Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH STUDI AL-QUR’AN

(Terjemah al-Qur’an )
Dosen Pengampu: Misbahul Munir, M.Hum

Kelompok 11

Asma Al Husni (2214024)


Muhammad Nasril Ihza (2214025)

PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH
IAIN SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK
TAHUN 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur atas nikmat dari Allah yang maha Esa kami bisa
Menyusun makalah ini sebagai tugas untuk mata kuliah studi al-quran, Adapun judul dari
makalah ini adalah tentang “Terjemah Al-Quran” dimana kami ditugaskan untuk menjelaskan
dan mempresentasikannya.

Tujuan dari pembutatan makalah ini adalah untuk menambah wawasan kita tentang
apa itu terjemah Al-quran dan perbedaannya dengan tafsir, dikarenakan banyak orang masih
bingung bahkan belum tahu ap aitu tafsir dan apa itu terjemah, oleh sebab itu maka kami
membuat makalah ini untuk menambah wawasan kita tentang Al-Qur’an/

Mungkin makalah ini masih baanyak kekurangannya baik dari materi atau
penyusunannya kami minta maaf dan sangat mengharapkan masukan dan sarannya, mungin
ini yang bisa kami sampaikan dalam kata pengantar . wallahu a’lam bisshowab

Jada Bahrin, 10 september 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN………………………………………………………………………..1

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….2

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………3

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………4

A. Latar Belakang Masalah.……………………………………………….………….…4


B. Rumusan Masalah……………………………………………………………….…...4
C. Tujuan…………………………………………………………………….………….4

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………..5

A. Pengertian Terjemah…………………………………………………..……………...5
B. Macam-macam Terjemah Al-Qur’an……………………………………………..….6
C. Syarat-syarat penerjemah Al-Qur’an……………………………………………..…..8
D. Perbedaan terjemah dan tafsir………………………………………………………...9

BAB III PENUTUP..................................................................................................................11

A. Kesimpulan....................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an adalah mukjizat islam yang abadi dimana semakin maju ilmu
pengetahuan semakin Nampak validitas kemukjizatannya. Allah Subhanahu wataala
menurunkan kepada nabi Muhammad ‫ﷺ‬, demi membebaskan manusia dari berbagai
kegelapan hidup menuju cahaya ilahi, dan membimbing mereka ke jalan yang lurus.1
Untuk memahami apa itu Al-Qur’an maka perlu mempelajari ‘Ulum Al-qur’an (ilmu-
ilmu Al-Qur,an).

Dalam ilmu-ilmu Al-Qur’an terdapat banyak sekali pembahasannya mulai dari


pengertian Al-Qur’an , sejarahnya, sebab-sebab turunnya, dan juga tentang Tafsir.
Adapun tema kami masuk kedalam pembahasan tafsir, takwil, dan terjemahan oleh
sebab itu yang melatarbelakangi kami untuk membahas tema seperti yang telah kami
sebutkan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari terjemah Al-Qur’an?
2. Apa itu terjemah harfiyah dan terjemah tafsiriyah?
3. Sejarah terjemah Al-Quran
4. Apa saja syarat-syarat yang harus dimiliki seorang penerjemah?
5. Apa Perbedaan dari terjemah tafsiriyah dan tafsir?

C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah agar kita mengetahui pengertian dari terjemah
Al-Qur’an dan definisinya dari berbagai perspektif, juga mengetahui
klasifikasi terjemah dalam ‘ulumul Qur’ani, syarat-syarat bagi penerjemah,
dan perbedaan terjemah tafsiriyah dan tafsir.

1
Al-Qaththan, 2005, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur,an ,Jakarta:Pustaka Al-kautsar.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Terjemah
Tarjamah atau dalam tradisi pengucapan Indonesia menjadi terjemah. Dalam buku
Manahil al-irfan,2 Karya al-Zarqani dijelaskan bahwa menurut tinjauan Bahasa, kata
terjemah mengandung empat pengertian. Pertama menyampaikan pembicaraan, Kalam
kepada orang yang belum mengetahuinya. Kedua, menafsirkan pembicaraan, kalam,
dengan menggunakan Bahasa aslinya, dengan pengertian terjemah semacam ini, maka
gelar Ibn ‘Abbas sebagai turjuman Al-Qur’an dapat dipahami. Demikian pula yang
dimaksud al-zamakhsyari dalam kitabnya Asas Al-balaghah yang menyatakan, “setiap
kalimat yang diterjemahkan adalah juga ditafsirkannya.” Ketiga, menafsirkan
pembicaraan, kalam, dengan bahasa lain yang bukan bahasa aslinya. Dalam lisan al-arab
dan kamus, dikatakan turjuman ialah mufassir kalam. Jadi, menerjemahkan suatu kalimat
berarti menafsirkan dengan bahasa lain, demikian menurut al-jauhari. Dalam tafsir ibn
katsir dan Tafsir al-Baghawi, terjemahdifunsikan dalam arti menerangkan secara mutlak,
baik selaras dengan pengertian bahasa ataupun berbeda darinya. Keempat, pemindahan
pembicaraan, kalam dari satu bahasa ke bahasa lain. Disebutkan dalam Lisan al-arab, al-
turjuman, berarti menerjemahkan kalam dengan maksud memindahkannya ke dalam
bahasa lain. Yang dimaksud ialah memindahkannya dari satu bahasa ke bahasa lain.

Meskipun menerjemahkan Al-Qur’an banyak dilakukan kedalam berbagai bahasa,


bahasa arab juga banyak menyelipkan rahasia-rahasia bahasa yang tidak mungkin
digantikan oleh ungkapan lain dalam bahasa Non Arab. Sebab lafadz-lafadz dalam
terjemahan itu tidak akan sama maknanya dalam segala aspeknya, lebih lagi dalam
susunanya3.

2
Muhammad ‘Abd al-‘adzim al-Zarqani,Manahil al-‘irfan fi ‘Ulum Al-Qur’an,Juz II,(Beirut:Dar al-
fikr,1995),hlm.109-120
3
Al-Qaththan, 2005, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur,an ,Jakarta:Pustaka Al-kautsar,hlm396

5
Kondisi Al-Qur’an berada pada puncak fashahah dan balaghah bahasa arab. Ia
mempunyai karakteristik susunan, rahasia uslub, makna-makna yang unik dan
kemukjizatan ayat-ayatnya yang semua itu tidak dapat diberikan oleh bahasa apa pun apa
dan mana pun juga4.

B. Macam-macam Terjemah Al-Qur’an


a. Terjemah Harfiah , Sebagaimana dapat dilihat dalam dalam beberapa
penjelasan di bawah ini:
Menurut manna Khalil Al-Qaththan, terjemah harfiah adalah :

‫نقل الفاظ من لغة الي نظاءرها من اللغة االخري بحيث يكون النظم موافقا للنظم‬

‫والترتيب موافقا‬

‫للترتيب‬

Memudahkan kata-kata dari suatu bahasa yang sinonim dengan bahasa yang
lain, dimana susunan kata yang diterjemahkan sesuai dengan susunan kata
yang menarjemahkan, demikian juga susunan bahasa yang diterjemahkan
selaras dengan susunan bahasa yang menerjemahkan.

Muhammad Husein al-Dzahaby memformulasikan batasan pengertian


terjemah harfiah sebagai berikut:

‫ نقل الكالم من لغة الى لغة اخري مع مراعاة الموفقة في النظم والترتيب والمحافظة‬: ‫الترجمة الحرفية‬

‫على جميع معاني االصل الترجم‬

Terjemah harfiah : mentransfer suatu perkataan dari bahasa yang satu ke


bahasa yang lain dengan memperhatikan segi-segi kesesuaian dalam hal aturan
dan susunan serta menjaga orisinalitas semua makna lafal yang terdapat pada
bahasa asli yang diterjemahkan5.

4
Ibid., hlm.396
5
Lihat Muhammad Husein al-Dzahaby, al-tafsir wa al-mufassirun, j. I,(Mesir:Dar al-Maktub al-Haditsah, 1976),
hlm.23.

6
Dalam memperhatikan batasan-batasan pengertian terjemah baik menurut
bahasa maupun istilah harfiah, sebagaimana telah dikemukakan di atas, maka
seharusnya pengungkapan makna-makna yang terkandung dalam suatu bahasa itu
diusahakan sesuai dengan makna yang dikehendaki oleh pembuatnya. Namun, tidak
jarang terjadi terjemah yang dilakukan tidak sesuai dengan maksud dan keinginan
pengungkapnya. Hal ini terjadi karena yang melakukan transfer bahasa itu kurang,
untuk mengatakan tidak, menguasai sepenuhnya makna dari materi yang disajikan
dalam bahasa pertama yang diterjemahkan. 6

b. Terjemah Tafsiriyah
Terdapat beberapa definisi terjemah tafsiriyah yang dikemukakan oleh para
ulama’, di antaranya adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh Manna’
Khalil al-Qaththan berikut ini :

‫ وهي بيان معنى الكالم بلغة اخرى من غير تقييد بترتيب كلمات‬: ‫الترجمة التفسيرية او المعنوية‬

‫االصل او مراعة لنظمه‬

Terjemah tafsiriyah atau terjemah maknawiyah: menjelaskan maksud kalimat


(pembicaraan) dengan bahasa lain tanpa terikat oleh tartib (susunan) kalimat
(kata-kata) aslinya atau tanpa mempertimbangkan susunannya.

Muhammad Husein al-Dzahaby mendefinisikan:

‫ شرح الكالم وبيان معناه بلغة اخرى بدون مراعاه لنظم‬: ‫اما الترجمة التفسيرية او المعنوية فهي‬

.‫االصل وترتيبه و بدون المحافظة على جميع معانية الرادة منه‬

Adapun terjemah tafsiriyah ialah: menjelaskan perkataan dan menerangkan


maknanya dengan bahasa yang lain, tanpa memperhatikan
(mempertimbangkan) tartib dan susunan bahasa aslinya, serta tanpa terikat
sepenuhnya pada sebuah makna yang dimaksudkannya.

Terjemah tafsiriyah sangat penting artinya bagi upaya pemahaman lebih luas
terhadap stetment orang yang menjadi sumber berita, agar orang lain yang membaca

6
Usman, Ulumul Qur’an,Yogyakarta:Pustaka teras, hlm.322

7
atau mendengarnya tidak terpaku pada makna leterlek yang kaku, sehingga
membuatnya terjebak pada salah pengertian.

Para ahli liguistik menyatakan bahwa terjemah tidak akan mencapai maksud
dan tujuan bahasa yang diterjemahkan bila penguasaan dan sense terhadap bahasa (yang
diterjemahkan) tidak meliputinnya, apalagi terjemah harfiah, sebab setiap bahasa
mempunyai ”style” sendiri-sendiri, begitu pula strukturnya.7

Dalam praktek terjemah tafsiriyah, terjemah berusaha menangkap makna yang


ditunjuk oleh ungkapan-ungkapan kalimat bahasa pertama, kemudian pengertian itu
dituangkan ke dalam bahasa terjemah sesuai maksud penuturnya, tanpa memaksakan
diri untuk mencari makna kata perkata yang ada dalam bahasa pertama .

C. Syarat-syarat penerjemah Al-Qur’an


Siapa saja dapat jadi penerjemah. Akan tetapi, seseorang yang bermaksud
menjadi seorang penerjemah, maka dia diwajibkan memenuhi kriteria-kriteria sebagai
berikut, yakni mengetahui bahasa asli dan bahasa penerjemahan; mengetahui
karakteristik, gaya dari kedua bahasa tersebut; menjaga ketepatan makna dan maksud
secara konsisten; dan menggunakan redaksi terjemah tertentu dari bahasa aslinya.8
Untuk terjemah harfiah syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah:
a. Penerjemah hendaknya memahami benar persoalan-persoalan yang ada
dalam dua bahasa, baik bahasa pertama (yang diterjemah) maupun bahasa
kedua (yang digunakan penerjemah).
b. Penerjemah benar-benar tahu tentang gaya bahasa dan pola-pola kalimat
serta ciri khusus dari kedua bahasa.
c. Dalam hasil terjemahan terpenuhi dan tercermin semua makna dan maksud
yang dikehendaki oleh bahasa pertama (yang diterjemah) dengan mantap.
d. Wujud atau bentuk hasil terjemah itu hendaknya benar-benar lepas dari
bahasa pertama, sehingga tidak ada lagi lafal atau kata dalam bahasa
pertama itu yang masih melekat atau mengikat dalam bahasa terjemah.

Adapun, Khusus mengenai terjemah tafsiriyah terhadap Al-Qur’an, Muhammad


Husein al-Dzahabiy mengemukakan syarat-syarat sebagai berikut:

7
Ibid., hlm.324-325
8
Amroeni Drajat,Ulumul Qur’an Pengantar ilmu-ilmu Al-Qur’an,(Depok:Kencana,2017), hlm.132

8
a. Terjemahan harus dilakukan menurut persyaratan tafsir, dengan bersandar
kepada hadits-hadits Nabi, ilmu bahasa Arab dan prinsip-prinsip syari’at
Islam.
b. Penerjemah tidak berkecendrungan pada akidah yang justru berlawanan
dengan Akidah yang dibawa Al-Qur’an.
c. Penerjemah merasakan benar secara mendalam mengenai dzauq (sense) dari
kedua bahasa baik yang diterjemahkan, dalam hal ini al-Qur’an, maupun
bahasa terjemahannya, memahami rahasia-rahasianya, mengerti segi
persoalan, bentuk, gaya dan pola serta dalalah keduanya.
d. Pertama-tama dilakukan penulisan terhadap ayat al-Qur’an, setelah itu baru
dilakukan penafsiran, selanjutnya baru dikemukakan terjemah tafsiriyah,
sehingga tidak muncul dugaan bahwa itu terjemahan harfiah al-Qur’an. 9

D. Perbedaan tafsir dan terjemahan


Terjemah, baik harfiah maupun tafsiriyah bukanlah atau tidak sama dengan tafsir.
Atau dengan kata lain, terjemah tidaklah identic dengan tafsir. Tidak sedikit orang
menganggap, bahwa terjemah tafsiriyah itu tidak berbeda dengan tafsir, baik yang
dikemas dalam bahasa Arab maupun bahasa non Arab. Permasalahan ini, memang
bukanlah masalah baru, tetapi sudah menjadi perdebatan dan perselisihan sejak dulu.
Oleh karena perlu diketahui inti-inti perbedaan yang prinsip antara kedua istilah
tersebut dalam penjabarannya, Perbedaan-perbedaan yang dimaksud antara lain:
a. Bahasa tafsir dalam prakteknya selalu terdapat keterkaitan dengan bahasa
aslinya. Selain itu, dalam tafsir tidak terjadi peralihan bahasa, sebagaimana
lazimnya dalam terjemah.
b. Pada terjemah yang terjadi atau dilakukan adalah peralihan bahasa, yakni
dari bahasa pertama atau yang asli ke bahasa kedua atau terjemah. Dalam
tafsir yang diutamakan adalah menyampaikan penjelasan dan pesan dari
bahasa aslinya yang pertama. Sedangkan pada terjemah tidak terdapat
istithrad, yakni memperluas uraian melebihi kadar mencari padanan kata.
Dalam terjemah terutama harfiah, makna yang diungkap tidak lebih dari
sekedar mengganti bahasa.

9
Usman, Ulumul Qur’an,Yogyakarta:Pustaka teras, hlm.325-327

9
c. Dalam bahasa tafsir yang menjadi pokok perhatian adalah tercapainya
penjelasan tepat sasaran baik secara global maupun secara terinci. Tidak
demikian halnya dengan terjemah. Ia pada lazimnya mengandung tuntutan
terpenuhinya semua makna yang dikehendaki oleh bahasa pertama.
Dengan memperhatikan pernyataan-pernyataan di atas, maka dapat
dikatakan bahwa antara tafsir dengan terjemah (baik tafsiriyah maupun
harfiyah) tersdapat perbedaan yang cukup jelas. Khusus dalam hubungannya
dengan upaya pemahaman terhadap kandungan AlQur’an, keterangan
melalui terjemahnya tentu tidak akan dapat memberikan kejelasan yang
memadai. Antara tafsir dan terjemah (tafsiriyah) terdapat unsur persamaan.
Persamaannya adalah, bahwa baik tafsir maupun terjemah tafsiriyah
bertujuan untuk menjelaskan. Tafsir menjelaskan sesuatu maksud yang
semula sulit dipahami, sedangkan terjemah adalah menjelaskan makna dari
bahasa yang tidak dipahami melalui bahasa lain yang dapat dipahami.

10
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Terjemah dalam al-Quran sangat penting adanya dan alasan adanya


terjemahan ini karena Agama Islam yang telah menyebar keberbagai negara dan
mengharuskan al-Quran turut disebarkan pula. Karena al-Quran turun di kalangan
orang Arab dan berbahasa Arab, menjadikan kaum muslimin no Arab tidak mengerti
dengan apa yang telah disampaikan al-Quran. Dan agar para muslimin memahaminya
maka di buatlah terjemahan al-Quran.

Terjemahan al-Quran pun memiliki beberapa metode yakni terjemahan


harfiyyah dan terjemahan tafsirriyyah atau maknawiyah. Dengan menggunakan salah
satu metode ini akhirnya al-Quran dapat diterjemahkan keberbagai macam bahasa di
Dunia termasuk ke dalam Bahasa Indonesia. Terjemahan juga memiliki perbedaan
dengan tafsir khususnya tafsiriyah yang mana masih banyak orang yang beranggapan
bahwa terjemahan tafsiriyah dan tafsir itu sama.

Inilah yang bisa kami susunkan dalam makalah ini meskipun masih banyak
kekurangan dan kekeliruan didalam penyusunanan katanya, referensi yang digunakan,
ataupun kekurangan lainnya kami minta maaf dan insya Allah akan terus belajar lagi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur,an terj. Aunur rofiq. Jakarta:Pustaka
Al-kautsar, 2005.

12

Anda mungkin juga menyukai