Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Filsafat Islam tumbuh begitu pesat dibagian Timur tepatnya didaerah
semenanjung Arab. Pertumbuhan mencapai puncaknya dimasa kekhalifahan
Abbasyiah. Perkembangan itu tidak terlepas dari usaha para kaum cendekiawan untuk
menerjemahkan buku-buku berbahasa Yunani, Mesir dan Persia. Selain itu dialog
langsung yang dilakukan oleh orang muslim dengan orang non muslim dengan
harapan adanya pertemuan budaya yang saling berbeda, menjadi faktor selanjutnya.
Filsafat Islam banyak dipengaruhi aliran-aliran teologi yang timbul oleh proses
politik pada saat itu. Dalam teologi Islam terdapat beberapa aliran besar yaitu
Khawarij, Murjiah, Mu’tazillah, As-syariah, Al-Maturuddi (Samarkand dan
Bukharah). Aliran teologi yang disebutkan diawal menekan empat hal mendasar yang
menjadi pembahasannya, mengetahui Tuhan, kewajiban mengetahui Tuhan,
mengetahui baik dan buruk, dan kewajiban mengetahui baik dan buruk. Perbedaan
dari aliran teologi adalah peranan antara akal dan wahyu dalam mengetahui keempat
hal mendasar tadi yang telah disebutkan. Sebagian besar para filsuf Islam berkiblat
pada aliran teologi Mu’tazilah yang banyak memberikan peranan pada akal. Dapat
diberikan contoh filsuf Islam yang berlandaskan pada As-syariah yaitu Al-Ghazali.

Namun perlu diketahui dalam pembahasan filsafat Islam ada tiga hal yang
sangat ditekankan yaitu tentang Tuhan, manusia dan alam. Setelah perkembangan
ilmu dan kebudayaan manusia yang begitu pesat yang menembus batas ruang dan
waktu. Lahirlah filsuf-filsuf baru bukan hanya didaerah Timur Tengah. Di India pada
saat itu sebelum menjadi Pakistan sekarang ini lahirlah seorang filsuf yang bernama
Muhammad Iqbal. Pengaruhnya sangat besar dalam dunia Islam, kekhasan
pemikirannya dapat ditangkap melalui puisi-pusinya yang menggetarkan hati dan
menimbulkan tanya pada pikiran. Untuk penjelasan yang lebih lanjut akan dijelaskan
dalam materi makalah ini.

1
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan diuraikan terkait dengan filsuf
Muhammad Iqbal yaitu;
1. Bagaimana sejarah kehidupan Muhammad Iqbal?
2. Apa yang dibahas Muhammad Iqbal dalam filsafatnya?
3. Bagaimana pengaruh filsafat Muhammad Iqbal hingga masa kini?
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yang mengangkat filsafat Islam
modern kontemporer Muhammad Iqbal yaitu:
1. Memperkenalkan Muhammad Iqbal kepada mahasiswa yang sedang
menempuh mata kuliah Filsafat Islam Modern Kontemporer.
2. Mengetahui pembahasan yang menjadi tema sentral dari filsafat Muhammad
Iqbal.
3. Pengaruh filsafat Muhammad Iqbal dalm dunia Islam hingga saat ini.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Kehidupan Muhammad Iqbal


Kelahiran Muhammad Iqbal masih menjadi perdebatan terdapat perbedaan
dalam menentukan waktu kelahirannya. Muhammad Iqbal adalah seorang pujangga
Islam yang terlahir di Sialkat (Punjab) sebuah kota industri, pada 9 November 1877,
sekarang berada di wilayah Pakistan. Iqbal adalah keturunan Brahmana dari subkasta
Sapru yang leluhurnya berasal dari Kashmir, yang sekitar abad ke-18 dan awal abad
ke-19 pindah ke Sialkot.
Iqbal meninggal dunia pada usia 61 tahun. Selama hidupnya ia banyak
mendapatkan kesempatan untuk menuntut ilmu. Ada dua orang yang sangat
berpengaruh dalam hidup Muhammad Iqbal yaitu Maulana Mir Hasan yang
kemudian lebih dikenal dengan sebutan Syam al-Maulana, Matahari Para Ulama dan
Prof. Thomas Arnolod.
Dimasa belia Muhammad Iqbal banyak dibimbing oleh Maulana Mir Hasan di
Scootish Mission School Sialkot. Muhamamd Iqbal diberikan pelajaran tentang
agama, bahasa Arab dan Persia. Karena melihat kelebihan Muhammad Iqbal dalam
menggubah sajak-sajak kedalam bahasa Urdu Mir Hasan terus mendorong pada
kelebihannya tersebut.
Setelah mendapatkan pelajaran agama dari seorang ulama yang ternama pada
saat itu Muhamamd Iqbal malanjutkan studinya di Lahore. Di Lahore dia mendapat
bimbingan langsung dari Prof. Thomas Arnold. Atas desakan dari Thomas Arnold,
Muhammad Iqbal meneruskan studinya ke Universitas Cambridge, London.
Kemudian Muhammad Iqbal memperdalam filsafat dibawah bimbingan McTaggart.
Iqbal menulis tersis doktoralnya di Universitas Muinich Jerman dengan judul The
Development of Metaphysics In Persia pada 1907 dbawah bimbingan Prof. F.
Hammel.

3
Adapun karya yang dituliskan oleh Muhammad Iqbal diantaranya: The
Development of Metaphysics In Persia;Bang-I-Dara; Asrar-I-Khudi; Rumuz-I-
Bekhudi; dan the reconstruction of muslim Jurispudence (tak terselesaikan).

B. Pokok pembahasan dalam filsafat Muhammad Iqbal


Keseluruhan filsafat Iqbal pada hakikatnya adalah suatu pencarian yang dapat
dikatakan: Pencarian manusia. Kemanusiaan adalah tujuan menuju terciptanya suatu
ras ideal individu, akan tetapi datangnya Manusia Unggul tidak akan mungkin hingga
melampaui proses yang mencakup tiga tahap yang dapat dibedakan:
1. Ketaatan pada hokum
2. Penguasaan diri sendiri yang merupakan bentuk kesadaran diri tentang
pribadi
3. Kekhalifaan Ilahi (Widyastini, 2008:136).

Iqbal juga dikenal sebagai filosof praktis: filsafatnya tidak menyodorkan suatu
cita niskala yang tidak dapat dipikirkan perwujudannya (Widyastini, 2008:136).
Pemikiran filsafat Iqbal dikenal istiah Naib atau Manusia Unggul. Naib merupakan
tingkatan ego yang paling sempurna, puncak kehidupan mental atau fisik, dalam
dirinya ketidakselarasan kehidupan mental kita menjadi keharmonisan. Kemampuan
tertinggi bersatu dalam dirinya menjadi pengetahuan tertinggi. Ada penyatuan antara
pikiran dan perbuatan, naluri dan akal menjadi satu. Ia adalah penguasa umat
manusia. Kerajaannya adalah kerajaan Tuhan dimuka bumi (Widyastini, 2008:136).
Sejalan dengan Manusia Unggul ada pula konsep Manusia Pelaku. Dipahami bahwa
manusia bebas melakukan sesuatu terkait dengan lingkungan sosialnya. Menurut
Iqbal, perubahan evolusioner yang lahir dari prinsip-prinsip Islam diperbarui dalam
waktu yang panjang tentulah maenghasilkan perubahan revolusioner. Jalan itu
menurut Iqbal mesti melahirkan situasi ideal yang menolak kapitalisme dan juga
sosialisme tanpa agama (Maitre, 1985:36-37).

4
Sang Manusia Pelaku mempunyai peran dalam merubah lingkungan sosial
maka mempunyai cita-cita utopia tentang keadilan sosial. Hal ini dibahas Muhammad
Iqbal. Utopia sosial adalah suatu usaha mengabungkan kerja keras naluriah
masyarkaat menurut dogma-dogma Islam yang diperbaharui(Widyastini, 2008:136).
Cita-cita keadilan sosial Iqbal akan membawa kepada konsep negara Islam yang
memuat cita-cita sosialisme.
Dalam pandangan Iqbal semangat filsafat adalah semangat penelahaan secara
bebas. Segala macam ketentuan diragukannya. Tugasnya ialah mengikuti rekaan-
rekaan pikiran manusia yang tidak kritits sampai ketempat-tempat yang masih
tersembunyi, dan dalam pengusutan itu bisa juga akhirnya ia berkesudahan dengan
menolak atau menerima secara hati terbuka kelemahan akal semata untuk sampai
kepada kebenaran tertinggi. Inti sari agama ialah iman. Ia adalah sesuatu, semacam isi
pengertian (cognitive content) (Iqbal, 2002: 4-5).
Muhammad Iqbal tidak mempertentangkan antara akal dan intuisi.
Menurutnya dalam menilai agama, filsafat mesti mengakui posisi agama yang asasi,
dan tak ada alternatif lain dalam proses pemikiran yang sintesis, kecuali harus
menerimanya sebagai sumber kekuatan. Keduanya tumbuh dari akar yang sama dan
masing-masing saling melengkapi. Yang satu menangkap secara keseluruhan. Yang
satu memusatkan perhatiannya pada aspek kekekalan, sementara yang lain kefanaan.
Yang satu mendasarkan keseluruhan kebenaran itu dengan perlahan-lahan memasuki
dan mendekati pelbagai macam bagian dari keseluruhan itu dengan maksud
melakukan peninjauan semata. Keduanya saling membutuhkan untuk mengadakan
peremajaan bersama. Keduanya mencari pandangan-pandangan kebenaran yang sama
pula, dimana ia menjelma sesuai dengan tugasnya dalam hidup (Iqbal, 2002: 4-5).
Muhammad Iqbal menyinggung pula tentang filsafat keindahan. Filsafat ini
erat kaitannya dengan Ego Tertinggi atau ego mutlak Tuhan. Kehidupan manusia
dalam keegoannnya adalah perjuangan terus menerus menaklukkan rintangan dan
halangan demi tergapainya ego tertinggi. Karena rintangan yang terbesar adalah
benda atau manusia harus menumbuhkan instrumen-instrumen tertenu dalam dirinya,

5
misalnya daya indera, daya nalar dan lainnya yang membantunya nmenyesuaikan
penghalang-penghalangnya. Selain itu, manusia juga harus terus menerus
menciptakan hasrat dan cita-cita dalam kilatan cinta (‘isyg), keberanian dan
kreativitas yang merupakan esensi dari keteguhan pribadi. Keindahan tidak lain
adalah bentuk dari ekspresi kehendak hasrat dan cinta ego dalam mencapai ego
mutlak tersebut (Iqbal, 2002: 4-5).
Dengan demikian, keindahan tidak lain adalah hasil ciptaan ego. Keindahan
adalah hasil ekspresinya, karena tenaga-hidup ego sendirilah yang mengekspresikan
diri dalam perwujudan keindahan. Menurut Syarif, teori estetika Iqbal masuk dalam
kategori kedua, objektif, karena bagi Iqbal, keindahan adalah kualitas benda (objek)
yang diciptakan oleh ekspresi ‘ego-ego’ mereka sendiri. Untuk memperoleh
keindahan, ego tidak berhutang pada jiwa penaggap, subjek, melainkan pada tenaga-
kehidupannya sendiri (Soleh, 2004: 303).
Adakah menyakitkan seorang merdeka
Hidup dalam dunia ciptaan orang lain
Ia yang kehilangan daya cipta
Bagi-Ku tidak punya arti apa-apa
Selain pembangkang dan penyebal
Tak diperkenalkan ambil bagian dalam keindahan-Ku
Ia tak memetik sebijipun buah kurma kehidupan
Pahatlah lagi bingkaimu yang lama
Bangunlah wujud yang baru
Wujud seperti itu adalah wujud sebenarnya
Atau jika tidak demikian
Egomu hanyalah gumpalan asap belaka
Dalam pemikiran filsafat, gagasan Iqbal tersebut disebut sebagai estetika
vitalisme, yakni bahwa keindahan merupakan ekspresi ego-ego dalam kerangka
prinsip-prinsip universal dari suatu dorongan hidup yang berdenyut di balik

6
kehidupan sehingga harus juga memberikan kehidupan baru atau memberikan
semangat hidup bagi lingkungannya (Soleh, 2004: 304).
Muhammad Iqbal membahas pula tentang seni. Ada dua aliran seni yang
selama ini berkembang. Pertama, gerakan anti-fungsionalisme, yakni gerakan yang
menyatakan bahwa seni tidak mempunyai tujuan dan tidak mengejar tujuan diluar
dirinya, karena ia adalah tujuan itu sendiri. Kedua, gerakan yang membedakan antara
kandungan dan bentuk seni. Menurutnya, kandungan seni tidak mempunyai nilai
estetik, tetapi hanya sekedar alat untuk menimbulkan efek artistik.
Iqbal menolak kedua model gerakan tersebut. Baginya, tanpa kandungan
emosi, kemauan dan gagasan-gagasan tidak lebih dari api yang telah padam. Sesuai
dengan konsep-konsep tentang kepribadian, kemauan adalah sumber utama dalam
pandangan seni Iqbal, sehingga seluruh isi seni-sensasi, perasaan, sentimen, ide-ide
dan ideal-ideal- harus muncul dari sumber ini. Karena itu, seni tidak sekedar gagasan
intelektual atau bentuk-bentuk estetika melainkan pemikiran yang dibumbui emosi
dan mampu menggetarkan manusia (penanggap). Jadi menurut pandangan Iqbal seni
adalah ekspresi-diri sang seniman (Soleh, 2004: 306).

C. Pengaruh Filsafat Muhammad Iqbal di Masa Kini
Pengaruh fisafat Iqbal yang paling signifikan adalah tentang sistem politik
Negara Islam. Yang tidak terlepas dari cita-cita tentang keadilan sosial. Hal ini
banyak mengisnpirasi para tokoh-tokoh seperti Sayyid ‘Ali Khamene’i, ‘Ali Syari’ati,
dan Murtadha Muthahhari. Ketiga tokoh yang disebutkan merupakian para pelaku
revolusi Iran yang menajdikan negara Iran sebagai Negara Islam.
Akan dirangkumkan lima pokok pemikiran Muhammad Iqbal yang sampaikan
sekarang masih menjadi rujukan para intelektul dari kalangan muslim dan non-
muslim.
1. Memandang sejarah sebagai gerakan progresif. Iqbal memulai
argumentasinya dengan menunjukkan sifat teleologis (kebertujuan) alam
semesta ciptaan Tuhan. Selanjutnya, dalam proses pergerakan menuju tujuan

7
penciptaan itu, Iqbal menunjukkan sifat dinamis penciptaan itu sendiri. Iqbal
melihat waktu sebagai sesuatu yang sakral sehingga ia mengutip sebuah hadist
Qudsi yang melarang “mencaci waktu (dahr)” karena “waktu adalah Allah”
2. Ijtihad sebagai sokoguru gerak Islam. Ijtihad merupakan usaha yang
dilakukan manusia untuk mengerahkan pemikiran-pemikiran dalam rangka
menanggapi aksi Allah, menjawab tantanganNya yang terus menerus
menambahkan ciptaan baru itu. Dengan ijtihad bukannya mengadung distorsi
terhada ajaran Islam yang auntentik. Justru merupakan inti khilafah. Iqbal
mnyebutnya kemitraan dengan Allah.
3. Penegasan kembali konsep Alquran mengenai alam semesta empiris sebagai
tanda-tanda (ayat) Allah. Kendatipun demikian, penghargaan al-Quran
terhadap empiris sama sekali tak mengurangi penekanannya kepada rasio
sebagai fakultas untuk mendapatkan kebenaran .
4. Intuisi sebagai kelanjutan rasio, meski pada tataran yang lebih tinggi. Lebih
dari pada itu Iqbal menunjuk pada peran intelek (intuisi atau qalb/fu’ad) yang
mampu mendapatkan kebenaran yang lebih tinggi. Berbeda dengan pemikir
Muslim yang lain seperti Al-Ghazali yang terkadasng terkesan
mempertentangkan rasio dengan intuisi.
5. Menegaskan penekanan al-Quran kepada amal. Yakni, setelah segenap
penghargaanya kepada alam empiris, rasio, dan intusisi, itu akhirnya
keberadaan seseorang dinilai dari kualitas amalnya. Butir terak ini kiranya
melengkapi sifat pemikiran Iqbal yang dalam segenap intelektualismenya
yang terkadang amat liberal, dinamistik, dan aktivistik ( Khamenei, Syariati,
2002: vii-ix).

8
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Muhammad Iqbal dilahirkan di Sialkat (Punjab) sebuah kota industri,
pada 9 November 1877. Ia merupakan filsuf Islam yang berasal dari anak
benua India sebelum akhirnya menjadi negara Pakistan.sepanjang hidupnya
dia mendapatkan pendidikan yang baik. Ada dua orang yang paing
berpengaruh dalam hidupnya yaitu; Maulana Mir Hasan yang kemudian lebih
dikenal dengan sebutan Syam al-Maulana, Matahari Para Ulama dan Prof.
Thomas Arnold. Mir Hasan memompakan ruh keagmaan dalam diri Iqbal.
Lalu dari Prof. Thomas Arnold seupa dengan Mir Hasan sarjana inilah yang
pertama kali memasukkan filsafat barat kedalam jiwa Iqbal. Dari Sir Thomas
Arnold mendapat dorongan untuk melanjutkan studinya di Eropa.
Ada tiga hal pokok yang ingin disampikan Iqbal dalam filsafatnya
yang bersifat praktis yaitu; Pertama, Manusia Unggul merupakan tingkatan
ego yang paling sempurna, puncak kehidupan mental atau fisik, dalam dirinya
ketidakselarasan kehidupan mental kita menjadi keharmonisan. Kedua,
konsep Manusia Pelaku hal ini masih erat kaitannya dengan Manusia Unggul.
Dimaksudkan bahwa manusia bebs melakukan perubahan dalam kehidupan
sosialnya. Ketiga, tentang keadilan sosial yang perlu diwujudkan melalui
pembentukan negara sesuai dengan nafas keIslaman.
Pengaruh Muhammad Iqbal sangatlah besar diseluruh dunia pandangannya
banyak dilirik oleh intelktual muslim dan non-muslim. Ha ini dapat terlihat
jelas dengan pengaruh filsafatnya pada para pelaku revolusi di Iran hingga
terbentuknya negara Islam Iran, seperti ‘Ali Syariati tokoh Syiah.

9
B. SARAN
Tentunya makalah ini banyak terdapat kesalahan dan kekurangan.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kririk dan sarannya dari
berbagai pihak manapun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya. Dan mudah-mudahan dapat
dijadikan referensi untuk menambah khasanah keilmuan kita. Amin…

10
DAFTAR PUSTAKA

Iqbal, Muhammad, 2002, Rekonstruksi Pemikiran Agama dalam Islam, Penerbit


Jalasutra,Yogyakarta
Sholeh, Khudori, 2004, Wacana Baru Filsafat Islam, Penerbit Pustaka Pelajar,
Yogyakarta
Widyastini, 2008, Filsafat Islam “Abad Tengah Modern Kontemporer”, Penerbit
Kepel Press,Yogyakarta

11

Anda mungkin juga menyukai