Anda di halaman 1dari 10

Pemikiran Syed Muhammad.

Naquib Al-Attas Terhadap Pendidikan di Era Modern


Syed Muhammad's thoughts. Naquib Al-Attas on Education in the Modern

Fariha

Institut Agama Islam Al-Quran Al-ittifaqiah (IAIQI)


Indralaya, Ogan Ilir Sumatera Selatan, Indonesia
Email: farihaazzahra1@gmail.com

ABSTRAK
Pemikiran pendidikan menurut Muhammad Naquib al-Attas. Pemikiran Naquib cukup unik sebab selain
dilandaskannya pada nilai-nilai yang terkandung dalam Islam, ia juga melakukan analisis bahasa dalam
memahami perkembangan pendidikan Islam. Konsep pendidikan islam tidak pernah berhenti untuk di
bicarakan, bahkan juga bukan suatu bahasan yang kuno untuk di perbincangkan, mengingat zaman
semakin berkembang dan selalu berubah di tambah lagi dengan arus modern yang condong pada
paham liberal dan sekuler, sehingga pemikiran para ilmuwan perlu dikaitkan dengan konsep pendidikan
hari ini. Syed Naquib AlAttas adalah ilmuwan muslim Indonesia yang pemikirannya memberikan
kontribusi besar dalam pendidikan islam. Naquib Al-Attas bila dilacak silsilah keluarganya masih
sampai kepada Hussein, cucu Nabi Muhammad saw. Ada tiga term dalam pendidikan dalam
pandangan Naquib, yaitu tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib. Namun, pemikiran Naquib Al-Attas tentang
pendidikan islam identik dengan ta’dib, karena didalam ta’dib menurut Naquib bermaka adannya suatu
pengajaran, pengetahuan, dan pendidikan dengan merumuskan kurikulum pendidikan islam yang
menggambarkan adab manusia dan hakikatnya. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui konsep pendidikan islam dan pemikiran pendidikan islam yang di gagas oleh Naquib Al-
Attas. Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan (library research) dan studi analisis dengan
tujuan untuk mengetahui pemikiran Naquib Al-Attas (sketsa biografinya, konsep pemikiran pendidikan
islam).

Kata Kunci: Pemikiran Pendidikan, M. Naquib Al-Attas

ABSTRACT
Educational thinking according to Muhammad Naquib al-Attas. Naquib's thinking is quite unique
because in addition to being based on the values contained in Islam, he also conducts language
analysis in understanding the development of Islamic education. The concept of Islamic education
never ceases to be talked about, nor is it even an old-fashioned topic for discussion, given the times
are increasingly evolving and always changing plus the modern currents leaning towards liberal and
secular understandings, so the minds of scientists need to be linked to the concept education today.
Syed Naquib Al-Attas is an Indonesian Muslim scientist whose thoughts contribute greatly to Islamic
education. Naquib Al-Attas when traced his family tree still reaches Hussein, grandson of the Prophet
Muhammad PBUH. There are three terms in education in Naquib's view, namely tarbiyah, ta'lim, and
ta'dib. However, Naquib Al-Attas's thinking about Islamic education is identical to ta'dib, because in
ta'dib according to Naquib means there is a teaching, knowledge, and education by formulating an
Islamic education curriculum that describes humanity and its nature. The purpose of this research is to
find out the concept of Islamic education and Islamic education thought which was initiated by Naquib
AlAttas. This research uses the method of library (library research) and analysis studies with the aim to
find out the thoughts of Naquib Al-Attas (biographical sketches, Islamic educational thought concepts).

Keywords: Educational Thought, M. Naquib Al-Attas

PENDAHULUAN mengelaborasi pemikiran-pemikiran yang ada ke


Pendidikan merupakan bagian penting dalam dalam konteks pergumulan pemikiran sekarang
kehidupan manusia. Pendidikan Islam dengan yang jauh lebih dialektik.
berbagai coraknya berorientasi memberikan bekal Pendidikan Islam tentunya banyak mengalami
kepada manusia untuk mencapai kebahagiaan pergeseran makna yang sesuai dengan
dunia dan akhirat. Oleh karena itu, semestinya perubahan suatu konteks kemasyarakatan dan
pendidikan Islam selalu diperbaharui dalam zaman. Bahkan Syed Muhammad Naquib alAttas
rangka merespon perkembangan zaman yang menganalisis bahwa yang menjadi penyebab
selalu dinamis, agar peserta didik tidak hanya kemunduran dan degenerasi kaum muslimin
berorientasi pada kebahagiaan hidup setelah justru bersumber dari kelalaian mereka dalam
mati, tetapi juga kebahagiaan hidup di dunia ini. merumuskan dan mengembangkan rencana
Pendidikan islam memang selalu menarik untuk pendidikan yang sistematis berdasarkan prinsip-
di bicarakan dan di kaji, walaupun tema tersebut prinsip Islam secara terkoordinasikan dan terpadu
sebenarnya telah banyak diangkat dan di kaji oleh (Al-Attas, 1981). Oleh karenanya para pemikir
beberapa tokoh pemikir pendidikan islam. pendidikan islam memiliki beragam pendapat
Pendidikan islam banyak mengalami berbagai mengenai pendidikan islam sesuai dengan latar
pergeseran makna yang sesuai dengan konteks belakang di milikinya itu. Naquib Al-Attas
perubahan masyarakat dan zaman. merupakan pemikir kontemporer yang
Syed Muhammad Naquib AlAttas menganaslisis pemikirannya relevan dengan keadaan saat ini
bahwa yang menjadi penyebab kemunduran tentang apa yang di maksud dengan pendidikan
kaum muslimin adalah bersumber dari kelalaian islam, di karenakan pendidikan islam telah
mereka dalam merumuskan dan mengalami pergeseran makna sehingga di
mengembangkan rencana pendidikan yang perlukan penyegaran kembali. Dengan demikian,
sistematis berdasarkan prinsip-prinsip islam dalam makalah kali ini akan kita bahas seperti
secara terkordinasikan dan juga terpadu. Kajian apa konsep pendidikan islam yang digagas oleh
tentang konsep pendidikan Islam memang Naquib A-Attas.
menarik didiskusikan dan dibahas secara
mendalam, walaupun hal itu beberapa kali telah METODE
diangkat menjadi tema kajian oleh beberapa 1. Jenis Penelitian
tokoh pemikir. Di hadapan dunia akademis, tema- Jenis penelitian yang digunakan dalam
tema seperti itu terkesan sudah “sangat sering”, penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan
namun dinamika pemikiran intelektual selalu tidak (library research) dengan metode penelitian
pernah puas dan final akan kajian yang serupa. kualitatif yang bersifat deskriptif dalam usaha
Memusatkan seputar kajian konsep pendidikan untuk mengungkap suatu masalah atau peristiwa
Islam dan Islamisasi pengetahuan dilatar sebagaimana adanya.
belakangi oleh rasa keingintahuan akan sebuah 2. Pendekatan Penelitian
pemahaman yang relatif komprehensif, Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini
mendalam, kontemplatif serta berusaha menggunakan pendekatan pragmatik, yaitu
pendekatan yang memandang karya sastra b. Interpretasi, yaitu memahami pemikiran tokoh
sebagai sarana untuk menyampaikan tujuan yang diteliti untuk kemudian diketengahkan
tertentu kepada pembaca. Tujuan tersebut dapat dengan pendapat tokoh lain sesuai dengan
berupa politik, pendidikan, agama maupun tujuan tema yang sama sebagai sebuah
lain. Pada tahap tertentu pendekatan pragmatik perbandingan
memiliki hubungan yang cukup dekat dengan c. Koherensi intern, yaitu memberikan interpretasi
sosiologi, yaitu dalam pembicaraan mengenai dari pemikiran tokoh tersebut, konsep-konsep
masyarakat pembaca. dan aspek-aspek pemikirannya dilihat menurut
3. Sumber Data keselarasan satu sama lain. Keselarasan ini
Dalam penelitian ini data primer yang disandarkan kepada pendapat tokoh lain,
digunakan adalah data yang bersumber dari terhadap tema dan pemikiran yang
buku-buku karangan Syed Muhammad naquib al- dikemukakan tokoh (Zubair, 1990)
Attas seperti: The Concept of Education in Islam:
A Framework for an Islamic Philosophy of HASIL DAN PEMBAHASAN
Education, Islam and Secularism, Islam and the 1. Konsep Pendidikan Islam Naquib Al-Attas
Philosophy of Science, Aims and Objectives of Menurut Syed Muhammad Naquib al-
Islamic Education. Attas, pendidikan khas Islam merupakan
4. Teknik Pengumpulan data pengenalan dan pengakuan, yang secara
Adapun teknik pengumpulan data dalam berangsur-angsur ditanamkan di dalam diri
penelitian ini menggunakan metode dokumentasi. manusia, mengenai tempat-tempat yang tepat
Maksudnya adalah pengumpulan data dengan dari segala sesuatu ke dalam tatanan penciptaan
melihat dan menyeleksi dokumen-dokumen yang sedemikian rupa sehingga membimbing ke arah
dibuat oleh subjek penelitian atau orang lain pengenalan dan pengakuan akan kedudukan
(Herdiansyah, 2010) Mendokumentasikan data Tuhan yang tepat dalam tatanan wujud dan
dari berbagai literatur mulai dari bukubuku kepribadian (Al-Attas S. M., 1994) Ringkasnya
karangan Syed Muhammad naquib al-Attas, pendidikan adalah suatu proses penanaman
artikel, makalah, jurnal, internet dan hasil-hasil pengenalan dan pengakuan ke dalam diri
penelitian yang berkaitan dengan objek penelitian manusia dalam rangka membimbing manusia
yang dapat memberikan informasi terhadap kepada pengenalan dan pengakuan akan
penelitian ini. kedudukan Tuhan. Artinya di sini Syed
5. Teknik Analisis Data Muhammad Naquib al-Attas memaknai konsep
Teknik analisis data yang digunakan ialah pendidikan secara substantif mengarahkan
content analysis (analisis isi), di mana pernah manusia untuk mengakui akan Tuhannya.
dijelaskan oleh Weber, content analysis adalah Dengan demikian pendidikan yang baik adalah
suatu metodologi penelitian yang memanfaatkan pendidikan yang seharusnya menjadikan manusia
seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan kembali kepada Tuhannya dalam segala aktivitas
yang sahih dari sebuah buku atau dokumen. kehidupannya. Konsep kunci dalam pendidikan,
(Robert Philip Weber, 1986) Selanjutnya data menurut al-Attas adalah ta’dib. Kata ta’dib yang
diolah dengan langkah-langkah analisis sebagai berakar dari kata adab berarti pembinaan yang
berikut: khas berlaku pada manusia. Adab ialah disiplin
a. Deskripsi, yaitu menguraikan secara teratur tubuh, jiwa dan ruh, disiplin yang menegaskan
uraian konsep tokoh (sudarto, 2002) pengenalan dan pengakuan tempat yang tepat
dalam hubungannya dengan kemampuan dan
potensi jasmaniah, intelektual dan rohaniah; dengan apa yang dikemukakan oleh
pengenalan dan pengakuan akan kenyataan Abdurrahman an-Nahlawi bahwa konsep
bahwa ilmu dan wujud ditata secara hierarkis pendidikan Barat yang cenderung didasarkan
sesuai dengan berbagai tingkat (maratib) dan pada paham sekuler memisahkan dimensi
derajatnya (darajat) (Al-Attas S. M., 1994). agamis dalam tatanannya sehingga pada
Bagi Syed Muhammad Naquib praktiknya konsep pendidikan Barat adalah suatu
alAttas, sebagaimana pandangannya tentang upaya pemberian kebebasan mutlak untuk
pentingnya bahasa, kesalahan semantik dalam mempertinggi Inti persoalan yang membedakan
memahami konsep pendidikan dan proses antara tarbiyah dan ta’dib adalah bahwa dalam
pendidikan mengakibatkan kesalahan isi, maksud konsep tarbiyah secara kualitatif lebih ditonjolkan
dan tujuan pendidikan. Istilah tarbiyah tidak cukup kasih sayang (rahmah) daripada pengetahuan
representatif untuk pendidikan tetap telah berlaku (ilmu), sedangkan dalam konsep ta’dib lebih
salah kaprah. Kata ta’dib lebih tepat untuk ditonjolkan pada pengetahuan (ilm) daripada
pendidikan dan proses pendidikan, sebab ta’dib kasih sayang (rahmah). Secara konseptualnya,
lebih luas cakupannya, meliputi unsur ta’dib telah meliputi unsur-unsur pengetahuan
pengetahuan (ilm-ma’arif), pengajaran (ta’lim) dan (ilm), pengajaran (ta’lim) dan pengetahuan yang
pengasuhan (tarbiyah). Istilah tarbiyah yang baik (tarbiyah), sehingga tidak perlu digunakan
berlaku selama ini harus diuji secara kritis, istilah tarbiyah, ta’lim, atau ta’dib secara sendiri-
pernyataan yang membela relevansi istilah sendiri untuk menyebut konsep pendidikan Islam.
tarbiyah untuk pendidikan dengan mengutip Q.S. Karena itu, ta’dib merupakan istilah yang paling
al-Isra’ ayat 24, menurut al-Attas kurang tepat. tepat dan cermat untuk menunjukkan pendidikan
Kata rabba dalam ayat tersebut tidak berarti dalam arti Islam (Al-Attas S. M., 1994)
pendidikan, tetapi kasih sayang. Ia tetap 2. Tujuan Pendidikan Islam
menempatkan ta’dib untuk pendidikan dan proses Jika kita berbicara tentang tujuan pendidikan,
pendidikan, menurutnya pendidikan ialah maka tidak bisa dilepaskan dari pembahasan
peresapan dan penanaman adab pada manusia tentang manusia, sebab pada hakikatnya yang
yang mana prosesnya disebut ta’dib Alasan al- menjadi objek dan sekaligus subjek dalam
Attas cenderung lebih memakai ta’dib daripada pendidikan adalah manusia itu sendiri. Namun
istilah tarbiyah maupun ta’lim adalah karena adab dalam hal ini, penulis tidak akan membahas
berkaitan erat dengan ilmu. Ilmu tidak bisa konsep Al-Attas tentang manusia secara detail.
diajarkan dan ditularkan kepada anak didik Sebelum mengarah pada tujuan pendidikan
kecuali orang tersebut memiliki adab yang tepat islam, perlu kita singgung terlebih dahulu konsep
terhadap ilmu pengetahuan dan berbagai bidang. tujuan pendidikan, yaitu proses atau usaha
Sementara bila dicermati lebih mendalam, jika pendidikan untuk mencapainya baik pada tingkah
konsep pendidikan Islam hanya terbatas pada laku individu dan kehidupan pribadinya ataupun
tarbiyah atau ta’lim ini, telah dirasuki oleh dalam masyarakat dan alam sekitarnnya.
pandangan hidup Barat yang melandaskan nilai- Seharusnya tujuan pendidikan dalam Islam dapat
nilai dualisme, sekulerisme, humanisme dan diarahkan untuk membentuk dan menghasilkan
sofisme sehingga nilai-nilai adab semakin manusiamanusia yang baik (Al-Attas S. M., Ains
menjadi kabur dan semakin jauh dari nilai-nilai and Objective Of Islamic Educations, 1997) Lebih
hikmah Ilahiyah. Kekaburan makna adab atau jauh menurut al-Attas bahwa tujuan mencari ilmu
kehancuran adab itu, menjadi sebab utama dari adalah untuk menanamkan kebaikan ataupun
kezaliman, kebodohan dan kegilaan. Hal senada keadilan dalam diri manusia sebagai seorang
manusia dan individu, bukan hanya sebagai pula pada menghasilkan masyarakat yang baik
seorang warga negara ataupun anggota (Al-Attas S. M., Ains and Objective Of Islamic
masyarakat, yang perlu ditekankan (dalam Educations, 1997).
pendidikan) adalah nilai manusia sebagai Oleh karena itulah seharusnya sistem
manusia sejati, sebagai warga kota, sebagai pendidikan islam mampu merefleksikan ilmu
warga negara dalam kerajaannya yang mikro, pengetahuan dan perilaku Rasulullah saw serta
sebagai sesuatu yang bersifat spiritual, dengan berkewajiban menampilkan keteladanan
demikian yang ditekankan itu bukanlah nilai Rasulullah semaksimal mungkin sesuai dengan
manusia sebagai entitas fisik yang diukur dalam potensi masing-masing agar pendidikan islam
konteks pragmatis dan utilitarian berdasarkan mampu mewujudkan insan kamil bercirikan
kegunaannya bagi negara, masyarakat dan universalis dengan wawasan dan otoritatif dalam
dunia. ilmu pengetahuan atau dengan kata lain manusia
Tujuan pendidikan Islam bukanlah yang mencerminkan pribadi Rasulullah saw.
membina dan mengembangkan warga negara 3. Subjek Didik
yang sempurna sebagaimana ditekankan oleh a. Pendidik
pemikir-pemikir Barat, seperti Plato, melainkan Sifat utama yang harus ada pada diri pendidik
lebih penting dari itu, adalah membina manusia adalah niat yang lurus dan teladan.Niat yang
yang sempurna, dan pada tujuan inilah lurus adalah menjalankan tugas/amanah semata-
pendidikan itu seharusnya diarahkan. Namun mata sebagai ibadah kepada Allah.Sementara
Syed Muhammad Naquib al-Attas juga sikap teladan akan menghasilkan asumsi positif
mengatakan bahwa Islam pun bisa menerima ide bagi peserta didik dari pendidik.
pembentukan warga negara yang baik sebagai Pendidikan Islam ditempuh dengan
tujuan pendidikan (yang dimaksud warga negara landasan dan sumber yang jelas, yang
adalah warga negara kerajaan Tuhan), yang pemahaman dan penafsiran serta penjelasannya
memungkinkannya menjadi manusia yang baik. membutuhkan ilmu pengetahuan yang benar-
Menurut Syed Muhammad Naquib al-Attas benar otoritatif.Al- Qur’an sendiri menyerukan
perhatian penuh terhadap individu merupakan manusia untuk menyerahkan amanah kepada
sesuatu yang sangat penting sebab tujuan yang otoritatif dibidangnya.Oleh karena itu, peran
tertinggi dan perhatian terakhir etika dalam seorang guru dianggap sangat penting dalam
perspektif Islam adalah individu itu sendiri. membantu peserta didik untuk mencapai tujuan
Karena posisinya sebagai agen moral, menurut pendidikan yang diharapkannya (Al-Attas S. M.,
Islam, manusialah yang kelak akan diberi pahala The Concept Of Educations Islam Terj. Haidar
atau azab pada hari perhitungan. Bagi Konsep Pendidikan dalam Islam, 1988).
Dengan demikian, berbicara tujuan Pendidik harus berpegang pada asas
pendidikan islam berarti berbicara tentang nilai- utamanya sebagai pengemban amanah yang
nilai yang bercorak islam. Dalam hal ini, Al-Attas menuntun arah dan tujuan yang hendak
memformulasikan tujuan pendidikan islam dicapai.Sesuai dengan tujuan pendidikan yang
dengan menitikberatkan pada pembentukkan diformulasikan Al- Attas, ta’dib ialah pembentukan
aspek pribadi individu, tetapi tidak mengabaikan Akhlak. Maka pendidik harus terlebih dahulu
terbentuknya sebuah masyarakat yang ideal. menjadi sosok teladan yang patut, berwibawa,
Karena masyarakat terdiri dari perorangan, maka dan taat pada perintah Allah SWT.
membuat setiap orang atau sebagian besar b. Peserta didik
diantaranya menjadi orang-orang baik, berarti
Peserta didik hendaklah tidak tergesa-gesa selanjutnya. Jika aspek keilmuan di kembangkan
dalam belajar, tetapi perlu menyiapkan waktu berlandaskan aspek ilmu inti, maka ilmu
untuk mencari guru yang terbaik pada bidang pengetahuan disini akan menjadi media dalam
yang digemarinya. Sangat penting juga bagi memahami Tuhan dalam bentuk kelakuan
pencari ilmu untuk mencari guru yang memiliki ketundukan pada peraturan Tuhan (Surahim,
reputasi yang tinggi untuk memperoleh gelar 2005)
tertentu. AlGhazali mengingatkan agar peserta Apa yang di gagas oleh Naquib tersebut
didik tidak merasa sombong, namun tetap merupakan ijtihad intelektual untuk mewujudkan
menghargai mereka yang telah membantu dalam suatu system pendidikan islam yang bertempu
mencapai kebijaksanaan, kesuksesan dan pada nilai-nilai keislaman, yang mana nilai
kebahagiaan dan tidak hanya memandang pendidikan islam terletak pada keseimbangan
mereka yang terkenal (Al-Attas S. M., Konsep pribadi yang utuh melalui pendidikan yang
Pendidikan dalam Islam: Suatu Rangka Pikir menyangkut kejiwaan, intelektual, akal, perasaan,
Pembnaan Filsafat Pendidikan Islam, 1994). yang kemudian membentuk pada diri manusia
Jadi, peserta didik bebas untuk keseimbangan antara dimensi sebagai hamba
menentukan kepada siapa dan dimana ia ingin Allah dan khalifatullah. Sementara nilai dasar
menggali ilmu yang diinginkanya, namun dengan akan memberikan makna terhadap suatu proses
memperhatikan kualitas/mutu seorang guru atau sebagai pengabdian kepada Tuhan. Pemahaman
lembaga pendidikan yang akan mengantarkannya nilai dasar ini semestinya menjadi perhatian
untuk mencapai tujuan tersebut agar tidak lepas setiap penyelenggara pendidikan islam, sehingga
dari hakikat utama pembelajaran, yakni mencapai harapannya adalah nantinya peserta didik dapat
derajat Insan Kamil. Disini tergambar bahwa menjadi manusia yang unggul secara intelektual
seorang pendidik terhadap peserta didik maupun spiritualnya (Sanaky, 2003)
merupakan motivator (pendorong), reinforce d. Metode Pendidikan
(pemberdaya), dan instructor (pelatih) yang Dalam memecahakan problematika yang ada
mengarahkan peserta didik pada pendidikan islam, ada beberapa Metode
c. Kurikulum Pendidikan Islam yang dapat di gunakan, yaitu sebagaimana
Pembahasan Naquib AlAttas mengenai berikut (Hasibuan, 2015)
kurikulum pendidikan berangkat dari pandangan 1) Metode Spekulatif dan Kontemplatif dalam
bahwa manusia bersifat dualistik atau memiliki filsafat islam di sebut dengan tafakkur, yaitu
dua unsur yaitu jasmani dan ruhani, maka ilmu berfikir secara mendalam untuk
juga dibagi kedalam dua kategori, yaitu: Pertama. mendapatkan kebenaran tentang hakikat
Ilmu pemberian Allah (melalui wahyu), dan sesuatu yang difikirkan.
Kedua, ilmu pencapaian yang di peroleh melalui 2) Pendekatan normatif (syar’iyah), yaitu
usaha pengamatan, pengalaman, riset manusi. mencari dan menetapkan aturan dalam
Naquib Al-Attas mengatakan dua ilmu tersebut kehidupan nyata, dengan menetapkan apa
adalah: fardu ‘ain (ilmu agama) yang terdiri dari yang boleh dan yang tidak menurut syari’at
Qur’an, sunnah, syari’at, teologi, metafisika islam, islam.
dan ilmu bahasa. Sedangkan fardu kifayahnya 3) Pendekatan historis, yaitu mengambil
adalah ilmu sosial, ilmu kemanusiaan, ilmu pelajaran dari peristiwa masa lalu.
terapan, ilmu teknologi, sejarah daan sebagainya 4) Pendekatan komprehensif dan keterpaduan
(Iqbal, 2013) Aspek ilmu inti (fardu ‘ain) di jadikan antara sumber naqliah, aqliah, dan imaniah,
sebagai nilai dasar bagi pengembangan aspek yaitu kebenaran yang di yakini bahwa
kebenaran itu adalah kebenaran yang tidak manusia yang beradab karena ia telah berlaku
mendatangkan keraguan. adil terhadap dirinya.
4. Pendidikan Naquib Al-Attas di Era b. Menerapkan atau mematuhi norma etika dalam
Modern tatanan sosial, dan berada dalam posisinya yang
Di samping perencanaan yang buruk dan benar sesuai dengan kedudukannya baik dalam
cara penanganan yang salah, keadaan yang keluarga ataupun masyarakat.
menimpa dunia pendidikan dewasa ini bersumber c. Menerapkan disiplin intelektual yang mengenal
dari kekacauan intelektual dan hilangnya identitas dan mengakui adanya hirarki ilmu berdasarkan
kebudayaan yang disebabkan oleh pengaruh kriteria tingkat keluhuran dan kemuliaan, yang
program sekulerisasi. Pemikiran ini memungkinkan mengenal dan mengakui bahwa
mempengaruhi konsep, penafsiran dan makna seseorang yang pengetahuannya berdasarkan
ilmu sendiri. Sekulerisasi yang melibatkan tiga wahyu jauh lebih luhur dan mulia daripada hanya
komponen terpadu, “penolakan unsur transenden berdasarkan akal. Memanfaatkan dan meletakkan
dalam alam semesta, memisahkan agama dari segala sesuatu yang berada dialam semsta ini
politik dan nilai yang tidak mutlak atau relatif. pada tempatnya yang benar, baik konteksnya
bukan saja bertentangan dengan fitrah manusia, sebagai tanda-tanda kebesaran Tuhan, sebagai
yang merupakan tasawur (world view) Islam, sumber ilmu pengetahuan maupun sebagai
tetapi juga memutuskan ilmu dari pondasinya dan sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan
mengalihkannya dari tujuannya yang hakiki. Dari manusia. Itulah manusia beradab dalam konteks
sini dapat dilihat bahwa kekeliruan ilmu, akibat hubungan manusia dengan alam. Pendidikan
bercampur aduknya konsep ilmu yang ditawarkan merupakan proses yang panjang untuk
oleh Islam dan Barat. Karena pada dasarnya mengaktualisasikan seluruh potensi diri manusia.
konsep Barat bukan melahirkan keharmonisan Proses dalam menumbuhkembangkan potensi
kebaikan dan keadilan, melainkan sebaliknya. diri manusia telah ditawarkan oleh sistem ajaran
Pendidikan berdasarkan pendapat islam, yang pada akhirnya menjadikan manusia
Naquib Al-Attas adalah penyemaian dan menajalankan tugasnya sebagai khalifatullah.
penanaman adab dalam diri seseorang. Oleh Oleh karena itulah, tujuan pendidikan islam dan
karena itu, tujuan diadakannya proses pendidikan merupakan cerminan dari tujuan hidup manusia,
adaalah untuk menanamkan adab kedalam diri dalam pandangan Al-Attas adalah mengajarkan
seorang individu, sehingga seseorang dan memperkenalkan adab kepada manusia.
mempunyai adab. Di dalam Al Qur’an telah Sehingga pada akhirnya seorang terdidik adalah
ditegaskan bahwa contoh ideal orang yang orang yang mempunyai pengetahuan tentang
beradab adalah Nabi Muhammad saw, yang oleh kebenaran dan eksistensinya. Orang yang
kebanyakan ilmuwan muslim di kenal dengan mengetahui dan menyadari posisinya di alam ini,
manusia sempurna (insan kamil). Naquib Al-Attas akan sampai pada pemahaman posisinya
memberikan beberapa kriteria manusia beradab sebagai seorang hamba Allah.
yang menuntut hadirnya adab dalam kehidupan Paradigma pendidikan yang ditawarkan
manusia, sebagaimana di uraikan berikut: Naquib Al-Attas menghendaki agar
a. Mengakui bahwa manusia terdiri dari dua terealisasikannya sistem pendidikan terpadu
unsur, yaitu akal dan sifat kebinatangan. Ketika sebagaimana tertuang dalam tujuan pendidikan
akal bisa menguasai dan mengontrol sifat yang dirumuskannya, yang mana tampak bahwa
kebinatangannya, maka orang itu telah menjadi Al-Attas mengintegrasikan ilmu dalam sistem
pendidikan islam. Hal tersebut berarti bahwa
pendidikan islam harus menghadirkan dan DISKUSI
mengajarkan dalam proses pendidikannya tidak Format pendidikan yang ditawarkan oleh
hanya ilmuilmu agama, tetapi juga ilmu-ilmu Al-Attas tampak jelas bahwa dia berusaha
rasional, intelektual, dan filsafat (Nizat, 2009). menampilkan wajah pendidikan Islam sebagai
Dapat dianalisis bahwa pemikiran suatu system pendidikan terpadu. Hal tersebut
pendidikan Naquib AlAttas adalah mengarah dapat secara jelas dilihat dari tujuan pendidikan
pada pendidikan islam dengan corak moral dalam Islam harus mewujudkan manusia yang
religious yang tetap menjaga keseimbangan dan baik, yaitu manusia yang universal. Insan kamil
keterpaduan sistem pendidikan sebagaimana yang dimaksud adalah (1) Manusia yang
tersirat dalam konsep ta’dib yang menurutnya seimbang, memiliki keterpaduan dua dimensi
telah mencakup tentang konsep ilmu dan amal. kepribadian: (a) dimensi isoterik vertical yang
Jikalau adab merupakan prasyarat dalam intinya tunduk dan patuh kepada Allah Swt, dan
penularan ilmu pengetahuan, sebaliknya (b) dimensi eksoterik, dialektikal, horizontal, yaitu
rusaknya ilmu pengetahuan dapat di lacak dari membawa misi keselamatan bagi lingkungan
rusaknya adab. Kerancuan dalam berfikir, korupsi sosial alamnya. (2) Manusia seimbang dalam
ilmu pengetahuan adalah akibat dari rusaknya kualitas pikir, dzikir, dan amalnya. Untuk
adab. Imbas dari kerusakan tersebut adalah menghasilkan manusia yang dimaksud,
menghambat masyarakat dalam melahirkan merupakan suatu keniscayaan adanya suatu
pemimpin yang berkualitas di segala lapisan, atau upaya maksimal dalam mengondisikan lebih
bahkan memaksa masyarakat melahirkan dahulu paradigma pendidikan yang terpadu.
pemimpin yang cenderung menghancurkan Indikasi lain yang mempertegas bahwa
masyarakat daripada membangunnya. Hal paradigma pendidikan yang ditawarkan Al-Attas
tersebut karena lembaga pendidikan yang telah menghendaki terealisasinya sistem pendidikan
kehilangan konsep adab (Hasibuan, 2015). terpadu tersebut tertuang dalam rumusan system
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang pendidikan yang diformulasikannya, di mana
sistem pendidikan nasional di sebutkan dengan tampak sangat jelas upaya Al-Attas untuk
gamblang bahwa pendidikan bertujuan untuk mengintegrasikan ilmu dalam sistem pendidikan
mengembangkan potensi peserta didik agar Islam. Artinya, pendidikan Islam harus
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa menghadirkan dan mengajarkan dalam proses
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, pendidikannya tidak hanya ilmu-ilmu agama,
sehat, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga tetapi juga ilmu-ilmu rasional, intelektual, dan
Negara yang demokratis, serta bertanggung filsafat.
jawab. Berangkat dari tujuan pendiidkan nasional Dari deskripsi di atas, dapat disimpulkan
tersebut, jika nilai adab benar-benar di terapkan bahwa pemikiran pendidikan Al-Attas mengarah
secara komprehensif pada sistem pendidikan pada pendidikan yang bercorak moral religious
nasional, maka yakin dan percaya tujuan yang tetap menjaga keseimbangan dan
pendidikan sebgaimana dimaksud akan tercapai. keterpaduan sistem. Hal tersebut terlihat dalam
Kenyataan yang tampak hari ini, penerapan nilai konsep tentang ta’dib, yang menurutnya telah
adab dalam sistem pendidikan nasional belum mencakup konsep ilmu dan amal. Dalam hal ini
maksimal. Tujuan pendidikan nasional yang telah dijelaskan jika setelah manusia dikenalkan akan
di rumuskan semestinya dapat menjadi tolak ukur posisinya dalam tatanan kosmik lewat proses
dalam mengembangkan pendidikan. pendidikan, ia diharapkan dapat mengamalkan
ilmunya yang didapat dengan baik kepada Konsep Pendidikan dalam Islam.
masyarakat. Bandung: Mizan.
Bila dilihat secara substantive, pemikiran Al-Attas, S. M. (1994). Konsep Pendidikan dalam
Al-Attas termasuk kategori tradisionalis. Jika Islam: Suatu Rangka Pikir Pembnaan
dianalis secara metodologis, ia tergolong Filsafat Pendidikan Islam. Bandung:
skriptualis, dan jika ditinjau secara historis ia Mizan. Al-Attas, S. M. (1997). Ains and
tercakup dalam tipologi pemikirannya. Walaupun Objective Of Islamic Educations. London:
demikian, menurut penulis, Al-Attas merupakan Hodder&Stoughton.
ilmuwan yang termasuk tiplogi reformis Hadari Nawawi. (1993). Metode Penelitian Bidang
skriptualis. Meskipun pemikiran-pemikiran Al- Sosial,. Yogyakarta: Gadja Mada
Attas mendasarkan pada teks-teks klasik, ia telah University Press.
melakukan reaktualisasi dan reformasi agar Hasibuan, A. A. (2015). Filsafat Pendidikan Islam
sesuai dengan konteks era kontemporer. Tinjauan Pemikiran Naquib Al-Attas dan
RELEVANSI dengan Pendidikan di
KESIMPULAN Indonesia. Malang: UIN Maliki Press.
M. Naquib Al-Attas adalah ilmuan muslim Herdiansyah, H. (2010). Metodologi
kontemporer dalam bidang pendidikan yang Penelitisn Kualitatif. Jakarta: Salemba
memiliki gagasan cemerlang yang dapat di Humanika.
jadikan referensi dalam membuat format Iqbal, A. M. (2013). Pemikiran Pendidikan Islam.
pendidikan. Dalam pandanga Al-Attas, pendidikan Yogyakarta: Pustaka Belajar.
islam merupakan ekuivalensi dari term al-ta’dib Khudori Soleh. (2013). Filsafat Islam dari Klasik
yang menurutnnya cocok di pergunakan sebagai Hingga Kontemporer. Yogyakarta: Ar-
istilah dalam pendidikan islam, karena konsep Ruzz Media, Hal 304.
ta’diblah yang diajarkan Nabi Muhammad kepada Moh, N. (1985). Metode Penelitian. Jakarta:
umatnya apada masa dahulu. Al-Attas Ghalia Indonesia.
mengatakan bahwa orang yang terpelajar adalah Nizat, R. d. (2009). Filsafat Pendidikan Islam:
orang baik. “Baik” yang dimaksud dalam hal ini Telah Sistem Pendidikan dan Pemikiran
adalah adab dalam arti menyeluruh yang meliputi Para Tokohnya . Yogyakarta: Kalam
kehidupan material dan spiritual seseorang, yang Mulia.
berusaha menanamkan kualitas kebaikan yang di Ratna, N. K. (2011). Teori, Metode, dan Teknik
terimanya, sehingga orang yang terpelajar adalah Penelitian Sastra dan Strukturalistik
mereka yang mempunyai adab dengan Hingga Postruktualism
mengamalkan ilmunya dalam bersikap dan Perspektif Wacana Naratif. Yogyakarta: Pustaka
bertingkah laku. Pelajar.
Robert Philip Weber. (1986). Basic Content
DAFTAR PUSTAKA Analysis. Beverly Hills: Sage
Abdullah Saeed. (2014). Pemikiran Islam : Pbulications. Sanaky, H. (2003).
Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Baitul Paradigma Pendidikan Islam.
Hikmah Press. Yogyakarta: Safiria Insania.
Al-Attas, S. M. (1981). Islam dan Sekularisme, sudarto. (2002). Metodologi Penelitian Filsafat.
terj. Karsidjo. bandung: Pustaka. Jakarta: Raja Grafindo.
Al-Attas, S. M. (1988). The Concept Of Surahim, U. A. (2005). Fungsi Ganda Lembaga
Educations Islam Terj. Haidar Bagi Pendidikan Islam. Yogyakarta:
Safiria Insania.
Zed, M. (2004). Metode Penelitian Kepustakaan.
Yogyakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Zubair, A. B. (1990). Metodologi Penelitian
Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai