Anda di halaman 1dari 13

Dosen Pembimbing Mata Kuliah

Ferlan Niko, S,Hi, M.Si. Studi Al-Quran

TERJEMAHAN AL-QURAN

Disusun oleh :

Muhammad Romsi Aryadi

Nasib

UNIVERSITAS NEGERI ISLAM SULTAN SYARIF KASIM


RIAU
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum wr wb

Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah mari kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
senantiasa memberikan kekuatan lahir batin kepada kami sehinngga makalah ini dapat
terselesaikan. Dengan tersusunnya makalah ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu. Akhirnya hanya kepada Allah, semoga makalah ini bermanfaat serta
menjadi bagian dari amal sholeh dan semoga Allah membalas semua pihak yang telah membantu
dengan balasan yang sebaik – baiknya. Fiddunnya wal akhirat. Amin

Wassalamu’alaikum wr wb

Pekanbaru, 12 September 2019

Kelompok penyusun

ii
DAFTAR ISI
Halaman judul………………………………………………………………..…………………..i

Kata Pengantar…………………………………………………………………………………..ii

Daftar Isi……………………………………………………………………………………...….iii

BAB I Pendahuluan…………………………………………………………………..………. 1
A. Latar belakang masalah………………………………………………………………………1
B. Rumusan masalah…...................................................................................................................2
C. Tujuan…………………………………………………………………………………………..2
D. Manfaat……………………………………………………………………………………...…2

BAB II Pembahasan…..................................................................................................................3
A. Definisi terjemahan Al-Qur’an…………………………………………………….…………3
B. Pembagian terjemahan Al-Qur’an……………………………………………………………..3
C. Syarat-syarat penerjemahan Al-Qur’an………………………………………….………...…5
D. Perbedaan tafsir dengan terjemahan tafsirriyyah…................................................................6
E. Terjemahan Al-Qur’an kedalam bahasa asing dan Indonesia………………………………...6

BAB III Penutup………………………………………………………………………………..9


A. Simpulan…………………………………………………………………………………...…9

DAFTAR PUSTAKA…...............................................................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Sejak masa turunya Al-Qur'an 14 abad yang lalu, Al-Qur'an telah memproklamirkan dirinya
sebagai satu-satunya kitab samawi yang memberikan jaminan bagi manusia sebagai hudan li
an-nas dan sebagai kitab yang diturunkan agar manusia keluar dari kegelapan menuju terang
benderang.

‫يز ْال َحمِ ي ِد‬


ِ ‫ص َراطِ ْالعَ ِز‬
ِ ‫ور بِإ ِ ْذ ِن َربِِّ ِه ْم إِلَى‬ ُّ َ‫اس مِ ن‬
ِ ‫الظلُ َما‬
ِ ُّ‫ت إِلَى الن‬ َ َّ‫الَر ِكتَابٌ أَنزَ ْلنَاهُ إِلَيْكَ ِلت ُ ْخ ِر َج الن‬

Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu
mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan
mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. (QS. Ibrahim 14:1)

Terlebih dalam surat Al-Baqarah :185 al-Qur'an memberikan lebih dari sekedah kitab
petunjuk bagi manusia namun dengan garansi seumur hidup al-Qur'an pun menawarkan dirinya
sebagai standar nilai yang paling ideal yang patut dimiliki setiap manusia untuk meraih
kesuksesan hidup yang sebenarnya (hasanah fi al-dunya wa hasanah fi-al akhirah).

‫ت ِ ِّمنَ ْال ُهدَى َو ْالفُ ْرقَان‬


ٍ ‫اس َوبَيِِّنَا‬ ِ ُ ‫ِي أ‬
ِ َّ‫نز َل فِي ِه ْالقُ ْرآنُ ُهدًى ِلِّلن‬ َ ‫ضانَ الَّذ‬
َ ‫ش ْه ُر َر َم‬
َ

Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia
dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).
(Al-Baqarah 2:185).

Sedemikian tegas dasar teologis sekaligus filosofis urgensi memahami bahasa Arab
sebagai salah satu syarat menggali mutiara-mutiara yang ada didalamn Al-Qur'an. Bagi
muslimin diluar bangsa Arab (‘Ajamiy) langkah awal untuk memahami al-Qur'an ialah dengan
melakukan penerjemahan kedalam bahasa bangsanya, misalnya bagi muslimin Indonesia maka
memahami al-Qur'an dimulai dari memahami terjemahan yang berbahasa Indonesia. Dalam
proses penerjemahan inilah setiap orang, badan atau lembaga yang menerjemahkan diwajibkan
untuk berpedoman kedalam kaidah-kaidah bahasa Arab.

Jika seseorang atau lembaga menterjemahkan al-Qur'an tanpa berdasarkan keilmuan


yang haq salah satunya berpedoman pada kaidah-kaidah bahasa Arab yang benar, bahkan
sebaliknya sebagai pesanan sekelompok orang (mengikuti hawa nafsu kaum fajir), Allah
berlepas diri terhadapnya, dari siksaan Allah yang keras.

‫ي َوالَ َواق‬ ِّ َ‫َو َكذَلِكَ أَنزَ ْلنَاهُ ُح ْكما ً َع َر ِبيِّا ً َولَئِ ِن اتَّبَعْتَ أَ ْه َواءهُم بَ ْعدَ َما َجاءكَ ِمنَ ْال ِع ْل ِم َما لَكَ ِمن‬
ٍِّ ‫ّللاِ ِمن َو ِل‬

1
Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al Qur'an itu sebagai peraturan (yang benar) dalam
bahasa Arab. Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan
kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah.
(Al-Ra'du 13:37)

Diantara kaidah-kaidah bahasa Arab yang harus menjadi pedoman dalam proses
menterjemahkan Al-Qur'an kedalam bahasa Indonesia adalah kaidah kebahasaan yang
berhubungan dengan kalimat ( isim, fiil dan huruf ) musytarak. Kaidah-kaidah ini selain sebagai
pedoman dalam menterjemahkan Al-Qur'an juga sebagai perangkat analisisa dalam
mengkritisi/koreksi terhadap terjemahan-terjemahan al-Qur'an berbahasa Indonesia yang sudah
ada.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas adapun rumusan masalahnya yaitu :
a. Apa definisi dari terjemah al-Quran dan bagaimana pembagiannya?
b. Bagaimana sejarah perkembangan terjemahan al-Quran?
c. Apa yang menjadi syarat bagi para penerjemah dalam menerjemahkan al-Quran?
d. Bagaimana perbedaan tafsir dan terjemah tafsirriyyah?
e. Bagaimana terjemahan al-Quran kedalam bahasa asing dan bahasa Indonesia?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas adapun tujuan dari pemaparan masalah ini yaitu :
a. Mengetahui dan memahami pengertian terjemahan al-Quran dan pembagian terjemahan al-
Quran.
b. Menegetahui dan memahami sejarah perkembangan terjemahan al-Quran .
c. Mengetahui dan memahami syarat bagi para penerjemah al-Quran.
d. Mengetahui dan memahami perbedaan tafsir dan terjemah tafsirriyyah.
e. Mengetahui dan memahami terjemahan al-Quran kedalam bahasa asing dan Bahasa Indonesia.

D. Manfaat
Berdasarkan materi yang dibahas adapun manfaatnya yaitu :
a. Menjadikan para generasi penerus bangsa semakin memahami terhadap al-Quran dan
terjemahan al-Quran serta aspek-aspek yang terkait di dalamnya.
b. Pengetahuan ini dapat menjadi pondasi untuk mempertahankan agama islam melalui bidang
pendidikan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Terjemah Al-Quran
Arti terjemah menurut bahasa adalah “salinan dari suatu bahasa ke bahasa lain.” Atau
berarti mengganti, menyalin memindahkan kalimat dari suatu bahasa ke bahasa lain.
Adapun yang dimaksud dengan terjemah al-Quran adalah seperti dikemukakan oleh Ash-
Shabani:

“Memindahkan al-Quran kepada bahasa lain yang bukan bahasa Arab sehingga ia dapat
memahami kitab Allah SWT. Dengan perantaraan terjemah ini.”

Dalam Mu’jam al-Washith disebutkan bahwa terjemah ialah pengalih bahasaan perkataan dari
suatu bahasa ke bahasa lain. Syarat penerjemahan yang benar ialah mendekati makna asalnya
dengan sempurna. Terjemah ialah menjelaskan apa yang diinginkan oleh kalimat dalam bahasa
asalnya, bahkan detail-detail teks aslinya, untuk dialih bahasakan kedalam teks penerjemah.

Kata “terjemah” dapat di pergunakan pada dua arti. Terjemah Harfiyah, yaitu mengalihkan
lafazh-lafazh yang serupa dari bahasa lain sedemikian rupa sehingga susunan dan tertib bahsa
kedua sesuai dengan susunan dan tertib bahasa pertama. Terjemahan tafsiriyah, yaitu
menjelaskan makna pembicaraan dengan bahasa lain tanpa terikat dengan tertib bahasa asal atau
memperhatikan susunan kalimatnya.1

Dibandingkan dengan menterjemahkan teks-teks lainnya, menerjemahkan al-Quran


sangat sulit karena nilai mukjizatnya. Karenanya, banyak sekali terjadi kesalahan dalam
terjemahan-terjemahan al-Quran. Contohnya diambil dari website resmi kemenag yang
membahas isu kesalahan tafsir Quran menyesatkan yaitu salah satu isu yang menyebutkan
adanya kesalahan terjemahan versi pemerintah walaupun hanya isu namun cukup membuat
masyarakat yang mengetahui isu ini menjadi panik. Salah satu ayat yang dianggap memiliki
terjemah yang keliru yaitu surat al-Baqarah ayat 191, yakni bunuh dimanapun kamu termukan
mereka (kafir). penggalan terjemahan ini memberikan kesan islam itu radikal.

B. Pembagian Terjemah Al-Quran


Terjemah al-Quran ada dua macam, yaitu:

Terjemah Harfiyah, yaitu memindahkan suatu isi ungkapan dari suatu bahasa ke bahasa
yang lain, dengan mempertahankan bentuk dan urutan kata-kata dan susunan kalimat aslinya.

1
Syaik Manna Al Qaththan, Pengantar studi ilmu Al-Qur’an (Jakarta: Al-Kautsar, 2019), hlm.395.

3
Terjemah Harfiyah, yaitu mengalihkan lafazh-lafazh yang serupa dari bahasa lain sedemikian
rupa sehingga susunan dan tertib bahsa kedua sesuai dengan susunan dan tertib bahasa pertama.2
Terjemah Maknawiyah atau Tafsiriyah, yaitu mengungkapkan makna perkataan
atau kalimat dengan menggunakan bahasa lain tanpa terikat mufrodat (kosa kata) dan tartib
(susunan kata). Terjemahan tafsiriyah, yaitu menjelaskan makna pembicaraan dengan bahasa lain
tanpa terikat dengan tertib bahasa asal atau memperhatikan susunan kalimatnya.3
Dapatlah kami katakana, apabila para ulama islam melakukan penafsiran Al-Qur’an.
dengan cara mendatangkan makna yang dekat, mudah dan kuat; kemudian penafsiran ini di
terjemahkan dengan penuh kejujuran dan kecermatan, maka cara demikian dinamakan
terjemahan tafsir Al-Qur’an atau terjemahan tafsiriyah.4
Sebagai contoh, firman Allah:

(3:‫)إِنَّا َجعَ ْلنَاهُ قُ ْرآنا ً َع َربِيِّا ً لَعَلَّ ُك ْم تَ ْع ِقلُونَ ) (الزخرف‬

“Sesungguhnya Kami menjadikan Al Quran dalam bahasa Arab supaya kamu memahami(nya)”.
Maka terjemahan harfiyah adalah dengan cara menerjemahkan kata perkata di dalam ayat ini,
menjadi ‫ ِإنَّا‬, kemudian ‫ َج َع ْلنَاه‬, kemudian ‫ق ْرآنا‬, kemudian ‫ َع َر ِبيّا‬, dan seterusnya.

Terjemahan seperti ini sangat sulit sekali, karena menemukan kata-kata yang sama.
Kebanyakan penerjemah, karena alasan ini, mengalami banyak kesulitan. Selain itu, dalam
banyak kasus, terjemahan-terjemahan seperti ini tidak bisa menjelaskan makna dengan
sempurna. Hal ini disebabkan oleh ketidaksepadanan makna kata dalam bahasa asli dengan
makna kata bahasa penerjemah.

Contoh terjemahan Al-Quran :

dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu
mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.

Pembaca terjemahan ini akan kebingungan, mengapa Allah melarang membelenggu tangan dan
mengulurkannya. Harus diperhatikan bahwa “membelenggu tangan” dalam bahasa Arab
bermakna kikir dan “mengulurkan tangan” adalah dermawan.

Adapun terjemah maknawiyah atau tafsiriyyahnya yaitu dengan menerjemahkan makna


ayat secara keseluruhan tanpa memperhatikan makna kata perkata dan tartib (urutan) nya.
Tujuannya adalah mencerminkan makna awal dengan sempurna. Maksud dari kalimat awal bisa
diartikan tanpa harus mengurangi makna dengan sedapat mungkin menyesuaikan dengan makna
dalam bahasa terjemahan. Dalam terjemahan seperti ini selama tidak merusak makna,
penerjemah tidak harus mengikuti susunan kata dalam teks aslinya.

Dalam buku lain disebutkan pada dasarnya, ada tiga corak penerjemahan yaitu:

2
ibid., hlm. 395
3
ibid., hlm. 395
4
ibid., hlm. 399

4
a. Terjemah maknawiyyah tafsiriyyah, yaitu menerangkan makna atau kalimat dan
mensyarahkan , tidak terikat oleh tata letak dan susunan katanya, melainkan oleh makna dan
tujuan kalimat aslinya.

Contoh ayat : Al-Mulk ayat 6

)6( ‫ير‬
ُ ‫ص‬ِ ‫س ْال َم‬
َ ْ‫َو ِللَّذِينَ َكفَ ُروا بِ َربِِّ ِه ْم َعذَابُ َج َهنَّ َم َوبِئ‬
artinya :

:” Dan orang-orang yang ingkar kepada Tuhannya, akan mendapat azab jahannam. Dan itulah
seburuk-buruknya tempat kembali” ( Al-Mulk ayat 6)

b. Terjemah harfiyyah bi Al-mitsli, yaitu menyalin atau mengganti kata-kata dari bahasa asli
dengan kata sinonimnya kedalam bahasa baru dan terikat oleh bahasa aslinya. Maksudnya, demi
mendapatkan terjemah yang maknanya sesuai tanpa merubah urutan kata dan dan bentuk kata
maka kata yang akan diterjemahkan kedalam bahasa lain terlebih dahulu diubah kedalam bahasa
yang sama dan memiliki makna yang sama hanya bunyi katanya saja yang berbeda atau kita
sebut dengan sinonim, persamaan kata.

c, Terjemah harfiyyah bi udzuni al-mitsli, yaitu menyalin atau mengganti kata-kata kedalam
bahasa lain dengan memerhatikan urutan makna dan segi sastranya. Terjemahan ini didasarkan
pada kemampuan si penerjemah dan sebatas jangkauan bahasa si penerjemah, model terjemahan
seperti ini mungkin mungkin saja secara adat, dan hukumnya boleh, bila yang objek
diterjemahkannya adalah perkataan manusia, dan tidak boleh apabila objeknya adalah Al-Quran
karena akan merusak dan menggeser makna dari yang seharusnya.

Dari semua definisi diatas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa terjemah harfiah
adalah terjemahan berdasarkan kata per-kata dan terjemahan tafsiriyyah adalah terjemahan tanpa
memperdulikan tata letak dan sususan katanya.

C. Syarat-Syarat Penerjemah Al-Quran


Seorang penerjemah al-Quran harus memenuhi syarat-syarat berikut:

1. Penerjemah al-Quran harus menguasai dua bahasa (bahasa asli dan bahasa penerjemahan)
dengan baik. Dia harus menguasai kaidah-kaidah bahasa kedua bahasa secara sempurna.
2. Penerjemah al-Quran harus memiliki pengetahuan agama yang luas dan harus bisa merujuk
tafsir-tafsir yang diakui dengan tidak merasa puas terhadap hasil awal terjemahan.
3. Penerjemah harus membebaskan dirinya dari segala bentk keinginan-keinginan internal yang
diciptakan oleh lingkungan atau keyakinan-keyakinan taklid. Dia hanya wajib memahami
maksud ayat-ayat tanpa membahkan apapun.

5
4. Orang-orang yang tidak memiliki kelayakan untuk melakukan perkerjaan penting ini
hendaknya tidak melakukannya. Mereka yang berhak melakukan perkerjaan tersebut harus
mampu bertanggungjawab untuk mengawasi naskah penerjemahan yang sudah dilakukan.
5. Penerjemah haruslah seorang muslim, sehingga tanggung jawab keislamannya dapat
dipercaya.
6. Penerjemah haruslah seorang yang adil dan tsiqah (dapat dipercaya). Karenanya, seorang fasik
tidak diperkenankan menerjemahkan al-Quran
7.Berpegang teguh pada prinsip-prinsip penafsiran al-Quran dan memenuhi kriteria sebagai
mufasir, karena penerjemah pada hakikatnya adalah seorang mufasir (ahli tafsir).

D. Perbedaan Tafsir dengan Terjemah Tafsirriyyah


Ada beberapa titik perbedaan antara Tafsir dan Tarjamah Tafsiriyah berbagai segi:

1. Perbedaan bahasa, bahasa Tafsir terkadang atau kebanyakan memakai bahasa yang sama,
sementara bahasa Tarjamah Tafsiriyah harus dengan bahasa yang berbeda. Maksudnya Pada
terjemah terjadi peralihan bahasa dari bahasa pertama ke bahasa terjemah, tidak ada ladi lafazh
atau kosa kata bahasa bahasa pertama itu melekat pada bahasa terjemahannya. Sedangkan tafsir
selalu ada keterikatan dengan bahasa asalnya, dan dalam tafsir tidak terjadi peralihan bahasa.
Yang terpenting dan menonjol dalam tafsir ialah ada penjelasan, baik penjelasan kata-kata
mufrad (kosa-kata) maupun penjelasan susunan kalimatnya.

2. Bagi pembaca Tafsir, bisa memperhatikan rangkaian dan susunan teks asli beserta arti yang di
tunjukan, di samping teks terjemahanya; sehingga dia bisa menemukan kesalahan-kesalahan
yang ada, sekaligus meluruskanya. Andaikan dia tidak menangkap kesalahan itu, maka, pembaca
yang lain akan menemukanya. Sedangkan pembaca terjemah, tidak sampai ke situ, karena dia
tidak tahu susunan Al-Quran dan arti yang ditunjukanya, bahkan kesan yang ada, bahwa apa
yang ia baca, dan ia pahami dari terjemah tersebut, adalah Tafsir atau arti yang benar terhadap
Al-Quran, sedangkan pengecekan terhadap teks aslinya dan membandingkan dengan teks
terjemahan, itu sudah di luar batas kemampuanya, selama dia tidak tahu bahasa Al-Quran.

3. Pada terjemahan sekali-kali tidak boleh melakukan penguraian meluas melebihi dari makna
yang sudah didapat. Sedangkan tafsir , pada kondisi tertentu, tidak hanya boleh melakukan
penguraian meluas, tetapi justru uraian luas itu wajib dilakukan, jika usaha menjelaskna makna
ayat yang dikehendaki baru dapat dicapai dengan mantap melalui penguraian masalahnya secara
luas.

4. Dalam terjemahan mengandung tuntutan artinya bahasa yang diterjemahkan harus memiliki
makna sesuai asal bahasanya, sedangkan tafsir yang menjadi pokok perhatianya adalah tercapai
penjelasan yang sebaik-baiknya, baik secara global maupun secara terperinci, baik mencakup
keseluruhan makna saja, tergantung pada apa yang diperhatikan mufassir dan ornag yang
menerima tafsir itu.

E. Terjemahan Al-Quran Kedalam Bahasa Asing dan Indonesia

6
Dikarenakan kedudukannya yang tinggi, al-Quran telah menarik perhatian bangsa-bangsa
lain. Karena belajar bahasa Arab pada waktu itu tidaklah mudah, maka para penerjemah mulai
menerjemahkan kitab samawi ini. Sampai kini, al-Quran telah diterjemahkan dengan sempurna
lebih dari enam puluh lima bahasa dunia. Sebagian dari terjemahan ini mengalami puluhan
bahkan ratusan cetak. Selain dari naskah-naskah terjemahan berbahasa Jerman, Italy, Urdu, Cina
dan bahasa-bahasa dunia lainnya, hanya satu dari tiga ratus terjemahan al-Quran berbahasa
inggris yang dilakukan oleh George Sail yang telah dicetak sampai lebih dari empat puluh kali.

Tentunya karena banyak terjemahan asing dari berbagai negara tidak bisa diyakini bahwa
semua penerjemah benar-benar memiliki niat yang baik. Niat buruk sebagian dari mereka sangat
jelas, karena sebagian dari mereka pernah bermusuhan dengan agama Islam dan kaum Muslim.
Dengan alasan inilah sebagian dari mereka menterjemahkan al-Quran. Karena tidak memiliki
kemampuan cukup sebagai penerjemah, maka seringkali hasil terjemahan mereka melenceng dan
salah. Hal ini terjadi karena tidak ada pengawasan. Perbuatan salah seperti ini, tingkat bahayanya
tidak lebih sedikit dengan unsur sengaja merubah al-Quran. Bagaimanapun juga dampak-dampak
negatif kesalahan ini akan kembali kepada dasar dan akar Islam. Hal seperti ini akan
menyimpangkan agama islam.

Oleh karena itu orang-orang yang berwenang dalam masalah ini tidak boleh diam.
Mereka harus menyikapi perbuatan-perbuatan salah yang membahayakan seperti ini. Karena,
dibalik penerjemahan ini, terdapat persengkongkolan. Sebagai contoh yang bisa disebutkan ialah
terjemahan “Mithran; Ya’qub putra seorang Nasrani”, salah seorang petinggi gereja yang
menerjemahkan dengan bahasa Suryani, sudah pasti (al-Quran itu) diterjemahkan dengan niat
tidak baik. Terjemahan ini dicetak pada tahun 1925 M dan sudah diterbitkan.

Abu Abdillah Zanjani berpendapat bahwa mungkin penerjemahan bahasa Latin pertama
(bahasa di Eropa) dilakukan pada tahun 1143 M oleh Kint, dibantu oleh Petrus Thalithe dan
seorang ilmuan Arab. Penerjemahan ini dilakukan untuk diberikan kepada Dickluni. Tujuannya
adalah membantah al-Quran. Pada tahun 1594 M, Henkilman menerbitkan terjemahan al-Quran
dan selanjutnya pada tahun 1598 M diterbitkan terjemahan al-Quran cetakan Maraki yang
didalamnya menyertakan penghinaan terhadap al-Quran.

Sedangkan terjemahan al-Quran kedalam bahasa Indonesia berperan penting demi


perkembangan pemahaman isi dari makna al-Quran di wilayah Indonesia, penerjemahan ke
dalam Bahasa Indonesia ini diantaranya dilaksanakan oleh :

1. Al-Quran dan Terjemahannya, oleh Departemen Agama RI ada dua edisi revisi yaitu tahun
1989 dan 2002.
2. Terjemah Al-Quran, oleh Prof. Mahmud Yunus.
3. An-Nur, oleh Prof. Dr. T.M. Hasbi Ash-Siddieqy
4. Al-Furqon, oleh A. Hassan guru Persatuan Islam
5. Al-Quranu’l Karim Bacaan Mulia, oleh Hans Bague Jassin

Selain diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia resmi adapula yang diterjemahkan kedalam
bahasa Daerah diantaranya dilaksanakan oleh :

7
1. Qur’an Kejawen (Bahasa Jawa), oleh Kemajuan Islam Jogyakarta
2. Qur’an Suadawiah (Bahasa Sunda)
3. Qur’an Bahasa Sunda oleh K.H. Qomaruddien
4. Al-Ibriz (Bahasa Jawa), oleh K. Bisyri Mustafa Rembang
5. Al-Quran Suci Basa Jawi (Bahasa Jawa), oleh Prof. K.H.R. Muhammad Adnan
6. Al-Amin (Bahasa Sunda)
7. Terjemah Al-Quran kedalam bahasa Bugis (huruf lontare), oleh KH Abdul Muin Yusuf
(Pimpinan Pondok Pesantren Al-Urwatul Wustqaa Benteng Sidrap Sulsel

Dalam Article yang dimuat di website Tempo yang diterbitkan pada Kamis, 03 Desember 2015
dengan tema paragraf INFO NASIONAL, diberitakan bahwa “Sebagai bentuk apresiasi terhadap
keragaman bangsa, Kementerian Agama menerbitkan Kamus Istilah Keagamaan dan Terjemah
Al-Quran kedalam Bahasa Daerah. Dikatakan Menag, Terjemah al-Quran Bahasa Daerah terdiri
dari 3 bahasa, yaitu Minang, Jawa, dan Dayak. Menag berharap karya ini bisa bermanfaat bagi
bangsa Indonesia.”

8
BAB III
PENUTUP
A.SIMPULAN
Terjemah dalam al-Quran sangat penting adanya dan alasan adanya terjemahan ini karena
Agama Islam yang telah menyebar keberbagai negara dan mengharuskan al-Quran turut
disebarkan pula. Karena al-Quran turun di kalangan orang Arab dan berbahasa Arab, menjadikan
kaum muslimin no Arab tidak mengerti dengan apa yang telah disampaikan al-Quran. Dan agar
para muslimin memahaminya maka di buatlah terjemahan al-Quran yang pada awalnya di
terjemahkan oleh Ja’far bin Abi Thalib.

Terjemahan al-Quran pun memiliki beberapa metode yakni terjemahan harfiyyah dan
terjemahan tafsirriyyah atau maknawiyah. Dengan menggunakan salah satu metode ini akhirnya
al-Quran dapat diterjemahkan keberbagai macam bahasa di Dunia termasuk ke dalam Bahasa
Indonesia.

Tidak sedikit pula dalam terjemah al-Quran ini mengandung terjemahan yang salah.
Karena banyaknya para musuh kaum muslimin yang ingin menghancurkan Agama Islam melalui
terjemahan al-Quran yang disalahkan. Namun pada dasarnya al-Quran adalah mukjizat Allah dan
Allah telah berfirmah dalam al-Quran yang intinya Allah akan menjaga isi al-Quran. Jadi ini
merupakan pantangan yang sangat sulit bagi para musuh kaum mslimin yang ingin merubah dan
menyalah artikan arti dari al-Quran.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abu Azzam. Kajian Islam. https://islamkajian.wordpress.com/perbandingan-terjemah-harfiah-


tafsiriyah/.

Bell, Richard. 1995. Pengantar Studi Al-Quran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Hadi Ma’rifat, Muhammad. 2007. Sejarah Al-Quran. Diterjemahkan oleh : Thoha


Musawa. Jakarta: Al-Huda.
Manna, Syaik. 2019. pengantar studi ilmu Al-Qur’an. Al-kautsar. Jakarta.

10

Anda mungkin juga menyukai