Oleh:
Budiman Akli
NIM. 220407014
Dosen Pengampuh:
Dr. Paizaluddin, M.Pd.I
Budiman Akli
1
2
2
3
pendidik bukan pembidik, pengukuh bukan Pada tanggal 24 Juli 1981 Hamka telah
peruntuh. Ketika mengkritisi kebijakan pulang ke rahmatullah. Jasa dan pengaruhnya
pemerintah yang tidak pro rakyat dan memihak masih terasa sehingga kini dalam
umat Islam, ia lebih memilih jalur pena dalam memartabatkan agama Islam. Beliau bukan
rangka menyampaikan aspirasi dan pesannya sahaja diterima sebagai seorang tokoh ulama
daripada menggalang aksi massa. dan sastrawan di negara kelahirannya, bahkan
Pendiriannya teguh, prinsipnya kuat, namun jasanya di seantero Nusantara, termasuk
lentur dan menaruh hormat kepada liyan yang Malaysia dan Singapura, turut dihargai.7
berbeda. Sosok ulama besar yang bersahaja, Dalam dunia pendidikan Buya Hamka
tak terbeli, independen, dan tak gemar mencoba memajukan kehidupan bangsa ini,
mengobral fatwa. Beragam laku luhur inilah seperti yang ia sampaikan dalam bukunya yang
yang membuat ulama berdarah Minangkabau berjudul Lembaga Hidup, “Pengajaran dan
ini disegani banyak orang. Selain dikenal pendidikan adalah wasilah (jalan) yang paling
sebagia seorang sastrawan Buya Hamka juga utama bagi kemajuan bangsa, mencapai
dikenal sebagi seorang politikus, wartawan, kedudukan yang mulia di dalam dunia. Berkat
negarawan dan juga ulama. Tak heran Buya pendidikan dan pengajaran, tercapailah cita-
Hamka banyak menulis buku dengan berbagai cita yang tinggi. Sebab tiap-tiap bangsa, mesti
disiplin ilmu. Salah satu karya monumental mempunyai cita-cita tinggi.”8 Tujuan pendidikan
Buya Hamka dalam bidang keagamaan adalah akan tercapai melalui proses pengajaran dan
buku Tafsir Al-Azhar. Buku tafsir ini memberi begitupula sebaliknya proses pengajaran tidak
pengaruh luar biasa bukan hanya di Indonesia akan banyak berarti bila tak dibarengi dengan
tapi juga secara global, khususnya di kawasan proses pendidikan. Hal ini seperti yang
Asia Tenggara. Menurut dr. Norbani Ismail, disampaikan Buya Hamka dalam bukunya yang
“kitab Tafsir Al-Azhar adalah tafsir pertama berjudul Lembaga Hidup, “Pengajaran dan
yang ditulis secara komperhensif dalam bahasa pendidikan tidak dapat dipisahkan. Bangsa
Indonesia dan Melayu.”5 Selain karya-karya yang hanya mementingkan pengajaran saja,
sastra dan buku tafsir di atas Buya Hamka juga tiada mementingkan pendidikan untuk melatih
memiliki karya-karya intelektual lainnya, berikut budi pekerti, meskipun kelak tercapai olehnya
daftar karya-karya Buya Hamka:6 Antara Fakta kemajuan, namun kepintaran dan kepandaian
dan Khayal “Tuanku Rao”; Ayahku (Dr. HA. itu akan menjadi racun, bukan menjadi obat.”9
Karim Amrullah); Beberapa Tantangan Selanjutnya, menurut Buya Hamka untuk
terhadap Ummat Islam di Masa Kini; Bohong di mencapai tujuan pendidikan tersebut. Terdapat
Dunia; Dari Lembah Cita-Cita; Di Bawah tiga institusi yang memiliki peranan penting,
Lindungan Ka'bah; Di dalam Lembah yaitu keluarga, sekolah, dan lingkungan
Kehidupan; Kenangan-kenangan Hidup, jilid I, masyarakat. Ketiganya saling melengkapi untuk
II, III, IV; Kisah Nabi-Nabi; Lembaga Hikmat; membentuk dan mendidik karakter peserta
Merantau ke Deli; Pandangan Hidup Muslim ; didik. keluarga merupakan lembaga pendidikan
Pelajaran Agama Islam; Perkembangan pertama dan yang utama, sebagai pondasi bagi
Kebathinan di Indonesia; Pribadi; Said pelaksanaan lembaga pendidikan selanjutnya
Jalaluddin Al-Afhhani, Pelopor Kebangkitan (keluarga dan lingkungan). Karena keluarga
Muslimin; Sejarah Ummat Islam Jilid I, II, III, IV; adalah lingkungan pertama yang menyentuh
1001 Soal Hidup; Tanya Jawab I, II; peserta didik sehingga besar peranannya
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck; Tasawuf terhadap pertumbuhan dan perkembangan
Modern dan Tafsir Al-Azhar. peserta didik dalam rangka membentuk pribadi
yang matang baik lahir maupun batinnya.
5 Jundi. A & Idhar T., (2017). Tafsir Al-Azhar,Kitab Tafsir 7 Haidar Musyafa., (2018) Buya Hamka Sebuah Novel
Karya Ulama Indonesia yang Go Internasional, Biografi., (Jakarta: Imania)
(http://m.kiblat.net) 8 Hamka, (2015) Lembaga Hidup, (Jakarta: Republik) hlm.
6 Tim Penerbit Bulan Bintang, (1977). Merantau ke Deli, 303.
(Jakarta: Bulan Bintang) 9 Ibid
3
4
Sekolah dan keluarga hendaklah terjalin kritik sumber secara ekstern, dan intern, serta
komunikasi yang baik demi keberhasilan interpretasi atas sumber-sumber yang ada.
proses pendidikan tersebut, hal ini seperti yang Setelah melakukan kritik dan interpretasi atas
dijelaskan oleh Buya Hamka, “Didikan di sumber-sumber yang ada, maka tibalah pada
sekolah bertali dengan didikan di rumah. langkah terakhir, yaitu menulis hasil penelitian
Hendaklah ada kontak yang baik antara yang berupa sebuah historiografi. Kajian ini
orangtua murid dengan guru. Antara orangtua diharapkan mampu melihat latar belakang
dan guru perlu datang mendatangi, ziarah pendidikan Buya Hamka, karena latar belakang
menziarahi, selidik menyelidiki tentang tabiat pendidikan itu sangat mempengaruhi karakter
anak yang dalam didikan itu.”10 Hamka seseorang. Setelah itu baru dilanjutkan dengan
menjelaskan tentang pentingnya lingkungan menguraikan faktafakta sejarah yang
masyarakat untuk menilai kemajuan suatu berhubungan dengan keteladanan-keteladanan
negeri, Ahli-ahli masyarakat berkata, “Bila hidup yang mereka miliki. Keteladanan-
engkau datang kepada sebuah negeri, untuk keteladanan hidup yang akan diuraikan dalam
menguji kenaikan dan kerendahan penduduk kajian ini, bukanlah sebuah keteladanan yang
negeri itu, perhatikanlah keadaan dalam bersifat dongeng, akan tetapi keteladanan-
pasarnya, di dalam rumah-rumah minumnya keteladanan itu memang merupakan fakta-fakta
dan segala tempat-tempat pertemuan umum.”11 sejarah yang bisa diuji validitasnya
Peneliti tertarik untuk mengkaji sosok berdasarkan metode sejarah. Jadi kajian ini
Buya Hamka karena dari sekian banyak tokoh berusaha menampilkan fakta-fakta keteladanan
pembaharu Islam di Indonesia. Beliau mungkin hidup Buya Hamka. Sehingga nilai-nilai
satu-satunya yang tidak memiliki ijazah keteladanan yang dimiliki Buya Hamka menjadi
diplomat resmi. Buya Hamka memiliki layak untuk dijadikan panutan secara
kemampuan untuk menghasilkan banyak karya manusiawi, karena Buya Hamka adalah
tulis meskipun kemampuan menulisnya belajar manusia biasa, sama dengan para pemimpin
secara otodidak serta memiliki pengaruh besar bangsa Indonesia yang ada saat ini. Semoga
terhadap perkembangan Islam di Indonesia. kajian ini dapat memberikan inspirasi kepada
para pemimpin bangsa ini agar dapat
METODOLOGI meneladanani hidup dari kedua tokoh ini,
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif sehingga Indonesia bisa menjadi bangsa yang
dengan menggunakan filosofishistoris atau lebih baik.
metode sejarah dengan pendekatan biografi.
Kuntowijoyo, dalam bukunya Metodologi HASIL
Sejarah, mengatakan metode sejarah adalah 1. Sejarah Hidup Buya Hamka
pentujuk pelaksanaan dan petunjuk teknis Hamka bukan hanya milik bangsa
tentang pengumpulan bahan (heuristik), kritik, Indonesia, tetapi kebanggaan bangsabangsa
interpretasi dan penyajian sejarah Asia Tenggara.” Begitulah perkataan mantan
(historiografi). Penyajian sejarah sebenarnya Perdana Menteri Malaysia, Tun Abdul Razak.
bukan kegiatan penelitian, melainkan kegiatan Kebesaran nama HAMKA bukan hanya
penulisan sejarah (penulisan hasil penelitian).12 terbatas di wilayah Nusantara, tetapi juga
Sebagai langkah awal dalam penelitian ini bergaung di seantero jagad Asia Tenggara.
adalah mengumpulkan sumber-sumber yang 13Nama aslinya adalah Haji Abdul Malik Karim
berhubungan dengan tema penelitian yang Amrullah (HAMKA). Ia lahir pada tanggal 16
berkaitan dengan biografi Buya Hamka. Februari 1908 di Maninjau, Sumatera Barat.
Setelah itu dilakukan langkah-langkah berupa Ayahnya adalah Syekh Haji Abdul Karim
Amrullah, terkenal dengan sebutan Haji Rasul,
seorang ulama yang terkemuka dan
10 Hamka, (2015) Lembaga Hidup, (Jakarta: Republik) reformis/pembaharu di Minangkabau. Buya
11 Ibid., h. 279
12 Kuntowijoyo, (1994) Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Hamka adalah seorang otodidak. Ia hanya
Tiara Wacana) kerjasama Jurusan Sejarah Universitas
Gadjah Mada,), hlm. xii. 13 Aning F., Op. Cit., hlm. 79
4
5
5
6
6
7
Adapun tujuan pendidikan menurut Buya pandai memilah dan memilih mana yang baik
Hamka, memiliki dua dimensi, yakni dimensi dan berguna untuk kita.
spiritual dan intelektual. Keduanya saling Ketiga elemen penentu keberhasilan
melengkapi dan tak dapat dipisahkan satu pendidikan harus tersebut di atas memiliki
sama lain.22 Pendidikan bagi manusia tidak sinergi yang positif, mulai dari keluarga,
hanya sekedar untuk mengenal baik dan buruk, sekolah dan juga lingkungan masyarakat demi
tetapi sebagai hamba manusia harus mengabdi terwujudnya tujuan pendidikan tersebut. Sebab
kepada Tuhannya sesuai dengan tujuan pendidikan adalah salah satu hal utama dalam
penciptaannya (hablumminannallaah), serta menentukan kualitas suatu bangsa. Maju atau
membuat manusia berguna bagi sesama dan tidaknya suatu bangsa dapat terlihat dari
alam lingkungannya (hablumminannaas). kualitas pendidikan rakyatnya.
Sebab secanggih dan semodern apapun
kemampuan otak manusia dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan, tanpa KESIMPULAN
iman dan akal semua akan menjadi sia-sia
belaka akibat keterbatasan otak manusia 1. Pengajaran dan pendidikan adalah wasilah
tersebut. (jalan) yang paling utama bagi kemajuan
Menurut Buya Hamka untuk mencapai bangsa, mencapai kedudukan yang mulia di
tujuan pendidikan tersebut. Terdapat tiga dalam dunia. Berkat pendidikan dan
institusi yang memiliki peranan penting, yaitu pengajaran, tercapailah cita-cita yang tinggi.
keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat. Sebab tiap-tiap bangsa, mesti mempunyai
Ketiganya saling melengkapi untuk membentuk cita-cita tinggi.
dan mendidik karakter peserta didik. Karena 2. Pendidikan adalah untuk membentuk watak
keluarga, sekolah dan lingkungan sangat besar pribadi. Manusia yang lahir ke dunia ini
pengaruhnya terhadap perkembangan peserta supaya menjadi orang yang berguna dalam
didik. Manusia dilahirkan dengan segenap masyarakatnya. Supaya dia tahu mana
ketidakberdayaannya, orang tua dan yang baik dan mana yang buruk.
keluargalah yang menjadi tonggak awal 3. Pengajaran dan pendidikan tidak dapat
pembentukan karakternya. Di dalam Islam dipisahkan. Bangsa yang hanya
orang tua adalah pendidikan pertama untuk mementingkan pengajaran saja, tiada
anak (madrasah al-ula). Akan menjadi apa dan mementingkan pendidikan untuk melatih
seperti apa sang anak adalah tanggung jawab budi pekerti, meskipun kelak tercapai
orang tua yang menjadi guru pertama olehnya kemajuan, namun kepintaran dan
untuknya. Tentunya orang tua tidak akan kepandaian itu akan menjadi racun, bukan
mampu memberikan semua pengetahuan, oleh menjadi obat
karena itu anak butuh orang lain untuk 4. Pendidikan bukan hanya soal materi,
mendapatkan pengetahuan formal termasuk karena menjaga kepentingan masing-
keterampilan dan lain sebagainya yakni masing saja, karena yang demikian tidaklah
sekolah. Tidak hanya kedua hal tersebut di atas membawa kepuasan batin. Pendidikan
dalam perjalanannya mencari kebenaran, sang harus didasarkan kepada kepercayaan,
anak dalam pergaulan juga akan terpengaruh bahwa di atas dari kuasa manusia ada lagi
dengan lingkungan dalam kehidupan sosialnya. kekuasaan Mahabesar. Itulah Tuhan.
Pengaruh kehidupan sosial masyarakat dalam Sebab pendidikan modern tak bisa
kehidupan modern saat ini menjadi hal yang meninggalkan agama. Kecerdasan otak
sangat berpengaruh. Ini disebabkan akses tidaklah menjamin keselamatan kalau nilai
informasi yang begitu mudah untuk didapatkan. rohani keagamaan tidak dijadikan dasarnya.
Informasi tersebut tentunya memiliki sisi positif 5. Orang tua adalah langkah pertama penentu
dan negatif yang membuat kita semua harus kesuksesan peserta didik. Oleh karena itu
pentingnya komunikasi yang baik antara
22Hamka, (2015). Lembaga Hidup, (Jakarta: Republika),
hlm. 304
7
8
orangtua dengan sekolah demi Jundi. A & Idhar T., (2017) Tafsir Al-Azhar,Kitab
keberhasilan pendidikan pada peserta didik. Tafsir Karya Ulama Indonesia yang Go
6. Lingkungan sosial merupakan hal Internasional, (http://m.kiblat.net)
selanjutnya yang menjadi penentu Mahmud Y, (1985). Pokok-pokok Pendidikan dan
Pengajaran, (Jakarta: Hida Karya Agung)
keberhasilan proses pendidikan pada
Musyafa H., (2008). Buya Hamka Sebuah Novel
peserta didik. Biografi., (Jakarta: Imania)
Nasution H., (2002). Ensiklopedi Islam Indonesia,
(Jakarta: Djambatan)
DAFTAR PUSTAKA Ngainun N., (2009) Menjadi Guru Inspiratif
Memberdayakan dan Mengubah Jalan Hidup
Alfian M., Jurnal: Islamika (Jurnal Ilmu-ilmu Siswa, (Yokyakarta: Pustaka Pelajar)
Keislaman)., Pemikiran Pendidikan Islam Nur Hamim, (2009). Manusia dan Pendidikan
Buya HAMKA., Vol. 19, No. 02, Desember Elaborasi Pendidikan HAMKA, (Sidoarjo:
2019, 89 – 98 Qisthos)
Aning, F. (2007). 100 Tokoh yang Mengubah Roziqin B., (2009) 101 Jejak Tokoh Islam Indonesia,
Indonesia - Biografi Singkat Seratus Tokoh (Yogyakarta: e-Nusantara)
Paling Berpengaruh dalam Sejarah Indonesia Rusdi H, (1983). Pribadi dan Martabat Prof. D.
di Abad 20. (Yogyakarta: Narasi) Hamka, (Jakarta: Pustaka Panjimas)
Barnawi & Arifin M., (2012). Etika dan Profesi Surya P, (2017), Kontribusi Buya Hamka Dalam
Kependidikan, (Jogjakarta: Ar Ruzz Media) Perkembangan Dakwah Muhammadiyah
Daliar N, (1983). Administrasi Islam di Indonesia, Tahun 1925-1981, (Skripsi: UIN Sumatra
(Jakarta: Rajawali) Utara)
Hamka, (1982). Ayahku, (Jakarta: Pustaka Panji Suyanto & Asep J, (2013). Menjadi Guru
Mas) Profesional, (Esensi: Jakarta).
Hamka, (1982). Kenang-kenangan Hidup, (Kuala Syaiful B. Djamarah, (2000). Guru dan Anak Didik
Lumpur: Pustaka Antara) Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT Rineka
Hamka, (1983). Lembaga Budi, (Pustaka Panjimas : Cipta)
Jakarta) Syamsul M, (2012), Guru Profesional: Harapan dan
Hamka, (1984). Falsafah Hidup, (Jakarta:Pustaka Kenyataan (Semarang: Need’s Press)
Panjimas) Uhar S, (2013). Menjadi Guru Berkarakter,
Hamka, (1985). Tasawuf Modern, (Jakarta, Pustaka (Bandung: PT. Refika Aditama)
Panjimas) Yusuf Y, (1990), Corak Pemikiran Kalam Tafsir Al-
Hamka, (2014). Pribadi Hebat, (Jakarta: Gema Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas)
Insani) Zainal A, (2002), Profesionalisme Guru Dalam
Hamka, (2015) Lembaga Hidup, (Jakarta: Republik) Pembelajaran, (Surabaya: Insan Cendekia,
Hamka, (2017). Akhlaqul Karimah, (Jakarta : Gema 2002)
Insani) Zainuddin R, (2002). Tuntunan Dakwah Dalam
Hawi A., (2013). Kompetensi Guru Pendidikan Masyarakat Pluralistik Persfektif Metode
Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Dakwah Hamka, (Pekanbaru: Unri-Press) 02)
Persada)