Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH MAZAHIB AT-TAFSIR

“Penafsiran Al-Qur’an Dalam Pandangan Ahli Bahasa (Tafsir Lughawi) “

Disusun Oleh : Kelompok 3

Rizal Ramdani (2010304012)

Two Anilam Saputri (2010304013)

Putri Nabila (2010304014)

Ahmad Hasyim (2020304018)

Siti Fathonah (2020304019)

Dosen Pengampu : Pathur Rahman, M.Ag

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran allah swt yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Penafsiran Al-Qur’an
Dalam Pandangan Ahli Bahasa (Tafsir Lughawi)“ ini. Solawat serta salam tak lupa kita
haturkan kepada junjungan kita nabi muhammad saw. Yang mana telah membawa umatnya
dari zaman kegelapan menuju zaman terang-benerang seperti saat ini.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah mazahib at-tafsir. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Pathur Rahman, M.Ag selaku dosen
pengampu mata kuliah mazahib at-tafsir yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami
menyadari, makalah yang kami tulis ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan kami nantikan demi makalah ini.

Palembang, 11 Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 4
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................................. 4
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................................................ 5
1.3. Tujuan Penulisan.......................................................................................................................... 5
BAB II..................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 6
2.1. Pengertian Tafsir Lughawi ........................................................................................................... 6
2.2. Sejarah Perkembangan Tafsir Lughawi ....................................................................................... 6
2.3. Jenis-jenis Tafsir Lughawi, contoh dan Metode yang digunakan ............................................... 7
2.4. Tokoh Dan Kitab Tafsir Lughawi .............................................................................................. 10
BAB III ................................................................................................................................................. 12
PENUTUP ............................................................................................................................................ 12
3.1. Kesimpulan ................................................................................................................................ 12
3.2. Saran .......................................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................... 13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Al-Qur’an al-karim merupakan hidangan ilahi yang berfungsi sebagai hudan dalam
memperdalam pemahaman dan penghayatan tentang Islam dan merupakan pelita yang dapat
menerangi berbagai persoalan hidup. Bahasanya yang demikian mempesona, redaksi dan
mutiara pesan-pesannya yang demikian agung telah meluluhkan kalbu masyarakat yang
ditemuinya dan membuat mereka berdecak kagum. Namun dewasa ini, penulis melihat
masyarakat hanya berhenti dalam pesona bacaan seakan-akan kitab suci diturunkan hanya
untuk dibaca. Sebagai intelektual muslim, ulama berkewajiban memperkenalkan al-Qur’an
dan menyuguhkan pesan-pesan yang tersimpan di balik setiap untaian mutiara kata dan
menjelaskan nilai-nilai tersebut sejalan dengan perkembangan masyarakat sehingga al-Qur’an
dapat benar-benar berfungsi sebagaimana mestinya. Untuk menyampikan nilai-nilai tersebut,
ulama menempuh beberapa metode, baik metode penyajian maupun metode pembahasan. Di
samping itu, metode pendekatan juga diperlukan. Salah satu metode pendekatan yang sangat
signifikan dalam memahami al-Qur’an adalah pendekatan linguistik atau yang lebih dikenal
dengan istilah tafsir lughawi. Tafsir lughawi sangat diperlukan dalam memahami al-Qur’an di
samping karena al-Qur’an menggunakan bahasa arab yang penuh dengan sastra, balaghah,
fashahah, bayan, tamsil dan retorika, al-Qur’an juga diturunkan pada masa kejayaan syair dan
linguistik. Bahkan pada awal Islam, sebagian orang masuk Islam hanya karena kekaguman
linguistik dan kefasihan al-Qur’an.

Kandungan dan cakupan bahasa arab yang amat luas tentu akan menimbulkan keragaman
tafsir lughawi, mulai dari metode penyajian, pembahasan hingga jenis-jenisnya. Keragaman
tersebut tidak bisa dilepaskan dari kecenderungan setiap mufassir dalam mengkaji dan
menyajikan al-Qur’an kepada audiensnya. Disamping itu, kapasitas intelektual seorang
mufassir juga sangat berperan dalam menafsirkan al-Qur’an melalui pendekatan linguistik.
Namun sebagai karya manusia, tafsir lughawi juga tidak akan jauh dari penilaian-penilaian
negatif, akan tetapi penilaian tersebut tidak serta merta membawa seseorang untuk tidak
mempelajari dan mengkajinya, karena dibalik setiap keterbatasan akan muncul beberapa
keistimewaan dan keunggulan yang terkadang tidak dimiliki oleh yang lain.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan-pemaparan yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah, dapat
dibuat beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian tafsir lughawi dan bagaimana sejarah perkembangannya?


2. Apa saja jenis-jenis, contoh tafsir lughawi dan metode apa saja yang digunakan?
3. Sejauh mana pengaruh tafsir lughawi dan apa saja keistimewaan dan limitasinya?
4. Siapa tokoh kitab tafsir lughawi?

1.3. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui apa itu tafsir lughawi.


2. Mengetahui contoh tafsir lughawi
3. Mengetahui tokoh dan kitab tafsir lughawi.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Tafsir Lughawi


Tafsir yang akar katanya berasal dari‫ﺮ‬BBBBBBB‫ ﻓﺴ‬bermakna keterangan atau penjelasan.
Kemudian lafal tersebut diikutkan wazan ‫ﻞ‬BBBBBB‫ ﻓﻌ‬yang berarti menjelaskan atau menampakkan
sesuatu. Dengan demikian, tafsir 2 adalah membuka dan menjelaskan pemahaman kata-kata
dalam al-Qur’an. Sedangkan lughawi berasal dari akar kata ‫ﻲ‬BBBB‫ ﻟﻐ‬yang berarti gemar atau
menetapi sesuatu. Manusia yang gemar dan menetapi atau menekuni kata-kata yang
digunakannya, maka kata-kata itu disebut lughah. Dengan demikian, yang dimaksud dengan
lughawi adalah kata-kata yang digunakan, baik secara lisan maupun tulisan. Dari penjelasan
di atas, dapat ditarik sebuah pemahaman bahwa yang dimaksud dengan tafsir lughawi adalah
tafsir yang mencoba menjelaskan makna-makna al-Qur’an dengan menggunakan kaidah-
kaidah kebahasaan. atau lebih simpelnya tafsir lughawi adalah menjelaskan al-Qur’an al-
karim melalui interpretasi semiotik dan semantik yang meliputi etimologis, morfologis,
leksikal, gramatikal dan retorikal.

Oleh karena itu, seseorang yang ingin menafsirkan al-Qur’an dengan pendekatan bahasa
harus mengetahui bahasa yang digunakan al-Qur’an yaitu bahasa arab dengan segala seluk-
beluknya, baik yang terkait dengan nahwu, balaghah dan sastranya. Dengan mengetahui
bahasa al-Qur’an, seorang mufassir akan mudah untuk melacak dan mengetahui makna dan
susunan kalimat-kalimat al-Qur’an sehingga akan mampu mengungkap makna di balik
kalimat tersebut. Bahkan Ahmad Syurbasyi menempatkan ilmu bahasa dan yang terkait
(nahwu, sharaf, etimologi, balaghah dan qira’at) sebagai syarat utama bagi seorang mufassir.5
Di sinilah, urgensi bahasa akan sangat tampak dalam penafsirkan al-Qur’an.

2.2. Sejarah Perkembangan Tafsir Lughawi


Umat Islam sejak Rasulullah hingga sekarang, berusaha sekuat tenaga mencurahkan
kemampuannya untuk memahami dan menafsirkan al-Quran. Orang pertama yang memahami
dan menafsirkan al-Qur’an adalah Rasulullah di samping karena ada perintah Allah untuk
menjelaskan wahyu tersebut, kapasitas Rasulullah juga sebagai pembawa dan penyampai
wahyu. Penafsiran Rasulullah tentu tidak mencakup seluruh ayat-ayat al-Qur’an akan tetapi
hanya berkisar pada apa yang tidak dimengerti atau kurang jelas kepada para sahabatnya atau
ayat-ayat yang dipertanyakan oleh mereka atau dianggap penting untuk dijelaskan. Dan salah
satu cara Rasulullah menjelaskan dan menafsirkan al-Qur’an adalah melalui pendekatan
bahasa dengan mencarikan makna muradif (sinonim)nya atau menjelaskan makna kosa kata
dalam ayat-ayat al-Qur’an. Setelah penafsiran Rasulullah, orang yang paling memperhatikan,
mempelajari, menghafal dan merealisasikan al-Qur’an adalah para sahabat. Akan tetapi
sebelum mengamalkan al-Qur’an, mereka mancari tahu tentang makna setiap lafal atau kata
yang tidak termasuk dalam bahasa mereka, atau kata yang jarang digunakan atau kata yang
tidak menggunakan makna aslinya. Dan hal itu marak terjadi setelah Rasulullah telah tiada.10
Sahabat yang paling banyak ditanya tentang makna dan sinonim kalimat al-Qur’an dan paling
banyak menafsirkan al-Qur’an melalui pendekatan bahasa atau syair-syair arab klasik adalah
Abdullah bin Abbas.

Penafsiran Abdullah bin Abbas yang cenderung menjadikan syair sebagai salah satu
sumber penafsirannya merupakan cikal bakal munculnya madrasah lughah. Hal itu terjadi
ketika menjadi pengajar dan pembimbing di madrasah tafsir di Makkah yaitu pada abad
pertama Hijriyah dan diteruskan oleh para murid-muridnya seperti Said bin Jabir, Mujahid
bin Jabar, Ikrimah, Thawus bin Kaisan dan Atha’ bin Abi Rabah hingga abad ke-2 Hijriyah.
Pada abad ke-3 Hijiriyah, muncullah tiga madrasah yaitu Madrasah al-Lughah yang
diprakarsai oleh Abu Zakariya al-Farra’ (w. 207 H) yang menafsirkan al-Qur’an melalui
pendekatan bahasa dengan kitabnya “Ma’an al-Qur’an”, Abu Ubaidah (lahir 110 H) dengan
tafsrinya “Majaz al-Qur’an” dan Abu Ishaq al-Zajjaj (w. 311 H) dengan kitabnya “Ma’an al-
Qur’an”, kemudian Madrasah al-‘Aqliyah yang dipelopori Imam al-jahizh dan Madrasah al-
Tafsir bi al-Ma’tsur oleh Ibn Jarir al-Thabary (w. 224 – 310 H). Tafsir al-Thabari juga
dikenal sebagai tafsir yang mencoba memadukan elemen riwayat dan bahasa. Sejak itulah,
penafsiran melalui pendekatan bahasa berkembang dan senantiasa digunakan dan dibutuhkan
hingga dewasa ini.

2.3. Jenis-jenis Tafsir Lughawi, contoh dan Metode yang digunakan


Tafsir lughawi dalam perkembangannya, juga memiliki beberapa macam bentuk dan jenis.
Ada yang khusus membahas aspek nahwu, munasabah dan balaghah saja dan ada pula yang
membahas linguistik dengan mengkalaborasikan bersama corak-corak yang lain. Untuk lebih
je1lasnya tentang jenis-jenis tafsir lughawi

1
Abu al-Husain Ahmad bin Faris, Maqayis al-Lughah, (Bairut: Dar al-Fikr) Jilid 4 hal. 504
a) Tafsir nahwu atau i’rab al-Qur’an yaitu tafsir yang hanya pokus membahas i’rab
(kedudukan) setiap lafal al-Qur’an, seperti kitab al-Tibyan fi I’rab al-Qur’an karya
Abdullah bin Husain al-‘Akbary (w. 616 H)
b) Tafsir Sharaf atau morpologi (semiotik, dan semantik) yaitu tafsir lughawi yang
pokus membahas aspek makna kata, isytiqaq dan korelasi antarkata seperti Tafsir al-
Qur’an Karim karya Quraish Shihab, Konsep Kufr dalam al-Qur’an karya Harifuddin
Cawidu.
c) Tafsir Munasabah yaitu tafsir lughawi yang lebih menekankan pada aspek korelasi
antarayat atau surah, seperti Nazhm al-Durar fi Tanasub al-Ayat wa al-Suwar karya
Burhanuddin al-Buqa’y (w. 885), Mafatih al-Ghaib karya Fakhruddin al-Razy (w.
606), Tafsir al-Mishbah karya Quraish Shihab, dll.
d) Tafsir al-amtsal (alegori) yaitu tafsir yang cenderung mengekspos perumpamaan-
perumpamaan dan majaz dalam al-Qur’an seperti kitab al-Amtsal min al-Kitab wa al-
Sunnah karya Abdullah Muhammad bin Ali al-Hakim al-Turmudzi (w. 585 H),
Amtsal al-Qur’an karya al-Mawardi (w. 450 H), Majaz al-Qur’an karya Izzuddin Abd
Salam (w. 660 H)
e) Tafsir Balaghah yang meliputi tiga aspek yaitu:
 Tafsir Ma’an al-Qur’an yaitu tafsir yang khusus mengkaji makna-makna kosa
kata al- Qur’an atau terkdang disebut ensiklopedi praktis seperti kitab Ma’an
al-Qur’an karya Abd Rahim Fu’dah.
 Tafsir Bayan al-Qur’an yaitu tafsir yang mengedapankan penjelasan lafal dari
akar kata kemudian dikaitkan antara satu makna dengan makna yang lain
seperti kitab Tafsir al-Bayani al-Qur’an karya Aisyah Abd Rahman bint al-
Syathi’.
 Tafsir badi’ al-Qur’an yaitu tafsir yang cenderung mengkaji al-Qur’an dari
aspek keindahan susunan dan gaya bahasanya, seperti Badi’ al-Qur’an karya
Ibn Abi al-Ishba’ al-Mishry (w. 654 H)

2
Salah satu contohnya adalah Umar bin Khattab yang kagum terhadap al-Qur’an ketika dia
mendengar Rasulullah membaca surah al-Haqqah. (untuk lebih lengkapnya baca,
Shafiyyurrahman al-Mubarakfury, al-Rahiq al-Makhtum, (Riyad: Maktabah Dar al-Salam,
1994) hal. 101.
3
Maqayis al-Lughah, Op.Cit. Jilid 5 hal. 255
f) Tafsir qir’ah yaitu tafsir yang membahas macam-macam qira’ah seperti kitab Tahbir
al-Taisir fi Qir’aat al-Aimmah al-‘Asyrah karya Muhammad bin Muhammad al-Jazry
(w. 843 H).
g) Tafsir klasifikasi bahasa yaitu tafsir yang mengkaji lafal-lafal yang murni bahasa arab
dan yang tidak seperti kitab al-Muhadzzab fi Waqa’a fi al-Qur’an min al-Mu’arrab
karya Jalaluddin al-Suyuthi.

Contoh tafsir lughawi

Metode yang digunakan tafsir lughawi tidak jauh beda dengan metode tafsir-tafsir yang lain.
Di samping menggunakan metode penyajian atau penulisan, juga menggunakan metode
pembahasan. Untuk lebih jelasnya, akan dijelaskan sebagai berikut:

a) Metode penyajian/penulisan. Metode penyajian atau penulisan dalam tafsir lughawi


dengan berbagai jenisnya, secara garis besarnya akan bertumpu pada dua metode
yaitu:
 Metode tahlily (analisis). Metode tahlily merupakan metode yang paling
banyak digunakan oleh tafsir-tafsir klasik dan sebagian tafsir kontemporer
seperti Tafsir al-Jalalain karya al-Mahally dan al-Suyuthi, al-Kasyyaf karya al-
Zamakhsyari (w. 538 H/ 1143 M), Tafsir al-Mishbah karya Qurish Shihab.
 Metode maudhu’I (tematik) Tafsir lughawi yang menggunakan metode
tematik, biasanya tafsir yang muncul dibelakangan yang mencoba membahas
aspek-aspek tertentu saja semisal salah satu aspek balaghah (ma’any, bayan
dan badi’), amtsal dan surah-surah tertentu seperti Tafsir al-Bayan al-Qur’an
karya Aisyah Abd Rahman bint al-Syathi’ dan tafsir-tafsir yang telah
dijelaskan dalam jenis tafsir balaghah.
 Metode Muqaran Tafsir lughawi yang menggunakan metode muqaran
(komparatif) adalah tafsir yang biasanya ingin mengungkapkan segi-segi
keindahan sistematika atau gaya bahasa al-Qur’an. Metode ini erat kaitannya
dengan tafsir maudhu’I dimana seorang mufassir mengumpulkan ayat-ayat
yang sama redaksinya atau berlawanan.
b) Metode Pembahasan. Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh al-Farmawi bahwa
metodologi penafsiran al-Qur’an akan mengacu pada empat metodolodi yaitu al-
ijmaly, al-tahlily, al-muqaran dan al-maudhu’i. Dalam metode pembahasan ini,
penulis juga cenderung menggunakan empat metodologi tersebut dengan melihat
kitab-kitab tafsir yang menggunakan pendekatan bahasa.
 Metode Tahlily. Tafsir lughawi yang membahas dan mengkaji secara
mendalam aspek bahasa, akan menggunakan metode tahlily seperti tafsir al-
Kassyaf karya al-Zamakhsyari (w. 538 H/ 1143 M).
 Metode Ijmaly. Metode ijmaly dalam tafsir lughawi lebih banyak digunakan
oleh tafsir yang tidak pokus menganalisa teks al-Qur’an, akan tetapi hanya
dijadikan sebagai alat dalam memahami ayat-ayat al-Qur’an seperti tafsir al-
Tahrir wa al-Tanwir karya Ibn ‘Asyur, Tafsir Ibn Katsir karya ‘Imaduddin Ibn
Katsir al-Qurasyi (Tafsir al-Jalalain karya al-Suyuthi dan al-mahally. Dll.
 Metode Muqarin. Metode muqaran adalah metode yang paling jarang dijumpai
dalam tafsir-tafsir lughawi, padahal di satu sisi, hal ini sangat dibutuhkan
untuk mengetahui hadaf (tujuan) dan penekanan setiap ayat atau surah. Di
antara tafsir yang muncul dengan metode ini antara lain; Burhan fi Taujih
Mutasyabah al-Qur’an karya al-Karmani (w. 505 H), Tafsir al-manar karya
Muhammad Abduh (w. 1905 M) dan Rasyid Ridha (1935 M).[19]

2.4. Tokoh Dan Kitab Tafsir Lughawi


a) Toko. Salah satu tokohnya adalah Abu Ja’far al-Nahhas. Karya al-Nahhas, Syekh al-
Shabuni selaku muhaqqiq kitab tersebut menyebutkan nama lengkap beliau adalah
Ahmad bin Muhammad bin Isma’il bin Yunus al-Muradi, atau lebih dikenal dengan
Abu Ja’far al-Nahhas. Selain itu beliau juga memiliki beberapa julukan lain seperti
ibn al-Nahhas dan al-Shaffar, namun gelar al-Nahhas lebih populer dan melekat
kepada beliau. Al-Nahhas lahir di Mesir dan tinggal dalam waktu yang lama di sana,
tidak diketahui dengan pasti pada tahun berapa beliau dilahirkan namun menurut al-
Shabuni diperkirakan beliau lahir pada tahun 260 H. Beliau tumbuh di Mesir yang
ketika itu sedang mengalami kemajuan intelektual dan menjadi kiblat keilmuan
bersaing dengan Baghdad yang ketika itu menjadi ibu kota kekhalifahan Islam. Beliau
memiliki banyak karya di bidang-bidang tafsir Al-Qur’an, beberapa di antaranya
sebagaimana disebutkan oleh al-Dzahabi adalah kitab I’rab al-Qur’an dan al-Nasikh
wa al-Mansukh, Isytiqaq al-Asma al-Husna, Tafsir Abyat Sibawaih, Kitab al-Ma’ani
dan kitab al-Kafi fi al-Nahw.

b) Kitab Tafsir Lughawi, Kitab-kitab tafsir yang terkenal dengan prediket tafsir
lughawi yaitu kitab Anwar al-Tanzil, Wa Asrar al-Ta'wil karya Imam Al-Baidhawi,
Al-Bahr al-Muhith Fi al- Tafsir karya Abu Hayyan al-Andalusy, Irsyad al-'Aql al-
Salim Ila Mazaya al-Kitab al-Karim karya Abu Su'ud, Al-Kasysyaf karya Imam
Zamakhsyari dan ...

4
Lihat Surah al-Nahl ayat 44 dan 64, Surah Ibrahim ayat 4.
6
Muhammad Husain al-Dzahaby, al-Tafsir wa al-Mufassirun, (Mush’ab Ibn Umar al-
Islamiyah, 2004) hal. 38-43.
6
Abd Azhim bin Ibrahim al-Muth’iny, Khashaish al-Ta’bir al-Qur’any, (Kairo: Maktabah
Wahbah, 1992) hal. 49
7
Lihat, Abu Abdillah al-Qurthubi, al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, (Bairut Lebanon: Dar al-
Kutub al-Araby, Cet. V, 2003) Jilid. 6 hal. 90
8
al-Tafsir wa al-Mufassirun, Op.Cit. Jilid 2 hal. 143.
9
Metode Tafsir dan Kemaslahatan Umat, Op.Cit.hal.20-22
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan-pemaparan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan beberapa
point penting tentang tafsir lughawi, antara lain sebagai berikut:

1. Tafsir lughawi adalah tafsir yang menjelaskan al-Qur’an melalui interpretasi semiotik,
semantik dan semua hal yang terkait dengan linguistik. Keberadaan tafsir lughawi
sudah ada sejak masa Rasulullah, sahabat, khususnya Abdullah bin Abbas, tabi’in dan
terus berlanjut dari generasi ke generasi hingga sekarang.
2. Jenis-jenis tafsir lughawi antara lain tafsir nahwu atau i’rab al-Qur’an, sharaf atau
morpologi, munasabah, al-amtsal (alegori), balaghah (ma’any, bayan dan badi’),
qir’ah, klasifikasi bahasa, dll. Sedangkan metode yang digunakan dalam penyajiannya
hanya terpokus pada dua metode yaitu tahlily dan maudhu’i. Untuk pembahasannya,
tafsir lughawi menggunakan empat metodologi yaitu tahlily, ijmaly, muqaran dan
maudhu’i.
3. Peran dan pengaruh tafsir lughawi meliputi berbagai aspek, antara lain aspek hukum
(fiqh), theology, filsafat, sufistik dan ilmy (saintifik). Disamping itu, tafsir lughawi
memiliki beberapa keistimewaan di antaranya linguistik sebagai pengantar dalam
memahami al-Qur’an, mengungkap berbagai konsep seperti etika, seni dan imajinasi
al-Qur’an, dll. Akan tetapi tafsir lughawi juga tidak lepas dari limitasi antara lain
terjebak dalam tafsir harfiyah yang bertele-tele, mengabaikan realitas sosial dan asbab
al-nuzul serta nasikh-mansukh, dll.

3.2. Saran
Dengan penyusunan makalah ini, kami berharap kepada pembaca, khususnya para mahasiswa
berikutnya dapat mengembangkan makalah ini supaya lebih sederhana dan lebih mudah
dimengerti serta semoga pengetahuan mengenai tafsir lughawi dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna, maka dari itu kami sangat mengharapkan kritik dan sarannya yang bersifat
membangun, agar kami dapat menyusun makalah lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
al-Dzahaby, Muhammad Husain. al-Tafsir wa al-Mufassirun. Mush’ab Ibn Umar al-
Islamiyah, 2004.

Ali Ja’far, Musa’id Muslim. Atsar al-Tathawwur al-Fikriy fi al-Tafsir. Bairut: Muassasah al-
Risalah, 1984.

al-Juwaini, Musthafa al-Shawi. Manahij fi al-Tafsir. Iskandariyah: Mansya’ah al-Ma’arif.

al-Mubarakfury, Shafiyyurrahman. al-Rahiq al-Makhtum. Riyad: Maktabah Dar al-Salam,


1994.

al-Muth’iny, Ibrahim, Abd Azhim bin. Khashaish al-Ta’bir al-Qur’any. Kairo: Maktabah
Wahbah, 1992.

al-Qurthubi, Abu Abdillah. al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an. Bairut Lebanon: Dar al-Kutub al-
Araby, Cet. V, 2003.

Faris, Ahmad bin, Abu al-Husain. Maqayis al-Lughah. Bairut: Dar al-Fikr.

Gusmian, Islah. Khazanah Tafsir Indonesia dari Hermeneutika hingga Ideologi. Jakarta
Selatan: Teraju, Cet, I, 2003.

Hanafi, Hasan. Metode Tafsir dan Kemaslahatan Umat. Alih Bahasa Yudian Wahyudi.
Yogyakarta: Nawesea Press, 2007.

Mukjizat al-Qur’an. Bandung: Mizan Pustaka, Cet. XVI, 2006.

Saleh, Ahmad Syukri. Metodologi Tafsir al-Qur’an Kontemporer dalam Pandangan Fazlur
Rahman. Jakarta: Sulthan Thaha Press, Cet. I, 2007.

Anda mungkin juga menyukai