Anda di halaman 1dari 4

TAFSIR AL-QUR’AN

Artikel Ini Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ulumul Qur’an
Kelas C Semester 1
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Koko Komaruddin

Disusun Oleh:

Naufal Haidar Badrani 1233040100


Shopia Alfasanah 1233040101
Muhammad Saiful Amri 1233040119
Rifaldi Ismail Radhiyiaraya 1233040120

FAKULTAS SYARI’AH & HUKUM


JURUSAN PERBANDINGAN MAZHAB & HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrohiim,

Puji syukur Kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa atas petunjuk, rahmat, dan hidayah-Nya
penyusun dapat menyelesaikan tugas ini tanpa ada halangan apapun sesuai dengan waktu yan
g telah di tentukan.

Makalah ini di susun dalam rangka memenuhi tugas terstruktur pada mata kuliah Ulumul Qu
r’an. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kriti
k dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan.

PENGERTIAN TERJEMAH

Arti terjemah menurut bahasa adalah ‘salinan dari sesuatu bahasa ke bahasa lain. Ada
pun yang dimaksud dengan terjemah Al-qur’an adalah seperti dikemukakan oleh Ash-Shabun
i, “Memindahkan Al-qur’an kebahasa lain yang bukan bahasa arab dan mencetak terjemah ini
kedalam beberapa naskah agar dibaca oleh orang yang tidak mengerti bahasa arab sehingga ia
dapat memahami kitab allah SWT dengan perantaraan terjemahan ini.

Pada dasarnya ada tiga corak penerjemahan, yaitu:

a. Terjemahan maknwiyyah tafsiriyyah, yaitu menerangkan makna atau kalimat dan men
syarahkannya, tidak terikat oleh leterleknya melainkan oleh makna dan tujuan kalimat
aslinya.
b. Terjemahan harfiyyah bi Al-mitsli, yaitu menyalin atau mengganti kata-kata dari baha
sa asli dengan kata- sinonimnya (muradif) ke dalam bahasa baru dan terikat oleh baha
sa aslinya.
c. Terjemah harfiyyah bi dzuni Al-mistli, yaitu menyalin ataumengganti kata-kata bahas
a asli ke dalam bahasa lain dengan memperhatikan urutan makna dan segi sastranya,
menurut kemampuan bahasa baru itu dan sejauh kemampuan penerjemahnya.

Macam-Macam Terjemahan Al Quran dan Pengertian Masing-Masing

1. Terjemah Harfiyah ‫ةييفررحي‬:


Memindah perkataan atau ungkapan dari satu bahasa ke bahasa yang lain,dengan men
jaga tatanan dan susunan kosa kata Al- Quran. Terjemah Harfiyah memiliki dua bagian: a Terj
emah Harfiyahbil-misli ‫للثرملالبل ةييفلررحي‬: Menerjemah susunan Al- Quran dengan bahasa lain,
susunan dan kosa katanya menempati pada susunan dan kosa kata Al-Quran. Dan terjemahan
tersebut masih menyimpan nilai- nalai yang dimiliki Al-Quran. Terjemahan model seperti ini
mustahil untuk dilakukan karena tidak mungkin aturan bahasa yang lain mengikuti aturan bah
asa Al-Quran yang cukup rumit, dan perlu diketahui bahwa setiap bahasa memiliki spesifikasi,
dan aturan main masing-masing.Kalau memang hal tersebut terjadi terjemah Harfiyah bil- mi
sli, maka terjemahan Harfiyan bil-misli secara primer adalah Al-Quran, hanya saja konteks tu
lisannya berbeda antara Al-Quran dan bahasa yang dibuat terjemahan. Dalam terjemahan ini t
idak terdapat penjelasan dan keterangan tambahan, di sini hanya terjadi pemindahan dari satu
bahasa ke bahasa lain. b Terjemah Harfiah bi ghairi-misli ‫ للثرمل رليرغيبل ةييفلررحي‬: Menerjema
h susunan Al-Quran dengan bahasa lain, dengan meninjau kemampuan penerjemah dan kelua
san bahasa yang dimiliki penerjemah. Terjemahan model seperti ini mungkin-mungkin saja se
cara adat, dan hukumnya boleh, bila obyek sasarannya adalah perkataan manusia, dan tidak b
oleh, apabila sasaran obyeknya adalah Kitabullah Al-Qur’an al-Karim, karena akan merusak
dan menggeser makna dari yang seharusnya.
2. Terjemah Tafsiriyah ‫ ةلييرسلقرتي‬:
Terjemahan yang dilakukan penerjemahmutarjim dengan lebih mengedepankan maks
ud atau isi kandungan yang terdapat dalam bahasa asal di terjemahkan. Terjemahan ini tidak t
erikat dengan susunan dan struktur gaya bahasa yang diterjemahkan atau biasa disebut denga
n penerjemahan bebas 4 Cara praktek terjemahan semacam ini, dengan cara memahami Makn
a yang dikehendaki dari naskah aslinya, kemudian kita mengungkapkan pemahaman tersebut
dengan gaya bahasa terjemah yang kita pakai, sesuai dengan tujuan dari makna tersebut. Perb
edaan Harfiyah dan Tafsiriyah Contoh ayat : QS:Al-Isra’[17]:29“ ‫طلسربيلرا لليكك اهيطرسكبرتي‬
4 5 .“ ‫ ليوي كيقلنكعك ىليإل ةةليولكغرمي كيدييي لرعيجرتي ليوي‬Muhammad Amin Suma, Studi Ilmu-ilmu
Al-Qur’an 1 Jakarta:pustaka firdaus,2000, h. 131- 132. 5 Departemen Agama RI, Al-Qur’an d
an Terjemahnya Surabaya:Fajar mulya, 2012, hlm.282.  Jika diterjemahkan dengan terjema
han Harfiyah adalah : “larangan menjadikan tangan terikat pada leher dan larangan mengenai
melebarkan tangan selebar-lebarnya”. Hal tersebut menyimpang dari makna Al-Qur’an.  Jik
a diterjemahkan dengan terjemahan Tafsiriyah adalah : “janganlah engkau menahan untuk ber
sodakoh kikir, dan jangan pula terlalu pemurah royal” . 6 Perbedaan sangat kelihatan antara t
erjemahan Harfiyah yang mustahil dan terjemahan Tafsiriyah yang Ulama sepakat akan kebol
ehannya. Hukum terjemahan Harfiyah Jadi mengenai hukum pembuatan terjemah Harfiyah, b
aik bil-misli atau ghairi-misli. Ulama sepakat akan keharamannya. Sebab di sana terdapat pen
yelewengan tujuan diturunkannya Al-Quran yang primer. Yakni: 1 Menunjukkan atas kebenar
an Nabi SAW, terhabap apa yang disampaikan Allah pada Nabi 2 Dan sebagai petunjuk bagi
umat manusia, pada apa yang dilakukan mereka baik di dunia maupun di akhirat. Bila terjema
h Harfiyah dilakukan maka kedua fungsi tersebut akan lenyap. Menurut jumhur ulama terjem
ah al-qur’an secara harfiyah adalah hal yang mustahil, karena dalam metode menerjemahkan
semacam ini ada beberapa syarat yang tidak bisa terpenuhi, diantaranya;
a. Harus ada kesesuaian antara kosa kata bahasa asli dengan bahasa terjemahan
b. Harus ada kesesuaian antar perangkat-perangkat makna antara bahasa asli dengan
bahasa terjemah.
c. Adanya kesamaan antara bahasa asli dengan bahasa terjemahan dalam hal susuna
n kata dan kalimat, sifat dan idhofah penyandaran. Karena terjemah harfiah itu tidak
mungkin dapat mengungkapkan makna secara sempurna dan tidak bisa memberi peng
aruh jiwa seperti pengaruh Al- 6 Guesdur, Desakralasi dalam Terjemahan Al-Qur’an,
Qur’an yang berbahasa arab, dan tidak ada hal yang mendesak untuk menggunakan te
rjemah secara harfiah, karena sudah cukup dengan terjemah secara maknawiyah. Huk
um terjemah Tafsiriyah Adapun menerjemahkan al-qur’an secara tafsiriah, maka hal it
u diperbolehkan, karena tidak ada yang perlu dikhawatirkan dalam hal tersebut. Dan t
erkadang hal itu justru menjadi wajib ketika menjadi washilah perantara untuk menya
mpaikan al-qur’an dan islam kepada orang-orang yang tidak bisa berbahasa arab, kare
na menyampaikan hal itu adalah wajib, “segala sesuatu yang tidak akan menjadi semp
urna kecuali dengannya, maka ia menjadi wajib hukumnya”. Akan tetapi diperbolehka
nnya terjemah al-qur’an secara Tafsiriyah dengan beberapa syarat berikut :
1) Tidak menjadikan terjemahan Tafsiriyah tersebut sebagai pengganti dari al-
qur’an. Oleh karena itu mesti menuliskan al-qur’an dengan bahasa ara
b, kemudian meletakkan terjemahan tersebut di sampingnya, sehingga
kedudukannya seperti tafsir bagi ayat al-qur’an.
2) Orang yang menerjemahkan harus benar-benar menguasai kedua bahasa ters
ebut dan mengetahui makna-makna lafadz syar’i dalam al-qur.an
3) Dan tidaklah diterima terjemah al-qur’an, kecuali dari orang-orang yang dapat
dipercaya untuk melakukannya, yaitu seorang muslim yang istiqomah di dala
m agamanya 7 BAB III PENUTUP 7 Muhammad bin sholih al-utsaimin,ushul
fi tafsir Daru ibnu jauzy, 1432 H,h. 35-37.
Kesimpulan
Berdasarkan kesimpulan diatas dapat disimpulkan bahwa pembukuan Al Quran Al Ka
rim adalah menjadi keinginan bagi tiap-tiap muslim untuk membaca dan memahami Al Qura
n dalam bahasanya yang asli, ialah bahasa Arab, tetapi karena tiap orang itu tidak mempunyai
kemampuan atau kesempatan yang sama, maka Al Quran diterjemahkan dalam bahasa barat d
an timur. Terjemahan Al Quran terdiri 2 macam yaitu terjemahan harfiah khusus dan terjemah
an maknawiyah atau tafsirilah atau umum. Tujuan dari penerjemahan Al Quran yaitu untuk m
engetahui makna dan isi kan kandungan Al Quran. Bisa membantu menghafal Al Quran, me
mpelajari bahasa Arab, membantu dalam menyampaikan ceramah dan terjemahan tidak boleh
dijadikan sebagai pengganti Al Quran.

DAFTAR PUSTAKA

Amin Suma, Muhammad. (2000). Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an 1. Jakarta: pustaka firdaus.

Anwar, R. (2008). Ulumul Qura'an. Bandung: Pustaka Setia.


Anwar, R. (2013). Ulum Al-qur’an. Bandung: Pustaka Setia.
Departemen Agama RI.1992. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Semarang: Tanjung Mas Inti.
Guesdur. (n.d.). Desakralasi dalam Terjemahan Al-Qur’an. Retrieved from
http:gusdur.wordpress.com20120504desakralisasi-dalam-terjemahan-al-quran.
Mudzakir. (2013). Studi ilmu-ilmu Qur’an. Jakarta: PT. Pustaka Litera AntarNusa 11.

Anda mungkin juga menyukai