Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

ILMU TARJAMAH AL-QUR’AN


Dosen Pengampu: H. Mahlil Syakur SF., M.Ag.

Disusun Oleh:
1. Cindi Nur Noviani 22106011163
2. Najwa Niyom 22106011409
3. Nanda Lukman Hakim 22106011151
4. Akhlish Khairul Anam 22106011114
5. Sidney Hilma Amalia 22106011144

BAB I
A. Latar Belakang
U
Al Qur’an adalah warisan Nabi Muhammad yang paling berharga bagi umat
Islam, yang patut dijaga dan dilestarikan. Apabila para sahabat, tabi’in dan ulama
salaf begitu gigih melestarikan Al-Qur’an baik dengan pengumpulannya,
penulisannya, pembukuannya dan penafsirannya maka sudah sepatutnya kita pun
dintuntut untuk melestarikan Al-Qur’an dengan kemampuan yang kita miliki.
Seperti dengan gerakan penerjemahan Al- Qur’an ke dalam berbagai bahasa di dunia.
Penerjemahan Al-Qur’an menjadi penting karena stagnasi penerjemahan Al-Qur’an
akan dibarengi dengan penguatan penerjemahan destruktif, suatu upaya sistematis
yang sengaja dibuat untuk membentuk opini publik yang tidak menguntungkan bagi
umat Islam. Maka gerakan penerjemahan harus dihidupkan bukan ditiadakan, atau hanya
cukup berdasarkan penerjemahan resmi pemerintah.
Tarjamah sebenarnya tidak hanya berarti memindahkan Al-Qur’an dari bahasa
aslinya ke dalam bahasa selain Al-Qur’an, tetapi berarti juga penafsiran terhadap Al-
Qur’an, maka seringkali Tafsir Jalalain atau tafsir lainnya disebut dengan
terjemahan Al-Qur’an. Oleh karena itu gerakan terjemah Al-Qur’an mesti terus
dikembangkan. Selain merenpons perubahan yang terjadi begitu cepat ataupun
mengcounter pemikiran miring terhadap Al-Qur’an.

1
Keberhasilan dakwah sangat bergantung pada kedekatan juru dengan umatnya. Juru
dakwah yang lahir dari suatu lingkungan tentu akan memahami denga sempurna lorong-
lorong kesesatan dan liku-liku kebodohan yang membungkus kaumnya. Ia mengenali jiwa
mereka dan pintu-pintu yang harus dilaluinya. Hal ini dapat membuka jiwa mereka umtuk
menerima ajaran-ajaran dakwah dan mengambil petunjuknya. Komunikasi diantara kedua
belah pihak dengan satu bahasa merupakan lambang bagi kesamaan komunitas sosial
dalam segala bentuknya. Dalam hal ini Allah berfirman “Dan Kami tidak mengutus
seorang Rasul-pun, melainkan dengan bahasa kaumnya, agar dia dapat memberi
penjelasan kepada mereka..” (Ibrahim: 4).
Qur’an mulia diturunkan kepada Rasul berbangsa Arab dengan bahasa Arab yang
jelas. Fenomena ini merupakan tuntutan sosial bagi keberhasilan risalah Islam. Dan sejak
saat itu bahasa Arab menjadi satu bagian dari eksistensi Islam dan asas komunikasi
penyampaian dakwahnya. Misi Rasul kita adalah kepada umat manusia seluruhnya.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penyusun merumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Apa Pengertian Tarjamah?
2. Apa Macam-macam Tarjamah?
3. Apa Syarat-syarat Tarjamah?

B. Pembahasan
1. Pengertian Tarjamah
Kata terjemah berasal dari bahasa Arab ‫ ترجمة‬yang diadopsi ke dalam bahasa
Indonesia menjadi terjemah atau tarjamah. Menurut asal katanya kata tersebut
mengandung arti menjelaskan dengan bahasa lain atau memindahkan makna dari
satu bahasa ke bahasa lain 1. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, disebutkan
terjemah -terjemahan salinan sesuatu bahasa kepada bahasa lain. Menterjemahkan
berarti menyalin atau memindahkan dari satu bahasa pada bahasa lain 2.

1
Al-‘Ak. op. cit. h, 461
2
Poerwadarminta. op. cit. h, 1062
2
Terjemah Alquran adalah interpretasi dari kitab suci umat Islam ke dalam
bahasa lain selain bahasa Arab. Alquran awalnya diturunkan dalam bahasa Arab.
Tetapi, saat ini isi Alquran telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa seperti Afrika,
Asia, dan Eropa. Kendati demikian, terjemahan Alquran ke dalam bahasa non-Arab
merupakan satu masalah yang menimbulkan kontroversi berkepanjangan dalam
sejarah Islam. Menurut Afnan Fatani dalam Translation and Quran, terjemah Alquran
pertama kali dilakukan oleh Salman al-Farisi ke dalam bahasa Persia. Ia
menerjemahkan surah al-Fatihah ke dalam bahasa Persia pada awal abad ke-7.3

2. Macam-macam Tarjamah
Tarjamah harfiyah:

Atas dasar pertimbangan diatas maka tidak seorang pun merasa ragu tentang
haramnya menerjemahkan al-Qur’an dengan terjemah harfiyah. Sebab Qur’an adalah
Kalamullah yang diturunkan kepada Rosul-Nya, merupakan mukjizat dengan lafadz
dan maknanya, serta membacanya dipandang sebagai suatu ibadah. Disamping itu,
tidak seorang manusia pun berpendapat, kalimat-kaliamat itu jika diterjemahkan,
dinamakan pula Kalamullah. Sebab Allah tidak berfirman kecuali dengan Qur’an yang
kita baca dengan bahasa Arab, dan kemukjizatan pun tidak akan terjadi dengan
terjemahan, karena kemukjizatan hanya khusu bagi Qur’an yang diturunkan dalam
bahsa Arab. Kemudian yang dipandang sebagai ibadah dengan membacanya ialah
Qur’an berbahasa Arab yang jelas, berikut lafadz - lafadz, huruf - huruf dan tertib kata
- katanya.

Dengan demikian, penerjemahan Qur’an dengan terjemah harfiyah, betapapun


penerjemah memahami betul bahasa, dan susunan kalimatnya, dipandang telah
mengeluarkan Qur’an dari keadaannya sebagai Qur’an.

3
Islam in the World by Malise Ruthven. Page 90
3
Terjemah Harfiyah, yaitu mengalihkan lafadz - lafadz dari satu bahasa ke
dalam lafadz - lafadz yang serupa dari bahasa lain sedemikian rupa sehingga sususan
dan tertib bahasa kedua sesuai dengan susunan dan tertib bahasa pertama. 4
Terjemah ini mustahil dilakukan dalam Al-Qur’an, apabila dilakukan
maka penggantian huruf atau kalimat dari bahasanya akan menghilangkan
kemukjizatannya, sehingga tidak lagi bisa disebut Qur’an. Perlu digaris bawahi
bahwa bahasa mempunyai dua makna; makna pertama ialah makna asli yang
tidak ada satu bahasa pun yang berbeda, makna kedua atau makna yang berbeda
dengan perbedaan bahasa dan banyak manusia salah memahami dan berbeda
derajat kehalusannya. Seperti misalnya:

ْ ‫س‬
‫ط َها ُكل‬ ُ ‫َو َل ت َ ْج َع ْل يَدَ َك َم ْغلُ ْولَة ا ِٰلى‬
ُ ‫عنُ ِق َك َو َل ت َ ْب‬
ِ ‫ْال َبس‬
ُ ‫ْط فَت َ ْقعُدَ َملُ ْوما م ْح‬
‫س ْورا‬
“Dan janganlah engkau tanganmu mencekik lehermu dan janganlah
menghamparkannya selebar mungkin maka engkau akan terduduk merugi” (QS.
Al-Isra : 29) Kalau anda menerjemahkan ayat di atas secara harfiyah seperti
contoh terjemah di atas maka anda tidak akan memahami maksudnya.
Sesungguhnya yang dimaksud ayat ini ialah larangan bakhil dan berlebih-
lebihan dan bukan seperti yang disebut secara harfiah dalam terjemah di atas.

Tarjamah Tasiriah

Terjemah Tafsiriyah atau Terjemah Maknawiyah , yaitu menjelaskan makna


pembicaraan dengan bahasa lain tanpa terikat dengan tertib kata - kata bahasa asal atau
memperhatikan susunan kalimatnya.
Terjemah tafsiriyah merupakan penerjemahan makna – makna Qur’an dengan
penuh kejujuran dan kecermatan. Dalam arti mensyarahi (mengomentari) perkataan
dan menjelaskanya dengan bahsa lain. Usaha seperti ini tidak ada halangan, karena

4
Muhammad Husain Al dzahabi, op. cit., hlm.23
4
Allah mengutus Muhammad untuk menyampaikan risalah islam kepada seluruh umat
manusia. Dengan segala bangsa dan ras yang berbeda – beda .Nabi menjelaskan :
“setiap Nabi yang diutus kepda kaumnya secara khusus, sedang aku diutus
kepada manusia seluruhnya.”
Dalam hal itu salah satu syarat risalah ialah balag (sampai kepada umat rosul
bersangkutan) dan Quur’an yang diturunkan dalam bahasa Arab itu, penyampaianya
kepada umat Arab merupakan suatu keharusan . akan tetapi uma-uamat lain yang tidak
pandai bahasa Arab atau tidak mengerti sama sekali, penyampaian dakwah kepda
mereka tergantung penerjemah dakwah itu kedalam bahasa mereka. Padahal kita
mengetahui mengenai kemustakhilan dan keharaman terjemah harfiyah dan juga
kemustakhilan terjemah makna sanawi, sulitnya terjemah makna asli dan bahaya yang
terdapat didalamnya. Oleh karena itu, jalan satu - satunya yang dapat ditempuh ialah
menerjemahkan tafsir Qur’an yang mengandung asas - asas dakwah dengan cara yang
sesuai dengan nas - nas Kitab dab Sunah, ke dalam bahasa setiap suku bangsa. Maka
dengan cara ini sampailah dakwah kepada mereka dan tegaklah hujjah.
Corak terjemah tafsiriyah berbeda dengan terjemah maknawiyah. Sekalipun
peneiliti tidak membedakan antara keduanya. Sebab dalam terjemah maknawiyah
terkesan seakan - akan penerjemah telah mengmbil makna - makna Qur’an dengan
berbagai aspeknya dan memindahkanya ke dalam bahasa asing, non-Arab.
Sebagaimana dalam terjemahan selain Qur’an yang biasa disebut “terjemah yang
sesuai dengan bahasa aslinya”.
3. Syarat - syarat Tarjamah
Untuk menterjemahkan Al-Qur'an dengan baik,
syarat-syarat berikut harus di perhatikan, yaitu:
• Setiap kandungan ayat secara lahiriah, baik naskah asli atau naskah terjemahan,
harus diperhatikan dengan jeli. Makna ayat yang menyertakan rasionalitas dan
membutuhkan stidlal, maka hal ini harus dimasukkan dalam kategori penafsiran.
stidlal, maka hal ini harus dimasukkan dalam kategori penafsiran.
• Memilih padanan makna seakurat mungkin dan idiom yang tepat untuk
mengalihbahasakannya. Makna dan pemahaman sempurna tentang ayat harus

5
tercermin dalam naskah terjemahan. Seandainya di perlukan penambahan indiom
ayat atau kata, maka harus diletakkan dalam Al-Quran harus kurung.
• Terjemahan pengawasan para ahli di bawah yang memiliki penguasaan cukup
terhadap ilmu-ilmu agama agar teks terjemah itu terjaga dari kesalahan dan
penyimpangan.
• Tidak menggunakan istilah-istilah ilmiah dan sulit dalam naskah terjemahan.
Karena, naskah terjemahan itu untuk konsumsi umum, tidak boleh mencantumkan
pendapat dalam naskah terjemahan.

C. KESIMPULAN
Secara harfiah terjemah berarti menyalin atau memindahkan suatu pembicaraan dari
satu bahasa ke bahasa kain, atau singkatnya mengalih bahasakan. Sedangkan terjemahan,
berarti salinan bahasa, atau alih bahasa dari satu bahasa ke bahasa lain.
Terjemah Harfiyah, yaitu mengalihkan lafadz - lafadz dari satu bahasa ke dalam lafadz
- lafadz yang serupa dari bahasa lain sedemikian rupa sehingga sususan dan tertib bahasa
kedua sesuai dengan susunan dan tertib bahasa pertama.
Terjemah Tafsiriyah atau Terjemah Maknawiyah, yaitu menjelaskan makna
pembicaraan dengan bahasa lain tanpa terikat dengan tertib kata - kata bahasa asal atau
memperhatikan susunan kalimatnya.

D. DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Husayn Al Dzahabi, Al Tafsir Wa Al Mufassirun,J. 1, 1396 H/1976
Fathul bari. Bab “ma yajuzu nin tafsirit taurah wa kutubillah bil arabiyah”
Al-Qattan, Manna’ Khalil, 2015, studi ilmu-ilmu Qur’an: diterjemahkan dari bahasa
Arab oleh Mudzakir AS. Cet. 18, Bogor: pustaka Litera Antar Nusa.

Anda mungkin juga menyukai