Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH FILSAFAT DAKWAH

AL-QUR’AN SEBAGAI SUMBER INSPIRASI FILSAFAT DAKWAH

OLEH:

DEDE RIDWAN GUNAWAN

DOSEN PENGAMPU:

AGUS SALIM S.PD,

M.A

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

(STAI) IMAM BONJOL PADANG

PANJANG

1444 H / 2023 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Subhanahuwata’ala yang telah


memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya. Shalawat dan salam semoga selalu
tercurah kepada baginda Rasulullah SAW beserta keluarga, para sahabat dan para
pengikut beliau hingga akhir zaman sehingga kami penulis dapat menyelesaikan
makalah ini.
Kami sebagai penulis menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih
terdapat kekurangan dan kekeliruan, kepustakaan yang sekiranya perlu perbaikan
dari pembaca. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini mendatang baik dari
pembaca maupun dosen pembimbing.
Demikian kata pengantar dari kami penulis, semoga makalah ini
bermanfaat dan dapat digunakan sebagaimana mestinya. Semoga kita semua
mendapatkan faedah, diterangi hati dan diberikan kefahaman dalam setiap usaha
menuntut ilmu yang bermanfaat untuk dunia dan akhirat. Terimakasih banyak atas
perhatian pembaca sekalian yang budiman.

Padang Panjang, 21 Juni

2023 Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian al-Qur’an.......................................................................................................2
B. Al-Qur’an sebagai sumber inspirasi filsafat dakwah......................................................5
C. Kontruksi filsafat dakwah menurut Al-Qur’an........................................................8
BAB III KESIMPULAN
A. Kesimpulan...................................................................................................................10
B. DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG

Salah satu peninggalan Rasulallah kepada umatnya adalah Alquran


(setelah itu peninggalan yang berikutnya adalah al-hadis).Alquran, sebagai salah
satu peninggalan Rasulallah ini sesungguhnya telah menjadi sumber hukum,
sandaran utama dan inspirasi (pedoman) bagi manusia dalam menjalani kehidupan
di dunia. Banyak ayat dalam Alquran yang berisi perintah kepada manusia untuk
menggunakan potensi akal yang merupakan karunia dari Allah swt. yang
membedakan manusia dengan makhluk-makhluk ciptaan-Nya yang lain.
Penggunaan akal identik dengan filsafat. Manusia sebagai makhluk yang
berakal sekecil apapun ia menggunakan akalnya atau berpikir. Dengan demikian
maka manusia adalah makhluk yang berfilsafat. Anjuran Alquran kepada manusia
untuk berpikir, maka sesungguhnya memberi kejelasan bahwa Alquran
menganjurkan manusia untuk berpikir (berfilsafat). Bahkan dengan jelas bahwa
Alquran telah menginspirasi terhadap lahirnya filsafat. Dengan demikian, Alquran
menjadi inspirator bagi lahirnya ilmu filsafat yang sangat penting bagi manusia
dalam menjalani kehidupannya agar bahagia di dunia dan di akhirat.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Pengertian Al-Qur'an ?

2. Apakah Al-Qur'an Sebagai Sumber Inspirasi Filsafat Dakwah?

3.Bagaimana kontruksi filsafat dawah menurut al-qu’an ?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk Mengetahui Pengertian Al-Quran dan Filsafat.

2. Untuk Mengetahui Al-Qur’an sebagai sumber inspirasi dakwah.

3. Untuk mengetahui Kontruksi ilsafat dakwah menurut al quran.

i
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN AL-QUR’AN
Menurut bahasa para ulama telah berbeda pendapat didalam menjelaskan
Al-Qur’an dari sisi deripasi (isytiqaq) cara melafalkan (apakah memakai hamzah
atau tidak) dan apakah ia merupakan kata sifat atau kata jadian. kata “Al-
qur’an”merupakan kata jadian dari kata dasar “qara’a” (membaca), Al-Qur’an
merupakan kata sifat yang berasal dari kata dasar “al-qara” yang artinya
menghimpun, kata Al-Qur’an diambil dari kata kerja “qarana” yang artinya
menyertakan, dan kata Al-Qur’an diambil dari kata dasar “qara’in”yang artinya
penguat.

Sedangkan menurut istilah Abu Syahbah mendefinisikan Al-Qur’an


sebagai kitab Allah yang diturunkan baik lapazh maupun maknanya kepada Nabi
terakhir, Muhammad SAW, yang diriwayatkan secara mutawatir, yakni dengan
penuh kepastian dan keyakinan (akan kesesuaiannya dengan apa yang diturunka
kepada Muhammad), yang ditulis pada mushaf dari awal surat al-fatihah sampai
akhir surat An-nas.1

Syukriadi Sambas (1999) mendefisnisikan Al-Qur’an adalah kitab


dakwah, yang juga merupakan pesan dakwah Allah, sebab Allah mengenalkan
kemaujudannya melalui dakwah. Al-Qur’an menjelaskan secara eksplisit adanya
aktifitas dakwah sebagai bagian dari yang diperintahkan (An-Nahl: 125, Yunus:
25), yang diantara metodenya adalah hikmah.2

Menurut Manna’ al-Qaththan, al-Qur’an adalah kalamullah yang


diturunkan kepada Muhammad SAW dan membacanya adalah ibadah. Term
kalam sebenarnya meliputi seluruh perkataan, namun karana istilah itu
disandarkan (diidhafatkan) kepada Allah (kalamullah), maka tidak termasuk

1
Kitab Al madkhal li dirasah al-quranul karim
2
The reformulation of dakwah science and its parts

ii
dalam istilah Al-Qur’an perkataan yang berasal dari selain Allah, seperti
perkataan, manusia, jin dan malaikat.3

Al-Jarqani mendefinisikan Al-Qur’an itu adalah lafal yang diturunkan


kepada Nabi Muhammad SAW, dari permulaan surat Al-Fatihah sampai akhir
surat An-nas.4

Sedangkan Abdul Wahhab khallaf mendefinisikan Al-Qur’am adalah


firman Allah yang diturunkan kepada hati Rasulullah, Muhammad bin Abdullah
melalui al-Ruhl Amin (jibrir as) dengan lafal-lafal yang berbahasa Arab dan
maknanya yang benar, agar ia menjadi hujjah bagi Rasul, bahwa ia benar-benar
Rasulillah, menjadi undang-undang bagi manusia, memberi petunjuk kepada
mereka, dan menjadi saran pendekatan diri dan ibadah kepada Allah dengan
membacanya. Al-Qur’an itu dalam mushaf,dimulai dengan surata Al-Ftihah dan
diakhiri dengan surat An-Nas, disampaikan kepada kita secara mutawatir dari
generasi ke generasi secara tulisan maupun lisan. Ia terpelihara dari perubahan
dan pergantian.5

Dari definisi-definisi tersebut terdapat sifat-sifat yang membedakan Al-


Qur’an dari kitab-kitab lainnya, antara lain:

1. Isi Al-Qur’an

Dari isi, Al-Qur’an adalah kalam Allah atau firman Allah. Dengan sifat
ini, ucapan Rasulullah, malaikat, jin, dan sebagainya tidak dapat disebut Al-
Qur’an. Kalamullah memiliki keistimewaan-keistimewaan yang tak mungkin
dapat ditandingi oleh perkataan lainnya.

2. Cara Turunnya

Dari segi turunnya, Al-Qur’an disampaikan melalui malaikat Jibril yang


terpercaya (al-Ruh al-Amin). Dengan demikian jika ada wahyu Allah yang

3
Al-quran wikipedia
4
Academia.edu
5
Brainly.co.id

ii
disampaikan kepada Nabi Muhammad, tanpa perantara malaikat jibril tidaklah
termasuk Al-Qur’an.

3. Pembawanya

Dari segi pembawanya, Al-Qur’an diturunkan kepada nabi Muhammad


SAW bin Abdullah, seorang Rasul yang dikenal bergelar al-Amin (terpercaya). Ini
berarti wahyu Tuhan yang disampaiakn kepada nabi lainnya tidak dapat disebut
Al-Qur’an.

4. Fungsi Al-Qur’an

Dalam Definisi Al-Qur’an tersebut diatas disebutkan bahwa fungsi Al-


Qur’an antara lain sebagai dalil atau petunjuk atas kerasulan Muhammad SAW,
pedoman hidup bagi umat manusia, menjadi ibadah bagi yang membacanya, serta
pedoman dan sumber petunjuk dalam kehidupan.

5. Susunannya

Al-Qur’an terhimpun dalam satu mushaf yang terdiri dari ayat-ayat dan
surat-surat. Ayat-ayat Al-Qur’an disusun dengan petunjuk Nabi SAW. Karena itu,
susunan ayat ini bersifat tauqifi. Sedangakan urutan surat yang dimulai Al-fatihah
dan diakhiri dengan surat An-Nas. Disusun aatas ijtihad, usaha dan kerja keras
para sahabat.

6. Penyampaian

Al-Qur’an disampaikan kepada kita dengan cara mutawatir, dalam arti,


disampaiakan sejumlah orang dan semuanay sepakat bahwa ia benar-benar wahyu
Allah SWT, terpelihara dari atau pergantian.

i
B. AL-QUR’AN SUMBER INSPIRASI FILSAFAT DAKWAH

Al-Qur’an menjelaskan salah satu identitas kedirian sebagai kitab hikmah


dan Al-Qur’anul hakim yaitu buku yang berarti kearifan, ilmu, dan kebijaksanaan
yang “sepadan” dengan arti filsafat, yaitu cinta ilmudan cinta kebijaksanaan Allah
SWT, yang menurunkan buku hikmah mengenalkan salah satu identitas dirinya
dengan sebutan yaitu Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. seperti dalam Q.S. Al-
Luqman ayat 2 dan 9.

Dengan kesadaran ini Al-Qur’an harus dipandang sebagai panutan dalam


berbagai aspek kehidupan, tidak hanya mencakup ajaran dogmatis tetapi juga ilmu
pengetahuan.6 Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana menyatakan

“dan sesungguhnya telah kami berikan hikmah kepada Lukman” (Lukman:12)


dan bagi nabi Muhammad SAW Allah menyatakan dalam surar An-nisaa ayat 113

“Allah telah menurunkan kitab dan hikmah kepadamu” (An-nisa: 113).


Sedangkan Nabi Muhammad SAW dinyatakan pula oleh Allah “dan ia
mengajarkan kitab dan hikmah kepada kamu sekalian”

Berdasarkan uraian di atas, maka keberadaan filsafat dakwah telah


diisyaratkan dalam Al-Qur’an. Dengan demikian filsafat dakwah adalah filsafat
Al-Qur’an dan filsafat Al-Qur’an adalah filsafat dakwah, dan dapat pula disebut
filsafat Nubuwah. Oleh karena itu, segala persoalan filsafat tidak dapat
dirumuskan tanpa bersumber pada Al-Qur’an.

Derivasi kata hikmah disebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 190 kali


dengan 25 bentuk kata. dari 190 itu kata hakim (Maha Bijaksana) disebutkan 81
kali, dan kata hikmah sebanyak 20 kali. Penelusuran kandungan makna hikmah
dalam berbagai konteks sebagaimana di tunjukan oleh Al-qur’an menjadi medan
kajian filsafat dakwah yang akan melahirkan modelnya yang khas dan mandiri.

6
Prof. Dr. Umar Shihab, MA. 2005: 151

v
Didalam Al-Qur’an juga terdapat prinsip dasar dan metode berfikir filsafat
dakwah. prinsip dasar metode berfikir yang diturunkan dari Al-Qur’an yaitu:

1. Berpegang teguh pada etika Ulul Albab.


2. Memikirkan, memahami, meghayati, dan mengambil pelajaran dari ayat-ayat
Allah sebagai objek fikir baik ayat kauniyah maupun ayat-ayat Qur’aniyah
melalui petunjuk dan isyarat aya-ayat Al-Quran tentang aql yang terdiri dari
49 kali penyebutan dalam lima bentuk yang kesemuanya diungkapkan dalam
bentuk kata kerja (fi’il).
3. Mengacu kepada 49 term aql yang dimuat dalam Al-Qur’an maka di temukan
pentingnya prinsip-prinsip berfikir, yaitu:
a. Salah satu ciri yang membedakan antara manusia dari hewan terletak pada
potensi nalar (nathiq) dalam menentukan objek fikir.
b. Al-Qur’an menegaskan bahwa berfikir termasuk kegiatan bersyukur
terhadap nikmat Allah, sedangkan mensyukuri nikmat Allah
termasuk ketaatan yang bernilai ibadah. Jadi berfikir hakekatnya ibadah.
c. Al-Qur’an mengacam orang-orang yang taklid dan orang-orang yang
tidak mau menggunakan potensi indrawinya baik lahir maupun batin
dalam mengkaji, meneliti, dan mendayagunakan anugrah alam semesta
bagi pemanfaatan dan kemaslahatan alam dan segala isinya.
d. Rasulullah, penerima Al-Qur’an yang pertama, dalam sabdanya sering
menerangkan kemulyaan orang-orang yang berilmu.
e. Dengan demikian, peranan ilmuan ditengah-tengah kehidupan umat
adalah laksana matahari,bulan dan bintang yang menerangi dan
menghiasa alam semesta.
f. Dari uraian tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa berfikir
itu sangat penting.

v
4. langkah-langkah berfikir filosofis berdasarkan Al-Qur’an dapat dirumuskan
prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. kerena kedudukan dan peranan berfikir begitu penting, Al-Qur’an tidak
saja memerintahkan manusia menggunakan akalnya tetapi juga
memberikan pedoman, langkah-langkah metodologis, serta teknis
penggunaan akal dengan metode yang lurus dan meluruskan ke arah
pencapaian kebenaran yang sebenarnya (haq)
b. Agar akal terhindar dari kesalahan dan kekeliruan dalam berfikir Al-
Qur’an pun meletakan kaidah-kaidah metodologis dalam menggunakan
akal.
c. Mengenai al haq (kebenaran hakiki) yang wajib dipertahankan dan
diperjuangkan dalam kegiatan berfikir filosofis Al-Qur’an banyak
meyebutkannya. bahkan penyebutan kata al-haq tidak kurang dari 227
kali.
d. Manusia musti menyadari keterbatasan kemampuan akal dalam
memikirkan objek fikir sehingga, tak jarang terjadi kesalahan-
kesalahan dalam melakukan kegiatan berfikir.
e. Mazhab berfikir yang sudah ada dan lazim digunakan dapat di iqtibas
(adopsi) secara terpadu, tidak parsia dalam berfikir filosofis.
f. Menggunakan metode filsafat Islam yang sudah dikembangkan oleh
para filosof muslim, sebab filsafat dakwah merupakan bagian dari
filsafat Islam.

v
C. KONTRUKSI FILSAFAT DAKWAH BERDASARKAN AL-
QUR’AN

A. Hakekat filsafat (al-hikmah), para mufasir menjelaskan term hikmah


(filsafat) dalam Al-Qur’an khususnya dalam surat Lukman yaitu sebagai
berikut:
1. Ilmu tentang hakekat segala sesuatu.
2. mengetahui keutamaan segala perkara berdasarkan keutamaan ilmu.
3. mengendalikan jiwa dan otak ketika marah.
4. proposisi-proposisi hasil pengujian dan eksperimen yang sesuai dengan
realitas kebenaran.
5. pernyataan singkat yang padat makna.
6. mengetahui terjadi penyebab terjadinya segala sesuatu.
7. Ilmu pengetahuan Agama Allah yang mendalam dan di aplikasikan
dalam perbuatan.
8. Pemikiran dan perilaku yang proporsioal.
9. Sekumpulan keutamaan, pengetahuan, dan kekuasaan yang membuat
pemilik dapat menempatkan segala sesuatu pada tempatnya.
10. Dakwah sebagai proses ajakan, seruan, panggilan, dan aktifitas
merealisasikan sesuatu ke dalam kehidupan manusia.
B. Mengacu kepada poin 1 dan 2 diatas, maka filsafat dakwah dapat
dirumuskan dengan sejumlah rumusan sesuai dengan macam-macam
hakekat hikmah.
C. Terdapat empat macam wujud yang digunakan dalam surat Lukman, yaitu
Allah, manusia, pesan dakwah, dan alam selain manusia.
D. Surat Lukman juga mengajarkan aspek psikologis dalam memahami,
mengkaji, meneliti, mengkonstruksikan pengetahuan dakwah islam,
sumber perolehan pengetahuan.
E. Surat lukman mengisyaratkan badanya ghayath (aspek-aspek aksiologis)
dari kegiatan filosofis.
F. Filosof Lukman dan mutiara filsafatnya jadi model filsafat dakwah.

v
G. Terdapat beberpa prisnsip dakwah Lukman, yaitu:
1. Irsyad (bimbingan)
2. Irsyad yang dilakukan dalam konteks fardiyah, fiah, keluarga dan
kemunitas tertentu.
3. Metode hikamh.
4. Media yang digunakan adalah lisan, tulisan, dan perbuatan.

i
BAB III

PENUTUP
KESIMPULAN

Demikianlah Filsafat Dakwah. Mudah-mudahan kita dapat dengan santai


mamulai kegiatan berfilsafat, bukan untuk apa-apa, namun untuk menyadari
kebebalan kita, atau mengenali diri kita, itu saja.

filsafat adalah seni bertanya, “mengapa ini begini” dan “kenapa itu
begitu”. Pertanyaan dengan demikian adalah spirit dan inti dari filsafat. Tapi,
tidak juga dapat dianggap secara sederhana jika filsafat hanya diletakkan sebagai
rentetap pertanyaan-pertanyaan tanpa solusi dan penyelesaian.

Dalam buku filsafat dakwah ini, penulis memaparkan pengertian filsafat


dakwah hingga unsur-unsur pokok yang harus terpenuhi dalam dakwah. Sehingga
pembaca dapat mengerti kerangka dan isi dakwah secara filosofis.

Filsafat mengajarkan banyak hal. Paling tidak, ia mengajarkan ketelitian dalam


berfikir dan disiplin dalam menjalankan kehidupan.

x
DAFTAR PUSTAKA

http://ucanmencarimakna.blogspot.com/2011/10/v-behaviorurldefaultvmlo.html

Alquran Yang Mulia.

Hakim, A, N. 2008. Pengantar ke Filsafat Sains. Jakarta: PT. Pustaka Litera


Antarnusa.

Purwanto, A. 2008. Ayat-Ayat Semesta Sisi-Sisi Alquran yang Terlupakan.


Bandung: PT. Mizan Pustaka.

Profil Prof. Abdus Salam Fisikawan Muslim Pertama Penerima Hadiah Nobel
dikutip dari (http://persatuan.web.id).

http://www.eramuslim.com/suara-kita/pemuda-mahasiswa/alquran-sumber-
inspirasi-sains-islam.htm

Anda mungkin juga menyukai