Anda di halaman 1dari 8

IBNU MISKAWAIH DAN PEMIKIRANNYA

TENTANG PENDIDIKAN
Analisis terhadap Konsep Pendidikan Akhlak dalam Kitab
Tahzib al-Akhlaq wa Tathhir al-A‟raq

H. Afifuddin

Dosen Universitas Islam Negeri Alauddin (UINAM)


DPK Universitas Islam Makassar
afifuddinhrs@gmail.com

Abstract
In this article the author examines the important thinking of one of the scholars, thinkers and
renowned Muslim philosophers, namely Ibn Miskawayh, particularly in the field of
education and morals contained in the book of essay Tahzib al-Akhlaq wa al-A'raq Tathhir.
This study is library research to focus research on the conception and writing in his book
Ibn Miskawayh it. In his view, education is essentially and should aim to create human
character and noble character. To achieve these objectives, taking into account the
possibility of human education and individual differences in the psychological state of
learners, Ibn Miskawayh suggests natural methods (thariqah thabi'iyyah) in education. The
main idea of the natural methods offered Ibn Miskawaihi this is that the implementation of
the educational work should be based on the development of the inner and outer man.
Because the needs and conditions of physio-psychological aspects become very urgent.
Abstrak:
Dalam artikel ini penulis mengkaji pemikiran penting dari salah satu ulama, pemikir dan
filosof muslim yang terkenal, yaitu Ibnu Miskawaih, khususnya pada bidang pendidikan dan
akhlak yang tertuang dalam kitab karangannya Tahzib al-Akhlaq wa Tathhir al-A’raq.
Kajian ini bersifat library research dengan memfokuskan penelitian pada konsepsi dan
tulisan Ibnu Miskawaih dalam kitabnya tersebut. Dalam pandangannya, pendidikan pada
dasarnya dan seharusnya bertujuan menciptakan manusia yang berwatak dan berbudi pekerti
luhur. Untuk mencapai tujuan tersebut, dengan mempertimbangkan posibilitas kependidikan
manusia dan perbedaan individual pada kondisi psikologis peserta didik, Ibnu Miskawaih
mengemukakan metode alamiah (thariqah thabi’iyyah) dalam pendidikan. Ide pokok dari
metode alamiah yang ditawarkan Ibnu Miskawaihi ini ialah bahwa pelaksanaan kerja
mendidik itu hendaknya didasarkan pada perkembangan lahir batin manusia. Karena itu
kebutuhan dan kondisi fisio-psikis menjadi aspek yang sangat urgen.
Kata Kunci: Ibn Miskawayh, Pemikiran, Pendidikan Akhlak.

I. PENDAHULUAN Pendidikan Islam secara umum masih


merupakan wacana yang belum menemu-
Khazanah ilmu pengetahuan Islam
kan bentuk idealnya. Sedemikian banyak
klasik sangat kaya dan sarat dengan konsep-
institusi dan format pendidikan yang ber-
konsep dan teori-teori ilmu yang sangat
upaya mengaplikasikan konsep-konsep dan
berharga. Tradisi keilmuan Islam mem-
metode-metode kependidikan, namun pada
berikan posisi dan urgensi tersendiri pada
kenyataannya belum men-capai tujuan yang
pemikiran-pemikiran ilmuwan ter-dahulu,
diharapkan secara maksimal. Berbeda
dengan alasan bahwa tidak sedikit dari
dengan ilmu-ilmu fisik yang mengkaji
pemikiran tersebut memiliki relevansi dan
materi-materi ber-dasarkan eksperimentasi
solusi bagi persoalan-persoalan ke-ilmuan
dan rekayasa biologis, ilmu pendidikan
maupun kemasyarakatan kontemporer.

H. Afifuddin, Ibnu Miskawaih dan pemikirannya Tentang … 25


JURNAL PENDIDIKANDANSTUDI ISLAM
Islam, sebagai bagian dri ilmu sosial, Pakar sejarah pemikiran Islam Mesir
menempatkan manusia sebagai obyek Muhammad Yusuf Musa, dengan tegas
kajiannya. Karena itulah, sejarah pemikiran menolak pendapat tersebut. Menurutnya,
sekaligus hasil pemikiran para ulama seorang Majusi yang baru masuk Islam
merupakan bahan rujukan yang sangat tidaklah mungkin menampilkan pemikiran
urgen dalam menemukan konsep yang sekaliber Ibnu Miskawaihi sebagaimana
ideal. para filsuf muslim besar lainnya. Demi-kian
Dalam kaitan itulah, penulis men- pula jika diperhatikan dari nama orang
coba mengkaji secuil pemikiran dan hasil tuanya “Muhammad” menunjukkan bahwa
renungan mendalam dari seorang ulama dan dia seorang muslim. Ada kemung-kinan
filsuf besar, Ibnu Miskawaihi, dengan orang tuanya tersebut pada awalnya majusi,
mempertimbangkan bahwa pemikiran- lalu masuk Islam dan mengambil nama
pemikiran beliau dalam bidang akhlak dan Muhammad.2
pendidikan, khususnya karangan monu- Dia dilahirkan di Ray, sebuah kota di
mentalnya Tahzib al-Akhlak wa Tatbbir al- sebelah selatan Teheran pada tahun 330 H.
A’raq sangat penting untuk dianalisis dan Dia hidup pada zaman Daulah Bani Buaihi
dikembangkan dalam rangka mem-bangun (334-447 H) yang berkuasa di Bagdad. Di
konsep pendidikan Islam yang utuh dan bawah pemerintahan inilah dia bekerja
integral. dengan para wazir dan amir. Pertama kali
dia bekerja pada wazir al-Mahallabi ibn Abi
II. PEMBAHASAN Shafrah tahun 348 H, sebagai sekretarisnya.
1. Biografi Singkat Ibn Miskawaihi Setelah wazir ini wafat, dia kembali ke Ray
dan bekerja menjadi kepala perpustakaan
Nama lengkapnya Abu Ali al-Khazin wazir Ibnu Amid. Setelah wazir ini wafat
Ahmad Ibn Muhammad ibn Ya‟kub, tahun 360 H, dia terus bekerja dengan
dikenal dengan gelar Ibnu Miskawaihi. puteranya sampai fitnah menimpanya dan
Wafat pada tanggal 9 Safar 421 H. Beliau akhirnya masuk penjara pada tahun 366 H.
berdarah Persia yang hidup tumbuh dan Sesudah itu dia bekerja lagi di perpustakaan
berkembang di tengah-tengah masyarakat Abdullah ibn Buaihi. Di sinilah dia men-
elit Arab. Memang orang Persia pada masa dapatkan ketenteraman dan kenyama-nan
mula perkembangan Islam banyak yang dalam hidupnya. Ke pejabat tinggi lainnya,
menjadi pejabat pemerintahan Arab Islam. di dalam pemerintahan Bani Buaihi sampai
Di antaranya adalah Abu Muhammad wafatnya tahun 421 H di Asfahan dalam
Abdillah ibn Muqaffa‟ (wafat pada tahun usian 91 tahun.3 Berikut ini adalah uraian
142 H). Orang Arab dalam menye- tentang beberapa pokok pikiran Ibn
lenggarakan pemerintahan mengangkat Miskawaihi tentang pendidi-kan yang dapat
orang-orang Persia yang memang mereka di temukan dalam karyanya Tahzib al-
adalah orang-orang yang menonjol dalam Akhlak.
intelektualitas, penguasaan ilmu bahasa,
hikmah dan sejarah. Ibnu Miskawaihi salah 2. Pemikiran Ibn Miskawaihi tentang
seorang intelektual mereka, pakar dalam Pendidikan;
ilmu sejarah dan banyak melahir-kan karya a. Posibilitas pendidikan watak manusia
tulis.1 Sebagian ahli sejarah mengklaim
bahwa ia adalah seorang majusi yang Cita-cita pendidikan sebagaimana
kemudian masuk Islam. Di antara yang yang di maksudkan Miskawaihi adalah
berpendapat demikian adalah Yaqut dalam terwujudnya peribadi susila, berwatak
bukunya Mu‟jam al-Adibba‟, Jurji Zaidan yang menimbulkan perilaku-perilaku
dalam bukunya tarikh al-Adab al-Arabiyah
dan Lutfi Jum‟ah.
2
MM. Syarif (ed.), Para Filsuf Muslim
(Bandung: Mizan, 1991) h. 83
3
Muhammad nad Yusuf Musa, Falsafat al-
1
Muhammad Luthfi, Tarikh Falsafat al- Akhlaq fi al-Islam wa Shilatiha bi al-Falsafat al-
Islam (Kairo: Dar al-Ma‟arif, 1927), h. 305 Ighriqyyah (Kairo: Dar al-Ma‟arif, 1926), h. 74

26 JURNAL PENDIDIKANDANSTUDI ISLAM Volume 3, Nomor 1, Januari 2017


mengesampingkan potesi tamyiz (nalar)
luhur atau budi pekerti mulia. Untuk
serta akal, dan sekaligus menolak segala
mencapai cita-cita tersebut haruslah
upaya pendidikan yang dilaku-kan serta
melalui pendidikan dan untuk melak-
cenderung membiarkan manusia tidak
sanakan pendidikan sangat perlu
beradab, menelantarkan para remaja dan
memahami karakteristik watak manusia
anak-anak tanpa pendidikan.4
sebagai subyek dan sekaligus obyek
Menilik paparannya tentang per-
didik.
soalan di atas, Ibnu Miskawaihi tam-
Ibnu Miakawihi dalam bukunya
paknya cenderung berpegang pada
membahas tentang al-khulq (watak)
pendapat Aristoteles yang mengatakan
sebagai elemen utama dalam kepri-
bahwa watak jahat/buruk dapat berubah
badian manusia. Dia mengatakan bahwa
dengan pendidikan, walaupun hal
khulq ialah suatu kondisi jiwa yang
tersebut tidak berlaku mutlak. Peng-
mendorong untuk melahirkan tingkah
ajaran dan pendidikan yang berkelan-
laku tanpa pikir dan pertim-bangan
jutan serta bimbingan yang baik tentunya
(spontan). Kondisi tersebut dapat
dipastikan memberikan pengaruh yang
diklasifikasi dalam dua bagian. Pertama
variatif terhadap obyek didik. Beberapa
adalah watak alami yang bersumber dari
orang menerima perubahan secara
mizaj (temperamen) seperti sifat pada
lambat. Meski demikian, semua obyek
seseorang yang mudah terpengaruh/
didik dianggap memiliki potensi untuk
bereaksi oleh suatu hal yang sederhana.
mencapai keutamaan.
Umpamanya, dia menjadi marah
disebabkan hal pera-sangsang yang b. Perbedaan Individual
sederhana, dan sebagai-nya. Kedua ialah Ibnu Miskawaihi mengemukakan
watak seseorang yang diperoleh dari bahwa dalam menerima pendidikan,
kebisasaan/latihan yang berulang-ulang. manusia memperlihatkan karakter yang
Pada mulanya perilaku itu disertai sangat beragam. Hal tersebut dapat
kesengajaan atau pikiran, kemudian disaksikan pada anak-anak, di mana
berkelanjutan secara ber-ulang-ulang watak dan jiwa mereka yang masih
hingga menjadi kebiasaan/ watak. „bersih‟ dan normal dari awal per-
Karena itu, menurut Ibnu Miskawaihi, kembangannya memudahkan terjadinya
para ahli zaman dahulu berbeda penerimaan yang optimal. Berbeda
pendapat. Sebagian mengata-kan bahwa denga orang dewasa yang telah ter-
watak itu adalah bagian tersendiri dari kontaminasi dengan pikiran-pikiran dan
kekuatan jiwa selain kekuatan jiwa pertimbangan-pertimbangan yang tidak
natiqah. Sebagian lain mengatakan jarang melegitimasi hal-hal yang
bahwa watak adalah bagian yang tidak sebenarnya buruk baginya dan ber-
terpisahkan dari potensi natiqah lawanan dengan tujuan pendidikan yang
manusia. Mereka juga berselisih pen- diinginkan.
dapat sekitar persoalan apakah watak Dalam proses pendidikan ditemukan
bersifat alami hingga tidak dapat dirubah adanya perbedaan individual yang di
atau sebaliknya. anggap perlu dijadikan pertimbangan.
Ibnu Miskawaihi sendiri tidak Pada anak yang pada dasarnya memi-liki
sependapat dengan golongan yang kesiapan untuk menerima pen-didikan,
mengatakan bahwa watak itu tidak ada di antara mereka yang memper-
alami. Manusia diciptakan dengan watak lihatkan sikap agresif, pemalu, keras
masing-masing sebagai potensi dasar, hati, kikir dan sebagainya. Keberagaman
namun watak manusia tersebut, cepat dan perbedaan yang sama dapat
atau lambat, dapat berubah berkat
pendidikan dan pengajaran. Pendapat 4
yang mengatakan bahwa watak bersifat Ibnu Miskawaihi, Tahzib al-Akhalaq wa
Tahhir al-A’raq (Kairo: Maktabah al-Khairiyah,
statis, alami dan tidak dapat dididik t.th), h.2

H. Afifuddin, Ibnu Miskawaih dan pemikirannya Tentang … 27


JURNAL PENDIDIKANDANSTUDI ISLAM
ditemukan pada orang dewasa ketika hasrat tersebut secara baik. Selanjutnya
mereka mendapatkan pendidikan moral dalam perkembangannya berpindah pada
atau budi pekerti. Jika realitas perbedaan asepek kecenderungan ghadlabiyah dan
individual ter-sebut diabaikan, maka cinta kemuliaan, di mana pendidikan
besar kemung-kinan tiap orang akan memberikan perhatian dalam meng-
tumbuh dan berkembang sesuai dengan arahkan kecenderungan tersebut. Dan
watak individual masing-masing. Di pada akhirnya, pendidikan concern pada
sinilah pendidikan agama sebagai aspek kecenderungan natiqah (hasrat
pendidikan normatif dipandang cukup untuk memperoleh ilmu pengetahuan)
fleksibel dalam merespon perbedaan dengan memberikan pengajaran dan
individual tersebut. Pendidikan agama ketermpilan (skill) yang bermanfaat bagi
pada inti-nya menekankan upaya kehidupannya.7
mendidik anak dengan perilaku yang Tahapan dan proses kemunculan
terpuji dan mempersiapkan jiwa mereka fenomena-fenomena kejiwaan di atas
untuk menerima hik.mah.5 itulah yang dimaksud dalam pemaha-
man Ibnu Miskawaihi sebagai sifat alami
c. Metode Alamiah (thariqah thabi’-
(thabi’iy) yang terjadi pada manusia.
iyyah) dalam Pendidikan
Proses tersebut, jika diperhatikan secara
Setelah menguraikan perbedaan seksama, memiliki signifikasi tertentu
individual manuasia dan urgensi pen- dengan proses kejadian manusia, yaitu
didikan untuk membina perkembangan berawal dari embrio hingga kemudian
individual tersebut, Ibnu Miskawaihi menjadi manusia dewasa. Seiring dengan
selanjutnya mengemukakan penggu- perkembangan manusia itu, potensi-
naan metode alamiah dalam mendidik. potensi yang secara alamiah telah
Menurutnya: “Dalam pembinaan dan dibawa olehnya pun bermunculan ber-
pendidikan budi pekerti sebagai langkah kembang secara runtut.
menuju kesempurnaan final, manusia Ide pokok dari metode alamiah yang
memiliki prinsip alami yang cenderung ditawarkan Ibnu Miskawaihi ini ialah
menyerupai perilaku alam”.6 bahwa pelaksanaan kerja mendidik itu
Metode alami itu berdasarkan pada hendaknya didasarkan pada perkem-
pengamatan terhadap potensi-potensi bangan lahir batin manusia. Dalam
kemanusian bawaan manusia. Pendidi- setiap tahap perkembangannya, manusia
kan, sesuai dengan prinsip alamiahnya, mempunyai kebutuhan psikofisiologis,
diarahkan dan diproritaskan pada aspek dan karena itu metode pendidikan yang
potensi yang lebih dahulu muncul, dan diterapkan hendaklah memperhatikan
selanjutnya diarahkan pada potensi yang kebutuhan ini sesuai dengan tingkat
berikutnya dan seterusnya sesuai dengan tingkat dan tahap perkembangangnnya.
hukum alam. Potensi yang muncul
d. Fungsi Humanis Pendidikan
pertama kali adalah gejala umum yang
ada pada tingkat kehidu-pan hewani dan Setiap makhluk di dunia ini mem-
nabati, dan selanjutnya secara berkesi- punyai kesempurnaan khusus dan
nambungan berkembang dalam proses perilaku yang spesifik yang tidak dimi-
penyempurnaan yang pada akhirnya liki makhluk lain. Demikian hal-nya
sampai tingkat kehidupan insani. manusia, ia memiliki perilaku tersendiri
Berkenan dengan itu, menurut yang merupakan karakteristik khusus
Miskawaihi, pendidikan di mulai pada baginya, yaitu adanya potensi nalar atau
aspek dasar manusia yaitu hasrat akal pikiran yang mendasari timbulnya
(kecenderungan) untuk makan, dengan setiap perbuatan. Karena itu, standar
mengarahkan anak pada pemenuhan kesempurnaan dan ketinggian martabat
kemanusiaan seseorang diten-tukan dari
5
Ibid, h. 12.
6 7
Ibid,, h. 13. Ibid.

28 JURNAL PENDIDIKANDANSTUDI ISLAM Volume 3, Nomor 1, Januari 2017


Pendidikan pada hakikatnya meru-
kemampuannya dalam melakukan pena-
pakan proses sosialisasi yang mengantar
laran, pertimbangan yang jernih dan
tiap individu dalam upaya integrasi
pengambilan keputusan yang akurat.
sosial hingga menjadi bagian dari
Diibaratkan sebuah pedang ditinjau dari
masyarakatnya dan sekaligus memiliki
fungsinya, maka pedang yang terbaik
komitmen sosial untuk melaksanakan
adalah yang paling tajam.
kebajikan untuk kebahagiaan bersma.
Dengan kata lain, manusia yang
Miskaeaih menyatakan bahwa kebajika
paling utama adalah mereka yang paling
itu sangta banyak dan tidak mungkin
mampu menunjukkan orisinalitasnya
dapat direalisasikan oleh satu orang sja.
sebagai manusia, dan yang memiliki
Karena itu, menurut Miskawaihi, untuk
komitmen penuh pada prinsip-prinsip
mewujudkan kebaikan dan kebajika
substansi kemanusiaannya, yaitu ke-
esensial tersebut dibutuhkan satu komu-
mampuan menggunakan akal fikiran.
nitas masyarakat yang bekerja bersama
Merupakan suatu kemutlakan bahwa
dan memiliki sikap integral. Seluruh
manusia harus mewujudkan nilai-nilai
individu harus bersatu dalam satu ikatan
kebijakan (al-khairat) sebagai tanda
sosial untuk mencapai kebahagiaan
pencapaian kesempurnaan dan - sekuat
bersama.
mungkin menghindari kejahatan (al-
Kebahagiaan tiap individu sangat
syarr) yang merupaka penghambat
ditunjang oleh partisipasi orang lain.
tercapainya kesempurnaan tersebut. Ibnu
Kebahagian dibagi bersama kepada
Miskawaihi menganolikan dengan
setiap anggota masyarakat hingga
seekor pacuan, ketika ia tidak lagi
masing-masing bertanggung jawab atas
menampakkan karakter dan fungsinya
bagian dari kebahagiaan itu. Dan pada
sebagai kuda pacuan, tentunya kuda
dasarnya kemauan untuk bekerja sama
tersebut tidak lagi dinilai sebagai
itu sangat tergantung pada jalinan rasa
binatang yang berharga, tapi mungkin
cinta antar anggota masyarakat. Tanpa
saja disederajatkan dengan seekor
didasari rasa saling mencintai satu sama
keledai biasa. Sama halnya manusia, jika
lain, kebahagiaan universal mustahil
perilakunya telah menyimpang dari
akan terwujud.
pertimbangan nalar, maka ia jatuh ke
Dalam penuturan Ibu Miskawaihi,
martabat hewan.8
tiap orang merupakan anggota dari satu
Oleh karena itu, tugas pendidikan rangka badan. Rangka badan tersebut
adalah memposisikan atau menempat- sempurna dan tegak utuh dengan tegak
kan manusia sesuai dengan substansi dan utuh anggota badan yang lain. Ditegas-
esensi keberadaannya sebagai makhluk kan lagi bahwa manusia tidak dapat
yang termulia dari lainnya, sebagaimana menyempurnkan eksistensinya secara
ungkapan Ibn Miskawaihi berikut: mandiri tanpa peranan dari manusia lain.
“Adalah kewajiban ilmu pen-didikan Ia tidak akan mampu melaksana-kan
sebagai ilmu yang termulia dari ilmu- kewajiban dan mencapai kehidu-pan
ilmu lain, memperhatikan per-baikan yang lebih baik tanpa ketergan-tungan
perilaku manusia hingga terwujud dari kepada pihak lain. Hal ini sejalan dengan
padanya perbuatan-perbuatan serba pendapat para sosiolog bahwa manusia
sempurna sesuai sebagai substansi atau secara alamiah adalah makhluk sosial.
hakikat kemanu-siaannya, serta meng- Setiap orang memerlukan orang lain.
angkat manusia dari tingkat yang rendah Karena itu, setiap orang seharus-nya
yang menyebabkan manusia mendapat membuka diri bergaul dengan masyara-
kutukan Tuhan dan abadi dalam neraka”9 kat luas secara baik dan manjalin
hubungan kemanusian yang didasari
kecintaan dan kasih sayang. Dengan
8
Ibid,, h. 5-6. demikian terbentuklah kehidupan masya-
9
Ibid,, h. 13.

H. Afifuddin, Ibnu Miskawaih dan pemikirannya Tentang … 29


JURNAL PENDIDIKANDANSTUDI ISLAM
rakat yang saling menunjang dan Memahami pemikiran Ibnu
mendukun satu sama lain dalam mewu- Miskawaihi di atas, jelaslah bahwa
judkan kesempurnaan hidup. Ibnu penanaman rasa malu adalah salah satu
Miskawaihi dengan tegas menentang tugas dan fungsi pendidikan yang
gaya hidup uzlah, yaitu hidup menyepi penting, dan upaya penanaman ini
dan mengisolasikan diri dari masyarakat. dimulai sedini mungkin, yaitu pada awal
Dalam pandangannya, uzlah adalah munculnya gejala tamyiz, yang dapat
sikap hidup yang ber-tentangan denga diukur pad awal perkembangan kemam-
sifat asasi manusia yang sangat mene- puan anak dalam berpikir kritis dan
kankan hubungan interkorelasi logis.
kemanusiaan. Anak usia sekolah dasar, tepatnya
Manusia diciptakan denga kekutan- usia 10-20 tahun, dianggap telah dapat
kekuatan potensial, dan kekuatan- mengenal aturan kesusilaan serta menge-
kekuatan itu tumbuh dan berkembang tahui bagaimana dia harus bertingkah
secara alamiah. Potensi awal pada diri laku.11
manusia adalah potensi atas dasar Pendidikan yang hanya bertumpu
tubtutan biologis, yaiti kecenderungan pada aspek kognitif semata pada
syahwat untuk memuaskan hasrat kenyataannya gagal memberikan kon-
biologis, sebagaimna halnya makan trol dan stimulan positif terhadap moral
untuk memenuhi kebutuha fisiknya. dan perilaku anak didik. Pembentukan
Tuntutan biologis tersebut terus ber- mental dan moral sangat ditentukan pada
kembang seiring dengan semakin asupan-asupan psikologis yang pada
banyaknya kecenderungan-kecende- akhirnya memberikan kesan dan penga-
rungan yang menuntut pemuasan laman yang mendalam serta efektif
biologis. dalam mengontrol kecenderungan-
Pada fase selanjutnya mencullah kecenderungan negatif. Terbinanya
potensi tamyiz yang dapat didefinisikan perasaan malu merupakan satu faktor
dengan potensi pertimbangan nalar atau penting dalam mencapai kematangan
potensi intelektualitas. Potensi ini men- dan kedewasaan pribadi, hingga anak
ciptakan kekuatan psikologis pada didik pada gilirannya mampu menum-
manusia dalam mengekang kecenderu- buhkan sikap defensif dari pengaruh-
ngan-kecenderungan biologis yang pengaruh negatif.
kerapkali muncul dan memotivasinya e. Klasifikasi ilmu pengetahuan
untuk melakukan suatu perbuatan, baik
atau buruk. Dari sinilah muncul kekua- Dalam konsep pemikirannya yang
tan baru yang dinamakan rasa mali (al- bersangkut-paut dengan klasifikasi ilmu
hayaa) sebagai rasa takut yang bersifat pengetahuan, Ibnu Miskawaihi menem-
alamiah akan munculnya atau terjadinya patkan ilmu pada satu ruang berdasarkan
sesuatu yang buruk pada dirinya.10 obyek ilmu tersebut, Ilmu yang paling
Oleh karena itu, menurut Ibnu mulia menurut Miskawaihi adalah ilmu
Miskawaihi, hal pertama yang diamati pendidikan, karena ilmu tersebut meng-
pada anak-anak dalam perkembangan arahkan obyek kajiannya pada substansi
intelektualitasnya adalah timbulnya rasa kepribadian manusia yaitu budi pekerti.
malu, dan itu merupakan indikator Ilmu kedokteran juga dipandang sebagai
bahwa si anak telah memahami dan ilmu yang paling mulia dibanding ilmu-
menyadari perilaku buruk yang dihada- ilmu fisik lain, karena obyek utamanya
pinya. Pada gilirannya nanti si anak juga membehas manusia dari segi aspek
berupaya sendiri menjauhi peri-laku- lahiriahnya.
perilaku dan perbuatan-perbuatan buruk.
11
Bigo et.alb., Psychology (Yogyakarta:
10
Ibid h. 19-20. Simpai Press, 1957), h. 14

30 JURNAL PENDIDIKANDANSTUDI ISLAM Volume 3, Nomor 1, Januari 2017


Dalam pandangan Miskawaihi, segala epistimologi ilmu pengetahuan islami
ilmu pengetahuan yang mengembangkan sebagai materi pendidikan Islam. Sebab
daya pikir (quwwah natiqah) adalah ilmu perlu diakui bahwa pendidikan, bagai-
yang mulia, sebab jiwa natiqah senan- mana pun dan apapun bentuknya, pada
tiasa cenderung kepada ilmu pengeta- hakikatnya bertujuan mencapai kualitas
huan sebagai elemen yang sangat manusia yang sempuna.
esensial dalam hal kesempurnaan dan
kemulian manusia. Sebaliknya, pengeta- III. PENUTUP
huan tentang penyamakan kulit dipan- A. Simpulan
dang hina karena obyeknya adalah kulit
bangkai hewan. Dari uraian di atas tentang pen-
Dengan dasar pemikiran tersebut Ibnu didikan dalam perspektif Ibnu Miskawaih,
Miskawaihi membagi ilmu kepada dua disimpulkan sebagai berikut:
bagian, yaitu: 1) al-ulum al-syarifah 1. Manusia diciptakan dengan watak
(ilmu-ilmu yang mulia) dan al-ulum al- masing-masing sebagai potensi dasar,
radi’ah (ilmu-ilmu yang hina).12 namun watak manusia tersebut, cepat
Martabat atau peringkat suatu ilmu atau lambat, dapat berubah berkat
sesuai dengan peringkat obyek utama pendidikan dan pengajaran. Pengajaran
dari ilmu tersebut dalam lingkup alam dan pendidikan yang berkelanjutan serta
universal ini. Sebagai contoh, ilmu bimbingan yang baik tentunya dipastikan
tentang manusia lebih mulia dari ilmu memberikan pengaruh yang variatif
yang obyeknya adalah hewan. Seterus- terhadap obyek didik.
nya, ilmu entang hewan lebih mulia dari 2. Gagasan-gagasan Ibnu Miskawaihi yang
ilmu tentang tumbuhan, dan ilmu tentang tertuang dalam bukunya Tahzib al-
tumbuhan tentunya lebih mulia dari ilmu Akhlak dalam kaitannya dengan pen-
tentang benda-benda mati (jamadat). didikan sangat relevan dengan perkem-
Terlepas dari subyektivitas atau bangan kontemporer dewasa ini dengan
obyektivitas persepsi di atas, dipahami pertimbangan sebagai berikut:
bahwa Ibnu Miskawaihi jauh lebih a) Konsepnya tentang metode alamiah
cenderung kepada ilmu-ilmu rasional (Thariqah Thabi’yah) dalam proses
yang bertolak dari postulat-postulat pendidikan menunjukan pentingnya
filosofis-ilmiah. Baginya, ilmu tentang ilmu jiwa perkembangan bagi pelak-
manusia beserta seluruh aspek keber- sanaan pendidikan. Dengan demi-kian
adaannya, lahiriah ataupun batiniah, jauh terjadinya kontrapsikologis dalam
lebih bermanfaat ketimbang ilmu yang interaksi pendidikan-peserta didik
mengkaji materi-materi mati. Di sam- terhindarkan.
ping itu, Ibnu Miskawaihi memiliki b) Aksentuasi pendidikan pada pening-
hasrat dan kecenderungan yang amat katan kualitas manusia, sosialisasi
sangat pada ilmu-ilmu kemanusian yang anak didik, dan penanaman rasa malu
membahas eksistensi moral dan budi pada sedini mungkin merupa-kan
pekerti manusia. Hal ini dapat dijadikan langkah-langkah strategis yang tetap
sebagai satu pertimbangan dalam aktual di masa sekarang mau-pun di
menyusun banguna struktur dan masa yang akan datang, terutam pada
institusi-institusi pendidikan Islam
yang menghadapi ancaman globali-
12 sasi kebudayaan.
perlu dicatat disini bahwa klasifikasi mulia
dan hina diatas tidak dipahami dalam kerangka c) Pandangannya tentang klasifikasi
boleh atau tidaknya mempelajari ilmu tersebut, atau ilmu-ilmu yang mulia (al-Ulum al-
berguna atau tidaknya ilmu yang terklasifikasikan. Syarifah) yang terdiri dari ilmu-ilmu
Ibnu Miskawaihi hanya meninjaunya pada aspek
obyek ilmu tersebut, bukan pada aspek esensi
rasional, sains dan teknologi patut
epistomologis dan eksiologis ilmu pengetahuan. dipertimbangkan dalam perencanaan
Ibnu Miskawaihi, op.cit., h. 13 program pendidikan umat.

H. Afifuddin, Ibnu Miskawaih dan pemikirannya Tentang … 31


JURNAL PENDIDIKANDANSTUDI ISLAM
DAFTAR PUSTAKA Falsafat al-Ighriqyyah, Kairo: Dar al-
Ma‟arif, 1926
Muhammad Lutfi Jum‟ah, Tarikh
Falsafat al-Islam, Kairo: Dar al-Ma‟rif, Abu Ali al-Khazin Ahmad Ibn
1927 Muhammad ibn Ya‟kub (Ibnu Mis-
kawaihi), Tahzib al-Akhlak wa Tathhir al-
MM. Syarif (ed.), Para Filsafat
A’raq, Kairo: Maktabah al-Khairiyah, t.th.
Muslim, Bandung: Mizan, 1991
Bigot et. al., Psychology, Yog-
Muhammad Yusuf Musa, Falsafat
yakarta: Simpai Press, 1957
al-Akhlaq fi al-Islam wa Shilatiha bi al-

32 JURNAL PENDIDIKANDANSTUDI ISLAM Volume 3, Nomor 1, Januari 2017

Anda mungkin juga menyukai