Anda di halaman 1dari 4

Nama : Listia Rulina

Kelas : A35

Nim : 2281131726

Mata Kuliah : Ilmu Tauhid

Dosen Pengampu : Syahrul Kirom, M.Phil

Soal

1. Coba jelaskan ajaran Pemikiran Sayyid Ahmad Khan dalam Ilmu Tauhid

dan berikan contoh dalil dalilnya ?

2. Coba Jelaskan ajaran Pemikiran Muhammad Iqbal dalam Ilmu Tauhid

dan berikan contoh dalil dalilnya ?

Jawaban

1. Sayyid Ahmad Khan merupakan salah satu keturunan dari cucu Rasulullah yaitu Imam
Husain bin Ali bin Abi Thalib. Inti dari pemikiran beliau adalah mengubah permusuhan
jadi persahabatan, dan konfrontasi berubah menjadi kompromi. Beliau mencoba
mempelajari tekhnologi dan kemajuan bangsa Barat dan ingin menerapkannya di
negaranya. Dalam aspek pemahaman Ilmu Tauhid, Sayyid Ahmad Khan dianggap lebih
cenderung kepada Qadariah, yang menganggap manusia memiliki kebebasan untuk
memanfaatkan daya yang telah diciptakan tuhan kepadanya. Selain itu dia juga meyakini
bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini sudah ada aturannya yang disebut dengan
Sunnatullah. Sayyid Ahmad Khan juga menolak taklid dan menyerukan semangat ijtihad
untuk menyesuaikan pemahaman keagamaan dengan keadaan masyarakat yang sudah
berubah. Bahkan dia juga sangat kritis terhadap hadis dan berpendapat bahwa hanya al-
Quran yang mutlak benar sementara hadis masih perlu diselidiki kesahihannya. Pemikiran
Ahmad Khan menuai pro dan kontra dari berbagai pihak. Kelompok pro Barat sangat
mengaguminya dan menganggapnya sebagai seorang modernis Muslim. Apalagi Ahmad
Khan memang dikenal dekat dengan kalangan orientalis Barat seperti Thomas Arnold
(1795-1842) seorang ilmuan Inggeris yang terkenal. sebagian intelektual muslim menolak
pemikirannya kerana dianggap terlalu rasional dan dipengaruhi pemikiran Barat. Ini dapat
dilihat dari pandangan politiknya yang seringkali berpihak kepada kepentingan penjajah
Inggris. Sementara itu, dari aspek epistimologi, dia berpendapat bahwa kebenaran harus
berdasarkan fakta-fakta ilmu pengetahuan dan hukum alam. Baginya Islam agama ciptaan
Tuhan. Alam ini juga ciptaan Tuhan dan diatur dengan ketentuan-ketentuan yang disebut
dengan hukum alam. Maka Islam tidak akan mungkin bertentangan dengan ilmu
pengetahuan, karena keduanya berasal dari Tuhan. Penemuan sains di barat adalah benar
sebab berdasarkan hukum alam. Ini yang dikatakannya dengan : There can be no
contradiction between “ word of God and the work of God”. Ahmad Khan berpendapat
bahawa ilmu alam adalah bentuk lain dari wahyu tuhan. Bahkan lebih jauh dikatakannya
“Islam is nature and nature is Islam“ Jika Islam tidak mengambil sikap seperti ini maka
agama ini tidak akan punya masa depan. Dalam aspek perbandingan agama, dia
memadukan aspek-aspek persamaan ajaran Islam dan Kristen dengan mengemukakan
ayat-ayat al-Quran yang sejalan dengan ajaran injil dan kemudian ditafsirkan menurut
kecenderungan pemikiran pluralismenya. Sayyid Ahmad Khan mengembangkan
rasionalisme penafsiran dalam tulisannya dan menegaskan bahwa ijtihad harus
dilaksanakan secara bebas dan tanpa batasan dan bahwa pelaksanaan tersebut merupakan
hak fundamental bagi seluruh umat Islam. Dia mencoba untuk menyelesaikan kesulitan-
kesulitan yang melekat pada empat sumber tradisional hukum Islam melalui penafsiran
rasionalis dialektis terhadap Al-Qur'an; melalui skeptisisme sejarah dalam mengkaji data
klasik hadis ; dengan penekanan yang hampir tak terbatas pada ijtihad sebagai hak yang
tidak dapat dicabut dari setiap individu Muslim; dan terakhir dengan menolak prinsip ijma
dalam pengertian klasik yang hanya terbatas pada Ulama saja .
2. Muhammad Iqbal adalah tokoh terkenal yang mampu mengubah nasib individu maupun
bangsa-bangsa lewat tulisannya. Guru Spiritualnya adalah Jalaluddin Rumi, dan ia sangat
terpengaruh oleh beliau. Dalam ajaran pemikiran Muhammad Iqbal, ia menggabungkan
Ilmu Tauhid, Falsafah, Tasawuf, Ilmu Sosial dan Sastra sebagai dasar untuk mempelajari
agama Islam. Ia menggunakan perspektif secara luas, yang membedakannya dengan
pemikir Muslim lainnya. Lalu, dalam memahami kondisi umat Islam dan perkembangan
pemikirannya, ia tidak memisahkan falsafah dan teologi dari persoalan sosial budaya yang
dihadapi umat Islam. Ini membuatnya menjadi seorang filosof dan budayawan berwawasan
luas. Selanjutnya, pemikiran-pemikirannya yang paling cemerlang sebagian besar
diungkapkan dalam puisi yang indah dan menggugah, sehingga menempatkan dirinya
sebagai penyair filosofis Asia yang besar pada abad ke-20. Terakhir, dia berpendapat bahwa
penyelamatan spiritual dan pembebasan kaum Muslim secara politik hanya dapat terwujud
dengan cara memperbaiki nasib umat Islam dalam kehidupan sosial, politik, ekonomi dan
kebudayaan. Pemikirannya selalu bertolak belakang dengan Al Qur’an dan Hadist.
Menurutnya, agama memegang peranan penting dalam perkembangan peradaban dan
kebudayaan umat manusia. Ia senantiasa mengkritik penyimpangan dan pengaburan ajaran
agama oleh para sultan, ulama, cendekiawan dan pemimpin Islam yang menjadikan agama
sebagai kendaraan untuk mencapai keuntungan politik dan ekonomi. Semua itu baginya
adaah sumber dari degradasi moral umat. Muhammad Iqbal mempunyai pemahaman yang
‘membangunkan’ kaum Muslim dari ‘tidurnya’ adalah “dinamisme Islam” yaitu
dorongannya terhadap umat Islam supaya bergerak dan jangan tinggal diam. Inti sari hidup
adalah gerak, sedang hukum hidup adalah menciptakan, maka ia menyeru kepada umat
Islam agar bangun dan menciptakan dunia baru. Begitu tinggi ia menghargai gerak,
sehingga ia menyebut bahwa seolah-olah orang kafir yang aktif kreatif ‘lebih baik’ daripada
Muslim yang ‘suka tidur’. Iqbal percaya kalau Alquran itu memang benar diturunkan oleh
Allah kepada Nabi Muhammad dengan perantara Malaikat Jibril. Namun dia meyakini
bahwa Alquran bukanlah undang-undang. Dia berpendapat bahwa penafsiran Alquran
dapat berkembang sesuai dengan perubahan zaman Alquran dapat ditafsirkan melalui
berbagai disiplin ilmu, dan pintu ijtihad tidak pernah tertutup. Ijtihad dalam pandangan
Iqbal disebut dengan prinsip gerak dalam struktur Islam. Salah satu pendapatnya mengenai
Alquran yang perlu dicermati adalah ia menekankan pada aspek hakikat yang bisa diamati.
Tujuan Alquran dalam pengamatan reflektif atas alam ini adalah untuk membangkitkan
kesadaran pada manusia tentang alam yang dipandang sebagai sebuah simbol. Ia
menyatakan hal ini berdasarkan kutipan beberapa ayat Al Qur’an di antaranya: “Dan di
antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan
bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui” (Q.s. al- Rûm [30]: 22). Muhammad Iqbal
sependapat dengan apa yang telah dikemukan oleh Syah Waliyullah mengenai Hadis, yaitu
cara Nabi Saw dalam menyampaikan dakwah Islam dengan memperhatikan kebiasaan,
cara-cara dan keganjilan yang dihadapinya ketika itu. Ia menanamkan prinsip-prinsip dasar
syariat “dar’u al-mafâsid wa jalbu al-mashâlih”. Ia juga memperhatikan adat istiadat serta
tradisi daerah setempat. Iqbal berpandangan bahwa hasil rumusan ijma’ tidak harus
mengikat seluruh umat Islam. Tapi keberlakuan ijma’ kolektif lebih memungkinkan
bersifat regional namun demikian ia menegaskan bahwa perlu dibentuk lembaga
internasional negara-negara Islam yang mengatur dan mendialogisasi permasalahan dan
kebutuhan umat Islam di semua Negara Muslim. Ia berpendapat pentingnya ijtihad.
Baginya, ijtihad tidak terbatas kepada persoalan-persoalan yang berhubungan dengan nas
saja. Ijtihad memiliki fungsi yang sangat luas, sebagai upaya dalam menjawab persoalan
yang terjadi di tengah-tengah umat. Ia tidak sepakat bila ijtihad kemudian dibatasi dan
dibebani berbagai persyaratan yang demikian ketat. Dari perspektif ushûl fiqh, ijtihad
Muhaammad Iqbal termasuk ke dalam kelompok ijtihâd fardi.

Referensi
https://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/ushuludin/article/download/701/652
https://social-epistemology.com/2015/06/15/sir-sayyid-ahmad-khan-1817-1898-on-taqlid-ijtihad-
and-science-religion-compatibility-tauseef-ahmad-parray/
https://media.neliti.com/media/publications/40394-ID-konstribusi-pemikiran-muhammad-iqbal-
dalam-pembaharuan-hukum-islam.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/58165-ID-none.pdf

Anda mungkin juga menyukai