang terjadi pada persoalan masyarakat. Dalam
prosesnya mufassir akan mendiagnosa pesoalan umat kemudian mencarikan jalan eluar
berdasarkan ayat al-qur’an.20

TAKWIL

a. Pengertian Ta’wil

          Menurut bahasa Ta’wil di ambil dari kata Awwala – Yuawwilu – Ta’wilan kembali
kepada asalnya. Ada pula yang mengatakan bahwa ta’wil berasal dari akar kata “Al ‘Aulu”
yang berarti “Ar Ruyu”, yaitu “kembali”. Dikatakan pula bahwa ia diambil dari kata “Al-
Ayalah”, yang berarti “As-Siya sah”, yakni mengatur, seakan-akan mengatur-atur kalimat,
menimbang-nimbangnya, membolak-balikannya untuk memperoleh arti dan maksudnya.

Adapun Ta’wil menurut istilah ulama salaf yaitu menegaskan yang dimaksud ada dua
macam, yaitu:

a. Ta’wil adalah menafsirkan kalimat dan menerangkan artinya, baik arti tersebut
sama dengan bunyi lahiriah kalimat tersebut ataupun berlawanan.
b. Ta’wil adalah Esensi dari apa yang dikehendaki oleh suatu kalimat. Maka apabila
kalimat itu berupa tuntutan, maka ta’wilnya adalah esensi dari perbuatan yang
20
Abd al-hayy al-farmawi. Al-bidayah fi al-tafsir al-maudlui, ( kairo: dirosah manhajiyah maudlu’iyyah, 1977 ),
hal.42
dituntut, dan jika berupa rangkaian kalimat berita maka ta’wilnya adalah esensi
dari suatu yang diberitakan.

            Dalam definisi lain ta’wil secara bahasa berasal dari kata ”aul” yang berarti kembali
keasal, atas dasar ini maka ta’wil secara istilah diartikan menjadi dua makna yaitu

Pertama , ta’wil dengan pengertian suatu makna kalam yang kepadanya mutakallim
(pembicara orang pertama) mengembalikan perkataannya, atau suatu makna yang yang
kepadanya suatau kalam dikembalikan . dan kalam itu kembali dan merujuk kepada makna
hakikinya yang merupakan esensi sebenarnya yang dimaksud. Kalam ada dua macam, insya
dan ikhbar, salah satu yang termasuk insya adalah amr (kalimat perintah ). Maka ta’wil amr
adalah esensi perbuatan yang diperintahkan. Misalnya hadist yang diriwayatkan dari Aisyah
r.a. Ia berkata : ”adalah Rasulullah membaca di dalam ruku’ dan sujudnya subhanallah wabi
hamdika Allahummagfir li. Beliau menta’wilkan (menjalankan perintah) alqur’an .
maksudnya firman Allah : maka bertasbihlah memuji tuhanmu dan mohonlah ampun
kepadanya. Sesungguhnya Dia Maha penerima taubat. (An-Nasr :3).

 Kedua, ta’wil kalam dalam arti menafsirkan dan menjelaskan maknanya. Pengertian inilah
yang dimaksudkan Ibn Jabir At-Tabrani dalam tafsir-nya dengan kata-kata, pendapat tentang
ta’wil firman Allah ini ...Begini dan begitu...dalam hal ini ahli ta’wil menganggap bahwa
yang dimaksud dengan ta’wil adalah tafsir. Akan tetapi diantar para ulama ada yang
membedakan antara tafsir dan ta’wil karena walaupun maknanya agak berdekatan akan tetapi
tetap memiliki perbedaan.

            Singkatnya, ta’wil menurut istilah adalah suatu usaha untuk memahami lafadz (ayat-
ayat) melalui proses pendekatan pemahaman arti yang dikandung oleh lafadz itu. Dengan
kata lain berarti menerangkan lafadz dengan alternatif kandungan makna yang bukan
merupakan makna lahirnya.

b. syarat dalam proses penakwilan

1) Lafad yang dapat menerima takwil ialah lafad yang ’am, mutlak, hakikat, dan
majaz
2) Harus berdasar pada dalil-dalil yang benar
3) Lafad yang ditakwil harus ada kemungkinan untuk menyingkap makna lain
dari lafad tersebut
4) Orang yang akan menakwil harus orang yang mumpuni dalam bidang
penakwilan. 21

c. dalil takwil

para ulama telah sepakat bahwa takwil harus didasarkan pada dalil. Karna tanpa
adanya dalil maka hanya akan berorientasi pada kepentingan subyektif muawwil atau
pertimbangan akal semata. Apalagi jika mengabaikan aspek kebutuhan dan berlawanan
dengan aspek dasar syari’ah, maka hal itu bukan takwil, melainkan pengabaian terhadap al-
qur’an.

Dalam literatur usul fiqih terdapat beberapa dalil takwil, agar takwil bisa
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Antara lain :

1. Ayat-ayat al-qur’an dan sunnah


2. Ijma’ ulama
3. Qawaaid tasyri’iyah ammah , yang tertulis dalam al-qur’an dan sunah
4. Qawaaid fiqhiyah, yang didapat dari kasus-kasus partikular
5. Maslahah ’ammah
6. Adat istiadad masyarakat
7. Maqasid asy-syari’ah
8. Qiyas
9. Akal
10. Konsekuensi dari diterapkannya nash-nash al-qur’an atau hadis dalam kondisi
tertentu22

PERBEDAAN TERJEMAH, TAFSIR, DAN TAKWIL

Perbedaab terjemah, tafsir, dan takwil antara lain :

a. Terjemah : hanya mengubah ata-kata dari bahasa arab kedalam bahasa lain tanpa
memberikan penjelasan panjang lebar
b. Ta’wil : mengalihkan lafad-lafad al-qur’an dari arti yang lahir dan rajih kepada arti
yang lain yang samar dan marjuh.

21
Wahbah az-zuhaili, hal.314
22
Yusuf al-Qhardlawi, bagaimana berinteraksi dengan al-qur’an, ( Jakarta, Pustaka al-kautsar ) hal.309
c. Tafsir : menjelaskan makna ayat yang terkadang dijelaskan secara panjang lebar,
lengkap dengan hukun dan hikmah yang terdapat dalam suatu ayat dan seringkali
disertai dengan kesimpulan kandungan ayat tersebut.

Para ulama berbeda pendapat tentang perbedaan antara tafsir dan takwil .Perbedaan inilah
yang diresahkan oleh Abi al-Qasim Muhammad bin Naisabiri seperti yang dikutip az-
Zarkasyi dalam al-Burhan :

“Pada masa sekarang, muncul mufassir yang andai kata ditanya Perbedaan antara tafsir dan
ta’wil, mereka tidak dapat Menjelaskannya dengan benar. Mereka tidak pandai membaca al-
Qur’an, mereka pun tidak mengetahui arti surat atau ayat. Yang Menjadi sasaran mereka
adalah membuat fitnah dan membual diKalangan awam untuk mendapatkan harta duniawi.
Mereka sama Sekali tidak mau bekerja keras. Mereka tidak mau hatinya bersusahpayah
berpikir karena mereka dikerumuni orang-orang bodoh.Mereka tidak dapat bersikap
bijaksana menanggapi pertanyaan masyarakat".

Ar-Raghib al-Ishfahani menganggap tafsir lebih umum daripada Ta’wil dan biasanya
tafsir lebih banyak digunakan dalam lafazh dan Mufradatnya dan ta’wil lebih dititikberatkan
kepada makna dan kalimat serta Sering dikenakan kepada kitab-kitab suci, berbeda halnya
dengan tafsir yang Digunakan pada selain kitab suci.

Perbedaan ini tidak terlepas dari ruang lingkup tafsir dan ta’wil yang Bekerja pada
dua sisi makna al-Qur’an yaitu makna zhahir dan makna bathin.Dikotomi zhahir dan bathin
sebagai dua sisi makna al-Qur’an dipertemukan Dengan pembedaan tafsir dan ta’wil sebagai
dua metode pendekatan. Ta’wil Difahami sebagai kaedah-kaedah penafsiran berdasarkan akal
terhadap ayat-Ayat allegoris yang bertujuan menyingkap sebanyak mungkin makna yang
Terkandung di dalam suatu teks serta memilih yang paling tepat.

Sedangkan Tafsir difahami sebagai penjelasan yang semata-mata bersumberkan dari


Khabar benar yang diriwayatkan secara mutawatir oleh para perawi yang adil Dan dobit
hingga kepada para sahabat dan Nabi SAW. Tafsir diartikan juga dengan kegiatan mengurai
untuk mencari pesan Yang terkandung dalam teks, sedangkan ta’wil berarti menelusuri
kepada Orisinalitas atau ide awal yang terbungkus dalam teks. Di sini, tafsir dan Takwil
saling terkait, meskipun karakteristik ta’wil lebih liberal dan Imajinatif. Ta’wil adalah
penafsiran bathin dan bersifat lebih mendalam (tafsir Bathin) seperti yang dikemukakan oleh
Aba Thalib at-Tsa’labi sebagaimana Yang dikutip as-Suyithi, namun syarat penafsiran bathin
adalah Kesesuaiannya dengan penafsiran lahir yang lebih nyata. Para ulama sejak Dahulu
menganggap ta’wil sebagai tafsir dalam bentuk yang khusus, artinya Tafsir lebih umum dari
pada ta’wil

Memang, kadang-kadang tafsir dan ta’wil dianggap sebagai sinonim Karena metodenya yang
persis sama. Tetapi, makna yang dicapaioleh tafsir Tidak dapat diperluas dengan ta’wil
khususnya dalam penafsiran hukum.Contoh klasik tentang sifat ilmiah ta’wil dan hubungan
integralnya dengan Tafsir ditunjukan oleh Al-Jurjani dalam kitab at-Ta’rifdtnya : Ketika
Tuhan Yang Maha Agung berfirman bahwa Ia melahirkan (sesuatu) yang hidup dari Yang
mati (yukhriju al-hayy min al-mayyit) dan sekedar untuk memberi Contoh khusus, kita
menafsirkan dengan pengertian bahwa Ia menjadikan Burung dari telur, maka ini adalah
tafsir. Tapi ketika kita mengartikan Kalimat yang sama dengan pengertian bahwa Ia
menjadikan orang yang Beriman dari kafir atau Ia melahirkan orang alim dari yang jahil
maka inilah Yang disebut denganta’wil.

Anda mungkin juga menyukai