JUDUL MAKALAH
Muhammad Iqbal
DISUSUN OLEH :
Novitasari : 210103030006
A. Latar Belakang
Tokoh pemikir Muslim, Muhammad Iqbal, adalah sebagai penyair, pujangga dan filosof
besar abad ke-20. Dilahirkan di Sialkot, Punjab, Pakistan pada 9 Nopember 1877. Di
dalam kehidupannya Iqbal berusaha secara serius terhadap perumusan dan pemikiran
kembali tentang Islam. Meskipun Iqbal tidak diberi umur panjang tapi lewat tarian
penanyalah yang menghempaskan bangunan unionist dan meratakan jalan untuk
berdirinya Pakistan, memang pena lebih tajam dari pada pedang. Dia mengkritik sebab
kemunduran Islam karena kurang kreatifnya umat Islam.
Sering kali dijumpai bahwa umat Islam, baik sebagai individ dan lebih-lebih
sebagai kelompok, mengalami kesulitan keagamaan -untuk tidak mengatakan
tidak siap ketika harus berhadapan dengan arus dan gelombang budaya baru ini.
Bangunan keilmuan kalam klasik rupanya tidak cukup kokoh menyediakan
seperangkat teori dan metodologi yang banyak menjelaskan bagaiamana seorang
agamawan yang baik harus berhadapan, bergaul, bersentuhan,berhubungan
dengan penganut agama-agama yang lain dalam alam praksis sosial,budaya,
ekonomi, dan politik.
B. Rumusan Masalah
a) Bagaimana Biografi Muhammad Iqbal?
b) Apa saja pemikiran Muhammad Iqbal?
C. Manfaat Penulisan
a) Mengetahui biografi Muhammad Iqbal
b) Mengetahui pemikiran kalam Muhammad Iqbal
1
PEMBAHASAN
Muhamad Iqbal lahir di Sialkot, salah satu kota tua bersejarah di Punjab
tahun 1876. Sialkot terletak di perbatasan Punjab Barat dan Kasymir, dari
keluarga yang tidak begitu kaya. Dengan kata lain beliau berasal dari kasta
Brahma Kasymir. Ayahnya yang pegawai negeri kemudian menjadi pedagang
merupakan seorang Muslim yang saleh dengan kecenderungan kepada tasawuf.
Iqbal menerima pendidikan awalnya di sebuah madrasah (maktab) dan kemudian
di Scottish Mission School.1
1
K, “PEMIKIRAN MUHAMMAD IQBAL DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMBARUAN HUKUM
ISLAM.” Hal, 613
2
Cambridge. Dua tahun kemudian ia pindah ke Munich, Jerman. Di Universitas ini,
ia memperoleh gelar Ph. D dalam tasawuf dengan disertasinya yang berjudul The
Development of Metaphisics in Persia (Perkembangan Metafisika di Persia).2
Pada tahun 1930, beliau memasuki bidang politik dan menjadi ketua
konferensi tahunan Liga Muslim di Allahabad, kemudian pada tahun 1931 dan
tahun 1992, beliau ikut dalam Konferensi Meja Bundar di London yang
membahas konstitusi baru bagi India. Pada bulan Oktober tahun 1933, beliau di
undang ke Afganistan untuk membicarakan pembentukan Universitas Kabul. Pada
tahun 1935, beliau jatuh sakit dan bertambah parah setelah istrinya meninggal
dunia pada tahun itu pula, dan beliau meninggal di Lahore, pada tanggal 20 April
1935.4
2
Muhammad Iqbal, “Sejarah dan Pemikiran Teologisnya”. Hal, 75-76
3
K, “PEMIKIRAN MUHAMMAD IQBAL DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMBARUAN HUKUM
ISLAM.” Hal, 614
4
Muhammad Iqbal, “Sejarah dan Pemikiran Teologisnya”. Hal, 76
5
Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran Dan Gerakan.( Jakarta: PT
BulanBintang, 1990). Hal. 190
3
Oleh karena itu, manusia dengan kemampuan khudi-nya harus menciptakan
perubahan. Besarnya penghargaan beliau terhadap gerak dan perubahan ini
membawa pemahaman yang dinamis tentang Al-Qur’an dan hokum Islam. Tujuan
diturunnya Al-Qur’an, menurut beliau adalah membangkitkan kesadaran manusia
sehingga mampu menerjemahkan dan menjabarkan nas-nas Al-Qur’an yang masih
global dalam realita kehidupan dengan kemampuan nalar manusia dan dinamika
manusia yang selalu berubah. Inilah yang dalam rumusan fiqh disebut ijtihad yang
oleh beliau disebutnya sebagai prinsip gerakdalam struktur Islam.6
6
Muhammad iqbal, the Recontraction Of Religion Thought In Islam, (New Delhi: barVan,
1981),hal. 92
7
Abdul Rozak, Ilmu Kalam.., hal. 221
4
a) Hakikat Teologi
Secara umum ia melihat teologi sebagai ilmu yang berdimensi
keimanan, mendasarkan kepada esensi tauhid (universal dan inklusivistik).
Di dalamnya terdapat jiwa yang bergerak berupa “persamaan,
kesetiakawanan dan kebebasmerdekaan.” Pandangannya tentang ontologi
teologi membuatnya berhasil melihat anomali (penyimpangan) yang
melekat pada literatur ilmu kalam klasik. Teologi Asy’ariyah, umpamanya,
menggunakan cara dan pola pikir ortodoksi Islam. Mu’tazilah sebaliknya,
terlalu jauh bersandar pada akal, yang akibatnya mereka tidak menyadari
bahwa dalam wilayah pengetahuan agama, pemisahan antara pemikiran
keagamaan dari pengalaman kongkrit merupakan kesalahan besar.
b) Pembuktian Tuhan
5
c) Jati Diri Manusia
d) Dosa
6
e) Surga dan Neraka
Surga dan neraka, kata Iqbal adalah keadaan, bukan tempat
gambaran-gambaran tentang keduanya di dalam Al-Quran adalah
penampilan-penampilan kenyataan batin secara visual, dan sifatnya.
Neraka, menurut rumusan Al-Quran adalah api Allah yang menyala-
nyala dan yang membumbung ke atas hati, pernyataan yang menyakitkan
mengenai kegagalan manusia. Surga adalah kegembiraan karena
mendapatkan kemenangan dalam mengatasi berbagai dorongan yang
menuju kepada perpecahan. Tidak ada kutukan abadi dalam islam.
Neraka, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran, bukanlah kawah
tempat penyiksaan abadi yang disediakan tuhan.8
8
Muhammad Iqbal, “Sejarah dan Pemikiran Teologisnya”. Hal, 77-78
7
PENUTUP
A. Kesimpulan
Muhammad Iqbal lahir di Sialkot pada tahun 1873. Beliau berasal dari
keluarga kasta Brahmana Khasmir. Ayahnya bernama Nur Muhammad yang
terkenal saleh. Guru pertama beliau adalah ayahnya sendiri kemudian beliau
dimasukkan ke sebuah maktab untuk mempelajari Al- Qur’an. Beliau meninggal
di Lahore, pada tanggal 20 April 1935.
8
DAFTAR PUSTAKA
Razak, Abdur dan Anwar, Rosihan, 2006. Ilmu Kalam, Bandung: Puskata Setia.