Anda di halaman 1dari 15

TEORI/PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MUHAMMAD IQBAL

Muhammad Syahrul Nizam (2023100020049)


Abdul Rouf Al-Majid (20231000200--)

Abstrak: Muhammad Iqbal sejatinya adalah seorang filosof yang pemikirannya


menjangkau banyak aspek mulai agama, hukum, politik, sastra, ekonomi,
kebudayaan, hingga pendidikan. Iqbal memang tidak secara khusus berbicara
tentang filsafat pendidikan Islam, apalagi suatu program pendidikan kaum
muslimin. Meski demikian, Iqbal adalah pemikir langka pada zamannya yang
memiliki kesadaran adanya persoalan pendidikan, baik di dunia Islam maupun di
Barat. Delapan prinsip dasar pendidikan Islam dalam pemikiran Iqbal, yaitu:
konsep individu (in-divide), pertumbuhan individu, keseimbangan jasmani dan
rohani, pertautan individu dengan masyarakat, kreativitas individu, peran
intelektual dan intuisi, pendidikan watak, dan pendidikan sosial. Jurnal ini coba
mengeksplorasi tentang perspektif atau pandangan dan pemikiran Muhammad
Iqbal tentang pendidikan Islam.
Kata Kunci: Pendidikan Islam, Muhammad Iqbal

Pendahuluan
Muhammad Iqbal berbeda dengan pembaru-pembaru Islam yang lain, sebab
ia adalah seorang penyair dan filosof Timur yang telah mengukir hidupnya
sedemikian rupa, hingga akan dikenang umat manusia ratusan tahun yang akan
datang.1 Sebab, seluruh karyanya dalam bentuk puisi dan prosa yang berbahasa
Urdu, Parsi (Persia), dan Inggris telah terdokumentasi dengan baik.2
Intelektualisme Iqbal dapat ditinjau dari berbagai bidang: filsafat, hukum,
pemikiran Islam, politik, sastra, ekonomi, kebudayaan dalam makna yang sempit,
dan pendidikan Islam.3
Iqbal juga dianggap telah meletakkan prinsip-prinsip dasar pendidikan Islam
modern dan kontemporer, maka tentu saja ini “diyakini” setelah diadakan
pengkajian dan penelaahan terhadap kiprah Iqbal, terutama yang tertuang dalam
karya-karyanya, baik dalam bentuk puisi maupun prosa. Khususnya dalam bidang

1
Harun Nasution, “Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan”. (Jakarta: Bulan
Bintang, 1975) Hlm. 191.
2
Ahmad Syafi’i Ma’arif dalam buku Muhammad Iqbal, “Rekonstruksi Pemikiran Agama dalam
Islam (Dilengkapi dengan Puisi-Puisi Asrar-i Khudi)” (Yogyakarta: Jalasutra 2002), hlm. 14.
3
Miss Luce-Claude Maitre,” Pengantar ke Pemikiran Iqbal, terj. Djohan Effendi” (Bandung: Mizan,
1992), hlm. 15.

Teori/Pemikiran Pendidikan Islam Muhammad Iqbal | 1


pendidikan Islam, pemikiran-pemikiran Iqbal dapat dibaca dalam buku yang
ditulis oleh K.G. Saiyidain, Iqbal’s Educational Philosophy. Buku yang
diterbitkan pertama kali tahun 1938 di Lahore ini, diakui sebagai hasil sadapan
karya Iqbal. Ide dan konsepsi yang terbentang pada karya ini merupakan hasil
pengkajian dan penganalisaan tentang pemikiran-pemikiran Iqbal dalam bidang
pendidikan Islam, yang mungkin tersurat atau mungkin tersirat pada karya-karya
Iqbal.4
Dalam buku tersebut, Iqbal dianggap telah menyumbangkan pemikirannya
dalam bidang pendidikan, berupa prinsip-prinsip dasar pendidikan Islam, sebagai
orientasi pendidikan untuk mewujudkan tujuan yang ingin dicapai dari suatu
pendidikan. Menurut Saiyidain, ada dua alasan:
1) Pendidikan dipandang sebagai keseluruhan daya budaya yang
mempengaruhi kehidupan individu maupun kelompok masyarakat;
2) Setiap filsafat tentang kehidupan, selama menyoroti masalah hidup dan
tujuan akhir manusia, mengimplikasikan dan melandasi suatu filsafat
pendidikan.5
Biografi Singkat Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal dilahirkan di Sialkot, sebuah kota tua bersejarah di
perbatasan Punjab Barat dan Kashmir di India pada tanggal 09 November 1877. Ia
meninggal pada usia 61 tahun, atau tepatnya pada tanggal 21 April 1938.6 Sialkot
adalah salah satu kota peninggalan dinasti Mughal India. Kakek Iqbal bernama
Shaikh Rafiq, seorang penjual selendang dari Looehar, Kashmir. Penduduk
Kashmir awalnya beragama Hindu, kemudian menganut Islam. Jejak leluhur Iqbal
adalah Brahmana, subkasta Sapru. Ayahnya bernama Syaikh Noor Muhammad
dan ibunya bernama Bibi. Ayah Iqbal, Syaikh Nur Muhammad, memiliki
kedekatan dengan kalangan sufi. Karena kesalehan dan kecerdasannya, penjahit
yang cukup berhasil ini, dikenal memiliki perasaan mistis yang dalam, serta rasa
keingintahuan ilmiah yang tinggi. Tak heran, jika Nur Muhammad dijuluki
kawan-kawannya dengan sebutan ”sang filosof tanpa guru” (un parh falsafi).7

4
Miss Luce-Claude Maitre,” Pengantar ke Pemikiran Iqbal, terj. Djohan Effendi” (Bandung: Mizan,
1992), hlm. 15.
5
K.G. Saiyidain, “Percikan Filsafat Iqbal mengenai Pendidikan (Iqbal’s Educational Philosophy),
terj. M.I. Soelaeman” (Bandung: CV. Diponegoro, 1981), hlm. 20.
6
Muhammad Iqbal, “Rekonstruksi Pemikiran Agama dalam Islam, ed. Muhidin M Dahlan, I”
(Yogyakarta: JALASUTRA, 2002), Hlm. 13.
7
Rini Puspitasar, “Pendidikan Islam Menurut Iqbal” dalam Jurnal IAIN Bengkulu. Hlm. 2

Teori/Pemikiran Pendidikan Islam Muhammad Iqbal | 2


Di masa kecil, Iqbal menerima pendidikan langsung dari orang tuanya
terutama mengenai al-Qur’an dan dasar-dasar keIslaman. Pendidikan formal
diperoleh di maktab, sebuah institusi pendidikan Islam klasik di Sialkot. Ketika
melanjutkan studi di Scottis Mission School, Iqbal banyak belajar dari Maulana
Mir. Hasan, seorang ulama besar, terutama tentang sastra Persia dan penguasaan
Bahasa Arab. Setelah mendapatkan pendidikan dasar di Sialkot, kemudian pada
tahun 1895 Iqbal melanjutkan studi pada Government College di Lahore, ibukota
propinsi di mana saat itu adalah pusat intelektual yang terbesar. Disinilah ia
bertemu dengan Sir Thomas Arnold. Dari hasil pendidikan yang didapatkan, ia
dipengaruhi oleh dua sosok yaitu Maulana Mir Hasan dan Sir Thomas Arnold.
Maulana Mir Hasan memberikan pengaruh cinta terhadap nilai-nilai ketimuran.
Sementara, Sir Thomas Arnold memberikan pengaruh untuk menghargai prinsip-
prinsip barat.
Dari pertemuannya dengan Sir Thomas Arnold, Muhammad Iqbal kemudian
meneruskan studinya ke eropa, yaitu ke Universitas Cambridge. Ia belajar filsafat
dari Dr. Mc. Taggart dan memperoleh gelar akademik dalam bidang filsafat
moral. Setelah lulus, ia melanjutkan ke Universitas Munich, Jerman. Setelah
menyelesaikan studi di Jerman, ia kembali ke London dan mengambil studi
tentang hukum dan akhirnya lulus keadvokatan. Dari perjalanan menempuh
pendidikan, tampak jelas bahwa Muhammad Iqbal adalah orang yang haus akan
ilmu pengetahuan dan mendedikasikan hidupnya untuk mengembangkan dirinya
melalui ilmu pengetahuan. Selama di Eropa, Ia banyak melakukan perbincangan
dan diskusi tentang filsafat dan ilmusastra. Ajaran tasawuf juga banyak
mempengaruhi dirinya karena latar belakang keluarganya yang memiliki
kecenderungan pada tasawuf.
Dalam perjalanan karirnya, Iqbal tidak hanya dikenal sebagai seorang
praktisi dan akademisi dalam bidang politik, filsafat, dan pendidikan. Akan tetapi,
ia juga memiliki kemampuan yang tinggi dalam seni sastra. Hal ini dibuktikannya
dengan kemampuannya membuat syair yang kemudian diakui oleh salah seorang
penyair urdu terkenal. Namun, Syair dan sajak yang ia buat merupakan medium
dari perkembangan pemikirannya dalam bidang politik, filsafat dan pendidikan.8
Pengertian Pendidikan Islam Menurut Muhammad Iqbal
Edi Nurhidin mengatakan Muhammad Iqbal tidak pernah menulis teori
maupun filsafat pendidikan secara khusus, apalagi sebuah kurikulum pendidikan
bagi umat muslim. Namun keseluruhan pemikiran filosofisnya mengisyaratkan

8
Abu Muhammad Iqbal, “Pemikiran Pendidikan Islam, ed. Imam Ahmad Ibnu Nizar” (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2015). Hlm. 260.

Teori/Pemikiran Pendidikan Islam Muhammad Iqbal | 3


perlunya rekonstruksi pemikiran dalam pelbagai bidang tidak terkecuali dalam
bidang pendidikan Islam.9
Pandangan filosofis Iqbal terhadap pendidikan Islam adalah bermuara pada
bagaimana menciptakan Insan Kamil, atau manusia sempurna. Istilah lain
menyebutkan manusia otentik atau manusia utuh. Pandangan utuh tentang
manusia akan mengajarkan bahwa manusia adalah makhluk jasmaniah. Oleh
karena itu dalam prosesnya, pendidikan Islam menekankan adanya ruang gerak
dan kreatifitas yang maksimal bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia,
baik fisik maupun intelektual dan intuisinya.
Di samping itu manusia adalah makhluk yang memiliki multi dimensi,
sehingga tujuan pendidikan harus mengarah pada ketercapaian segala aspek yang
dimiliki peserta didik. Sebab itu, sebagai upaya mencapai terwujudnya insan
kamil yang bisa dilakukan untuk mengkonstruk tujuan Pendidikan.
Jadi Menurut Iqbal, pendidikan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
peradaban manusia. Bahkan, pendidikan sekaligus menjadi substansi dari
peradaban manusia. Menurutnya, pendidikan yang ideal adalah yang mampu
memadukan antara aspek keduniaan dan aspek keakhiratan secara sama dan
seimbang.
Pandangan dan Pemikiran Pendidikan Islam Muhammad Iqbal
Secara tekstual, Iqbal memang belum pernah menulis buku tentang teori
atau filsafat pendidikan Islam, termasuk juga merumuskan teknik dan metode
pendidikan secara operasional. Hanya saja, melalui gubahan sajak-sajaknya, Iqbal
telah melakukan kritik terhadap sistem pendidikan yang berlaku pada saat itu.
Dalam salah satu sajaknya, ia menulis:
“Aku tamat dari sekolah dan pesantren penuh duka, Di situ tak kutemukan
kehidupan, Tidak pula cinta, Tak kutemukan hikmah, dan tidak pula
kebijaksanaan,Guru-guru sekolah adalah orang-orang yang tak punya nurani,
Mati rasa, mati selera, Dan kyai-kyai adalah orang-orang yang tak punya
himmah, Lemah cita, miskin pengalaman”.10
Isi sajak tersebut merupakan kritikan Iqbal kepada sistem pendidikan Barat
dan sistem pendidikan Islam tradisional. Iqbal memandang, sistem pendidikan
Barat lebih condong kepada materialisme dan telah meninggalkan agama, suatu
kecenderungan yang nantinya merusak nilai-nilai spiritual manusia. Oleh karena

9
Edi Nurhidin, “Kontekstualisasi Pemikiran Pendidikan Muhammad Iqbal dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI)”. Dalam Jurnal al–Hikmah vol. 5 no. 2 Oktober 2017. Hlm. 14
10
Abul Hasan an-Nadwi, “Pendidikan Islam yang Mandiri, terj. Afif Muhammad” (Bandung: Dunia
Ilmu, 1987). Hlm. 33.

Teori/Pemikiran Pendidikan Islam Muhammad Iqbal | 4


itu, yang dapat diambil oleh umat Islam dari Barat hanyalah ilmu pengetahuannya
saja.11
Menurut Iqbal, pendidikan Barat hanya dapat mencetak manusia menjadi
output dengan memiliki intelektual tinggi saja, tetapi tanpa memiliki hati nurani
yang berkualitas. Sistem pendidikan seperti itu pada akhirnya akan menyebabkan
pertumbuhan dan perkembangan manusia tanpa keseimbangan antara aspek
lahiriah dengan aspek batiniah. Sementara itu, pendidikan Islam tradisional
dikritik Iqbal karena hanya mengajarkan otak dan jiwa manusia di dalam
kurungan yang sempit. Dalam pandangan Iqbal, pendidikan tradisional tidak
mampu mencetak manusia intelek yang dapat menyelesaikan berbagai persoalan
keduniaan.
Dalam pandangan Iqbal, rekonstruksi pendidikan perlu dilakukan, karena di
dalam sistem pendidikan yang telah ada, telah terjadi penyimpangan-
penyimpangan terhadap nilai-nilai kemanusian. Kritik Iqbal terhadap sistem
pendidikan Barat, sebenarnya bersifat reaktif dan defensif, yakni untuk
menyelamatkan pemikiran kaum Muslim dari pencemaran dan kerusakan yang
mungkin timbul dari gagasan Barat di berbagai disiplin ilmu. Kedatangan gagasan
Barat dengan kecenderungan pada pandangan materialistik, dimaknai sebagai hal
yang mengancam dan berpotensi menghancurkan standar-standar moralitas
tradisional Islam. Di sisi lain, kritik Iqbal terhadap sistem pendidikan tradisional
Islam merupakan koreksi atas kesalahpahaman kaum Muslim dalam memandang
pendidikan Islam.12
Kontruksi Pendidikan Islam
Sistem pendidikan yang ada selama ini hanya mengadopsi serpihan-serpihan
dari aliran atau teori pendidikan yang ada. Begitupun dengan sistem dan corak
pendidikan Islam di Indonesia yang menggabungkan berbagai macam metode
atau corak baik dari pandangan Islam sendiri maupun teori aliran pendidikan
lainnya. Hal ini dikarenakan tidak ada sistem pendidikan yang baku yang bisa
ditetapkan di setiap tempat.
Dalam Islam sendiri, pendidikan adalah bagian dari muamalah yang
aturannya tidak memiliki sifat kaku. Dengan kata lain, aturan, sistem atau corak
pendidikan dapat menyesuaikan perkembangan zaman. Namun, tidak berarti
bahwa corak sistem pendidikan saat ini harus meninggalkan khasanah pemikiran
peninggalan tokoh-tokoh masa silam. Bahkan, penulis menganggap penting untuk
kembali menggali sejumlah pemikiran para tokoh masa lalu dan mengambil
11
Syaukani Ahmad, “Perkembangan Pemikiran Modern di Dunia Islam” (Bandung: Pustaka Setia,
1997). Hlm. 89
12
Abdullah Idi, Toto Suharto, “Revitalisasi Pendidikan Islam”, (Yogyakarta : Tiara Wacana, 2006).
Hlm. 85.

Teori/Pemikiran Pendidikan Islam Muhammad Iqbal | 5


aspek-aspek yang masih relevan dijadikan bahan rekonstruksi pendidikan masa
sekarang. Begitu pula dengan pemikiran Muhammad Iqbal yang sampai saat ini
masih terus dikaji.
1. Tujuan Pendidikan
Pendidikan sebagai komponen pokok dan aktivitas yang sangat
menentukan bagi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena
itu, adanya tujuan pendidikan merupakan syarat mutlak bagi tersusunnya
pengertian pendidikan secara sistematis yang memungkinkan adanya
proses pendidikan yang berasas dan fungsional.13
Dalam kaitan ini, Brubacher menegaskan bahwa tujuan dalam
aktivitas pendidikan merupakan nilai-nilai yang ingin dicapai dan
diinternalisasikan pada peserta didik. Karena itu, tujuan pendidikan
merupakan masalah asasi, inti dan saripati dari seluruh proses aktivitas
dalam pendidikan, dan berfungsi sebagai petunjuk yang mengarahkan
proses pendidikan, memotivasi dan memberi kriteria dalam evaluasi
pendidikan.14
Al-Syaibany, secara definitif menjelaskan bahwa tujuan pendidikan
adalah perubahan-perubahan yang diinginkan dan diusahakan oleh
proses pendidikan. Dengan demikian usaha yang dilakukan dalam
pendidikan diarahkan bagi tercapainya tujuan pendidikan, baik pada
tingkah laku individu (kehidupan pribadinya) maupun pada kehidupan
masyarakat dan pada alam sekitar di mana individu itu hidup serta pada
proses pendidikan itu.15
Berbicara tentang tujuan pendidikan, maka Al-Syaibany sangat
terkait dengan nilai. Karena tujuan pendidikan pada hakikatnya
mengandung pilihan ke arah proses pencapaian nilai-nilai yang telah
ditetapkan, sehingga nilai menjadi dasar bagi ketentuan tujuan-tujuan
pendidikan. Dan nilai-nilai yang menjadi dasar bagi tujuan pendidikan
akan membimbing dan mengarahkan proses pendidikan tersebut,
sehingga memiliki karakteristiknya sendiri-sendiri. Di antara nilai yang

13
Imam Sutari Barnadib, “Filsafat Pendidikan: Tinjauan Mengenai Beberapa Aspek dan Proses
Pendidikan”( Yogyakarta: Studying 1982) hlm. 15
14
John S. Brubacher, “Modern Philosophies of Education”, (McGraw-Hill: Book Company, Inc.,
1962), hal. 95.
15
Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibani,”Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulung”,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hal. 399.

Teori/Pemikiran Pendidikan Islam Muhammad Iqbal | 6


menjadi dasar bagi tujuan pendidikan adalah nilai-nilai materi, nilai-nilai
sosial, nilai-nilai etika, nilai-nilai estetika, dan nilai-nilai religius.16
Pendidikan Islam, sekaligus menaruh perhatian pada semua jenis
nilai-nilai yang telah disebutkan di atas, akan tetapi juga memberi
perhatian lebih besar kepada nilai-nilai rohaniah dan akhlak, dan
berusaha menundukkan semua nilai-nilai yang lama. Dengan demikian
agama dan akhlak menjadi bingkai umum bagi masyarakat Islam dan
bagi pendidikan Islam.
Lebih lanjut, Abdul Fattah Jalal merumuskan tujuan pendidikan
Islam adalah mewujudkan manusia yang ‘ābid, yang menghambakan diri
kepada Allah Subḥānahu wa Ta’āla. Maksud ‘ābid di sini menurut Jalal
adalah beribadah kepada Allah. Dan ibadah tersebut tidak terbatas pada
ritual menunaikan shalat, puasa, zakat, haji, dan lain sebagainya semata,
tetapi juga jalan hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan serta
segala yang dilakukan manusia berupa perkataan, perbuatan, perasaan,
pemikiran yang dipertautkan kepada Allah Subḥānahu wa Ta’āla.17
Di lain pihak, Ali Ashraf merumuskan tujuan akhir pendidikan Islam
adalah perwujudan penyerahan mutlak kepada Allah, pada tingkat
individual, masyarakat dan kemanusiaan pada umumnya.18 Sementara
itu menurut al-Ghazali tujuan umum pendidikan Islam mengarah kepada
dua sasaran. Pertama, kesempurnaan manusia, yang puncaknya adalah
taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah. Kedua, kesempurnaan
manusia, yang puncaknya adalah kebahagiaan dunia dan akhirat.19 Oleh
karena itu, tujuan pendidikan Islam dalam pandangan al-Ghazali adalah
untuk mencapai dua tujuan tersebut sekaligus.
Berbicara mengenai tujuan pendidikan Islam, menurut Muhammad
Iqbal, adalah membina totalitas individu yang mantap, sehingga dapat
mengaktualisasikan dirinya dalam gairah hidup yang penuh kreativitas
keilahiyahan.

16
Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibani,”Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulung”,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hal. 403-404
17
Abdul Fattah Jalal, “Azas-Azas Pendidikan Islam, terj. Herry Noer Ali”, (Bandung: Diponegoro,
1988), hal. 122.
18
Ali Ashraf, “Horison Baru Pendidikan Islam, terj. Sori Siregar”, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996),
hal. 2.
19
Fathiyah Hasan Sulaiman, “Konsep Pendidikan Al-Ghazali, terj. Ahmad Hakim dan Imam Aziz”,
(Jakarta: P3M, 1986), hal. 19-20.

Teori/Pemikiran Pendidikan Islam Muhammad Iqbal | 7


Menurut Iqbal, sebagaimana dikutip oleh Mukti, tujuan pendidikan
meliputi: 20
a. Tujuan hidup yang mulia hendaknya mengilhami kegiatan insani
dalam segala bidang, lebih-lebih dalam dunia pendidikan yang
bertugas untuk membina kata hati dan intelek manusia yang tidak
ada “defeatisme” (suatu pandangan yang serba menyerah-kalah) atau
pesimisme, sebab pendidikan itu merupakan perjalanan yang benar
dalam menggali berbagai kemungkinan yang tak terbatas;21
b. Fungsi pendidikan adalah melahirkan interaksi yang dinamis dan
progresif kedua kutub tersebut (Islam tradisional dan barat modern),
dengan maksud agar keduanya dapat saling bertautan secara serasi;22
c. Pendidikan bagaikan “azimat” dalam upaya pencapaian tujuan, maka
pendidikan hendaknya dapat dijiwai semangat dan citanya, yang
merupakan sumber inspirasi bagi tata kehidupan sosial dan
kebudayaan;23
d. Pendidikan hendaknya dinamis dan kreatif yang diilhami oleh suatu
keyakinan yang optimis tentang tujuan akhir manusia.24
Maka tujuan pendidikan Islam adalah membina totalitas individu
yang mantap, sehingga dapat mengaktualisasikan dirinya dalam gairah
hidup yang penuh kreativitas keilahiyahan.
2. Metode Pembelajaran
Metode pendidikan merupakan bagian dari alat-alat pendidikan dalam
upaya untuk mencapai tujuan pendidikan.25 Metode pendidikan
didasarkan pada tingkat usia anak didik berdasarkan pertimbangan
periode perkembangan anak didik. Adapun metode pendidikan yang
sesuai menurut Muhammad Iqbal adalah:

20
Muhammad Mukti, “Dasar-dasar Pendidikan Islam Modern dalam Filsafat Iqbal“, dalam Jurnal
Pemikiran Alternatif Pendidikan: Insania, Vol. 14, No. 2, Mei-Agustus 2009, hlm. 242-253.
21
K.G. Sayidain, “Percikan Filsafat Iqbal”, Terj. M.I Solaeman (Bandung: CV. Ponoerogo, 1986).
Hlm. 99
22
K.G. Sayidain, “Percikan Filsafat Iqbal”, Terj. M.I Solaeman (Bandung: CV. Ponoerogo, 1986).
Hlm. 147
23
Hamid S.T., “Kamus Pintar Bahasa Indonesia” (Surabaya: Pustaka Dua, 2010), hlm. 45.
24
K.G. Sayidain, “Percikan Filsafat Iqbal”, Terj. M.I Solaeman (Bandung: CV. Ponoerogo, 1986).
Hlm. 171
25
Anas Salahudin, “Filsafat Pendidikan” (Bandung : CV Pustaka Setia, 2011), hlm. 179

Teori/Pemikiran Pendidikan Islam Muhammad Iqbal | 8


a. Self Activity.
Metode ini di gunakan untuk mencari potensi diri atau
mengembangkan potensi diri peserta didik dengan kebebasan
mengembangkan kreativitas sesuai dengan yang di kehendaki.
b. Learning by Doing.
Jenis pengajaran yang di kehendakinya adalah menghadapkan
siswa pada situasi baru yang mengundang mereka untuk bekerja
dengan penuh kesdaran akan tujuan yang di galinya dari sumber
yang tersedia dalam lingkungan mereka. Metode eksperimen
sangat di butuhkan dalam pengembangan ilmu pengetahuan,
sedangkan pengetahuan tidak hanya sekeder bersifat teoritis saja
akan tetapi perlu pembuktian dan aktualisasi.
c. Tanya Jawab
Menurut Muhamamad Iqbal pendidikan harus mampu untuk
mencetak pribadi yang kritis, yaitu terus bertanya dan tidak begitu
saja menerima pandangan atas dasar kepercayaan belaka.
d. Metode proyek
Adalah cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari
sesuatu dan bermakna. Penggunaan metode ini bertitik tolak dari
anggapan bahwa pemecahan masalah masalah, kemudian di bahas
dari yang berhubungan sehingga pemecahannya secara
keseluruhan harus ditinjau dari berbagai macam segi agar tuntas
dalam melibatkan mata pelajaran yang ada kaitannya sebagai
sumber dari pemecahan masalah tersebut. Metode pengajaran
seperti metode proyek, sepanjang bertopang pada kegiatan yang
tertuju kepada sasaran, lebih besar kemungkannaya untuk
mengembangkan sikap intelektual yang tepat daripada metode
tradisional yang lebih mengutakan ingatan serta cara belajar yang
pasif.
e. Metode pemecahan masalah atau problem solving .
Bukan hanya sekedar metode berfikir sebab dalam problem
solving dapat menggunakan metode-metode lainya yang di mulai
dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
3. Materi Pendidikan
Materi Pendidikan, baik pendidikan umum maupun pendidikan
Islam, pengajaran bahasa asing menjadi hal yang penting. Melalui
pengajaran bahasa asing, peserta didik akan mengenal dunia dengan
Teori/Pemikiran Pendidikan Islam Muhammad Iqbal | 9
lebih luas. Di samping itu, pengetahuan logika dan sejarah juga menjadi
hal yang sangat penting untuk diajarkan kepada peserta didik.
Pengetahuan logika membantu seseorang memanfaatkan daya pikir dan
intelektualitasnya memecahkan berbagai macam masalah. Sementara,
mempelajari sejarah bukan berarti hanya kembali dan mengenang masa
lalu. Lebih dari itu, mempelajari sejarah adalah belajar berbagai macam
dinamika kehidupan dan kejiwaan masa dulu sehingga dapat dijadikan
pelajaran dan motivasi di masa sekarang.
4. Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan Islam
Implikasi pandangan filosofis Iqbal dalam pendidikan
diformulasikan Saiyidain dalam delapan bagian, yaitu:
a. Konsep Individu
Iqbal menekankan bahwa hanya manusia yang dapat
melaksanakan pendidikan. Oleh karena itu, menurut Iqbal,
pendidikan harus dapat memupuk sifat-sifat individualitas
manusia (ego/aku) agar menjadi manusia sempurna. Dalam
pandangan Iqbal, manusia sempurna adalah manusia yang
menjelmakan sifat-sifat ketuhanan di dalam dirinya,
berperilaku seperti Tuhan. Sifat-sifat itu diserap dan
menyatu secara total ke dalam diri manusia.
b. Pertumbuhan Individu
Pendidikan harus dapat mengarahkan pertumbuhan dan
perkembangan individu secara optimal. Pertumbuhan dan
perkembangan itu merupakan suatu proses kreatif-aktif yang
dilakukan individu sebagai aksi dan reaksinya terhadap
lingkungan.
c. Keseimbangan Jasmani dan Rohani
Menurut Iqbal, perkembangan individu akan berimplikasi
pada pengembangan kekayaan batin dari eksistensinya.
Pengembangan kekayaan batin tidak dapat tidak, dapat
terlaksana bila terlepas dari kaitan dengan materi. Oleh
karenanya, antara jasmani sebagai realitas dengan ruhani
sebagai idealitas, harus dipadukan dalam pengembangan
individu. Dalam mengejar nilai-nilai budaya dan ruhaniah,
hendaknya manusia memanfaatkan dunia fisik sebagai bahan
bakunya dan menggali/mengeksploitasi berbagai
kemungkinan untuk meningkatkan derajat insan.
d. Pertautan Individu dengan Masyarakat
Teori/Pemikiran Pendidikan Islam Muhammad Iqbal | 10
Konsep ini menegaskan hakikat pertautan antara kehidupan
individu dengan kebudayaan masyarakat. Masyarakat adalah
wahana bagi presentasi eksistensial dari individu. Oleh
karena itu, tanpa masyarakat, kehidupan individu akan
melemah dan tujuan hidupnya menjadi tidak terarah.
e. Kreativitas Individu
Iqbal menolak kausalitas yang tertutup, sebab kausalitas
yang demikian menafikan munculnya hal baru atau
kemungkinan berulangnya suatu fenomena di dalam ruang
dan waktu yang berbeda. Iqbal menggaris bawahi arti
penting kreativitas manusia yang berkembang secara
evolusioner. Dengan kreativitas tersebut, manusia mampu
melepaskan diri dari keterbatasan dan menaklukkan waktu.
Kreativitas seperti ini hanya dapat tumbuh melalui proses
pendidikan.
f. Peran Intelektual dan Intuisi
Ada dua cara untuk menangkap realitas, yaitu melalui cara
intelektual dan melalui intuisi. Masing-masing cara
mempunyai peran khusus dalam memperkaya kreativitas
manusia. Daya intelektual berperan besar dalam menangkap
realitas melalui panca indera. Sementara itu, peran intuisi
adalah menangkap realitas secara langsung dan menyeluruh.
Menurut Iqbal, kebenaran metafisik tidak dapat diraih
melalui jalan melatih intelektual, tetapi dengan cara
memusatkan perhatian pada hal-hal yang hanya ditangkap
oleh intuisi.
g. Pendidikan Watak (Integritas)
Apabila manusia dapat melengkapi diri dengan sifat
individual yang dapat berkembang secara optimal, serta
dilandasi dengan keimanan yang tangguh, maka manusia
dapat menjelma menjadi kekuatan yang tidak terkalahkan.
Manusia seperti itu akan dapat mengarahkan dirinya ke
kebajikan, serta dapat menyelaraskan diri dengan kehendak
Tuhan. Itulah yang disebut Iqbal dengan watak yang
tangguh.
h. Pendidikan Sosial
Iqbal menandaskan bahwa kehidupan sosial selayaknya
dilaksanakan, di atas prinsip tauhid. Ini berarti bahwa tauhid

Teori/Pemikiran Pendidikan Islam Muhammad Iqbal | 11


semestinya hidup di dalam kehidupan intelektual dan
emosional manusia. Di samping itu, Iqbal mengungkapkan
bahwa tata kehidupan sosial seharusnya secara aktif
menguras dan menggali segala kekuatan yag tersirat di
dalam ilmu pengetahuan, dan pada saat yang sama juga
mengontrol dan mengawasi lingkungan kebendaa
Kedelapan pandangan Iqbal tentang prinsip-prinsip pendidikan
Islam tersebut, merupakan suatu upaya untuk memahami proses
pendidikan secara filosofis. Gagasan ini dilontarkan Iqbal sebagai reaksi
atas ketidakpuasannya pada totalitas peradaban India khususnya, dan
peradaban manusia umumnya.
Kesimpulan
Hasil Pemikiran Iqbal tentunya membawa dampak positif di dunia
pendidikan Islam. Dapat dilihat implikasi dalam dunia pendidikan khususnya
pendidikan Islam, diantaranya:
1) Pertama, pada proses pembelajaran sangat mengedepankan nilai-nilai
pendidikan dan moral, sehingga tidak ada perbedaan dalam menuntut
ilmu;
2) Kedua, mengontrol perkembangan ilmu agar nilai-nilai moralitas tetap
terjaga keasliannya;
3) Ketiga, menumbuhkan sikap kritis terhadap suatu pemahaman yang
muncul di masyarakat;
4) Keempat, menumbuhkan sikap aktif dalam proses perkembangan ilmu.
Muhammad Iqbal sejatinya adalah seorang filosof yang pemikirannya
menjangkau banyak aspek mulai agama, hukum, politik, sastra, ekonomi,
kebudayaan, hingga pendidikan. Iqbal memang tidak secara khusus berbicara
tentang filsafat pendidikan Islam, apalagi suatu program pendidikan kaum
muslimin. Seperti yang dikritik Fazlur Rahman, Iqbal hampir tidak memberikan
sesuatu pun yang bisa disebut suatu perumusan kebijakan pendidikan Islam.
Pemikiran-pemikiran filsafat Iqbal banyak berbicara tentang masalah
hidup manusia dan tujuan hidup manusia. Inilah yang secara implisit
mencerminkan prinsip-prinsip dasar pendidikan. Artinya, secara tidak langsung
Iqbal telah menyumbangkan pemikiran tentang prinsip-prinsip dasar pendidikan,
meskipun tidak secara operasional, tetapi pola orientasi pendidikan untuk
mencapai tujuan pendidikan Islam.
Secara ideal, pendidikan Islam berusaha mengantarkan manusia mencapai
keseimbangan pribadi secara menyeluruh. Hal ini dapat dilakukan melalui

Teori/Pemikiran Pendidikan Islam Muhammad Iqbal | 12


latihanlatihan kejiwaan, akal, pikiran, kecerdasan, perasaan ataupun panca indera.
Oleh karena itu, para pendidik muslim berusaha mengembangkan, melatih dan
membimbing semua aspek dalam kehidupan manusia yang meliputi spiritual,
intelektual, imajinasi, keilmiahan dan lain-lain, baik secara individu ataupun
kelompok serta senantiasa memberikan dorongan bagi kedinamisan aspek-aspek
di atas menuju kebaikan dan pencapaian kesempurnaan hidup baik dalam
hubungannya dengan Allah, dengan sesama manusia maupun dengan alam
sekitarnya.

Teori/Pemikiran Pendidikan Islam Muhammad Iqbal | 13


DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Idi, T. S. (Yogyakarta). Revitalisasi Pendidikan Islam. 2006: Tiara Wacana.

Ahmad, S. (1997). Perkembangan Pemikiran Modern di Dunia Islam. Bandung: Pustaka


Setia.

Ali Ashraf. (1996). “Horison Baru Pendidikan Islam, terj. Sori Siregar”. Jakarta: Pustaka
Firdaus.

Al-Syaibani, O. M.-T. (1979). Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulung. Jakarta:
Bulan Bintang.

an-Nadwi, A. H. (1987). Pendidikan Islam yang Mandiri, terj. Afif Muhammad. Bandung:
Dunia Ilmu.

Barnadib, I. S. (1982). “Filsafat Pendidikan: Tinjauan Mengenai Beberapa Aspek dan


Proses Pendidikan. Yogyakarta: Studying .

Brubacher, J. S. (1962). Modern Philosophies of Education. McGraw-Hill: Book Company,


Inc.

Iqbal, A. M. (2015). Pemikiran Pendidikan Islam, ed. Imam Ahmad Ibnu Nizar.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Iqbal, M. (2002). Rekonstruksi Pemikiran Agama dalam Islam (Dilengkapi dengan Puisi-
Puisi Asrar-i Khudi. Yogyakarta: Jalasutra .

Iqbal, M. (2002). Rekonstruksi Pemikiran Agama dalam Islam, ed. Muhidin M Dahlan.
Yogyakarta: JALASUTRA.

Jalal, A. F. (1988). Azas-Azas Pendidikan Islam, terj. Herry Noer Ali. Bandung:
Diponegoro.

Maitre, M. L.-C. (1992). Pengantar ke Pemikiran Iqbal, terj. Djohan Effendi. Bandung:
Mizan.

Mukti, M. (2009). Dasar-dasar Pendidikan Islam Modern dalam Filsafat Iqbal. Jurnal
Pemikiran Alternatif Pendidikan: Insania, 242-253.

Nasution, H. (1975). Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Jakarta:
Bulan Bintang.

Nurhidin, E. (2017). Kontekstualisasi Pemikiran Pendidikan Muhammad Iqbal dalam


Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)”. Jurnal al–Hikmah, 14.

Puspitasar, R. (n.d.). Pendidikan Islam Menurut Iqbal. Jurnal IAIN Bengkulu, 2.

S.T, H. (2010). Kamus Pintar Bahasa Indonesia. Surabaya: Pustaka Dua.

Saiyidain, K. (1981). Percikan Filsafat Iqbal mengenai Pendidikan (Iqbal’s Educational


Philosophy), terj. M.I. Soelaeman. Bandung: CV. Diponegoro.

Teori/Pemikiran Pendidikan Islam Muhammad Iqbal | 14


Salahudin, A. (2011). Filsafat Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.

Sayidain, K. (1986). “Percikan Filsafat Iqbal”, Terj. M.I Solaeman. Bandung: CV.
Ponoerogo.

Sulaiman, F. H. (1986). “Konsep Pendidikan Al-Ghazali, terj. Ahmad Hakim dan Imam
Aziz”. Jakarta: P3M.

Teori/Pemikiran Pendidikan Islam Muhammad Iqbal | 15

Anda mungkin juga menyukai