M. Fuadur Roziqin_1860302221005
Abstrak
konsep iqbal tentang tuhan merupakan kunci untuk memahami pemikiran
eksistensialismenya, karena pada keseluruhan pemikirannya ini mengacu pada
tauhid atau keyakinan yang teguh dan mendalam terhadap ke-esa-an ilahi. Dengan
tauhid ini manusia kian bertambah daya hidup dan daya juang, kian meluas
gairah, cinta, harapan dan kemauan, serta dapat menghilangkan rasa takut kepada
siapapun, kecuali tuhan yang maha esa.dalam konsep insan kamil mendekati
tuhan membuka peluang untuk menyempurnakan diri pribadi dan dapat
memperkuat kemauannya, pribadi dapat bergerak menuju kekesempurnaan
melalui pemahaman terhadap sifat-sifat tuhan, sehingga dapat menjadi manusia
utama yaitu insan kamil yang bereksistensi atau bertindak denagn dilingkupi sifat-
sifat tuhan ke dalam khudinya sendiri.
A. Pendahuluan
Manusia adalah mahkluk yang paling sempurna dia memiliki akal untuk berfikir
dan tak sama seperti mahkluk-mahkluk lain, manusia bisa memilih mau menjadi
apa dan seperti apa, tidak seperti pohon mangga yang harus tetap menjadi pohon
mangga dan pohon jambu harus tetap menjadi pohon jambu tidak boleh pohon
jambu menjadi strawberry, berbeda dengan tumbuhan, manusia bisa menentukan
sendiri kehidupan apa yang ia inginkan. Persoalan ini akan masuk kedalam filsafat
eksistensialisme, mengambil pengertian dari Soren Kierkegaard eksistensialisme
adalah filsafat yang menekankan pada keberadaan manusia, dimana manusia
dipandang sebagai suatu makhluk yang harus bereksistensi, mengkaji cara
manusia berada di dunia dengan kesadaran. Manusia lahir dengan kebebasan
untuk memilih dan menentukan nasibnya sendiri. Manusia tidak ditentukan oleh
takdir atau kondisi objektif, tetapi oleh pilihan-pilihan yang dibuatnya. aliran
eksistensialisme terbagi menjadi dua yaitu teistik dan antiteistik. Ateistik ini lebih
menonjolkan rasional dan empiris akan tetapi berbeda dengan teistik yang lebih
1
menonjolkan sisi ketuhanan. Salah satu tokoh eksistensialisme teistik adalah
Muhammad iqbal dengan konsep yang sangat terkenalnya yaitu insan kamil, iqbal
menilai bahwa pandangan eksistensialisme ateistik sangatlah berbeda dengan
konsep yang dia tuturkan bahwa manusia sejatinya adalah individu yang mampu
bertindak sesuai keinginannya. Agama bukanlah pengahalang untuk kita menjadi
bebas, melainkan tuhan malah memberi kita kebebasan dan kita tetap diberi hak
untuk memilih. Dari pernytaan tersebut apa sih itu kebebasan untuk itulah tim
penulis kelompok kami akan mencoba menggali lagi pandangan Iqbal tentang
eksistensialisme yang dia ungkapkan tentang sebenarnya apa itu insan kamil?
Agama menjadikan manusia tidak bebas begitu pandangan eksistensialisme ateis
berbeda dengan ateis para eksistensialisme teis seperti Muhammad iqbal
menganggap bahwa agama lah yang membuat manusia itu bebas! Apakah benar
agama membuat manusia lebih bebas? Untuk itu mari kita coba mengkaji
pemikiran eksistensialisme muhamad iqbal.
B. Biografi
Muhammad Iqbal lahir pada tanggal 22 Februari 1873 di Saiklot, Punjab
(sekarang Pakistan) namun ada penelitian yang mengatakan bahwa Iqbal lahir
pada tanggal 9 November 1877. Dia lahir di keluarga terpandang nenek
moyangnya termasuk kedalam kasta Brahman kasymir karena keluarga dan nenek
moyangnya berasal dari lembah kasymir yang terkenal dengan kebijakan Rum dan
Tabriz nya. Ketika dinasti Moghul berkuasa pada saat itu yang menjadi dinasti
Islam terbesar di India, 300 tahun yang lalu salah satu nenek moyang Iqbal masuk
islam.
2
ditangan serdadu Inggris, kebanyakan dari korban tersebut adalah kaum muslim,
namun pada saat masa keputusasaan dan kekacauan tersebut kaum hindu malah
memperlihatkan perasaan bermusuhan kepada kaum muslim saat itu. Sangat ironis
sekali ditengah masa peperangan dimana seharusnya persatuan dan rasa senasib
sepenanggunan harus dijunjung tinggi malah yang muncul rasa permusuhan antar
kaum.
3
dorongan dan bimbingan Thomas Arnold. Untuk melanjutkan studinya, Iqbal
masuk di Universitas Cambridge sebagai usahanya dalam mempelajari dan
mendalami bidang filsafat pada R.A. Nicholson. Pada Universitas ini, Iqbal juga
mendapat bimbingan dari para dosendosen filsafat terkemuka, diantaranya adalah
James Wart dan J.E Mac Tegart, seorang Neo Hegelian, dimana selain itu Iqbal
juga mengambil kuliah hukum dan ilmu politik di Lincoln Inn London dan
berhasil lulus ujian keadvokatan dan memperoleh gelar M.A. Dua tahun
kemudian, yakni pada tahun 1907 ia pindah ke Jerman dan masuk ke Universitas
Munich, di Universitas ini ia mendapatkan gelar Ph.D (Doktor) dalam bidang
filsafat dengan Disertasi berjudul “The Development of Metaphysics in Persia”
(Perkembangan Metafisika Persia). Dan ketika Disertasinya diterbitkan, ia
persembahkan pada Thomas Arnold. Hal itu berarti, selama tiga tahun di Eropa,
Iqbal meraih gelar formal Bachelor of Art (B.A) dalam bidang seni dan advokat,
serta gelar Doktor dalam bidang filsafat. Hal ini merupakan sebuah prestasi yang
spektakuler dan tentu sulit dicari tandingannya di abad modern ini.
Setelah menyelesaikan studinya selama tiga tahun, maka Iqbal kembali ke Lahore
untuk membuka praktik sebagai pengacara serta menjadi guru besar yang luar
biasa dalam bidang Filsafat dan Sastra Inggris pada Government College. 1
D. Mengenal Eksistensialisme
Eksistensialisme secara historis muncul pada awal abad ke sembilan belas,
meskipun masih dalam bentuk embrional. Usai perang dunia, filsafat ini
berkembang pesat dan berpengaruh kuat di Eropa dan Amerika. Eksistensialisme
muncul sebagai gerakan pemikiran yang menentang rezim rasionalisme dan
intelektualisme yang mengakar kuat dalam tradisi filsafat Barat. Filsafat Barat
telah melahirkan suatu tradisi panjang yang mengajarkan bahwa “ berpikir sama
dengan berada,” atau mengajarkan doktrin metafisik bahwa akal adalah reliatas
sejati.
4
umum dari masyarakat bisa menjadi penjelasan yang baik bagi kemunculan dan
perkembangannya yang cepat di Eropa.
2
Alim, Roswantoro, “Eksistensialisme Teistik Iqbal”, Jurnal Kajian Hermeneia.
Vol-3-No-2-2004. Hal. 5
5
Aliran idealisme ini sebelumnya telah mendapat kecaman keras dari
materialisme karena tidak menyentuh realitas empirik sama sekali. Aliran
materialisme beranggapan bahwa satu-satunya kenyataan adalah materi, dan
sesuatu kejadian hanya dilihat dari proses-proses yang bersifat mekanis. Ditinjau
dari sudut pandang materialisme, manusia secara keseluruhan merupakan proses-
proses yang bersifat jasmaniah, korporeal. Sedangkan jiwa atau roh itu tidak ada;
ia merupakan semata-mata merupakan akibat dari proses-proses kebendaan. Jiwa
bukan merupakan suatu kenyataan yang berdiri sendiri. Dengan demikian,
manusia dipandang tidak begitu beda dengan benda. Manusia diposisikan sebagai
objek atau “subjek tak sadar” karena ia hanya sekedar bagian dari proses-proses
fisikal-biologis-kimiawi benda-benda. Manusia begitu mekanik.
3
Ibid.,6
6
adalah karena ia terlalu meletakkan problem-problem pada satu tingkat yang
bersifat konseptual saja, dan melupakan bahwa konsep-konsep tak pernah
seimbang dengan pengalaman sendiri. Jadi, dengan memasuki ruang arena ide-
ide, doktrin esensialistik itu sama sekali kehilangan kesanggupan untuk
merasakan demensi esensial segala sesuatu. Terhadap kediktatoran hal yang
abstrak itu, berontaklah kaum eksistensialis memperjuangkan sifatt-sifat khas-
unik pribadi manusi ayang sadar diri dan konkret sebagai individu. Tidak setuju
kepada reduksi realitas oleh batasan-batasan akal, mereka menyerukan kepada
resolusi kehendak dan kebebasan. Di atas basisnya masing-masing, filosof
eksistensialis mendasarkan pada keyakinan tertentu tentang manusia. Misalnya
Heidegger dengan “manusia eksistensi”-nya, Marcel dengan “manusia
problematisa”-nya, Albert Camus dengan “manusia pemberontak”-nya, Sartre
dengan “manusia bebas total”-nya.
4
Ibid,.7
7
Eksistensi sebagai keadaan pertama ini bisa kita temukan hampir di setiap
pemikir eksistensialis. Nietzsche menyatakan bahwa dengan kematian Tuhan,
manusia menjadi bebas dan terbuka kesempatan yang seluas-luasnya baginya
untuk menentukan diri. Bagi Jaspers, eksistensi adalah aku yang sebenarnya, ia
senantiasa terbuka pada kemungkinan kemungkinan baru, sampai ia menemukan
situasi yang mutlak tak dapat dihindari manusia seperti kematian, penderitaan
perjuangan, nasib dan kesalahan. Jespers menyebutnya situasi batas. Heidegger
mengatakan bahwa eksistensi itu nampak pada ketiadaan dan ia sama sekali bukan
hanya proyeksi manusia, melainkan sesungguhnya eksistensi manusia itu
mendahului proyeksinya. Dia berkata bahwa “ kita adalah eksistensi tanpa
esensi.”
5
Ibid,.8
8
3. Pencarian makna dalam situasi absurd; suatu upaya untuk mencari pijakan
yang aman dalam menghadapi nilai yang berubah.
4. Penekanan kepada kebebasan. Manusia adalah diri yang sadar, konkret dan
bebas. Manusia bebas menciptakan dirinya, karena manusia adalah
kebebasannya.6
Dalam paham eksistensialisme terbagi menjadi dua golongan yaitu ateistik dan
teistik secara singkat ateistik mengatakan bahwa eksistensi manusia tidak
tergantung pada tuhan manusia bebas sebebas bebasnya dalam menentukan
tindakannya serta bertanggung jawab atas pilihannya tersebut, sedangkan
eksistensialisme teistik tidak jauh berbeda dengan pendapat ateistik tapi lebih
mengarah pada tuhan jadi teistik berpendapat bahwa manusia memang bebas tapi
kebebasannya harus dibimbing oleh tuhan sehingga meminimalisir resiko
tanggung jawab yang tinggi.
1. Khudi
Khudi atau biasa disebut dengan Ego dalam bahasa urdu merupakan suatu
tema yang sentral dalam pemikiran filsafat Iqbal. Pengertian Khudi
merupakan turunan atau bentuk kecil dari kata Khuda yang berarti Tuhan.,
sedangkan Khudi sendiri berarti diri, pribadi, atau ego. 7Dengan konsep
Khudi ini, Iqbal hendak memperlihatkan bahwa diri atau individual
merupakan entitas yang bersifat real dan fundamental yang merupakan
entitas yang bersifat real dan fundamental yang merupakan dasar serta
sentral dari seluruh organisasi kehidupan. Iqbal beranggapan, ego tidak
dimaksudkan untuk menunjukan individualis semata, malainkan
kehidupan itu sendiri merupakan bentuk real dan kehidupan ltu sendiri
berada dalam bentuk individu.8 Pandangan Iqbal tentang Tuhan bagaikan
suatu Ego mutlak atau Ego yang berkedudukan tinggi(Ultimate-Ego), dan
6
Ibid,.hal.10
7
MustofaAnshoriLidinillah, Agama dan AktualisasiDiriPerspektifFilsafat Muhammad Iqbal
(Yogaykarta: BadanPenerbitFilsafat UGM, 2005), 69
9
dari Ego tertinggi itulah ego-ego bernula. Setiap atom tenaga Ilahiat,
betapakecil pun adalah skala wujud (scale of existence) bagaikan sebuah
ego. Iqbal berpendapat, realitas yang ada merajuk pada wujud Tuhan,
manusia dan alam, tetapi realitas yang ada dan sebenarnya adalah wujud
dari ralitas hakiki, wujud hakiki, atau ego mutlak. Sesungguhnya, realitas
hakiki atau ego mutlak merupakan keseluruhan dari hakikat dan realitas.9
Ada perbedaan antara Karakteristik ego dan ego yang lain adalah
kemandirian nya yang esensial, disinilah letak keunikan ego. Ego insane
memiliki tataran menentukan martabat sesuatu dalam ukuran wujud,
mempunyai kehendak kreatif. Kehendak kreatif merupakan sesuatu yang
bertujuan, dan diri selalu bergerak kearah yang pada gilirannya
mencerminkan pada sebuah pilihan diri yang sadar sehingga dapat
mengubah dunia.10Iqbal memberikan suatu penekanan kepada manusia
sebagai makhluk yang bebas untuk mampu mengasah kehendak kreatif
dan terlibat langsung dari berbagai perubahan dunia.
2. Insan Kamil
Pemikiran Iqbal tentang ego ialah Insan Kamil atau yang biasa
dikenal dengan manusia ideal yang menjadi puncak pemikirannya.11Insan
Kamil merupakan (wakil) Tuhan di buku ini. Pada diri seorang manusia
terjalin berbagai unsur jiwa yang kontradiktif. Unsur-unsur tersebut
disatukan oleh kekuatan kerja yang besar dan didukung oleh pikiran,
ingatan, akal budi, imajinasi serta temperamen yang berpadu dalam
dirinya, sehingga ketidak selarasan kehidupan mental menjadi
keharmonisan dalam dirinya. Pandangan Effendi, Insan Kamil menurut
Iqbal adalah seorang mukmin sejati yang dalam dirinya terdapat kekuatan,
wawasan, perbuatan, serta kebijaksanaan. Sifat-sifat luhur ini didalam
wujudnya yang tertinggi tercermin dalam akhlak nabawi.12
Entitas Insan Kamil menurut Iqbal ialah diri Nabi Muhammad saw
yang seluruh hidupnya adalah untuk menengakkan Kalimatullah,
menegakkan kemanusiaan dengan penuh semangat, damai, dan kreativitas.
Lebih jauh menurut Iqbal, bahwa Rasulullah ketika memperoleh
8
AlimRoswantoro, “EksistensialismeTeistik Iqbal”, Hermineina, JurnalKajianInterdisipliner. 2. (Juli-
Desember, 2004), 216.
9
SuhermantoJa’far, “Metafisika Iqbal dan Rekonstruksi Pemikiran Islam”, QualitaAhsana, Vol VII
No.2(Agustus, 2005), 95
10
Ja’far, Metafisika Iqbal, 98
11
Ibid, 1986, 26.
12
Djohan Effendi, “Adam, Khudi, dan InsanKamil: Pandangan Iqbal tentangManusia”
dalmInsanKamil, ed.M. DawamRaharjo (Jakarta: PustakaGrafitipers, 1987), 25.
10
pengalaman spiritual yang setinggi-tingginya, tetapi Rasulullah mau
kembali dan menjadi bermanfaat bagi manusia yang lainnya, berbeda
dengan orang kebatinan yang ketika ia sampai pada pengalaman
spiritualitas yang tinggi, ia takmau kembali, andaikan ia kembali,
kembalinya tidak banyak yang berarti bagi manusia yang lain.13
b) Isyq-o-muhabbat(cintakasih)
Pengertian dari Cinta Kasih menurut Iqbal adalah
keinginan untuk mengasimilasi dan menggugurkan sifat-
sifat utama dari yang dikasihi. Cinta kasih mampu
mengkonsentrasikan kekuatan-kekuatan diri dan menambah
intensitas kekuatan-kekuatanitu.15
c) Toleransi
Toleransi atau sikap keterbukaan bagaikan organ
yang berharga dalam kehidupan. Tanpa hadirnya sikap
menghargai perbedaan, mak yang ada hanyalah sikap
perselisihan disetiap manusia. Menurut Iqbal, toleransi
adalah sebuah landasan perikemanusiaan yang sepatutnya
ada pada manusia, serta semangat keagamaan yang
sejati.Bagi Iqbal, inti kemanusiaan ialah saling menghargai
sesama manusia, karena manusia yang walaupun dilihat
dari sudut pandang Tuhan tetaplah ia sama-sama makhluk
yang diciptakan-Nya.
d) Kasb-I Halal
13
Ibid, 70.; Muhammad Iqbal, Pesandari Timur. Terj. Abdul Hadi W.M. ( Bandung: Penerbit,
Pustaka, 1985), 38.
14
Lidinillah, Agama, 77., Iqbal, Rahasia-rahasia, 100.
15
Lidinillah, Ahmad SyafiiMaarif dan Muhammad Diponegoro, Percik-percik pemikiran Iqbal
(Yogyakarta: Shalahudin Press, 1983), 35
11
Kasb-I Halal memiliki makna yang luas dan berarti
memperoleh benda-benda dan cita-cita melalui usaha dan
perjuangan sendiri. Jadi istilah ini mengajak ego untuk
hidup penuh usaha dan perjuangan giat, serta menjauhkan
pikiran yang memungkinkan diri sendiri.16Kasb-I Halal
juga berarti mengambil nilai pikiran dari kitab suci Ilahiya
itu dengan jalan ijtihad.
G. Kesimpulan
menjadi manusia ideal menurut muhammad iqbal, manusia ideal dalam pemikiran
muhammad iqbal adalah insan kamil yang memberikan gambaran bahwasanya
manusia memiliki kehendak bebas yang menolak tunduk pada pola hukum
kausalitas. manusia menentukan sendiri tujuan-tujuannya serta mampu
merealisasikan tujuan-tujuannya itu dengan usaha dan kehendak yang otonom,
dalm perealisasian kehendaknya, manusia ambil bagian dengan cara menyerap
sifat-sifat ketuhanan serta kerinduaan kepadanya, yang akan mampu
mengantarkan kepada manusia sempurna atau ideal.
Daftar Pustaka
16
Vahid, Iqbal Seorang, 36.
12
M.M. Syarif, 1993, Iqbal: TentangTuhan dan Keindahan. Terj. Yusuf Jamil,
Bandung: Mizan
Djohan Effendi, 1987, “Adam, Khudi, dan InsanKamil: Pandangan Iqbal tentang
Manusia” dalam Insan Kamil, ed.M. Dawam Raharjo, Jakarta: Pustaka
Grafitipers
13