Anda di halaman 1dari 12

TAFSIR TAHLILI

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah: At-Tafsir Wal Mufassirun

Dosen Pengampu :
Sayed Akhyar, Lc. M.A

Disusun Oleh :
Kelompok 1/IAT 5-B

Aiga Valencya Ritonga 0403202014


Muhammad Ghazali 0403202030
Ummu Ridho Ulya Lubis 0403202040
Yazid Al Hafiz Nasution 0403202068

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA TA 2022/2023
KATA PENGANTAR

Bismillahhirrahmannirrahim. Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena


atas segala rahmat dan karunia- Nya kami dapat menyelesaikan tugas ini. Tidak Lupa pula
kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yakni Ustadz Sayed Akhyar, Lc. M.A
yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah yang berjudul “Tafsir
Tahlili”. Makalah ini kami buat guna memenuhi penyelesaian tugas pada mata kuliah Tafsir
Wal Mufassirun, disamping sebagai salah satu keterlibatan kami dalam menyediakan bahan
perkuliahan.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih dari berbagai pihak yang telah
membantu kami. Kami telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian
tugas makalah ini, namun kami menyadari bahwa ini belum sempurna, baik dari segi isi,
tulisan maupun kualitasnya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk memperbaiki tugas ini. Akhir kata kami mengharapkan semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bermanfaat dalam memperkaya ilmu khusus tentang
tafsir tahlili.

Medan, 13 Oktober 2022

Pemakalah
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN..........................................................................................................
A. Latar Belakang..........................................................................................................................
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................
C. Tujuan dan Manfaat..................................................................................................................
BAB II : PEMBAHASAN...........................................................................................................
A. Pengertian Tafsir Tahlili...........................................................................................................
B. Perkembangan Tafsir Tahlili.....................................................................................................
C. Kelebihan dan Kekurangan Tafsir Tahlili.................................................................................
D. Langkah-langkah yang Ditempuh dalam Metode Tahtili.........................................................
E. Ciri-Ciri Tafsir Tahlili...............................................................................................................
BAB III : PENUTUP...................................................................................................................
Kesimpulan....................................................................................................................................
Saran..............................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Para ahli tafsir berusaha untuk menafsirkan alquran dengan pendekatan dan
metode yang berbeda-beda antara satu ahli tafsir dengan lainnya. Mengenai pendekatan
tafsir yang melihat pada sumber penafsiran, ahli tafsir mengkategorikan tafsir alquran
menjadi 4 kategori; pertama tafsir bil ma‟tsur (riwayah).Kedua, tafsir bil ra‟yi (dirayah).
Ketiga, tafsir bil-lughah (bahasa). Keempat, tafsir isyari.
Adapun metode tafsir yang digunakan oleh para ahli tafsir dalam penafsiran
alquran dapat dikategorikan menjadi empat metode; Pertama, Metode tafsir Ijmali.
Kedua, metode tafsir tahlili. Ketiga, metode tafsir maudhu‟i. Keempat, metode tafsir
muqoron. Pembagian kategori ini merupakan pengkategorian baru, karena kategori ini
muncul setelah penelitian pada buku-buku tafsir yang beragam, sehingga para ahli ilmu
membagi metode tafsir yang digunakan oleh para ahli tafsir menjadi 4 macam.
Metode tahlili merupakan metode penafsiran yang digunakan oleh para ulama
dahulu dan paling luas cakupan bahasannya. Hal itu dikarenakan mufasir membagi
beberapa jumlah ayat pada satu surat dan menjelaskannya kata perkata secara rinci dan
komprehensif. Untuk lebih jelasnya, makalah ini akan membahas beberapa kajian yang te
rkait dengan tafsir tahlili.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Tafsir Tahlili?


2. Bagaimana sejarah perkembangan Tafsir Tahlili?
3. Apa saja macam-macam Tafsir Tahlili?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan Tafsir Tahlili

C. Tujuan dan Manfaat

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Tafsir Tahlili


2. Mengetahi sejarah perkembangan Tafsir Tahlili
3. Mengetahui macam-macam
4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan Tafsir Tahlili


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tafsir Tahlili

Secara bahasa, at-tahlili berarti terlepas atau terurai. Jadi tafsir tahili ialah metode
penafsiran ayat-ayat al quran melalui pendeskripsian (menguraikan) makna yang terkandung
dalam ayat-ayat al quran dengan mengikuti tata tertib atau susunan atau urutan-urutan surat-
surat dan ayat-ayat al quran yang diikuti dengan sedikit-banyak analisis tentang kandungan
ayat itu.1

Metode tahlili (analitis) juga bisa diartikan dengan menafsirkan ayat-ayat al quran dengan
memaparkan berbagai aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat yang sedang ditafsirkan itu
serta menerangkan makna-makna yang tercakup di dalamnya sesuai dengan keahlian dan
kecenderungan dari mufasir yang menafsirkanayat tersebut.

Selain itu dalam Qissatu al-Tafsir metode tafsir tahlili adalah tafsir yang berusaha untuk
menerangkan arti ayat-ayat al quran dari berbagai seginya berdasarkan aturan-aturan urutan
ayat atau surat dari mushaf dengan menonjolkan kandungan lafadznya, hubungan ayat-
ayatnya, hubungan surat-suratnya, sebab-sebab turunnya, hadis-hadis yang berhubungan
dengannya serta pendapat-pendapat para mufasiritu sendiri.

Dengan melihat berbagai pendapat tentang pengertian tafsir tahlili di atas dapat
disimpulkan bahwa tafsir tahlili adalah menafsirkan ayat-ayat al quran dengan cara urut dan
tertib sesuai dengan uraian ayat-ayat dan surat-surat dalam mushaf dari awal surat al-Fatihah
hingga akhir surat an-Nas dari seluruh aspeknya dengan luas dan rinci dan memperhatikan
kandungan lafadznya, hubungan ayat-ayatnya, hubungan surat-suratnya, sebab-sebab
turunnya, hadis hadis yang berhubungan dengannya, dengan sedikit banyak menganalisis
kandungan ayat serta memunculkan pendapat para mufasir sesuai dengan keahlian dan
kecenderungan mereka.

1
Abd al-Hayyi al-Farmawi, al-Bidayah fi al-Tafsir al quran (Dirasah Manhajiyyah Maudhu’iyah,
t.k.,t.t.), 7.


B. Perkembangan Tafsir Tahlili

Adanya metode tafsir tahlili tidak secara tiba-tiba muncul. Akan tetapi metode ini muncul
dengan melalui beberapa tahapan periode penafsiran. Penelitian tentang sejarah dan periode
yang dilalui ilmu tafsir ini, kita dapati bahwa tafsir melalui periode yang banyak, sampai pada
zaman sekarang ini.Secara gelobal penjelasannya sebagai berikut;

Periode pertama, pada masa Nabi saw, tafsir waktu itu terbatas pada penjelasan pada
kata-kata yang samar atau asing. Analisa tafsir secara kebahasaan kata dalam ayat di masa
Nabi sangat jarang sekali, dikarenakan waktu itu masyarakat tidak membutuhkan corak tafsir
seperti ini.Mereka sangat paham dengan bahasanya dan belum banyak tercampur dengan
orang-orang asing (‫)أعجم‬.

Pada zaman Nabi saw, tafsir terfokus pada asbab nuzul. Yakni sebab diturunkannya ayat
al quran kepada Nabi saw. Sahabat yang menyaksikan turunnya ayat meriwayatkan kepada
sahabat yang tidak sempat hadir menyaksikan turunnya ayat.Masa itu juga, ada penjelasan
langsung dari Nabi saw, yaitu menyelaskan al quran dengan Al quran, penjelasan istilah
tertentu dalam ayat, penjelasan hukum hala dan haram, atau penegasan tentang hukum yang
terdapat pada ayat. Sehingga banyak hadits yang memiliki keterkaitan dengan tafsir ayat baik
secara langsung atau tidak.

Pada zaman Nabi saw, tersisa banyak ayat yang tidak ditafsirkan oleh Nabi saw.
Dikarenakan masyarakat waktu itu tidak membutuhkannya, atau dibiarkan agar manusia
setelahnya mendalami ilmu tafsir itu dan menggunakan pemahaman mereka untuk ber-
istinbat makna, hukum atau hikmah yang terkandung dalam ayat.

Periode kedua, terjadi perluasan penafsiran secara besar- besaran.Hal itu menjadi
kebutuhan primer bagi orang-orang yang baru masuk Islam, di mana mereka tidak
menyaksikan langsung turunnya wahyu.Muailah adanya kebutuhan tafsir secara bahasa
setahap-setahap. Hingga islam menyebar di timur dan barat. Sebagaimana dinukil bahwan
Umar bin Khattab memberikan perhatian khusus pada segi bahasa. Begitu pula Ibnu Abbas
rda merupakan sahabat Nabi saw yang berandil besar dalam menafsirkan al quran al karim.2

Periode ini, keseriusan para sahabat dan tabi’in memiliki pengaruh besar dalam
perkembangan tafsir.Mereka berusaha dalam menafsirkan al quran berlandaskan kaidah-
kaidah syariat dan bahasa.Mereka memiliki pendapat-pendapat tafsir yang diriwayatkan dan
2
Abd al-Rahman al-Suyuti, al Itqan fi „Ulum al-Qur‟an, (Madinah Munawarah: Majma‟ al-Malik al-
Fahd, 1426H) hal 1/347.


terjaga dalam buku-buku tafsir dan hadits. Hanya saja Sebagian besarnya berkaitan tentang
kebahasaan, atau hukum fiqih. Maka pergerakan penafsiran di daerah Islam tumbuh subur
seperti madrasah Makkah. Madinah, Bashrah, Kufah dan Yaman. Oleh karena itu perkataan
sahabat dan tabiin yang berkaitan dengan penafsiran ayat menjadi pilar penafsiran bil-
Ma‟tsur. Adapun perbedaan pendapat di antara mereka pada periode ini sangat sedikit, dan
itu terjadi dalam masalah hukum fiqih. Walaupun terjadi perkembangan tafsir pada periode
ini, al quran secara rincinya belum ditafsirkan seluruhnya. Baik pada masa sahabat nabi atau
masa tabiin.3

Periode ketiga, periode tafsir tahlili muncul setelah ilmu-ilmu keislaman dibukukan.Dan
muncul ilmu baru yang berkhidmat pada al quran al-Karim. Mulai analisa nash ayat al quran
dengan bentuk yang lebih luas. Pada periode ini, kamus bahasa banyak dibukukan dan ilmu
bahasa menjadi lebih luas, seperti nahwu, sharaf dan balaghah. Oleh karena itu terjadi
peluasan penjelasan nash ayat al quran dalam ilmu bahasa arab dalam rangka menjelaskan
kata-kata gharib (asing) dalam al quran. Maka ditulislah buku secara khusus yang
menjelaskan makna kata dalam al quran.Seperti buku Majaz al quran yang ditulis oleh Abi
Ubaidah w 210H. dia menafsirkan petunjuk kata al quran, menjelaskan bacaaan ayat dan
berbicara tafsirnya secara keilmuan bahasa secara murni.

Selain dari majaz al quran, ada buku yang bernama kutub ma’ani, seperti tafsir “Ma’ani al
quran” karangan Abi Zakaria al-Fara’ w 207. Beliau lebih fokus pada kata-kata seputar
bacaannya, I’rabnya dan kata turunannya.Ada juga buku Ma’ani al quran karangan al-
Akhfasy w 215, dia lebih perhatian pada suara, sifat dan tempat keluarnya huruf. Secara
umum beliau menjelaskan tafsirnya secara bahasa, sharaf, nahwu dan balaghah.

Dengan meluasnya ruang analisa bahasa dalam tafsir kata-kata dalam al quran, maka
perkembangan selanjutnya terjadi keluasan ruang analisa dalam istinbat (penetapan) hukum
fiqih, hal ini sesuai dengan perkembangan yang maju pada madrasah-madrasah fiqih di dunia
Islam. Mereka mulai mempelajari nash al quran dari segi fiqihnya saja. Oleh karena itu
muncullah buku „Ahkam al quran‟ karangan imam Syafi’i w 204 H, selain itu, pengikut
madzhab Maliki juga menulis hal yang sama seperti Ismail bin Ishaq al-Qadhi w 282 H.
begitu juga madzhab Hanafi seperti imam Al-Thahawi w 321 H.4

3
Muhammad Husain al-dzahabi, al-Tafsir wa al Musfassirun, (Kairo: Maktabah Wahbah, 1976 M) Juz
1/100.
4
Misy’an al-Aisawi, al-Tafsir al-Tahlili; Tarikh wa al-Tathawur, al-Mu‟tamar al-Ilm al-Thani li-
Kulliyah al-Ulum al-Islamiyah, 2012 M, hal 66.


Pada periode ini juga, mucul pembukuan-pembukuan cabang ilmu-ilmu al quran seperti
buku-buku tentang asbab nuzul, salah satunya yang ditulis oleh guru imam bukhari, Ali bin
Al-Madini w 234. Terbukukan juga ilmu qira’at seperti buku Abi Ubaid bin Salam w 224.
Ahmad bin Zubair al-Kufi dan Ismail bin Ishaq al-Qadhi 282 H. Dibukukan juga ilmu naskh
wa mansukh, yang buat oleh Qatadah al- Sadusi, Ibnu Syihab al-Zuhri, dan Muqatil bin
Sulaiman

Periode keempat, periode penggabungan dari ilmu-ilmu yang berkaitan dengan tafsir.
Buku yang paling lama dengan metode tahlili adalah buku yang ditulim oleh imam
Muhammad bin Jarir al-Tabari w 310. Beliau menulis kitab tafsirnya dengan metode yang
komprehensif dalam mempelajari nash al quran. Imam Suyuti rhm mengatakan, kitab tafsir
al-tabari adalak kitab tafsir yang paling agung lagi mulia, karena di dalamnya dipaparkan
perkataan-perkataan sahabat, tabi’in dan ulama dan merajihkannya.Terdapat juga I’rab dan
instinbat dari al- tabari. Dengan itu, tafsir ini lebih dalam dan luas dari tafsir-tafsir terdahulu.5

Imam al-Nawawi rhm mengatakan juga tentang tafsir al-Tabari, umat sepakat bahwa
belum terdapat kitab yang disusun seperti tafsir al- Tabari. Dengan demikian, imam al-tabari
adalah orang pertama yang meniti jalan tafsir tahlili dan ditulis dalam buku.Terkandung di
dalamnya kaidah-kaidah ilmu ini dan langkah-langkahnya. Imam al Zarkasyi mengatakan
bahwa sesungguhnya Muhammad bin Jarir al-Tabari mengabarkan kepada seluruh manusia
tentang penafsiran yang beragam, dan mendekatkan sesuatu yang jauh.

Jadi dapat kita katakana bahwa tafsir Ibnu Jarir al-Tabari memiliki keutamaan tersendiri
dari kitab-kitab tafsir lainnya baik dari segi waktu, segi faniyah, dan segi pembuatannya.
Setelah imam al-Tabari, imam al-Tsa’labi al-Naisaburi (w 427 H) membuat kitab tafsir al
quran. Dalam penafsiranyya, beliau terpengaruh dengan metode yang digunakan oleh imam
al-tabari.Al- Tsa’labi mengatakan di dalam pengantar kitab tafsirnya, bahwa beliau
menyebutkan pendapat 14 ahli nahwu dalam tafsirnya. juga muncul kitab tafsir “Ma’alim al-
Tanzil” karangan imam al-Bagawi (w 516).

Tafsir yang lebih jelas dan dalam lagi dalam penggunaan metode tahlili adalah tafsir Ibnu
Hayyan al-Andalusi (w 745), beliau menulis tafsir yang bernama “al-Bahr al-Muhith”. Ibnu
Hayyan dalam pengantar bukunya menjelaskan langkah-langkahnya dalam menafsirkan al
quran secara terperinci dan berurutan. Beliau mengawali penafsiran ayat dengan menjelaskan
mufradat ayat, yakni kata-perkata dijelaskan makna bahasa dan nahwunya. Kemudian beliau
5
Abd al-Rahman al-Suyuti, al Itqan fi „Ulum al-Qur‟an, (Madinah Munawarah: Majma‟ al-Malik al-
Fahd, 1426H) 4/212.


menjelaskan tafsir ayat dengan menyebutkan sebab nuzul ayat, jika memiliki asbab nuzul.
Kemudian beliau menjelaskan nasakh atau tidaknya ayat yang dibahas, dan menyebutkan
keterkaitan ayat dengan ayat sebelumnya, atau surat sebelumnya. Beliau juga menjelaskan
macam-macam qiraat yang mutawatir dan syad.

C. Kelebihan dan Kekurangan Tafsir Tahlili

Kelebihan

a) Tafsir Tahlili merupakan tafsir tertua yang digunakan oleh mufassir dalam menafsirkan
ayat-ayat Alquran
b) Tafsir Tahlili mencakup ruang lingkup yang luas, aspek kebahasaan, sains dan
pengetahuan, fiqih dan lain-lain
c) Mudah mengetahui korelasi antara suatu surah dengan ayat, atau ayat dengan ayat lainnya

Kekurangan

a) Memungkinkan masuknya isroiliyat


b) Terjadi pengulangan penafsiran terhadap ayat yang sama

D. Langkah-langkah yang Ditempuh dalam Metode Tahtili

Secara urnum langkah-langkah yang ditempuh oleh mufassir dengan metode tahlili ini
adalah sebagai berikut :

a) Memberikan keterangan.tentang status ayat atau surat yang sedang ditafsirkan dari segi
makkiyah dan madaniyah
b) Menjelaskan munasabah ayat atau surat.
c) Menjelaskan asbab al-nuzulayat apabila terdapat riwayat mengenainya.
d) Menjelaskan makna al-mufradat dari masing-masing ayat, serta unsur-unsur bahasa arab
lainnya, seperti dari segi balaghah nya, fasahah nya,dll.
e) Menguraikan kandungan ayat secara umum dan maksudnya.
f) Merumuskan dan menggali hukum-hukum yang terkandung di dalam ayat-ayat tersebut.


E. Ciri-Ciri Tafsir Tahlili

Metode tahlili terlihat jelas bahwa mereka berusaha menjelaskan makna yang
terkandung di dalam ayat-ayat Alquran secara komprehenshif dan menyeluruh, baik yang
berbentuk al-ma’tsur, maupun al-ra’y, sebagaimana. Dalam penafsiran tersebut, Alquran
ditafsirkan ayat demi ayat dan surat demi surat secara berurutan, serta tak ketinggalan
menerangkan asbab al-nuzuldari ayat-ayat yang ditafsirkan. Penafsiran yang mengikuti
metode ini dapat mengambil bentuk ma’tsur (riwayat) atau ra’yi (pemikiran).

Diantara kitab tahlili yang mengambil bentuk ma’tsur (riwayat) adalah :

a) Jami’ al-Bayan ‘an Ta’wil al-Qur’an al-Karim, karangan Ibn Jarir al-Thabari (w. 310 H)
dan terkenal dengan Tafsir al-Thabari.
b) Ma’alim al-Tanzil, karangan al-Baghawi (w. 516 H)
c) Tafsir al-Qur’an al-Azhim, karangan Ibn Katsir;
d) Al- Durr al-Mantsur fi al-Tafsir bi al-Ma’tsur, karangan al-Suyuthi (w. 911 H)

Adapun tafsir tahlili yang mengambil bentuk ra’y banyak sekali, antara lain

a) Tafsir al-Khazin, karangan al-Khazin (w. 741 H)


b) Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil, karangan al-Baydhawi (w. 691 H)
c) Al-Kasysyaf, karangan al-Zamakhsyari (w. 538 H)
d) Arais al-Bayan fi Haqaiq al-Qur’an, karangan al-Syirazi (w. 606 H)
e) Al-Tafsir al-Kabir wa Mafatih al-Ghaib, karangan al-Fakhr al-Razi (w. 606 H)
f) Al-Jawahir fi Tafsir al-Qur’an, karangan Thanthawi Jauhari
g) Tafsir al-Manar, karangan Muhammad Rasyid Ridha (w. 1935 M); dan lainlain

F. Macam-Macam Metode tahlili

Dalam mengkaji alquran juga dikenal beberapa macam metode tafsir salah satunya
adalah Metode Tafsir Tahlili. Para ulama membagi wujud tafsir alquran dengan metode
tahlili kepada tujuh macam, yaitu: tafsir bi-al ma’tsur, tafsir bi al-ra’yi, tafsir shufi, tafsir
falsafi, tafsir fiqhi, tafsir ilmi dan tafsir adabi.


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Tafsir Tahlili adalah metode tafsir Alquran yang cara penafsirannya dilakukan secara
detail dari tiap ayat-ayat yang ditafsirkan. Aspek yang dibahas dalam metode tafsir tahlili,
seperti dari kosa kata, lafadz, arti yang dikehendaki, dan sasaran yang dituju dari kandungan
ayat yang ditafsir, yaitu unsur ijaz, balaghah, dan keindahan kalimat.
Pada metode tafsir tahlili para mufasirnya berusaha menjelaskan kandungan ayat
Alquran dari berbagai segi, dan memperhatikan runtutan ayat-ayat Alquran, yakni dimulai
dari surat Al-Fatihah, Al-Baqarah, Ali-Imran, dan seterusnya hingga An-nas.
Metode tafsif tahlili ini juga memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan
dari tafsir ini antara lain, ruang lingkupnya luas, memuat berbagai ide, metode tahlili adalah
merupakan metode tertua dalam sejarah penafsiran Alquran, ayat-ayat alquran yang kita lihat
sekarang urut-urutannya sesuai dengan mushaf. Selain kelebihan, adapun kelemahannya,
memungkinkannya masuknya isroiliyat serta terjadinya pengulangan penafsiran pada ayat
yang sama.

Saran

Penulis berharap kepada seluruh pihak yang mempunyai komitmen terhadap


pengembangan ilmu kiranya dapat memberikan saran dan kritik yang bersifat ilmiah dan
konstruktif guna melengkapi makalah yang penulis yakin masih sangat jauh dari
kesempurnaan.


DAFTAR PUSTAKA

Abd al-Hayyi al-Farmawi, al-Bidayah fi al-Tafsir al-Quran ( Dirasah Manhajiyyah


Maudhu’iyah, t.k.,t.t.), 7.
Abd al-Rahman al-Suyuti, al Itqan fi Ulum al-Qur'an, (Madinah Munawarah: Majma’ al-
Malik al-Fahd, 1426H) hal 1/347.
Mahmud Basuni Maudah, Tafsir- Tafsir al-Qur’an Perkenalan dengan Metode Tafsir,
(Bandung: Pustaka, 1987)
Misy'an al-Aisawi, al-Tafsir al-Tahlili; Tarikh wa al-Tathawur, al-Mu'tamar al-Ilm al-Thani
li- Kulliyah al-Ulum al-Islamiyah, 2012 M, hal 66.
Muhammad Husain al-dzahabi, al-Tafsir wa al Musfassirun, (Kairo: Maktabah Wahbah,
1976 M)

Anda mungkin juga menyukai