Anda di halaman 1dari 8

REVIEW BUKU

“Quranic Islam And The Seculae Mind : Locating Islam In The Modern
World ”

Disusun untuk memenuhi Ujian Tengah Semester mata kuliah tafsir

Dosen Pengampu: Bapak Dr. Abdul Mufid, Lc., M.S.I

Disusun Oleh:
Ihtiyamul Hasan 182111268
Nawang Azzahra 212111317
Ade Argilsa 212111328

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK

2022
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN

A. Identitas Buku :
Nama Penulis : Shabbir Akhtar
Nama Penerbit : Routledge Taylor & Francis Group
Tahun Terbit : 2008
Jumlah Halaman : 400 Halaman
Nomor ISBN : ISBN 0-203-93531-4
Harga Buku : $140.85

Menempatkan Islam di Dunia Modern

Sekularisme, alembik komprehensif peradaban modern, adalah kehadiran sosial


yang terlihat dan objektif, tidak terbatas secara akademis atau teoretis. Ini membebani
kita setiap hari seperti gravitasi lingkungan alam: sebagai bentuk sosial, sebagai ilmu
pengetahuan dan teknologi, sebagai tambahan untuk bentuk universal kapitalisme
barat, dan sebagai organisasi politik dan birokrasi. Oleh karena itu, kita tidak boleh
meneliti konfrontasi Islam dengan ideologi sekularis hanya melalui filter teologi
filosofis. Pengadilan sekularisme menilai keyakinan agama di pasar, media, forum
universitas, dan dunia bersama. Tidak ada yang bisa mengabaikan keberadaan praktis
dunia barat sekuler. Menghadapi tantangan intelektual murni yang ditimbulkan oleh
visi sekuler dunia, bagaimanapun, adalah masalah pilihan akademis. Implikasinya yang
lebih besar tidak hanya bersifat intelektual. Jauh dari keamanan akademisi dan aula
konferensi, jauh dari pertukaran sengit dalam catatan kaki jurnal akademik, Muslim
biasa melihat diri mereka sebagai pertempuran mendesak untuk citra sejati
kemanusiaan pada saat krisis dalam peradaban.
Sekularisme tidak hanya digunakan pada sebuah konsep politik namun juga
digunkan dalm sebuah filsafat hidup dan transformasi seseorang, lembaga atau hal-hal
yang bersifat spritual ke dalam keduniaan. Hal ini menarik perhatian sebagaian orang
karena adanya anggapan yang keliru bahwa materi lebih memberi pemenuhan
kehidupan, harga diri dan prestise ketimbang menjadi seorang idealis sebagaimana
yang ada pada doktrin-dokrtin keagamaan. Sebagai sebuah proses sosial, yang terjadi
dibawah kontrol seseorang, sekularisasi berusaha menyingkirkan perang otoritas
keagamaan dalam kehidupan manusia. Noldeke berpendapat bahwa al-Qur’an
merupakan hasil karangan Nabi Muhammad. Noldeke menyatakan bahwa sumber
utama wahyu yang dibawa Muhammad bersumber dari kitab Yahudi. Semua ajaran-
ajaran al-Qur’an, misalnya, kisah-kisah para Nabi yang disebutkan dalam al-Qur’an,
bahkan aturan-aturan yang dibawa oleh Muhammad mulai dari surah yang pertama
secara jelas tiruan dari kitab Yahudi. Noldeke membandingkan, menurutnya pengaruh
dari ajaran yang ada
dalam kitab injil terhadap al-Qur’an lebih sedikit. Untuk membuktikan risetnya,
Noldeke memberikan beberapa contoh tentang teori keterpengaruhan yang diambil oleh
Muhammad dari tradisi atau elemen Yahudi dan Kristen. Di antara contoh yang
dikemukakan Noldeke adalah :
a. Kalimat “La ilaha illa Allah”. Kalimat Syahadat ini menurut Noldeke diadopsi
Muhammad dari kitab Samoel II. 32: 22, Mazmur 18: 32.44
b. Bacaan “Basmalah” sebagai ayat yang terletak di bagian depan surah.
Menurut Noldeke, kalimat ini biasa diucapkan saat akan melakukan
perbuatan ibadah yang sudah dikenal dalam tradisi Yahudi dan Kristen. Dari
tradisi Yahudi inilah - tegas Noldeke - Muhammad kemudian menirukan hal
yang sama, terutama pada saat ia di Madinah untuk naskah undang-undang
Madinah dan sebagainya.
c. Noldeke menyitir satu ayat yang dijadikannya sebagai bukti bahwa al-Qur’an
diambil dari perjanjian lama, yaitu QS. al-Anbiya’: 105 - yang artinya: “Dan
sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh
Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hambaKu yang saleh.”
Selain contoh di atas, terdapat term-term dalam al-Qur’an yang juga diyakini
Noldeke telah diambil dari Kristen; seperti kata furqan, sebenarnya bermakna
“penebusan” (redemption), namun bagi Muhammad makna tersebut dalam bahasa
Arab
menjadi wahyu (revelation);47 demikian pula kata millah sepatutnya bermakna “kata”
(word), namun di dalam al-Qur’an ia menjadi agama.
Islam dan Barat memiliki banyak hal untuk ditawarkan satu sama lain. Tidak ada
yang produktif akan berkembang sementara sikap dominan adalah kecurigaan,
kefanatikan, dan ketakutan. Islam pernah memainkan peran penting dalam
melestarikan pengetahuan selama kebodohan dan barbarisme 'zaman kegelapan' Eropa.
Penemuan kembali dan penyempurnaan pengetahuan ini membantu menempatkan
Eropa di jalan menuju dominasi sains dan teknologi modernnya. Cengkeraman para
pemimpin agama duniawi dan korup telah dipatahkan di Eropa. Pada saat yang sama
penindasan ijtihad dan perbedaan pendapat rasional dalam masyarakat Islam oleh
penguasa sejenis menyebabkan kemunduran dunia Islam, memungkinkan orang Eropa
untuk menikmati imperialisme dan kolonialisme dari abad kedelapan belas hingga
pertengahan abad kedua puluh. Pertukaran pengetahuan yang simpatik, yang kali ini
mengalir dari masyarakat Barat ke masyarakat Islam, mungkin akan menghidupkan
kembali Islam dan memungkinkan masyarakat Islam untuk menikmati peran yang lebih
kreatif dan signif.
Islam telah mempertahankan posisi sentral nilai-nilai moral sebagai karakter
penentu masyarakat manusia. Francis Lamand, Presiden Asosiasi Prancis 'Islam dan
Barat', menganggap bahwa: "Islam dapat berkontribusi pada kelahiran kembali, di
Barat, dari tiga nilai esensial: rasa kebersamaan, di bagian dunia yang telah menjadi
terlalu individualistis; rasa sakral; dan rasa hukum. Ini bisa menjadi kontribusi Islam
bagi masyarakat Barat". Sebagai imbalannya Barat harus mengendalikan arogansi dan
menilai kembali sikapnya terhadap seluruh dunia. Gagasan tentang keberadaan 'seluruh
dunia', dari persepsi apa pun, adalah sesuatu yang harus kita ubah.
.Islam di dunia industri modern daripada dengan pertanyaan tentang
rasionalitas, koherensi atau kebenarannya. Sangat mudah untuk mengkritik agama yang
ada dan mapan, sulit untuk menemukan yang baru. Perspektif Islam masih
membimbing dan mengilhami konstituen utama dan berkembang dari umat manusia.
Ini telah menginformasikan semua aspek peradaban dunia selama satu setengah
milenium. Secara terminologis, ini sesuai dengan agama Kristen, agama, dan Susunan
Kristen, bekas kerajaan yang berdasarkan padanya.
Islam adalah satu-satunya agama di mana kesalahpahaman dan bahkan
kesalahan penyajian yang disengaja dan sistematis dimulai dengan namanya. Iman itu
disebut 'Muhammadanisme' seolah-olah Muslim menyembah Muhammad. Seseorang
mungkin, dengan lebih banyak pembenaran, menyebut Kekristenan sebagai
'Paulianitas' karena Paulus adalah penyebar dakwah utama Kekristenan. Pelabelan yang
salah terhadap Islam adalah ironis karena sejauh ini Islam merupakan iman yang paling
lengkap dan dengan kesadaran diri didefinisikan sebagai sumbernya. Quran sendiri
menyebut orang percaya 'Muslim' dan berulang kali menyebut agama yang dipilih untuk
mereka sebagai islam. Islam, tidak seperti Kristen atau Buddha, tidak memiliki pendiri
atau pelindung politik kedua atau ketiga. Seorang orientalis Arab, mendiang HAR Gibb,
mencoba membenarkan label 'Muhammadanisme'. ‘Di zaman yang kurang sadar diri,
Muslim bangga menyebut komunitas mereka al-umma al-Muhammadiyya .' Muslim
masih bangga disebut 'umat Muhammad' tetapi mereka membenci implikasi bahwa ada
hubungan umum antara Islam dan Muhammad yang serupa dengan hubungan antara
Kristus dan Kristen atau Buddha dan Buddha. Muslim mengklaim bahwa iman mereka
adalah universal dan bahwa sikap menyerah ( islam ) adalah sebutan yang benar.
Islam adalah agama yang terakhir di antara sekalian agama besar dunia, yang
semuanya merupakan kekuatan raksasa yang menggerakkan revolusi dunia, dan
mengubah nasib sekalian bangsa. Tetapi Islam bukan saja agama yang terakhir,
melainkan pula agama yang melingkupi segala-galanya dan mencakup sekalian agama
yang datang sebelumnya. Ciri khas agama Islam yang paling menonjol ialah, Islam
menyuruh para pemeluknya supaya beriman dan mem-percayai bahwa sekalian agama
besar di dunia yang datang sebelum-nya, diturunkan dan diwahyukan oleh Allah. Salah
satu rukun iman ialah orang harus beriman kepada sekalian Nabi yang diutus sebelum
Nabi Muhammad saw.
Qur’an Suci berfirman:
“Dan orang yang beriman kepada apa yang diturunkan kepada engkau dan
apa yang diturunkan sebelum engkau” (2:4).
“Katakanlah: Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan
kepada kami dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim dan Ismail dan Ishaq dan
Ya’qub dan anak cucu, dan apa yang diberikan kepada Musa dan ‘Isa, dan apa yang
diberikan kepada para Nabi dari Tuhan mereka, dan kami tak membeda-bedakan
salah satu di antara mereka” (2:136).
“Utusan beriman kepada apa yang diwahyukan kepadanya dari Tuhannya,
dan demikian pula kaum mukmin. Mereka semua beriman kepada Allah dan
Malaikat-Nya dan Kitab-Nya dan para Utusan-Nya. Kami tidak membedabedakan
salah satu di antara para Utusan-Nya” (2:285).
Jadi, orang Islam bukan saja beriman kepada Nabi Muhammad saw melainkan
pula beriman kepada semua Nabi. Menurut ajaran Qur’an Suci yang terang benderang,
semua bangsa telah kedatangan Nabi: “Tak ada satu umat, melainkan seorang juru
ingat telah berlalu di kalangan mereka” (35:24). Oleh karena itu, orang Islam ialah
orang yang beriman kepada para Nabi dan Kitab Suci dari semua bangsa. Orang Yahudi
hanya percaya kepada para Nabi bangsa Israel; orang Kristen hanya percaya kepada
Yesus Kristus, dan dalam kadar kecil percaya juga kepada para Nabi bangsa Israel.
Orang Buddha hanya percaya kepada Sang Buddha; orang Majusi hanya percaya kepada
Zaratustra; orang Hindu hanya percaya kepada para Nabi yang timbul di India saja;
orang Kong Hu Cu hanya percaya kepada Kong Hu Cu, tetapi orang Islam percaya
kepada semua Nabi dan kepada Nabi Muhammad sebagai Nabi terakhir. Oleh karena
itu, Islam adalah agama yang meliputi semuanya yang mencakup segala agama di dunia.
Demikian pula Kitab Sucinya, yaitu al-Qur’an adalah gabungan dari semua Kitab Suci di
dunia. Qur’an berfirman: “Lembaran-lembaran suci yang di dalamnya ber-isi kitab-
kitab yang benar” (98:2-3).
Masih ada lagi ciri khas agama Islam yang memberinya kedudukan istimewa di
antara sekalian agama. Selain menjadi agama dunia yang terakhir dan yang meliputi
semuanya, Islam adalah pernyataan kehendak Ilahi yang sempurna. Qur’an berfirman:
“Pada hari ini, Aku sempurnakan untuk kamu agama kamu, dan Aku lengkapkan
nikmatKu kepada kamu, dan Aku pilihkan untuk kamu Islam sebagai agama” (5:3).
Seperti halnya bentuk-bentuk kesadaran yang lain, kesadaran beragama bagi manusia
sedikit dan berangsur-angsur dari abad ke abad mengalami kemajuan, demikian pula
wahyu tentang Kebenaran Agung yang diturunkan dari langit, juga meng-alami
kemajuan, dan ini mencapai titik kesempurnaan dalam agama Islam. Kebenaran agung
inilah yang diisyaratkan oleh Yesus dengan sabdanya: “Banyak lagi perkara yang Aku
hendak katakan kepada-mu, tetapi sekarang ini tiada kamu dapat menanggung dia.
Akan tetapi apabila Ia sudah datang, yaitu Roh Kebenaran, maka Ia pun akan
membawa kamu kepada segala Kebenaran” (Yahya 16:12-13). Jadi tugas agama Islam
yang besar ialah
(1) mendatangkan per-damaian di dunia dengan membentuk persaudaraan di
antara sekalian agama di dunia,
(2) menghimpun segala kebenaran yang termuat dalam agama yang sudah-
sudah;
(3) membetulkan kesalahan-kesala-han agama dan menyaring mana yang benar
dan mana yang palsu;
(4) mengajarkan kebenaran abadi,yang sebelumnya tak pernah diajarkan
berhubung keadaan bangsa atau umat pada waktu itu masih dalam tahap
permulaan dari tingkat perkembangan mereka; dan yang terakhir memenuhi
segala kebutuhan moral dan rohani bagi umat manusia yang selalu bergerak
maju.

Pada dasarnya manusia mempunyai naluri untuk percaya kepada Tuhan dan
menyembah-Nya, dan disebabkan berbagai latar belakang masing-masing manusia
yang berbeda-beda dari satu tempat ke tempat dan dari satu masa ke masa, maka
agama menjadi beraneka ragam dan berbeda-beda meskipun pangkal tolaknya sama,
yaitu naluri untuk percaya kepada wujud maha tinggi tersebut. Keanekaragaman agama
itu menjadi lebih nyata akibat usaha manusia sendiri untuk membuat agamanya lebih
berfungsi dalam kehidupan sehari-hari, dengan mengaitkannya kepada gejala-gejala
yang secara nyata ada disekitarnya. Maka tumbuhlah legenda-legenda dan mitos-mitos,
yang kesemuanya itu merupakan pranata penunjang kepercayaan alami manusia
kepada Tuhan dan fungsionalisasi kepercayaan itu dalam masyarakat. Dalam konteks
doktrin ada nilai kebenaran ganda: yakni wahyu yang memiliki nilai mutlak dan
penyikapan manusia terhadap kebenaran wahyu yang sudah tentu bernilai relatif.
Dengan demikian, jelaslah bahwa kebenaran agama memiliki dua pengertian
yaitu:
1. Kebenaran tekstual atau wahyu, yakni kebenaran-kebenaran yang ada dalam
kitab-kitab suci.
2. Kebenaran empirik, yakni keyakinan manusia beragama berdasarkan tekstual
(wahyu).
Kebenaran yang pertama bernilai mutlak dan kebenaran yang kedua bernilai
relatif. Dalam studi-studi agama selalu dibedakan cara untuk memperoleh kebenaran
agama, yakni melalui pendekatan teologis dan teoritis. Pendekatan teologis bersumber
pada wahyu yang memiliki nilai mutlak, sedangkan pendekatan teoritis bersumber pada
kenyataan-kenyataan empiris, yang memiliki nilai relatif. Dalam pendekatan teoritis
kebenaran yang diperoleh bukan untuk menggugat kebenaran agama yang secara
teologis sudah diyakini kebenarannya, tetapi untuk menjelaskan kebenaran wahyu
tersebut
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Dosen STAIN Sultan Qomaruddin Kendari. Sekularisme dalam Perkembangan Islam,


Jurnal STAIN Sultan Qomaruddin Kendari. Volume. 116,No. 207 (2010).
Dadang Abdulah Fauzi, Islam Bukan Muhammdisme, Jurnal, Volume 2 No. 6 (2017)
Nur Laila Rahmawati, Agama Islam : Islam sebagai Doktrin dan Peradaban dalam
menangkal Radikalisme, Jurnal Kajian Keislaman dan Pendidikan Volume 12, No. 1
(2020)
M. Muzayyin, Al Quran Menurut Pandangan Orientalis, Jurnal UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, Volume 16, No. 2 (2015)
Dr. I. Bruce Watson, islam and its Challenge in the Modern World, Artikel Jurnal, Volume
12, No. 1 (1997)

Anda mungkin juga menyukai