Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

METODE TAFSIR TAHLILIY


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Tafsir
Dosen Pengampu : Drs. H. Muhdi, M.Ag.

DISUSUN OLEH:
1. Tiara Intania Rengga (212111315)
2. Purnama Sukma Az-Zahra (212111316)
3. Nawang Azzahra (212111317)
4. Fadhil Falahudin (212111318)
5. Kharisma Farannisa Efendi (212111319)
6. Narita Murdya Wahyu Pangesti (212111320)
7. Salma Resky Refinda (212111321)

HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
UIN RADEN MAS SAID SURAKARTA
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT., atas berkah dan
rahmat-Nya makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Sholawat serta
salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW. Penulisan naskah yang
berjudul “Metode Tafsir Tahliliy” ini guna memenuhi tugas Ilmu Tafsir.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan-
kekurangan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan
yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, semua kritik dan saran pembaca akan penulis
terima dengan senang hati demi perbaikan naskah lebih lanjut.
Tulisan ini dapat penulis selesaikan berkat adanya bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak. Akhirnya,
semoga tulisan yang jauh dari kata sempurna ini ada manfaatnya.

Boyolali, 26 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
C. Tujuan .............................................................................................................. 2
D. Manfaat ............................................................................................................ 3
E. Metode .............................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 4

A. Pengertian Tafsir Tahliliy ................................................................................ 4


B. Asal Mula Tafsir Tahliliy ................................................................................. 6
C. Ciri Tafsir Tahliliy ........................................................................................... 7
D. Keutamaan dan Kelemahan Tafsir Tahliliy ..................................................... 8
E. Tokoh dan Karya Tafsir Tahliliy .................................................................... 10

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 12

A. Kesimpulan .................................................................................................... 12
B. Saran ............................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan sumber ajaran Islam pertama dan sebagai
pedoman bagi umat Islam, yang di dalamnya terdapat berbagai macam ayat
yang membutuhkan penafsiran untuk dapat memahaminya dan
mempelajarinya. Para mufassir telah menulis dan mempersembahkan karya-
karya mereka, dan menjelaskan metode-metode yang digunakannya, yang
memunculkan berbagai penafsiran dengan metode dan corak yang beraneka
ragam. Untuk mempelajari dan memahami isi kandungan al-Qur’an dibutuhkan
pengkajian dan penafsiran. Penafsiran terhadap al-Qur’an merupakan sebuah
keniscayaan yang tidak bisa diabaikan. Menafsirkan artinya menyingkap,
mengungkap, menjelaskan, menerangkan makna yang dikandung oleh Alquran.
Oleh karena itu, seorang mufassir harus memiliki kapasitas keilmuan yang
cukup, kemudian baru bisa menafsirkan al-Qur’an, menetapkan hukum yang
terkandung dari ayat-ayatnya, menjelaskan maksud Tuhan dari firman-firman
yang terkandung di dalamnya.
Pada garis besarnya, penafsiran al-Qur’an itu sendiri dilakukan
melalui empat metode, yaitu: metode Tahliliy (analitis), Ijmali (global),
Muqarin (perbandingan), dan Maudhu’i (tematik). Lahirnya metode-metode
tafsir tersebut merupakan implementasi dan respon atas tuntutan perkembangan
zaman yang selalu dinamis. Pada umumnya orang yang hidup pada masa Nabi
Saw dan sahabat, adalah ahli dalam bahasa arab dan mengetahui secara baik
latar belakang turunnya ayat (Asbab al-Nuzul), serta mengalami langsung
situasi dan kondisi umat ketika ayat al-Qur’an turun.
Dengan demikian, mereka relatif dapat memahami ayat-ayat al-
Qur’an secara benar, tepat, dan akurat. Adapun tafsir Tahliliy adalah bentuk
tafsir yang menjelaskan Al-Qur’an secara detail dari mulai ayat demi ayat, surat
demi surat ditafsirkan secara berurutan, selain itu juga tafsir ini mengkaji Al-

1
Qur’an dari semua segi dan maknanya. Tafsir ini juga lebih sering digunakan
daripada tafsir-tafsir yang lainnya. Tafsir sangat diperlukan, karena setiap orang
mengemukakan pikiran dengan cara menyampaikan serangkaian kalimat yang
kadang- kadang tidak dapat dimengerti maksud dan tujuannya dengan jelas
tanpa disusul dengan kalimat-kalirnat yang berisi menjelaskan. Pentingnya
metode tafsir tahliliy ini dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an adalah untuk
membantu dan memudahkan bagi orang yang ingin mempelajari dan
memahami ayat al-Qur’an itu sendiri secara mendalam. Penafsiran al-Qur'an
berperan untuk membantu manusia menangkap rahasia-rahasia Allah SWT.,
dan alam semesta, baik yang tampak maupun yang tersembunyi.

B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang diangkat dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Apa pengertian tafsir tahliliy?
2. Bagaimana asal mula tafsir tahliliy?
3. Apa saja ciri-ciri tafsir tahliliy?
4. Bagaimana keutamaan dan kelemahan tafsir tahliliy?
5. Siapa saja tokoh dan karya tafsir tahliliy?

C. Tujuan
Dengan penelitian yang sistematis dan komprehensif diharapkan
menemukan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang terangkum dalam
rumusan masalah. Tujuan tersebut terinci dalam pernyataan sebagai berikut:
1. Untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai pengertian tafsir
tahliliy.
2. Untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai bagaimana asal
mula tafsir tahliliy.
3. Untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai ciri-ciri tafsir
tahliliy.
4. Untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai keutamaan dan
kelemahan tafsir tahliliy.

2
5. Untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai tokoh dan
karya tafsir tahliliy.

D. Manfaat
Terdapat manfaat yang dapat diambil dari sebuah makalah ini, yaitu:
1. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang tafsir tahliliy.
2. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang asal mula tafsir
tahliliy
3. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang ciri-ciri tafsir
tahliliy.
4. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang keutamaan dan
kelemahan tafsir tahliliy.
5. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang tokoh dan karya
tafsir tahliliy.

E. Metode
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah metode studi
pustaka, metode deskriptif dalam menganalisis data, dan metode informal
(naratif) dalam penyajian analisis.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tafsir Tahliliy


Kata tahliliy adalah bahasa arab yang berasal dari kata hallala-
yuhallilu-tahlilan yang bermakna menganalisa atau mengurai. Al-Farmawy
mengatakan bahwa tafsir tahlili adalah suatu metode menafsirkan ayat-ayat al-
Qur’an dengan memaparkan segala aspek yang terkandung didalam ayat-ayat
yang ditafsirkan itu serta menerangkan makna-makna yang tercakup
didalamnya sesuai dengan keahlian dan kecenderungan mufassir yang
menafsirkan ayat-ayat tersebut1. Sedangkan menurut Muhammad Baqir Al-
Shadr adalah metode dimana mufasir membahas al-Qur’an ayat demi ayat,
sesuai dengan rangkaian ayat yang tersusun di dalam al-Qur’an. Metode tahlili
merupakan metode yang awal muncul dibandingkan dengan metode yang lain
(Ijmali, muqarrin, maudhu’i), tafsir ini berasal sejak masa para sahabat Nabi
Muhammad SAW.
Pada mulanya terdiri dari tafsiran atas beberapa ayat saja, yang
kadang-kadang mencakup penjelasan mengenai kosakatanya2. Dalam hal ini
mufassir berusaha menjelaskan kandungan ayat al-Qur’an dari berbagai seginya
yang dianggap perlu oleh seorang mufassir baik itu kosakata, asbab an nuzul,
munasabat dan lain-lain dengan memperhatikan runtutan ayat-ayat al-Qur’an
sebagaiman tercantum didalam mushaf. Dari definisi-definisi yang
diungkapkan diatas dapat disimpulkan bahwa metode tahlili adalah metode
yang berupaya menafsirkan ayat demi ayat al-Qur’an dari setiap surat-surat al-
Qur’an dengan seperangkat alat-alat penafsiran (asbab an-nuzul, munasabat,
nasikh dan mansukh dan lain-lain) dimulai dari awal surat (al-Fatihah) sampai
akhir surat dalam al-Qur’an (an-Naas).

1
Abd Hayy al-Farmawi, Al-Bidayah fi al-Tafsir al-Maudhu’I, Mathba’at al-Hadharat al-
‘Arabiyah, 1977, hlm. 24.
2
Muhammad Baqir al-Shadr, Pendekatan Tematik Terhadap Tafsir Al-Qur’an, Jurnal
Ulumul Qur’an, Vol. I, 1990, hlm. 28.

4
Dengan demikian, yang dimaksud dengan metode tahliliy adalah
suatu metode penafsiran yang berusaha menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an
dengan memaparkan segala aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat yang
ditafsirkan itu serta menerangkan makna-makna yang tercakup di dalamnya
sesuai urutan bacaan yang terdapat di dalam al-Qur’an Mushaf Utsmani dengan
keahlian dan kecenderungan mufassir yang menafsirkan ayat-ayat tersebut.
Pengertian lebih lengkap diberikan oleh M.Quraish Shihab yang
mendefinisikan tafsir tahlili sebagai satu metode tafsir dimana para mufassir
mengkaji dan menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an dari berbagai segi dan
maknanya, sesuai dengan pandangan, kecenderungan dan keinginan mufassir
nya, menafsirkan secara runtut sesuai dengan ayat demi ayat dan surat demi
surat, sesuai dengan urutan dalam mushaf3.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa karakter utama dari jenis
tafsir ini atau dalam metode ini biasanya mufasir menguraikan makna global
yang dikandung oleh al-Qur’an secara komprehensif dari berbagai seginya,
menafsirkan berdasarkan tertib ayat demi ayat dan surah demi surah, sesuai
dengan urutannya didalam mushaf. Uraian tersebut menyangkut berbagai aspek
yang dikandung ayat yang ditafsirkan seperti pengertian kosakata, konotasi
kalimatnya, latar belakang turun ayat (asbabun-nuzul), kaitannya dengan ayat
yang lain, baik sebelum maupun sesudahnya (munasabah), dan tak ketinggalan
pendapat-pendapat yang telah diberikan berkenaan dengan tafsiran ayat-ayat
tersebut, baik yang disampaikan oleh Nabi Saw, sahabat, para tabi’in maupun
tafsir lainnya4. Metode tahlili atau yang dinamai Muhammad Baqir al-Shadr
sebagai tafsir tajzi’i yaitu; suatu metode tafsir yang mufassirnya berusaha
menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Qur’an dari berbagai seginya, dengan
memperhatikan runtutan ayat sebagaimana yang tercantum dalam mushaf 5.

3
M Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, Cet I, (Tangerang: Lentera Hati, 2013), hlm. 378.
4
M Quraish Shihab, Membumikan al Qur’an; Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat, (Bandung: Mizan, 2012), hlm. 86.
5
Muhammad Baqir al-Sadr, “Pendekatan Tematik Terhadap Tafsir al-Qur’an”, Jurnal
Ilmu dan Kebudayaan, No.4, Vol.1, 1990, hlm. 1-28.

5
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa penafsiran al-Qur’an
dengan metode tahlili berarti penafsiran ayat-ayat al-Qur’an dengan cara
memaparkan segala aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat yang ditafsirkan,
berusaha untuk menerangkan makna-makna yang tercakup di dalamnya dari
berbagai segi menerangkan makna-makna tersebut bersesuaian dengan keahlian
dan kecenderungan mufassir yang menafsirkannya. Dalam prakteknya,
mufassir biasanya menguraikan makna berdasarkan urutan-urutan ayat demi
ayat; surat demi surat sesuai dengan urutan yang terdapat di dalam mushaf,
dengan menonjolkan kandungan lafadz-lafadznya, hubungan ayat atau surah
(munasabah), sebab-sebab turunnya (asbabun-nuzul), hadits-hadits yang
berhubungan, pendapat para mufassir terdahulu dan pendapat mufassir sendiri,
serta menarik kesimpulan dari ayat tersebut.

B. Asal-Mula Tafsir Tahliliy


Jika dilihat sejarah tafsir taḥlili telah mengalami beberapa fase
perkembangannya. Pada tahap awal, interpretasi ini hanya terdiri dari kata-kata
yang ambigu, aneh dan sulit. Tafsir taḥlīlī terhadap kata-kata secara kebahasaan
jarang sekali pada masa nabi karena tidak adanya kebutuhan masyarakat
terhadap model tafsir seperti ini karena kemampuan bahasa mereka serta tidak
bercampur dengan orang ‘Ajam/non-Arab sehingga dikatakan bahwa pada era
nabi belum ada tafsir secara kebahasaan.
Kemudian pada fase kedua terjadi perluasan penafsiran
besarbesaran. Hal itu menjadi kebutuhan primer bagi orang-orang yang baru
masuk Islam, di mana mereka tidak menyaksikan langsung turunnya wahyu
sehingga mucul kebutuhan terhadap tafsir bahasa sedikit demi sedikit hingga
Islam menyebar di timur dan Barat.6 Dalam perkembangan selanjutnya, tafsir
tahlili muncul dalam catatan ilmu-ilmu keislaman. Dan muncul ilmu baru yang
berkhidmat pada al-Qur’an al karim. Mulai analisa nash ayat al-Qur’an dengan

6
Musy’an Abdu Su’ud al-‘Isawi, Tafsīr Tahlīli Tārikh wa Tathawur, (al-Mu’tamar al’Ilmi
as-Tsani likuliyyatil ‘Ulumul Insaniyyah, 2013), hlm. 65.

6
bentuk yang lebih luas. Pada masa ini muncul kamus-kamus kebahasaan dan
ilmu Bahasa semakin berkembang seperti llmu nahwu, sharaf dan balaghah.
Dengan demikian, penjelasan teks ayat Al-Qur'an sebagian besar muncul dalam
kerangka ilmu bahasa Arab yang bertujuan untuk menjelaskan kata asing/gharīb
dalam Al-Qur'an. Oleh karena itu ditulislah bukubuku yang menjelaskan makna
kata dalam al-Qur’an secara khusus, misalnya kitab majāzul Qur’an yang ditulis
oleh Abu ‘Ubaidah (w.210 H) yang menafsirkan petunjuk kata al-Qur’an,
menjelaskan qira’at-qira’at serta membahas gaya bahasa al-Qur’an dengan
tafsir kebahasaan secara murni.
Abu Ubaidah peletak pertama kajian balaghah al-Qur’an dari sisi
tasybih, Kināyah, Taqdīm dan Takhīr. Seiring waktu karena kebutuhan terhadap
tafsir yang mencakup seluruh isi al-Qur’an maka pada akhir abad ke-3 dan awal
abad ke-4 Hijrah (ke-10 M) muncul tafsir yang mengkaji keseluruhan isi
alQur’an dan membuat model paling maju dari tafsir taḥlīlī seperti tafsir yang
ditulis oleh Ibnu Majah, al-Thabari.7
Metode tafsir taḥlīlī merupakan metode penafsiran al-Qur’an yang
digunakan oleh para mufassir klasik dan terus berkembang hingga kini. Dalam
perkembangannya kitab-kitab tafsir yang menggunakan metode ini ada yang
ditulis dengan sangat panjang seperti karya Ibnu Jarir al-Thabari, Fakhr al-Din
al-Razi dan tafsir karya al-Alusi. Sementara di antara karya tafsir dengan
mentode taḥlīlī yang ditulis dengan penjelasan sedang adalah seperti tafsir karya
al-Naisaburi dan Iman al-Baidhawi. Adapun contoh karya tafsir yang
menggunakan metode ini dengan penjelasan yang ringkas namun jelas dan
padat adalah kitab tafsir karya Jalal al-din Suyuthi.

C. Ciri-Ciri Tafsir Tahliliy


Untuk mengetahui ciri-ciri metode tahliliy, di antaranya ialah
dengan memperhatikan kitab-kitab tafsir tahliliy. Penafsiran yang mengikuti
metode ini dapat mengambil bentuk ma’tsur (riwayat) atau ra’y (pemikiran). Di

7
Rosalinda, Sebuah Metode Penafsiran Al-Qur’an, Hikmah, Vol. XV, No. 2, 2019, hlm.
189.

7
antara kitab tafsir tahliliy yang mengambil bentuk al-ma’tsur adalah: Jami’ al-
Bayan fi Tafsir al-Qur’an (Ibn Jarir ath-Thabari, w.310H), Ma’alimu al-Tanzil
(al-Baghawi, w.510H), Tafsir al-Qur’an al- ‘Azhim (Ibn Katsir, w.774H), dan
Al-Durrul al-Mantsur fi al- Tafsir bi al-Ma’tsur (as-Suyuthi, w.911H). Adapun
kitab tafsir tahliliy yang mengambil bentuk al-Ra’y antara lain: Tafsir Mafatihul
Ghaib al-Husain ar-Razi, (ar-Razi, 606H), Lubabut Ta’wil Fi Ma’anit Tanzil,
(al-Khazin, w.741H), Anwar al-Tanzil Wa Asrar al-Ta’wil (al-Baidhawy,
w.685H), Tafsir al-Qur’an al-Karim / al-Manar (Muhammad Rasyid Ridha,
w.1935H), dan lain-lain.8 Dari beberapa kitab diatas, dapat disebutkan bahwa
ciri-ciri tafsir metode tahliliy yaitu:
1. Menafsirkan ayat-ayat al-quran secara beruntut dari ayat pertama hingga
ayat terakhir dalam mushaf, (mulai dari surah al-Fatihah hingga surah an-
Naas).
2. Mengemukakan koreksi (munasabah) antara ayat, maupun antara surat
(sebelum maupun sesudah).
3. Menjelaskan sebab-sebab turunnya ayat.
4. Menganalisis mufradt dan lafadz dengan sudut pandang linguisik.
5. Memaparkan kedudukan ayat beserta maksudnya secara umum.
6. Menjelaskan hal-hal yang bisa disimpulkan dari ayat yang ditafsirkan, baik
yang berkaitan dengan hukum fiqh, tauhid, akhlak, atau hal lainnya.9

D. Keutamaan dan Kelemahan Tafsir Tahliliy


Metode tahliliy memiliki keutamaan dan dan kelemahan
dibandingkan dengan metode tafsir lainya, meskipun dianggap dengan metode
kuno karena merupakan metode pertama dalam kajian tafsir, tetapi metode ini
mampu bertahan dan terus digunakan oleh mufassir dalam menjelaskan
kandungan ayat al-Qur’an. Diantara keutamaannya adalah:

8
Muhammad Ali as-Shabuni, at-Thibyan Fi ‘Ulumil Qur’an, (Makkah: Dina Mekah
Berkah Utama, 1985/1405), hlm.25.
9
Zuailan, Metode Tafsir Tahlili, jurnal studi al-quran dan al-hadis, Diya al-Afkar, 2016,
Vol.4 No.1, hlm. 65-66.

8
1. Ruang lingkup yang luas
Metode tahliliy dalam pembahasannya mempunyai ruang lingkup
yang luas, berbeda dengan metode ijmali. Dalam metode tahliliy, penafsir
diberikan kesempatan untuk menuangkan hasil pemahamannya tanpa ada
batasan-batasan baik itu dengan cara bi al ma’tsur maupun bi al ra’yi.
2. Memberikan pemahaman yang luas
Dalam metode tahliliy, penafsir akan memberikan kepada pembaca
pemahaman yang sangat luas, karena dalam tafsir tersebut dituangkan
berbagai macam penafsiran ulama-ulama terdahulu. Metode analitis relatif
memberikan kesempatan yang luas kepada mufassir untuk mencurahkan
ide-ide dan gagasannya dalam menafsirkan al-Qur’an. Itu berarti, pola
penafsiran metode ini dapat menampung berbagai ide. Dengan terbukanya
pintu selebar-lebarnya bagi mufassir untuk mengemukakan pemikiran-
pemikirannya dalam menafsirkan al-Qur’an.10
Namun dibalik semua itu yang dimiliki oleh metode tafsir tahlili, tak
lupa juga ada kelemahannya, namun bukan metode ini tidak mampu
menjelaskan dengan rinci pemahaman terhadap kandungan ayat Al-Qur’an,
hanya saja kelemahan ini membuat kita harus lebih berhati-hati dalam
mengutip pendapat para mufassir, sehingga tidak terjerus ke dalam hal yang
menyimpang dari pesan Allah yang sebenarnya dalam Al-Qur’an.
Adapun kelemahan metode tafsir tahlili adalah:
1. Melahirkan penafsiran yang subjektif
Metode tahliliy sebagaimana yang telah dijelaskan diatas,
memberikan ruang kepada penafsir dengan begitu luas sekali untuk
menuangkan berbagaimacam ide-ide atau hasil tafsirannya. Sehingga
kadang-kadang penafsir lupa atau terlena atau juga dengan sengaja
menafsirkan al-Qur’an secara subjektif sesuai dengan hawanafsu atau
keinginannya tanpa mengindahkan kaidah-kaidah penafsiran. Dengan
demikian hasil penafsiran dengan menggunakan metode tahlili akan

10
Sayed Akhyar, Eksistensi Metode Tafsir Tahliliy Dalam Penafsiran Al-Qur’an, Al-I’jaz
: Jurnal Kewahyuan Islam, 2021, Vol.7 No 1, hlm. 10-11.

9
menghasilkan pandangan-pandangan yang bersifat parsial serta
kontradiktif dalam kehidupan umat manusia.
2. Masuknya riwayat Israiliyat
Dalam metode tahliliy, peluang untuk masuknya hasil
penafsiran israiliyat sangat terbuka, disebabkan metode ini memberikan
ruang begitu luas kepada penafsir untuk menuangkan hasil
penafsirannya.
3. Memberikan kejenuhan kepada pembaca
Keluasan ruangan yang diberikan kepada penafsir untuk
menuangkan berbagi macam ide atau pemahaman, baik itu dari segi
i’rabnya, munasabat, asbab an-nuzul, pendapat ulama sebelumnya.
Akan mengasilkan penafsiran yang begitu panjang bahkan sampai
berpuluh-puluh lembar. Secara tidak langsung, hal itu akan memberikan
kejenuhan atau kemalasan kepada pembaca untuk membacanya. Karena
biasanya pembaca menyukai hal-hal yang praktis. Pembahasannya
sangat luas, namun tafsir ini tidak menyelesaikan satu pokok bahasan,
karena seringkali satu pokok bahasan diuraikan sisinya atau
kelanjutannya pada ayat lain.

E. Tokoh dan Karya Tafsir Tahlili


1. Tokoh karya tafsir tahliliy
a. Ath-Thabari (w. 310 H)
b. Al-Baghawi (w. 516 H)
c. Ibn Katsir (w. 774 H)
d. As-Suyuthi (w. 911 H)
e. Fakhr Ar-RAzi (w. 606 H)
f. Al-Baidhawi (w.691 H)
g. Al-Khazin (w. 741 H)
h. An-Nasafi (w. 701 H)
i. Imam At-Tutsuri (w. 283 H)
j. Al-Allamah As-Sulaiman (w. 412 H)

10
k. Imam As-Syirazi (w. 606 H)
l. Al-Jashshah (w. 370 H)
m. Ibn Al-Arabi (w. 543 H)
n. Al-Qurthubi (w. 671 H)

2. Karya Tafsir Tahliliy


Ada banyak karya tafsir berbasis taḥlīlī yang dikarang oleh
para mufasir, namun tidak cukup tempat untuk membahasnya.
Sekurangnya, penulis menghadirkan beberapa di antaranya, yaitu kitab
Jāmi' al-Bayān fī Ta'wīl al-Qur'ān karya ibn Jarir al-Thabari (224-310 H),
Ma'ālim al-Tanzīl karya al-Baghawī (433/436-516 H), Al-Muharrar al-
Wajīz karya ibn 'Athiyyah (481-542 H), Al-Baḥar al-Muḥīṭkarya Abū
Ḥayān (654-745 H), Al-Jāmi' li Ahkām al-Qur'ān karya al-Qurtubī (w. 671
H), Tafsīr al-Qur'ān al-'Azhīm karya ibn Katsir (700-774 H), Fathul Qadīr
karya al-Syaukanī (w. 1250 H), Rūh al-Ma'ānī karya al-Alūsī (1217-1270
H), Majālis al-Tadzkīr karya al-Jazāirī (w. 1360 H), Tafsīr al-Tahrīr wa al-
Tanwīr karya ibn 'Asyūr (1296-1393 H), dan kitab Al-Tafsīr al-Munīr
karya Wahbah al-Zuhaili (1351-1437 H).

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
 Metode tahliliy menafsirkan al-Qur'an yang berusaha menjelaskan al-
Qur'an dengan menguraikan berbagai seginya dan menjelaskan apa yang
dimaksudkan oleh al-Qur'an.
 Ciri tafsir tahliliy adalah mengemukakan munasabah (korelasi) atara ayat
atau surat, menjelaskan sebab-sebab turunnya al-Qur’an, memaparkan
kandungan ayat serta maksudnya secara umum.
 Tafsir tahliliy merupakan tafsir tertua yang digunakan dalam menafsirkan
ayat-ayat al-Qur’an.
 Tafsir tahliliy mencakup ruang lingkup yang sangat luas, aspek
kebahasaan, sains dan pengetahuan, fiqih dan lain-lain
 Untuk kekurangan dari tafsir tahliliy adalah penafsiran terhadap ayat-ayat
al-Qur’an kurang mendalam. Memungkinkan masuknya isroilliyat.
Subyektifitas muafassir sulit dihindari dalam menafsiran ayat-ayat al-
Qur’an.

B. Saran
Menyadari bahwa kami sebagai penulis masih jauh dari kata
sempurna, kedepannya kami akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan
tentang penulisan di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak tentunya
dapat di pertanggungjawabkan. Maka penulis sangat mengharapkan kritikan
yang berupa tambahan dan sifatnya membangun untuk kesempurnaan di masa
yang akan datang.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abd Hayy al-Farmawi, Al-Bidayah fi al-Tafsir al-Maudhu’I, Mathba’at al-Hadharat


al-‘Arabiyah, 1977, hlm. 24.

Muhammad Baqir al-Shadr, Pendekatan Tematik Terhadap Tafsir Al-Qur’an,


Jurnal Ulumul Qur’an, Vol. I, 1990, hlm. 28.

M Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, Cet I, (Tangerang: Lentera Hati, 2013), hlm. 378.

M Quraish Shihab, Membumikan al Qur’an; Fungsi dan Peran Wahyu dalam


Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 2012), hlm. 86.

Muhammad Baqir al-Sadr, “Pendekatan Tematik Terhadap Tafsir al-Qur’an”,


Jurnal Ilmu dan Kebudayaan, No.4, Vol.1, 1990, hlm. 1-28.

Musy’an Abdu Su’ud al-‘Isawi, Tafsīr Tahlīli Tārikh wa Tathawur, (al-Mu’tamar


al’Ilmi as-Tsani likuliyyatil ‘Ulumul Insaniyyah, 2013), hlm. 65.

Rosalinda, Sebuah Metode Penafsiran Al-Qur’an, Hikmah, Vol. XV, No. 2, 2019,
hlm. 189.

Muhammad Ali as-Shabuni, at-Thibyan Fi ‘Ulumil Qur’an, (Makkah: Dina Mekah


Berkah Utama, 1985/1405), hlm.25.

Zuailan, Metode Tafsir Tahlili, jurnal studi al-quran dan al-hadis, Diya al-Afkar,
2016, Vol.4 No.1, hlm. 65-66.

Sayed Akhyar, Eksistensi Metode Tafsir Tahliliy Dalam Penafsiran Al-Qur’an,


Al-I’jaz : Jurnal Kewahyuan Islam, 2021, Vol.7 No 1, hlm. 10-11.

13

Anda mungkin juga menyukai