Anda di halaman 1dari 10

Dosen Pembimbing Mata Kuliah

Ervina Aryanti, S.P., M.Si. Hidrologi

ALIRAN PERMUKAAN

Disusun oleh:
Muhammad Romsi Aryadi

(11980212500)

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

TAHUN 2021 M / 1442 H


KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah mari kita panjatkan kehadirat


Allah SWT, yang senantiasa memberikan kekuatan lahir batin kepada saya sehingga
makalah ini dapat terselesaikan. Dengan tersusunnya makalah ini, Saya sebagai
penyusun makalah ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu. Akhirnya hanya kepada Allah, semoga makalah ini bermanfaat serta
menjadi bagian dari amal sholeh dan semoga Allah membalas semua pihak yang telah
membantu dengan balasan yang sebaik – baiknya. Fiddunnya wal akhirat. Amin

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pekanbaru, 19 April 2021

Penyusun Makalah
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air merupakan komponen yang sangat penting bagi kehidupan di muka bumi.
Dengan meningkatnya kebutuhan akan air, para ilmiawan memberikan perhatian
yang sangat besar terhadap kelangsungan perubahan air di atmosfer, laut dan daratan.
Sirkulasi suplai air di bumi yang tidak putusnya disebut siklus hidrologi. Siklus ini
merupakan pancaran sistem energi matahari atmosfer merupakan rantai yang
menghubungkan lautan dan daratan. Air dari laut, secara tetap mengalami evaporasi
menjadi uap air yang berada di atmosfer. Angin akan mengangkut uap air ini. Kadang
pada jarak yang sangat jauh. Uap air ini akan berkumpul membentuk awan. Apabila
awan sudah jenuh, maka akan berubah menjadi hujan.

Hujan yang jatuh di laut mengakhiri siklus ini dan akan mulai dengan siklus
yang baru. Hujan yang jatuh di daratan akan melalui jalan yang lebih panjang untuk
mencapai laut. Apa yang terjadi apabila hujan jatuh di daratan ? Sebagian air hujan
akan meresap ke dalam tanah dan sebagian lagi akan mengalir di permukaan ke darah
yang lebih rendah, dan kemudian akan berkumpul di danau atau sungai dan akhirnya
mengalir ke laut. Bila curah hujan lebih besar daripada kemampuan tanah untuk
menyerap air, maka kelebihan air tersebut akan mengalir dipermukaan menuju ke
danau atau sungai. Air yang meresap ke dalam tanah (infiltrasi) atau yang mengalir di
permukaan (run off) akan menemukan jalannya untuk kembali ke atmosfer, karena
adanya evaporasi dari tanah, danau dan sungai. Air yang meresap ke dalam tanah juga
akan diserap oleh tumbuhan dan akan kembali menguap melalui daunnya kembali ke
atmosfer. Proses ini disebut transpirasi.
Hujan yang jatuh di permukaan tanah ada yang terserap masuk kedalam tanah dan
ada juga yang tidak langsung terserap. Air bergerak diatas permukaan tanah dekat
dengan aliran utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah,
maka aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya
pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai
utama yang membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju
laut. Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk,
rawa), dan sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk
sungai dan berakhir ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam
komponen-komponen siklus hidrologi yang membentuk sisten Daerah Aliran Sungai
(DAS). Jumlah air di bumi secara keseluruhan relatif tetap, yang berubah adalah
wujud dan tempatnya.

Aliran permukaan dari suatu area merupakan hasil perpaduan dari seluruh
faktor Hidrologi dan Mmeteorologi di dalam suatu daerah aliran. Aliran permukaan
sangat bervariasi dalam jumlah, tidak hanya dari tahun ke tahun berikutnya, maupun
juga dari hari ke hari, dan jam ke jam. Tidak mungkin mendeteksi secara kwantitatif
pengaruh seluruh faktor terhadap aliran permukaan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengaruh aliran permukaan terhadap tanah?


2. Bagaimana penggunaan sistem perladangan terhadap aliran permukaan?
3. Metode apa yang digunakan dalam mengurangi aliran permukaan?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengaruh Aliran Permukaan Terhadap Tanah

Setiap tetes air hujan yang jatuh ke tanah merupakan pukulan-pukulan kecil
ke tanah. Pukulan air ini memecahkan tanah yang lunak sampai batu yang keras.
Partikel pecahan ini kemudian mengalir menjadi lumpur, dan lumpur ini menutupi
pori-pori tanah sehingga menghalangi air hujan yang akan meresap ke dalam tanah.
Dengan demikian maka semakin banyak air yang mengalir di permukaan tanah.
Aliran permukaan ini kemudian membawa serta batu-batu dan bongkahan lainnya,
yang akan semakin memperkuat gerusan pada tanah. Goresan akibat gerusan air dan
partikel lainnya ke tanah akan semakin membesar. Goresan ini kemudian menjadi
alur-alur kecil, kemudian membentuk parit kecil, dan akhirnya berkumpul menjadi
anak sungai. Anak-anak sungai ini kemudian berkumpul menjadi satu membentuk
sungai.

Sebagian air hujan akan meresap ke dalam tanah dan sebagian lagi akan
mengalir di permukaan ke darah yang lebih rendah, dan kemudian akan berkumpul di
danau atau sungai dan akhirnya mengalir ke laut.

Semakin deras aliran permukaan makanya air akan semakin deras mengikis
tanah. Karena pengikisan itu maka mineral dan zat yang ada di dalam tanah akan
terbawa oleh aliran permukaan.

B. Penggunaan Sistem Perladangan Terhadap Aliran Permukaan

Pertanian ladang adalah suatu sistemekstensif dari pada intensif, terutama yang
berhubungan dengan penggunaan tanah atau lahan pertaniannya. Sistem perladangan
ini tidak sama persis dengan pertanian perladangan dengan cara slash and burn
(tebasbakar) yang tidak berkesinambungan. Sistem perladangan merupakan salah satu
bentuk adaptasi masyarakat bukit terhadap lingkungannya di dalam upaya untuk
menjaga kelangsungan hidup mereka dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan
ekologis tempat mereka tinggal.

Di dalam sistem perladangan yang secaraekologis berkelanjutan, panjangnya periode


pengolahan bidang tanah yang ada dan lamanya periode pemberaannya adalah
faktorfaktor kunci dalam pemeliharaan kesuburan tanah pada sistem pertanian ladang.
Manakala hutan ditebang dan dibakar, ada masukan gizi awal ke dalam tanah yang
bersumber dari abu pembakaran ladang. Begitu tanah-tanah itu dibuka dan
dibersihkan, mineral-mineral akan terlepas dengan sendirinya dari tanah oleh hujan.
Gizi-gizi tanah juga digerakkan oleh pertumbuhan tanaman. Jika ladang-ladang itu
kecil dan dikelilingi oleh hutan primer atau hutan regenerasi, banyak sekali tanah dan
gizi lahan itu tercuci dan akan ditangkap oleh vegetasi-vegetasi di batasan ladang.
Dengan penggunaan sistem ini jadi aliran permukaan tanah itu tidak terlalu
mempengaruhi kelangsungannya karena sistem peladangan ini tidak mempengaruhi
ekologi dari daerah sekitarnya. Walau pun vegetasi yang ada disana sebelumnya
sudah di olah atau di rusak.

C. Metode yang Digunakan Dalam Mengurangi Aliran Permukaan

Agar air hujan lebih ban yak masuk ke dalam tanah dan air aliran permukaan lebih
terkendali, perlu dilakukan konservasi air, seperti dengan pemberian mulsa,
memotong panjang lereng dengan pembuatan rorak (alur) yang dapat menampung
aliran permukaan. Memberikan mulsa penuh di permukaan tanah sehingga
meningkatkan infiltrasi 147.4% terhadap laju infiltrasi pada lahan bera. Pemberian
mulsa dari sisa tanaman pada permukaan tanah dapat meningkatkan laju
permeabilitas 3 -4 kali terhadap permeabilitas pada tanah tanpa mulsa.
Menggunakan teknik embung untuk menampung aliran permukaan, sehingga air
dapat digunakan pada musim kemarau. Rasio luas embung terhadap luas lahan yang
diairi 4 -5% dengan kedalaman 2.0 meter. Selain dengan pengendalian aliran
permukaan teknik konservasi air dapat dilakukan juga melalui pengendalian
evaporasi dan transpirasi. Sekitar 60% air hujan yang diterima di lahan kering, hilang
karena evaporasi. Menggunakan mulsa vertikal untuk mengurangi laju evaporasi,
meningkatkan cadangan air tanah, dan menghemat pemakaian air sampai 41 %.
Mulsa vertikal merupakan teknik penggunaan mulsa dengan cara memasukkan sisa
tanaman ke dalam rorak atau alur yang dibuat mengikuti kontur. Rorak yang diberi
mulsa dapat berfungsi menampung aliran permukaan, dan mulsa menahan partikel
tanah pada dinding rorak.

Teknik pengendalian aliran permukaan dengan rorak bergulud paling efektif


mengurangi ali ran permukaan yaitu 88% dari aliran permukaan pada lahan terbuka
tanpa teknik pengendalian aliran permukaan dan tanpa tumbuhan.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Aliran permukaan adalah bagian dari curah hujan yang mengalir di atas permukaan
tanah menuju ke sungai, danau dan lautan. Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah
ada yang langsung masuk ke dalam tanah atau disebut air infiltrasi. Sebagian lagi
tidak sempat masuk ke dalam tanah dan oleh karenanya mengalir di atas permukaan
tanah ke tempat yang lebih rendah. Ada juga bagian dari air hujan yang telah masuk
ke dalam tanah, terutama pada tanah yang hampir atau telah jenuh, air tersebut ke luar
ke permukaan tanah lagi dan lalu mengalir ke bagian yang lebih rendah.

Aliran air permukaan yang disebut terakhir sering juga disebut air larian atau
limpasan. Bagian penting dari air limpasan dalam kaitannya dengan rancang bangun
pengendali air limpasan adalah besarnya debit puncak,

Penggunaan sistem ladang juga berpengaruh dalam mengurangialiran permukaan dan


juga ada beberapa cara dalam mengurangi aliran permukaan salah satunya adalah
dengan menggunakan teknik pengendalian aliran permukaan dengan rorak bergulud.
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad. S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor.

Suganda, H .. M.S. Djunaedi. Santoso, dan S. Sukmana. 1997. Pengaruh cara


pengendalian erosi terhadap aliran permukaan. tanah tererosi. dan produksi sayuran
pada Andisol. J. Tanah & Iklim, 15:38-50.

Brata. K.R. 1995. Efektivitas mulsa vertikal sebagai tindakan konservasi tanah dan air
pada pertanian lahan kering di Latosol Darmaga. Jurnal limit Pertanian Indonesia.
5( I): 13-19.

Anda mungkin juga menyukai