Anda di halaman 1dari 19

PERANAN AL-QURAN,AL-HADITS DAN AS-

SUNAH
SEBAGAI SUMBER HUKUM AJARAN AGAMA
ISLAM

Makalah ini Ditujukan Untuk Memenuhi


Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Pendidikan Agama

Disusun oleh :
02115106
Mela Sri Nurbani Faridah
STIE INABA BANDUNG
Jl. Soekarno-Hatta No.448, Bandung Kidul, Bandung, Jawa Barat 40254, Indonesia

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah saya panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. atas limpahan
rahmat,taufik,dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan pembuatan tugas makalah
Pendidikan Agama Islam dengan judul Sumber sumber Ajaran Agama Islam.

Sholawat dan salam saya panjatkan kepada Nabi besar Muhammad SAW karena
beliaulah satu satunya Nabi yang mampu mengubah dunia dari zaman kegelapan menuju
zaman terang benderang yakni Agama Islam. Makalah ini disusun dan diuraikan secara
efektif dengan landasan pengetahuan yang diambil dari buku untuk menambah wawasan.

Dalam penyusunan makalah ini,tidak sedikit hambatan yang saya hadapi namun saya
menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat
Bantuan,Doa,Dorongan dan Bimbingan Dosen,Orang tua juga Teman-teman. Sehingga
kendala yang saya hadapi teratasi.

Kiranya makalah ini masih sangat jauh dari kata kesempurnaan oleh karena itu saya
menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun demi memperbaiki isi dari makalah ini.
Saya berharap semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan kepada
pembaca serta ridho dari Allah SWT. Aminn

Bandung,14 Oktober 2015


Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i


DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 1
BAB II ISI
2.1 Al-Quran Sebagai Sumber Agama Islam..................................................
2.1.1 Pengertian Al-Quran......................................................................
2.1.2 Fungsi Al-Quran............................................................................
2.1.3 Beberapa Pendekatan Memahami Al-Quran.................................
2.1.4 Ruang Lingkup Pembahasan Ulumul Quran.................................
2.2 Hadist Sebagai Sumber Agama Islam.........................................................
2.2.1 Pengertian Hadist............................................................................
2.2.2 Bentuk-Bentuk Hadist.....................................................................
2.2.3 Unsur-Unsur hadist.........................................................................
2.2.4 Fungsi Hadist Terhadap Al-Quran.................................................
2.2.5 Beberapa Petunjuk dan Ketentuan Umum dalam Memahami
Hadist..............................................................................................
BAB III PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan.................................................................................................
3.2 Saran...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Al-Quran dan Al-Hadist adalah pedoman manusia khususnya Ummat Muslim yang
telah ditinggalkan oleh Rasullullah saw kepada seluruh ummatnya. Al-Quran merupakan
firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. sebagai pedoman bagi ummat
manusia dalam menata kehidupannya, agar memperoleh kebahagiaan lahir dan batin baik
didunia maupun diakhirat kela. Al-Hadist merupakan perkataan, perbuatan, dan yang
menyangkut hal ihwalnya. konsep-konsep yang dibawa Al-Quran dan Al-Hadist selalu
relevan dengan problem yang dihadapi manusia kerena ia turun untuk berdialok dengan
setiap ummat yang ditemuinya, sekaligus menawarkan pemecahan terhadap problem tersebut,
kapan dan dimanapun mereka berada. dari sinilah studi tetang Al-Quran sangat penting
dilakukan.
B. RUMUSAN MASALAH
karena luasnya pembahasan tentang Al-Quran dan al-hadist ini. Maka didalam
makalah ini saya hanya akan membahas tentang:
1. Pengertian Al-Quran
2. Fungsi Al-Quran
3. Pendekatan Memahami Al-Quran
4. Ulumul Quran
5. Pengertian Hadist Dan
6. Fungsi Hadist , Unsur-unsur Hadist, Macam-macam Hadist.

BAB II
PEMBAHASAN

A. AL-QURAN SEBAGAI SUMBER AGAMA ISLAM


1. PENGERTIAN AL-QURAN
Al-Quran menurut bahasa (etimologi), mempunyai arti yang bermacam-macam,
salah satunya menurut pendapat yang lebih kuat, Al-Quran berarti bacaan atau yang dibaca.
Pendapat itu beralasan karena Al-quran adalah masdar dari kata dasar Qaraa Yaqrau yang
artinya membaca. Al-Quran dalam Arti membaca ini dipergunakan oleh Al-Quran sendiri.[1]

Allah berfirman dalam Al-Quran surat Al-Qiyaamah : 16-18

Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk





16
(membaca) Al Qur'an karena hendak cepat-
cepat (menguasai) nya.




Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah 17
mengumpulkannya (di dadamu) dan
(membuatmu pandai) membacanya.
Apabila Kami telah selesai membacakannya


18
maka ikutilah bacaannya itu.
Ayat-ayat lain yang senada dengan firman Allah tersebut diatas dapat kita temukan pada
Surat Al-araf: 204, surat An-nahl: 98, surat Al-isra: 17dan 106, surat Al-muzammil: 20, surat
Insyiqaq: 21.
Menurut makna yang terkandung dari ayat diatas Quran itu diartikan sebagai
bacaan, yakni kalam Allah yang dibaca dengan berulang-ulang. Ayat-ayat tadi juga menjadi
dalil bahwa kata Al-Quran itu sendiri adalah kalam Allah.
Adapun definisi Al-Quran secara istilah (terminologi), Muhammad Ali Ash-shabuni
menulisnya bahwa Al-quran adalah kalam Allah yang tiada tandingan diturunkan kepada
Nabi Muhammad saw penutup para nabi dan rasul dengan perantaraan malaikat jibril as, dan
ditulis pada mushab-mushab yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta
membaca dan mempelajarinya merupakan suatu ibadah yang dimulai dengan surat Al-fatihah
dan ditutup dengan surat An-Nas.[2]
Bagian yang lain menyebutkan bahwa Al-Quran ialah lafal berbahasa Arab yang
diturunkan kepada Muhammad saw yang disampaikan kepada kita secara mutawatir yang
diperintahkan membacanya yang menentang setiap orang (untuk menyusun walaupun dengan
membuat) surat yang terpendek daripada surat-surat yang ada didalam nya.

[1]

[2]
Dari dua buah definisi tersebut dapat disimpulkan, bahwa apa yang disebut Al-
Quran itu mempunyai kriteria-kriteria seperti:
a. Al-Quran adalah Firman Allah swt
b. Al-Quran yang merupakan firman Allah itu berbahasa Arab, oleh karena itu Al-Quran yang
ditulis atau dilafalkan tidak dalam bahasa arab tidakdisebut Al-Quran.
c. Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw melalui perantaraan malaikat jibril,
dengan demikian hadist bukanlah Al-Quran karena Hadist tidak melalui perantaraan Jibril
lagi pula hadist bukanlah Firman Allah yang diucapkan dengan bahasa Nabi sendiri.
d. Al-Quran sampai kepada kita dengan jalan mutawatir artinya Al-Quran yang diterima oleh
nabi muhammad dari Allah melalui Jibril itu. Beliau ajarkan kepada orang banyak pula begitu
seterusnya, sehingga akhirnya sampai kepada kita dari orang banyak kepada orang banyak ini
merupakan jaminan bagi kebenaran/ keautentikan Al-quran, sebab tidak mungkin orang
banyak sepakat untuk berdusta. Bukan Al-Quran kalau hanya diriwayatkan oleh seseorang
atau beberapa orang saja.
e. Al-quran adalah Mukjizat Nabi Muhammad Saw yang bersifat memberikan tantangan
kepada siapapun yang tidak percaya terhadap kebenaran kewahyuannya. Mereka ditantang
untuk menandingi atau mengalahkan Al-Quran, sekalipun hanya dengan membuat satu surat
yang paling pendek, namun tidak mungkin Al-Quran dapat ditandingi sebab kalau dapat
ditandingi bukanlah mukjizat namanya.
f. Al-Quran ditulis didalam Mush-haf. Selain Al-Quran itu kitab suci yang paling banyak
dibaca (artinya memang bacaan). Ia juga ditulis dalam Mush-hab dan penulisan telah
dikerjakan sejak masa Nabi Muhammad kerena selalu ditulis ini lah Al-Quran juga disebut
Al-kitab. Dewasa ini mush-haf Al-Quran juga disebut Mush-haf Usmani kerena
penulisannya mengikuti metode Usman Bin Affan.
g. Al-Quran diperintahkan untuk dibaca (selain itu tentunya untuk dipelajari atau diamalkan),
kerena perintah, berarti membaca Al-Quran adalah ibadah pahala. Dalam Hadist Riwayat
Tarmidzi diterangkan bahwa, satu huruf Al-Quran dibaca, pahalanya berlipapt sampai
sepuluh kali. Hanya Al-Quran yang mendapat perlauan istimewa seperti ini.
h. Al-Quran diawali dengan surat Al-fatihah dan di akhiri dengan surat An-Nas. Lampiran-
lampiran diluar itu seperti ilmu tauhid, keterangan-keterangan yang menjelaskan tentang
keutamaan membaca Al-Quran, bukanlah Al-Quran.

2. FUNGSI AL-QURAN
Sumber ajaran taiap agama adalah kitab suci, begiitu pula agama islam, Al-Quran
adalah sember ajaran agama islam, sumber norma, dan hukum Islam yang pertama dan
utama.inilah fungsi utama Al-Quran. Itulah sebabnya Nabi Muhammad Saw. Bersabda
didalam Hadist Riwayat Malik, sesungguhnya telah kutinggalkan untukmu dua perkara,
yang kamu tidak akan sesat selama kamu masih berpegang kepada keduanya, yaitu Al-Quran
dan Sunnah Rasul. (HR. Malik).
Al-Quran sebaga sumber pertama norma dan hukum islam dapat dijabarkan kedalam fungsi-
fungsi yang lebih rinci;
a. Al-Quran merupakan petunjuk bagi umat manusia, secara keseluruhan. Yakni petunjuk jalan
yang lurus, petunjuk kebenaran yang mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya
yang terang.
b. Al-Quran adalah pembeda antar yang haq dan yang bathil, antara yang benar dan yang
salah atau yang baik dan yang buruk. Fungsi ini sesuai dengan name lain dari Al-Quran Al-
furqon (pembeda).
Maha besar allah yang menurunkan Al-furqon kepada kepada hamba-Nya, agar menjadi
juru pengingat bagi seluruh alam (Qs. Al-furqon: 1). Dan juga seperti surat Ali imran: 3-4,
dan Al-baqarah: 185).
c. Al-Quran berfungsi sebagai peringatan bagi seluruhummat manusia. Fngsi ini juga sesuai
dengan nama lain yang dipakai oleh Al-Quran yaitu Adz-Dzikr.
Dan sesungguhnya Al-Quran itubenar-benar menjadi peringatan bagi orang yang bertaqwa
(Qs.Haqqah: 48) dan juga seperti surah Al-Hijr: 9, surah Shad: 1-29, surah Yaasin: 69, dan
surah Al-Anam: 90.
d. Al-Quran sebagai obat (penyembuh) bagi penyakit kejiwaan. Hai manusia, sesungguhnya
telah datang kepadamu pengajaran dari tuhanmu dan obat bagi apa yang ada didalam hatimu
dan petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Qs. Yunus: 57).
Dan juga seperti surat Al-isra: 82, Qs. Fush-shilat: 44, dan sabda Nabi yang berbunyi
hendaklah kamu mengambil dua macam obat, yaitu madu dan Al-Quran (HR. Ibnu Majjah
Dan Al-Hakim, dari Ibnu Masud, ra.)
e. Al-Quran merupakan pengajaran atau nasihat (mauidhah) bagi manusia. (Al-Quran ) ini
adalah keterangan yang jelas bagi manusia dan petunjuk serta pengajaran (mauidhah) bagi
orang-orng yang bertaqwa (Qs.Ali-imran: 183). Dan juga seperti surah yunus :57
f. Al-Quran adalah korektor bagi kitab-kitab suci yang sebelumnya atau korektor bagi
pengakuan yang dilakukan oleh manusia dalam agama mereka.
g. Al-Quran merupakan bahan renungan atau pemikiran bagi orang-orang yang mau berpikir
untuk mendapatkan pelajaran yang berharga. (ini adalah) ketik yang kami turunkan kepada
engkau yang penuh berkah agar mereka suka merenungkan ayat-ayatnya, dan agar orang-
orang yang berakal mendapat pelajaran (Qs. Shad: 29) dan juga seperti surat An-nisa: 82, dan
Al-muminun: 68)
h. Al-Quran adalah sumber ilmu pengetahuan yang sangat menarik untuk dikaji dan dipelajari
sepanjang masa.
Al-Quran diturunkan sebagai mukjizat Nabi Muhammad saw, yaitu mukjizat yang paling
besar dari sekalian mukjizat lain yang pernah ada.
Al-Quran diturunkan supaya menjadi mukjizat mengembangkan risalah dan menyampaikan
apa-apa yang diterimanya dari tuhan. Untuk itu, Allah menurunkan Al-Quran yang susunan
arti hukum-hukum dan pengetahuan yang dibawakannya mengandung unsur-unsur mukjizat.

3. BEBERAPA PENDEKATAN MEMAHAMI AL-QURAN


a. Al-Quran
Untuk memahami kandungan Al-Quran yang luas dan tinggi para ulama tafsir
menggunakan berbagai metode dan corak yang beagam. Para ulam terdahulu cenderung
menggunakan metode talili sebagai mana yang sering ditemui dalam karya-karya tafsir.
metode tahlili merupakan suastu metode yang digunakan untuk memahami ayat-ayat Al-
Quran dari segala segi dan maknanya, ayat-demi ayat dan surah demi surah sesuai dengan
urutan yang terdapat dalam mush-haf usmani.
para ahli tafsir mutakhir melahirkan gagasan untuk mengungkap petunjuk Al-Quran
terhadap suatu masalah tertentu dengan cara menghimpun seluruh atau sebagian ayat dari
beberapa surat yang berbicara tentang topik yang sama untuk kemudian dikaitkan antara satu
ayat denngan ayat lainnya sehingga akhirnya dapat diambil kesimpulan menyeluruh tentang
suatu masalah sesuai petunjuk Al-Quran. cara menafsirkan Al-Quran bentuk ini disebut
dengan metode maudhui.
metode maudhui belakangan ini banyak diminatiahli tafsir, karena metode ini memudahkan
untuk menjawab problematika masyarakat yang komleks dan berkembang cepat.
1) Menggabungkan antara Riwayat dengan Dirayah
Prinsip pertama manhaj ini adalah menggabungkan antara Riwayat dengan Dirayah. jika ada
tafsir yang berfokus pada riwayat dan atsar, dan ada pla yang berfokus pada dirayah dan
perenungan pemikiran. maka tafsir yang paling tepat adalah mensintesiskan antara riwayat
dan dirayah, menyatukan antara dalil manqul (dalil naqli) yang shahih dan hasil pemikiran
yang jelas. dan meracik antara warisan salaf pengetahuan kaum khalaf.
Diantara ulama mutakhir adalah Imam Muhammad Bin Ali Asy-Syaukani (1250 H) dalam
kitabnya Fathul Qadir Al-Jami Baina Fannai Ar-riwayah Wad-dirayah Fit-tafsir.
Dalam mukkadimah tafsirnya, ia menjelaskan tentang manhaj yang ia pilih, dan
menjelaskan kerakteristiknya. ia berkata bahwa mayoritas mufasir terbagi menjadi dua
kelompok, dan mengikuti dua jalan: kelompok pertama, dalm tafsir mereka hanya
memfokuskan dari pada riwayat, dan merasa cukup dengan mengangkat riwayat ini.
kelompok kedua, memusatkan perhatiannya dalam menafsirkan Al-Quran pada pengertian
yang diberikan oleh bahasa Arab, dan ilmu-ilmu teknis lainnya dan tidak memberikan tempat
bagi riwayat dengan baik, meskipun mereka mengutipnya namun mereka tidak
mngunggulkannya sama sekali.
2) Tafsir Al-Quran dengan Al-Quran
Prinsif kedua manhaj ini adalah menafsirkan Al-Quran, dengan Al-Quran kerena Al-Quran
satu bagian arinya saling membenarkan bagian lainnya. dan satu bagian menafsirkan bagian
lainnya.
3) Tafsir Al-Quran dengan sunnah yang shahih
Shaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata dalam Mukaddimah fi ushul tafsir.
Cara penafsiran yang shahih adalah Al-Quran menafsirkan Al-Quran. apa yang
disebut secara Ijmal (global) pada suatu tempat diperinci pada tempat lain, dan apa yang
disebut secara simpel pada suatu tempat dijelaskan pada tempat lain.

Jika engkau tidak menentukan itu, maka engkau mengambil sunnah, kerena ia adalah
penjelas Al-Quran. bahkan, imam syafii berkat bahwa seluruh apa yang dihukumkan oleh
Rasullullah saw, adalah dari apa yang beliau dapat dari Al-Quran. Allah swt berfiman Surah
An-Nisa :105.
Sesungguhnya kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan pembawa kebenaran,
supaya kamu mengadli antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu dan
janganlah kamu menjadi penentang (orang yang tidak bersalah). karena membela orang-
orang yang khianat. (QS.An-nisa :105)
4) Mempergunakan tafsir sahabat dan tabiin
5) Mengambil kemutlakan bahasa
Al-Quran diturunkan dengan bahasa arab;
Artinya : Denngan bahasa Arab yang jelas (Asy-syuara: 195)
maka penafsiran wajib disamping melakukan prinsip-prinsip sebelumnya, menafsirkan lafal
sesuai dengan pengertian yang diberikan oleh bahasa arab dan penggunaannya, yang sesuai
dengan kaidahnya dan balagah Al-Quran menjadi mukjizat.

6) Memperhatikan konteks kalimat


Diantara prinsip yang penting dalam memahami Al-Quran dengan baik dan
menafsirkannaya dengan benar adalah memperhatikan konteks ayat ditempatnya dalam surah
Al-Quran dan kontek kalimat ditempat dalam ayat. ayat itu harus dikaitkan dengan
konteksnya yang ada. ia tidak boleh diputus hubungannya dengan yang esebelumny dan yang
setelahnya, untuk kemudian diseret untuk memberikan makna tertentu atau memperkuat
hukum tertentu yang dilakukan dengan sengajaoleh orang yang mempunyai tujuan tertentu.
7) Memperhatikan Asbaabunnuzul (sebab turunnya ayat)
Diantara prinsip dalam memahami dan menafsirkan Al-Quran adalah memperhatikan
asbaabunnuzul. seperti diakui oleh ulama, Al-Quran diturunkan pada dua bagian, bagian
pertma, bagan yang diturunkan secara spontan (tanpa dua bagian tertentu), ia adalah
mayoritas isi Al-Quran. bagian kedua, diturunkan setelah adanya kejadian tertentu atau
adanya pertanyaan. pada sepanjang masa turunnya wahyu, yaitu 23 tahun.
8) Menjadikan Al-quran sebagai rujukan utama dalam mencari pemahaman.
Orang yang ingin memahami Al-Quran dan menafsirkannya harus mengosongkan diri
dari keyakinan dan pemikiran-pemikiran yang sebelumnya. tidak memaksakan kehendak
dirinya terhadap Al-Quran dan menafsirkannya dengan memaksakannya agar sesuai dengan
pendapat dan kehendaknya dan megarahkannya untuk memperkuat keyakinan yang ia anut,
pemikiran yang ia Adopsi atau mazhab yang ia ikuti.

4. RUANG LINGKUP PEMBAHASAN ULUMUL QURAN


Dari definisi-defisnisi diatas dapat dapat dipahami bahwa Ulumul Quran adalah suatu
ilmu yang mempelajari ruang lingkup pembahasan yang luas. Ulumul Quran meliputi semua
ilmu yang ada kaitanya dengan Al-Quran, baik berupa ilmu agama, seperti ilmu tafsir,
maupun ilmu-ilmu bahasa arab, seperti balagah dan ilmu irab Al-Quran, ilmu-ilmu yang
tersebut definisi ini berupa ilmu tentang sebab turun ayat-ayat Al-Quran, urutan-urutannya,
pengumulannya, penulisananya, qiraatnya, tafsirnya, kemukjizatannya, nasikh, dan
mansukhnya ayat-ayat makkiyah dan madaniyah, ayat muhkamah dan mutasyabidiyah,
hanyalah sebagai pembahasan pokok Ulumul Quran.
Demikian luas ruang lingkup kajian Ulumul Quran sehingga sebagian ulama
menjadikan seperti luas yang tak terbatas. Al-Suyuthi memperluasnya sehingga memasukan
astronomi, ilmu ukur, kedokteran, dan sebagainya kedalam pembahasan Ulumul Quran.
Kemudian dia mengutip Abu Bakar Ibnu Al-Arabi yang mengatakan bawa Ulumul Quran
terdiri dari 77.450 ilmu. Hal ini didasarkan kepada jumlah kata yang terdapat didalam Al-
Quran dengan dikalikan empat. Sebab, setiap kata didalam al-Quran mengandung makna
zahir, batin, terbatas dan tak terbatas. Perhitungan ini masih dilihat dari sudut mufradatnya
(kata-katanya). Adapun jika dilihat dari sudut hubungan kalimat-kalimatnya, maka jumlahnya
menjadi tidak terhitung. Namu demikian, Ash-Shiddiq yang mengandung segala macam
pembahasan Ulumul Quran itu kembali kepada beberapa pokok persoalan saja sebagai
berikut :
Pertama, persoalan Nuzul. Persoalan ini menyangkut dengan ayat-ayat yang diturunkan
dimekkah, yang disebut dengan makkiyah. Ayat-ayat yang diturunkan dimadinah disebut
madaniyyah. Ayat-ayat yang diturunkan ketika Nabi berada dikampung disebut Hadhariah.
Ayat-ayat yang diturunkan ketika Nabi berada dalam perjalanan disebut safariyah, ayat- ayat
yang diturunkan disiang hari disebut Nahariyah, ayat-ayat yang diturunkan di malam hari
disebut lailiyah, dan yang diturunkan ketika nabi ditempat tidur disebut firasyiah, yang
diturunkan dimusim dingin disebut syitaih, yang diturunkan dimusim panas disebut syaifiyah.
Persoalan ini juga meliputi hal yang menyangkut sebab turunnya ayat. Yang mula-mula
turun, yang terakhir turun, yang berulang-ulang turun, yang turun terpisah-pisah, yang turun
sekaligus, yang pernah diturunkan kepada seorang Nabi, dan yang belum pernah turun sama
sekali.
Kedua, persoalan sanad, persoalan ini meliputi hal-hal yang menyangkut sanad yang
mutawattir, yang ahad, bentuk-bentuk qiraat nabi, para penulis ayat dan penghafal Al-Quran
dan cara tahammul (penerimaan riwayat).
Ketiga, persoalan ada Al-Qiraah (cara membaca Al-Quran ), hal ini mengangkat waqt
(cara berhenti), ibtida (cara memulai), imalah madd (bacaan yang panjang), takhfif hamzanh
(meringankan bacaan hamzah), idgam (memasukan bunyi huruf yang sakin kepada huruf
sesudahnya).
Keempat, pembaasan yang menyangkut lafal Al-Quran yaitu tetang yang gharib
(pelih), murab (menerima perubahan akhir kata), majas (mutafara), musytarah (lafal yang
mengan dung lebih dari satu makna), muradif (sinonim), istiarah (metapora), dan tasybih
(penyerupaan).
Kelima, persoalaan Al-Quran yang bersangkutan dengan hukum yaitu yat yang
bermakna, amm (umum), dan tetap dalam keumumannya, amm (umum) yang dimaksudkan
khusus. Amm (umum) yang dikhususkan oleh sunnah, yang nash, yang zahir, yang mujmal
(bersifat global), yang mufashashal (dirinci), yang manthuq (makna yang berdasarkan
pengutaraan), yang mafthum (makna yang berdasarkan pemahaman mutlaq terbatas).
Keenam, persoalan makna Al-Quran yang berhubungan dengan lafal, yaitu fashl
(pisah), washl (hubungan), Ijas (singkat), Ithnab (panjang), Musawah (sama) dan Qashr
(pendek).
Menurut T. Hasbi Ash-Shiddieqy, ada tujuh belas ilmu-ilmu Al-Quran yang terpokok.
1) Ilmu Mawathin An-Nuzul: ilmu ini menerangkan tempat-tempat turunnya ayat, masanya,
awalnya, dan akhirnya.
2) Ilmu Tawarikh An-Nuzul; ilmu ini menjelaskan masa turunnya ayat dan urutan turunnya satu
persatu, dari permulaan turunya sampai akhirnya serta urutan turunanya surah dengan
sempurna.
3) Ilmu Ashad Al-Nuzul; ilmu ini menjelaskan sebab-sebab urunnya ayat.
4) Ilmu Qiraat; ilmu ini menerangkan bentuk-bentuk bacaan.
5) Ilmu Tajwid; ilmu ini menerangkan cara membaca al-Quran dengan baik.
6) Ilmu Gharib Al-Quran; ilmu ini menerangkan makna kata-kata yang ganjil dan tidak
terdapat dalam kamus-kamus bahasa arab yang biasa atau tidak trdapat dalam percakapan
sehari-hari.
7) Ilmu Irab Al-Quran; ilmu ini menerangkan baris kata-kata al-Quran dan kedudukannya
dalam susunan kalimat.
8) Ilmu Wujuh Wa Al-Nasair; ilmu ini menerangkan kata-kata al-Quran yang mengandung
banyak arti dan menerangkan makna yang dimaksud pada tempat tertentu.
9) Ilmu Marifat Al-Muhkam Wa Al-Mutasyabih; ilmu ini menjelaskan ayat-ayat yang
dipandang muhkam (jelas maknanya) dan mutasyabih (samar maknanya, perlu ditakwilkan).
10) Ilmu Nasikh Wa Al-Mansukh; ilmu ini menerangkan ayat-ayat yang dianggap mansyukh
(yang dihapuskan) oleh sebagian mufassir.
11) Imu Badai Al-Quran ; ilmu ini bertujuan menampilkan keindahan-keindahan Al-Quran
dari sudut kesusastraannya, keanehan-keanehan, dan ketinggian balaghahnya.
12) Ilmu Ijaz Al-Quran; ilmu ini menerangkan kekuatan susunan dan kandungan ayat-ayat al-
Quran sehingga dapat membungkamkan para sastrawan Arab.
13) Ilmu Tanasub Ayat Al-Quran ; ilmu ini menerangkan persesuaian dan keserasian antara satu
ayat dan ayat didepan dan yang dibelakangnya.
14) Ilmu aqsam Al-Quran; ilmu ini menerangkan arti dan maksud-maksud sumpah tuhan yang
terdapat dalam Al-Quran.
15) Ilmu Amtsal Al-Quran; ilmu ini menerangkan maksud perumpamaan-perumpamaan yang
dikemukakan oleh Al-Quran.
16) Ilmu Jidal Al-Quran; ilmu ini membahas bentuk-bentuk dan cara-cara debat dan bantahan
Al-Quran yang dihadapkan kepada kaum musyrik yang tidak bersedia menerima kebenaran
dari tuhan.
17) Ilmu Adab Al-Quran; ilmu ini memaparkan tata cara dan kesopanan yang harus diikuti
ketika membaca Al-Quran.

B. HADIST SEBAGAI SUMBER AGAMA ISLAM


1. PENGERTIAN HADIST
Hadist atau Al-Hadist menurut bahasa Al-Jadid yang artinya sesuatu yang baru lawan
dari Al-Qadim (lama) artinya yang berarti menunjukan kepada waktu yang dekat atau waktu
singkat. Hadist juga sering disebut dengan Al-Khabar, yang berarti berita, yaitu sesuatu yang
dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain, sama maknanya dengan
hadist.
Hadist dengan pengertian khabar sebagaimana tersebut diatas dapat dilihat pada
beberapa ayat Al-quran seperti Qs.At-thur (52):34, Qs.Al-kahfi (18):6, dan Qs.Ad-dhuha
(93):11.
Sedangkan menurut istlah (terminologi), para ahli memberikan definisi (tarif) yang
berbeda-beda sesuai dengan latar belakang disiplin ilmunya. Seperti pengertian hadist
menurut ahli ushul akan bebeda dengan pengertian yang diberikan oleh ahli hadist. menurut
ahli hadist, pengertian hadist ialah :
segala perkataan nabi, perbuatan dan ihwalnya.
Yang dimaksud dengan hal ihwal ialah segala yang diriwayatkan dari Nabi SAW yang
berkaitan dengan himmah, karakteristik sejarah kelahiran dan kebiasaan-kebiasaannya.
Ada juga yang memberikan pengertian lain: sesuatu yang disandarkan kepada nabi
saw. Baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, maupun sifat beliau. Segabian muhaddisin
berpendapat bahwa peengertian hadist diatas merupakan pengertian yang sempit dan menurut
mereka hadist mempunyai cakupan pengertian yang lebih luas, tidak terbatas pada apa yang
disandarkan kepada nabi saw (hadist marfu) saja, melainkan termasuk juga yang disandarkan
kepada para sahabat (hadist mauquf) dan tabiin (hadist maqtu).
Para pakar islam membagi dua kehidupan Nabi Muhammad saw, atas dua bagian yaitu:
pertama, kehidupan beliau sebelum menerima wahyu, mulai dari bayi, kanak-kanak,
kemudian dewasa (baligh) sampai batas usia 40 tahun. Kedua, kehidupan Nabi Muhammad
saw mulai dari menerima wahyupertam digoa hiro dalam usia kematangan sampai beliau
wafat pada usia 63 tahun. Namun demikian, perkataan, perbuatan dan sikap beliau sepanjang
hari sejak kecil hingga dewasa terpuji, sehingga kalangan sahabat dan kerabat beliau diberi
gelar sebagai Al-amin (dapat dipercaya) kehadirannya kedunia ini bagaikan rahmatan lil
alamin.
Nabi Muhammad sendiri semasa hidupnya memang melarang para sahabat beliau
mencatat perilaku beliau kecuali hal-hal yang beliau katakan sebagai wahyu, hal ini untuk
mencegah kerancuan antara hadist dengan Al-quran, namun kemudian para ahhli sejarah
kembali menghimpunnya, baik dikalangan sunni maupun syiah.
Menurut Ahli Hadist, pengertan Hadist adalah segala perkataan nabi muhammad saw,
perbuatan dan ihwalnya,. Adapun yang dimaksud dengan ihwal adalah segala yang
diriwayatkan oleh Nabi Muhammad saw yang berkaitan dengan himmah, kerakteristik,
sejarah kelahiran, dan kebiasaan-kebiasaannya. [6]
Sebagai muhaddisin berpendapat bahwa pengertian haist diatas merupakan pengertian
yang sempit, menurut mereka, hadist hadist mempunyai cakupan pengertian yang sangat luas,
tidak terbatas pada apa yang disandarkan kepada Nabi saw (hadist marfu) saja, melainkan
termasuk juga yang disandarkan kepada para sahabat (hadist maukuf), dan tabiin (hadist
maqti), sebagai mana yang disebut oleh Al-tarmizi;
bahwasanya hadist itu bukan hanya untuk sesuatu yang marfu,yaitu sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi saw, melainkan bisa juga untuk sesuatu yang maukuf yang
disandarkan kepada sahabat, dan yang maqtu yang disandarkan kepada tabiin

[6]
Menurut para ulama ushul fiqh, pengertian hadist menurut istilah ialah segala
perbuatan, perkataan, taqrir Nabi muhammad saw yang berkaitan dengan hukum syara dan
ketetapannya.
Yang dimaksud dengan taqrir disini ialah membenarkannya Nabi muhammad saw
terhadap perbuata seorang sahabat yang dilakukan dihadapan beliau, atau yang diberitahukan
kepada beliau tetapi beliau sendiri tidak menegur atau menyalahkannya.
Hadist juga disebut Sunnah, bahkan menurut jumhur ulama, sunnah merupakan
Muradif (sinonim) dari hadist. Sunnah menurut bahasa mempunyai beberapa arti, seperti
jalan yang terpuji, jalan atau cara yang dibiasakan, kebalikan dari bidah serta apa yang
diperbuat oleh sahabat, baik ada dasar dari dalam al-Quran, hadist, atau tidak.
Sunnah menurut istilah, sebagaimana yang dirumuskan oleh ulama ahli hadist ialah
segala yang dipindahkan dari Nabi Muhammad Saw, baik berupa perbuatan, perkataan,
maupun taqrir, pengajaran, sifat, kelakuan, perjalanan hidup, dan baik yang demikian itu
terjadi sebelum masa kenabian atau sesudahnya. Sunnah dalam pengertian inilah, menurut
jumhur ulama hadist yang merupakan muradif dari hadist.
Menurut rumusan ulama ushul fiqh, sunnah menurut istilah ialah segala yang
dipindahkan dari Nabi Muhammad saw, baik berupa perkataan, perbuatan, atau taqrir, yang
mempunyai kaitan hukum.

2. BENTUK-BENTUK HADIST
a. Hadist Qudsiy
Hadist qudsiy ialah hadist yang disampaikan oleh rasullullah saw kepada para sahabat
dalam bentuk wahyu, akan tetapi wahyu tersebut bukanlah bagian dari ayat Al-Quran.
Ciri-ciri hadist qudsiy:
1) Ada redaksi hadist qala-yaqulu allahu
2) Ada redaksi fi ma rawa/ yarwihi anillahi fabaraku wataala
3) Redaksi lain yang semakna dengan redaksi diatas, setelah selesai menyebut rawi yang
menjadi sumber pertamanya, yakni sahabat. Contoh hadist qudsiy.
Dari Abi Dzar, dari Nabi saw, Allah swt berfirman :wahai hamba-hamba-Ku, sungguh
Aku mengharamkan kedzaliman pada diri-Ku, (lebih kerena itu) Aku menjadikannya
diantara kamu sekalian hal-hal yang diharamkan, maka dari itu janganlah kalian berbuat
dzalim (HR. Muslim).
b. Hadist Qauli
Hadist qauli adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw,
baik berupa perkataan atau pun ucapan yang memuat berbagai maksud syara, peristiwa, dan
keadaan yang berkaitan dengan aqidah, syariah, akhlak, atau lainnya.
c. Hadist Fili
Yang dimaksud dengan fili ialah segala yang disandarkan kepada Nabi saw berupa
perbuatannya yang sampai kepada kita. Seperti hadist tentang shalat atau haji.
d. Hadist Taqriri
Hadist taqriri adalah segala yang berupa ketetapan Nabi saw terhadap apa yang
datang dari sahabatnya. Nabi saw membiarkan suatu perbuatan yang dilakukan oleh para
sahabat, setelah memenuhi beberapa syarat baik megenai pelakunya maupun perbuatannya.

e. Hadist Hammi
Hadist hammi adalah hadist yang berupa keinginan Nabi saw yang belum
terealisasikan, seperti halnya keinginan untuk berpuasa 9 Asyura, didalam riwayat Ibnu
Abbas, disebutkan;
Ketika Nabi Saw berpuasa pada hari asyura dan memerintahkan para sahabat untuk
berpuasa, mereka berkata ,: Ya Rasullullah hari ini adalah hari yang diagungkan oleh orang-
orang Yahudi dan Nasrani, Nabi Bersabda, tahun yang akan datang insyaallah aku akan
berpuasa pada hari yang kesembilan. (HR. Muslim dan Abu Daud).
Nabi Muhammad Saw belum sempat merealisasikan keinginannya, kerena beliau
wafat sebelum bulan Asyura. menurut imam Syafii dan para pengikutnya, menjalankan hadst
ini disunnahkan sebagaimana sunah-sunah lainnya.
f. Hadist Ahwali
Yang dimaksud hadist ahwali adalah hadist yang berupa hal ihwal Nabi Saw yang
menyangkut keadaan fisik, sifat-sifat dan kepribadiannya. tentang keadaan fisik Nabi
Muhammad Saw dalam beberapa hadist disebutkan bahwa tidak terlalu tinggi dan tidak
terlalu rendah. sebagaimana yang dikatakan oleh Al-bara dalam sebuah hadist riwayat
bukhari sebagai berikut : Rasullullah saw adalah manusia yang sebaik-baik rupa dan tubuh,
keadaan fisiknya tidak terlalu tinggi dan pendek. (HR. Bukhari).

3. Unsur-unsur Hadist
a. Sanad
Sanad menurut bahasa adalah sesuatu yang dijadikan sandaran. sedangkan menurut
istilah terdapat perbedaan rumusan pengertian. Al-badru Bin Jamaah dan Al-thiby
menyatakan bahwa sanad adalah berita tentang jalan matan. dan ada juga yang menyatakan
silsilah para perawi yang memikulkan hadist dari sumbernya yang pertama.
b. Matan
Matan menurut bahasa mairtafaamin al-ardhi (tanah yang ditinggalkan), sedangkan
menurut istilah adalah suatu kalimat tempat berakhirnya sanad. Ada juga yang menyebutkan
bahwa matan adalah lafadz-lafadz yang didalamnya mengandung makna-makna tertentu.
Dari semua pengertian tersebut menunjukan bahwa yang dimaksud dengan matan adalah
materi atau lafadz hadist itu sediri.
c. Rawi
Rawi berarti orang yang meriwayatkan atau memberikan hadist.

4. Fungsi Hadist Terhadap Al-Quran


Dalam kitab suci al-Quran terdapat ayat-ayat yang tidak jelas maksudnya. ayat-ayat
yang sepert ini memerlukan penjelasan. Penjelasan diberikan oleh Rasullullah saw, melalui
hadist /sunnah-sunnahnya. Oleh kerena itu fungsi hadist terhadap al-Quran ialah lil bayan
atau untuk memeberikan penjelasan.
meurut pendapat sy-syafii, ada lima macam bayan atau penjelasan yang diberikan oleh
hadist kepada al-Quran, yaitu:
a. Bayan tafshil : penjelasan untuk menjelaskan ayat-ayat mujmal atau ayat-ayat yang sangat
ringkas petunjuknya.
b. Bayan takhshish : penjelasan untuk menentukan suatu dari ayat yang sangat umu sifatnya.
c. Bayan tayin : penjelasan untuk menentukan mana yang sesungguhnya dimaksud dari dua
atau tiga erkara yang mungkin dimaksudkan.
d. Bayan tasyri : penjelasan yang bersifat menetapkan suatu hukum yang tidak terdapat dalam
al-Quran.
e. Bayan nasakh : penjelasan untuk menentukan mana yang mengganti dan yang mana yang
diganti dari ayat-ayat yang terlihat seperti berlawanan.

5. Beberapa petunjuk dan ketentuan umum dalam memahami hadist


a. Memahami hadist sesuai petunjuk Al-Quran
b. Menghimpun hadist-hadist yang terjalin dalam tema yang sama
c. Menggabungkan antara hadist-hadist yang tampaknya bertentangan
d. Memahami hadist dengan mempertimbangkan latar belakangnya, situasi dan kondisinya serta
tujuannya ketika di ucapkan
e. Membedakan antara sarana yang berubah-ubah dan sasaran yang tetap.
f. Membedakan antara ucapan yang bermakna sebenarnya dan yang bersifat majas (kiasan)
dalam memahami hadist.
g. Memastikan makna dan konotasi kata-kata dalam hadis
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Al-Quran dan al-hadist adalah sebagai sumber ajaran agama islam yang telah
ditinggalkan oleh rasullullah saw, yang merupakan segala macam cara untuk memecahkan
semua permasalahan yang ada sepanjang hidup manusia.
Pengertian alquran adalah kallam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
saw. Untuk disampaikan kepada seluruh ummt manusia sampai akhir zaman nanti. Selain
sebagai sumber ilmu pengetahuan, al-Quran juga sebagai peringatan bagi ummat manusia,
juga sebagai pembeda atas Nabi Muhammad terhadap Nabi-Nabi sebelumnya.
Sedangkan Al-hadist adalah segala sesuatuyg mengenai perbuatan maupun perkataan
Rasullullah saw dan yang menyangkut hal ihwalnya. Hadis terdiri dari beberapa unsur
diantaranya; sanad, matan dan rawi. Adapun kegunaan dari hadist itu sendiri adalah: untuk
menjelaskan ayat-ayat al-Quran yang penjelasannya bersifat umum.

B. SARAN
Saya sebagai penulis sangat menyadari bahwa didalam makalah ini masih banyak
kekurangannya, oleh karena itu kami mohon maaf. Dan saya sangat berharap atas kritikan
dan saran yang bersifat membangun. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat untuk kita
semua dan khususnya bagi saya sebagai penulis.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, sulaiman. 1995.Sumber Hukum Islam. Jambi : Sinar Grafika.


Abdurrahcman, Asmuni. 1985. Filsafat Hukum Islam. Jakarta : Logos Wacana Ilmu.
Karim, Syafii. 2001. Fiqih Ushul Fiqih

http://id.wikipedia.org/wiki/Syariat_islam

Anda mungkin juga menyukai