Alim Roswantoro
Dosen Filsafat pada Fakultas Ushuluddin, Studi Agama dan
Pemikiran Islam, dan Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta
A. Pendahuluan
270
FILSAFAT ISLAM: HISTORISITAS DAN AKTUALITAS
tuk mendorong dunia Islam bisa menjadi lebih baik. Tulisan ini
mencoba mengambil beberapa ijtihad filsafat Islam dari beberapa
filosof muslim, yaitu Muhammad Iqbal, Hassan Hanafi, ‘Abid
al-Jabiri, dan Muhammad Arkoun. Dari filosof yang pertama di-
maksudkan mengambil isnpirasi pentinya membangun kedirian
muslim merdeka, otentik, dan penuh daya kreasi. Sementara, dari
filsosof yang kedua, inspirasi pengembangan pemikiran Islam yang
bisa diambil adalah kepercayaan diri mengenai keunggulan tradisi
sendiri. Dan dari filosof yang ketiga dan keempat, inspirasi yang
menarik diambil adalah pengembangan epistemologi Islam yang
tidak polemis antarkelompok-kelompok epistemologis yang ada.
Berpijak dari inspirasi-inspirasi ini kita bisa melakukan pembacaan
diri secara kritikal atas keadaan dunia tradisi Islam dan pemikiran-
nya, sebelum berbicara tentang peran filsafat Islam keluar. Filsafat
Islam harus diarahkan, pertama, pada otokritik terhadap berbagai
fenomena dan tradisi dunia keislaman yang dipandang masih prob-
lematik, dan kedua, pada pemecahan masalah-masalah kemanu-
siaan baik sosial, kultural, politikal, ekonomical, dan religius.
271
BAGIAN 3: FILSAFAT ISLAM DAN PROBLEM KEBANGSAAN
Ide ini menciptakan suatu jurang antara yang tak terbatas dan
yang terbatas. Iqbal juga menolak ide yang mengatakan bahwa Ego
Mutlak adalah satu-satunya realitas, dan ego-ego terbatas terserap di
dalam-Nya, yang tidak mempunyai eksistensi yang lepas dari-Nya.
Manusia tidaklah lebur dalam individualitas Tuhan, tetapi melebur
sifat-sifat Ilahiyah ke dalam dirinya.
Melalui pengalaman religiusnya, manusia mendapati Tuhan se-
bagai Diri yang berkuasa di suatu “tempat”, dan dirinya berkuasa di
“tempat” lain. Dari sini, hubungan koeksistensial antara Tuhan dan
manusia tampak begitu dekat. Manusia sebagai ego terbatas me-
nyerap individualitas dan kreativitas Ego Mutlak dalam wilayahnya
sendiri. Dengan cara ini, manusia lebih tampak sebagai co-worker
atau co-creator bagi Tuhan, seperti terlukis dalam sajaknya yang in-
dah tentang dialog antara Tuhan (Khudã) dan manusia (insãn):
Tuhan
Manusia
5 Javid Iqbal, “Catatan-catatan Lepas Iqbal”, dalam Ihsan Ali Fauzi dan Nurul
Agustina, Sisi Manusiawi Iqbal.., hlm. 93.
274
FILSAFAT ISLAM: HISTORISITAS DAN AKTUALITAS
hatkan” Diri-Nya sebagai Diri yang selalu Kreatif, dan salah satu
karya kreasi agungnya adalah alam semesta ini. Manusia, yang me-
nyerap prinsip individualitas ini, disebut ada manakala dia men-
jadi diri yang berinisiatif dan berkreasi untuk mengubah nasibnya
dan dunia. Manusia adalah kreator dunia. Manusia tidak sekedar
mendeskripsikan dunia, melainkan secara kreatif terus mencip-
takan dunia.
8 Ibid., 25.
9 Ibid., 1.
10 Lihat ‘Ali harb, Naqd al-Nas, (Beirut: al-Markaz al-Thaqafi al-’Arabi, 1995),
28.
277
BAGIAN 3: FILSAFAT ISLAM DAN PROBLEM KEBANGSAAN
16 Ibid, 34.
17 Ibid., 37.
280
FILSAFAT ISLAM: HISTORISITAS DAN AKTUALITAS
18 Ibid., 39.
281
BAGIAN 3: FILSAFAT ISLAM DAN PROBLEM KEBANGSAAN
19 Ibid., 27-28.
20 Ibid., 59-60.
21 Ibid., 64
282
FILSAFAT ISLAM: HISTORISITAS DAN AKTUALITAS
22 Ibid., 66.
23 Karena tulisan ini hanya memusatkan perhatian pada aspek bagaimana
teorisasi oksidentalisme Hanafi, dengan harapan bisa ikut berdiskusi men-
genai bagaimana model relasional-koeksistensial antara Barat dan Timur,
maka pembicaraan mengenai sumber pembentukan kesadaran Eropa tidak
perlu dibahas mendetail di sini, karena pembahasan ini sebenarnya meru-
pakan bagaimana Hanafi mempraktekkan oksidentalismenya. Uraian rinci
tentang sumber pembentukan kesadaran Eropa ini bisa anda baca, ibid.,
123-282.
283
BAGIAN 3: FILSAFAT ISLAM DAN PROBLEM KEBANGSAAN
26 Baca Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah dan Pe-
mikiran, edisi ke-5 ( Jakarta: UI Press, 1993), 1-3.
285
BAGIAN 3: FILSAFAT ISLAM DAN PROBLEM KEBANGSAAN
286
FILSAFAT ISLAM: HISTORISITAS DAN AKTUALITAS
27 Abid al-Jabiri, Binyah al’Aql al-‘Arabi, cet. Ke-8 (Beirut: Markaz Dirasah al-
Wahdah al-‘Arabiyah, 2002), 385-390, lihat juga Mahmud Hamdi Zaqzuq,
al-Manhaj al-Falsafi bayn al-Ghazali wa Descartes, cet. Ke-3 (Kuwait: Dar
al-Saqi, 2002), 176-288.
287
BAGIAN 3: FILSAFAT ISLAM DAN PROBLEM KEBANGSAAN
29 Ibid., 55-60.
30 Mohammed Arkoun, Berbagai Pembacaan al-Qur’an, terj. Machasin ( Ja-
karta: INIS, 1997), 9-46.
289
BAGIAN 3: FILSAFAT ISLAM DAN PROBLEM KEBANGSAAN
290
FILSAFAT ISLAM: HISTORISITAS DAN AKTUALITAS
293
BAGIAN 3: FILSAFAT ISLAM DAN PROBLEM KEBANGSAAN
294
FILSAFAT ISLAM: HISTORISITAS DAN AKTUALITAS
295