Anda di halaman 1dari 15

MERETAS PEMIKIRAN TOKOH PENDIDIKAN ISLAM

KEKINIAN DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN GLOBAL ERA 5.0


Nor Ismah
Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin
nor.ismah14@gmail.com
Siti Maulidatul Laili Intan
Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin
maulida01555@gmail.com
Siti Raihana
Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin
raihnna14@gmail.com

Abstract
Education is currently encountering the challenges of global competition in the
5.0 era, which are becoming increasingly intricate and demanding. This situation
necessitates our ability to navigate the global landscape of education. Islamic
education, in particular, will encounter the issue of limited resources, requiring
leaders and society to be prepared to address this matter. As we confront the
ongoing global competition in the education sector during the 5.0 era, it is
imperative for us to be proactive and adaptive in order to stay ahead.
Keywords: 5.0 era, education, competition
Abstrak
Pendidikan saat ini menghadapi tantangan persaingan global di era 5.0 yang
semakin rumit dan menuntut. Situasi ini mengharuskan kemampuan kita untuk
menavigasi lanskap pendidikan global. Pendidikan Islam, khususnya, akan
dihadapkan pada persoalan keterbatasan sumber daya, menuntut para pemimpin
dan masyarakat untuk siap menghadapi persoalan ini. Saat kita menghadapi
persaingan global yang sedang berlangsung di sektor pendidikan selama era 5.0,
kita harus proaktif dan adaptif agar tetap menjadi yang terdepan.
Kata Kunci: era 5.0, pendidikan, persaingan
A. Pendahuluan
Pendidikan Islam adalah bentuk pendidikan yang sangat ideal. Pendidikan
Islam berkembang seiring dengan upaya dakwah yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad SAW. Pendidikan Islam memiliki identitas dan sifat yang unik sesuai
dengan usaha pembaharuan yang terus-menerus dilakukan setelah masa Nabi.
Oleh karena itu, pendidikan Islam terus mengalami perubahan baik dalam hal
kurikulum maupun lembaga pendidikan Islam yang terlibat.
Untuk memahami tokoh-tokoh pendidikan Islam di Indonesia, kita akan
mengenal beberapa tokoh terkenal. Mereka memiliki peran besar dalam
memperbarui konsep dan sistem pendidikan di Indonesia, khususnya dalam
pendidikan Islam. Beberapa di antaranya menggabungkan konsep pendidikan
kolonial Belanda yang modern dengan konsep pesantren yang tradisional. Mereka
juga menambahkan mata pelajaran umum selain pelajaran agama.
Pendidikan sangat penting dalam kehidupan, terutama bagi anak-anak
bangsa. Pendidikan merupakan indikator keberhasilan dan kunci untuk masa
depan yang cerah bagi para siswa. Dalam konteks ini, Islam memiliki tokoh-tokoh
ilmuan yang berpengaruh dalam ilmu pendidikan, seperti Ahmad Dahlan, Hasyim
Asy'ari, Imam Zarkasyi, Hamka, dan Mahmud Yunus.1
Pendidikan memiliki peran yang sangat penting bagi kita semua dalam
mengembangkan karakter dan sikap yang baik terhadap diri sendiri dan orang
lain. Dalam konteks ini, tokoh-tokoh Islam dalam bidang pendidikan memiliki
pendekatan yang berbeda namun dengan tujuan yang sama, yaitu memajukan
pendidikan Islam.
Penulis mengemukakan pandangan yang terstruktur dan jelas tentang
peran pendidikan Islam di era Society 5.0. Pembahasan yang disajikan oleh
penulis sangat relevan dan penting untuk dipertimbangkan oleh semua pihak yang
terlibat dalam pendidikan Islam di Indonesia. Hal ini memberikan pemahaman
yang baik mengenai pentingnya pendidikan Islam dalam menghadapi era Society
5.0 yang semakin maju dan canggih.
Pendidikan saat ini dihadapkan pada tantangan yang semakin kompleks,
terutama dengan kemajuan teknologi yang terjadi seiring dengan berlangsungnya
1
Syaripudin Basyar, “Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam”, Jurnal Ri’ayah, Vol 5 No 1
Januari-Juni 2020, h. 96.
Revolusi Industri 4.0. Sebelum kita bisa mengatasi tantangan pendidikan akibat
Revolusi Industri 4.0, muncul pula konsep Society 5.0 (masyarakat 5.0). Jepang
saat ini sedang menerapkan konsep ini dalam proyek kota pintar dengan tujuan
memecahkan berbagai masalah sosial 2
Society 5.0 mengacu pada suatu bentuk masyarakat yang mampu
mengatasi berbagai tantangan dan masalah sosial dengan memanfaatkan inovasi
yang muncul pada era Revolusi Industri 4.0, seperti Internet of Things (IoT),
kecerdasan buatan (Artificial Intelligence), Big Data, dan robot. Tujuan utamanya
adalah meningkatkan kualitas hidup manusia melalui pemanfaatan teknologi dan
inovasi tersebut.3 Untuk memfokuskan penelitian ini, penulis menentukan
rumusan masalah yang berfokus pada bagaimana pendekatan tokoh pendidikan
Islam dapat menghadapi tantangan Society 5.0.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki dan menganalisis pemikiran
terkini tokoh-tokoh pendidikan Islam dalam menghadapi persaingan global di era
5.0. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan
dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kepustakaan merupakan jenis penelitian
yang menggunakan sumber-sumber yang ditemukan dalam koleksi perpustakaan
tanpa memerlukan penelitian lapangan. Pemilihan metode penelitian didasarkan
pada objek penelitian, yaitu pemikiran para tokoh pendidikan Islam dalam
menghadapi persaingan global di era baru, yakni era 5.0.
C. Temuan dan Pembahasan
Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam Kekinian
1. KH. Ahmad Dahlan
a. Riwayat Hidup
Kyai Haji Ahmad Dahlan, yang sebelumnya dikenal sebagai Muhammad
Darwis, lahir di Kauman Yogyakarta dari pernikahan antara Kyai Haji Abu Bakar
dengan Siti Aminah pada tahun 1285 H (1868 M). Bapaknya, Kyai Haji Abu
Bakar, memegang peran sebagai khatib di Masjid Agung Kesultanan Yogyakarta,
sementara ibunya, Siti Aminah, menjabat sebagai penghulu besar di Yogyakarta.
2
Kelompok Penelitian Smartž Green, Kasus Luar Negeri Kota Pintar dan Institusi Besar:
Kebijakan dan Sistem Terkait Kota Pintar di Jepang, Korea: Institut Penelitian Arsitektur Ruang
Perkotaan, September, 2019, h. 1
3
Realizing Soviet 5.0, The Government of Japan, by BH Life
Sejak kecil, Ahmad Dahlan telah menerima pendidikan agama dari orang tuanya
dan juga dari para guru atau ulama yang ada di lingkungan masyarakat sekitarnya.
b. Pemikiran Pendidikan
Menurut KH. Ahmad Dahlan, pendekatan strategis untuk menyelamatkan
umat Islam dari pemikiran yang statis dan mendorong pemikiran yang dinamis
adalah melalui pendidikan. Pentingnya pendidikan harus ditempatkan sebagai
fokus utama dalam upaya membangun masyarakat.
Menurut KH. Ahmad Dahlan, pendidikan Islam harus berfokus pada
upaya membentuk individu Muslim yang memiliki akhlak mulia, pengetahuan
agama yang mendalam, wawasan luas, pemahaman dalam ilmu dunia, dan siap
berjuang untuk kemajuan masyarakat.
Berdasarkan tujuan pendidikan tersebut, KH. Ahmad Dahlan berpendapat
bahwa dalam kurikulum atau materi pendidikan, perlu mencakup:
1) Pendidikan moral dan akhlak, untuk menanamkan karakter yang baik
berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah.
2) Pendidikan individual, untuk mengembangkan kesadaran individu yang
utuh dengan mengintegrasikan perkembangan mental, pemikiran,
keyakinan, dan kehidupan dunia dan akhirat.
3) Pendidikan kemasyarakatan, untuk mengembangkan kesiapan dan
keinginan hidup dalam masyarakat.
Dalam pandangan Ahmad Dahlan, ide-ide pendidikan mencakup:
1) Reformasi lembaga pendidikan, dengan mengubah sistem pesantren
menjadi sistem sekolah.
2) Menambahkan mata pelajaran umum ke dalam sekolah-sekolah agama
atau madrasah.
3) Mengubah metode pengajaran tradisional menjadi metode yang lebih
bervariasi.
4) Melalui organisasi Muhammadiyah, Ahmad Dahlan berhasil
mengembangkan lembaga pendidikan yang lebih beragam dan memiliki
manajemen yang modern.4
2. KH. Hasyim Asy’ari

4
Drs. Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Logos, 1997, h.206-208
a. Riwayat Hidup
Muhammad Hasyim ibn Asy'ari ibn Abd. Al Wahid ibn Abd. Al Halim,
yang lebih dikenal dengan nama Hasyim Asy'ari, dilahirkan di desa Gedang
Jombang, Jawa Timur. Ia lahir pada hari Selasa kliwon, tanggal 24 Dzulhijjah
1287 atau bersamaan dengan tanggal 14 Februari 1871 M. Hasyim Asy'ari
memiliki latar belakang keluarga bangsawan yang terhormat.
Beliau dikenal sebagai sosok yang berilmu dan adil, selalu mengupayakan
penemuan kebenaran, baik dalam urusan dunia maupun urusan akhirat. Selama
hidupnya, Hasyim Asy'ari memegang posisi yang sangat dihormati sebagai Rais
Akbar NU, sebuah jabatan yang hanya diberikan kepadanya seorang.
b. Pemikiran Pendidikan
Dalam kitab Adab Alim Wa Muta'allim, K.H. Hasyim Asy'ari
menggunakan pola pengajaran yang mengikuti logika induktif dalam memaparkan
konsep pendidikan. Ia secara langsung mengutip ayat-ayat Al-Qur'an, hadis,
pendapat para ulama, dan syair yang mengandung hikmah. Melalui pendekatan
ini, K.H. Hasyim Asy'ari mengajak pembaca untuk menangkap makna tanpa harus
dijelaskan dengan kata-kata beliau sendiri. Namun demikian, pemikiran-
pemikiran beliau dapat terlihat dari cara ia menjelaskan isi kitab yang ditulisnya.
Menurut K.H. Hasyim Asy'ari, tujuan pendidikan yang ideal adalah
membentuk masyarakat yang memiliki akhlak yang baik (akhlaqul karimah).
Rumusan ini dapat disimpulkan secara implisit dari beberapa hadis dan pendapat
ulama yang ia kutip. Ia mengemukakan sebuah hadis yang menyatakan bahwa
"diriwayatkan dari Aisyah r.a. dari Rasulullah SAW bersabda: kewajiban orang
tua terhadap anaknya adalah memperbaiki namanya, memperbaiki ibu susunya,
dan memperbaiki akhlaknya."
3. K.H. Imam Zarkasyi
a. Riwayat Hidup
KH. Imam Zarkasyi, yang berasal dari Gontor, Ponorogo, Jawa Timur,
lahir pada tanggal 21 Maret 1910 dan meninggal pada tanggal 30 Maret 1985.
Beliau meninggalkan seorang istri dan memiliki 11 orang anak.
b. Pemikiran Pendidikan
a) Inovasi dalam metode dan sistem pendidikan telah dilakukan.
b) Peningkatan dalam metode dan sistem pendidikan pesantren di Gontor
melibatkan penerapan sistem klasikal dengan penjenjangan dalam periode
waktu yang ditentukan. Selain itu, juga diperkenalkan kegiatan di luar jam
pelajaran seperti olahraga, seni, keterampilan, pidato dalam tiga bahasa
(Indonesia, Arab, Inggris), pramuka, dan organisasi pelajar. Sistem
sekolah dan sistem asrama (pesantren) tetap dipertahankan. Para santri
juga didorong untuk memiliki kitab-kitab yang digunakan di pesantren
tradisional, serta menjalankan disiplin yang ketat.
c) Terdapat peningkatan dalam kurikulum pesantren.
d) Imam Zarkasyi menerapkan kurikulum di pondok pesantren modern
Gontor yang mencakup 100% pelajaran umum dan 100% pelajaran agama.
Selain pelajaran tafsir, hadis, fiqih, dan ushul fiqh, juga diajarkan
pengetahuan umum seperti ilmu alam, ilmu hayat, ilmu bumi, ilmu
pendidikan, ilmu pasti, ilmu sejarah, ilmu jiwa, dan lain-lain. Bahasa Arab
dan bahasa Inggris menjadi mata pelajaran yang ditekankan dan menjadi
ciri khas lembaga pendidikan tersebut.
e) Terjadi perubahan dalam struktur dan sistem manajemen pesantren.
f) Imam Zarkasyi dan dua saudaranya menghibahkan pondok pesantren
Gontor kepada Badan Wakaf Pondok Modern Gontor dalam rangka
pendidikan dan pengajaran Islam. Dengan ditandatangani piagam
penyerahan wakaf, pondok pesantren Gontor tidak lagi menjadi
kepemilikan pribadi, tetapi menjadi milik umat Islam dan semua umat
Islam bertanggung jawab terhadapnya.
g) Pola pikir santri dan kebebasan pesantren mengalami perubahan.
h) Setiap santri diberikan semangat untuk mandiri dan merdeka. Sikap ini
tidak hanya mencakup belajar dan mengurus diri sendiri, tetapi juga
pesantren Gontor harus tetap mandiri dan tidak bergantung pada pihak
lain. Hal ini ditegaskan dengan semboyan Gontor yang menyatakan bahwa
kebebasan tersebut berlaku untuk semua golongan. Kemandirian pondok
pesantren Gontor memberikan kebebasan kepada santri untuk menentukan
jalur hidupnya di masa depan. Imam Zarkasyi sering mengatakan bahwa
Gontor bukanlah tempat untuk mencetak pegawai, melainkan mencetak
majikan bagi diri mereka sendiri.5
4. Hamka
a. Riwayat Hidup
"HAMKA bukan hanya milik Indonesia, tetapi juga menjadi kebanggaan
bagi bangsa-bangsa di Asia Tenggara." Itulah yang diungkapkan oleh mantan
Perdana Menteri Malaysia, Tun Abdul Rozak. Nama lengkapnya adalah Haji
Abdul Malik Karim Amrulloh, tetapi ia lebih dikenal dengan nama HAMKA,
singkatan dari nama panjangnya. Kelahiran HAMKA terjadi di Maninjau,
Sumatra Barat, pada tanggal 16 Februari 1908 Masehi atau 13 Muharram 1326
Hijriyah.
b. Pemikiran Pendidikan
Pandangan Hamka terhadap pendidikan terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
a) Pendidikan jasmani, yang bertujuan untuk pertumbuhan dan
kesempurnaan fisik.
b) Pendidikan ruhani, yang bertujuan untuk mencapai kesempurnaan fitrah
manusia melalui ilmu pengetahuan dan pengalaman yang berlandaskan pada
agama.
Kedua aspek tersebut cenderung berkembang melalui pendidikan, karena
pendidikan dianggap sebagai sarana yang paling tepat untuk memastikan
perkembangan optimal dari kedua unsur tersebut. Dalam pandangan Islam, kedua
unsur ini dikenal sebagai fitrah. Inti dari pandangan Hamka tentang pendidikan
Islam adalah bahwa "pendidikan fitrah tidak hanya terbatas pada aspek pemikiran,
melainkan juga mencakup akhlakul karimah" (etika yang mulia).
Fitrah setiap manusia pada dasarnya mengarahkan mereka untuk selalu
berbuat kebajikan dan tunduk dalam mengabdi sebagai khalifah Allah. Tiga unsur
yang terdapat dalam manusia adalah akal, hati, dan indra, yang membantu
manusia untuk memperoleh pengetahuan, membangun peradaban, memahami
fungsi sebagai khalifah, dan menyaksikan tanda-tanda kebesaran Allah.
Tujuan pendidikan menurut pandangan Hamka adalah untuk "mengenal
dan mencari keridhoan Allah, membentuk karakter dengan akhlak yang mulia"
5
Dr. H. Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta : PT
Rajagrafindo Persada, 2003, h.195-210
serta "mempersiapkan peserta didik agar dapat hidup dengan layak dan
bermanfaat dalam komunitas sosialnya".
5. Mahmud Yunus
a. Riwayat Hidup
Prof. Dr. H. Mahmud Yunus dilahirkan di Batu Sangkar pada tanggal 10
Februari 1899 dan meninggal pada tanggal 16 Januari 1982. Sejak masa kecil,
Mahmud Yunus sudah menunjukkan minat dan ketertarikannya yang besar dalam
memperdalam ilmu Agama Islam. Pada usia 7 tahun, ia belajar membaca al-
Qur'an di bawah bimbingan kakeknya, Engku Gadang.
b. Pemikiran Pendidikan
Mahmud Yunus melakukan upaya untuk memperbarui madrasah yang
sebelumnya dipimpinnya di Sungayang yang bernama al-Jami'ah al-Islamiyah. Ia
mendirikan sekolah dengan kurikulum Normal Islam yang menggabungkan ilmu
agama dan ilmu umum. Madrasah ini menjadi yang pertama di Sumatra Barat
yang memiliki laboratorium ilmu fisika dan kimia. Salah satu fokus utama
pembaruan tersebut adalah metode pengajaran bahasa Arab.
Mahmud Yunus memiliki komitmen dan perhatian yang besar terhadap
pengembangan dan peningkatan pendidikan agama Islam. Beberapa gagasan dan
pemikirannya meliputi:
a) Mengenai tujuan pendidikan Islam, ia berpendapat bahwa lulusan
pendidikan Islam harus memiliki kualitas yang lebih baik dan mampu bersaing
dengan lulusan sekolah yang lebih maju.
b) Dalam hal kurikulum, Mahmud Yunus menawarkan pengajaran bahasa
Arab yang terintegrasi antara berbagai cabang ilmu dalam bahasa Arab.
c) Dalam aspek kelembagaan, ia berpendapat bahwa sistem pengajaran
harus beralih dari yang bersifat individual menjadi sistem klasikal.
d) Dalam metode pengajaran, ia mendorong agar pengajaran agama sesuai
dengan tingkat usia dan jenjang pendidikan, dengan menggunakan metode yang
beragam.6
Pendidikan Islam

6
Dr. H. Abuddin Nata, Tokoh-tokoh Pembaharu Pendidikan Islam Indonesia, Jakarta :
PT Rajagrafindo Persada, 2005, h.57-70
Pengertian pendidikan memiliki variasi tergantung pada latar belakang
individu yang merumuskannya. Istilah "pendidikan" telah diberikan tafsiran yang
berbeda dengan berbagai pendekatan. Beberapa orang mengacu pada pendidikan
sebagai proses formal di sekolah atau pembelajaran seumur hidup. Namun, ada
juga yang mendefinisikan pendidikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan
sikap.7
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional memberikan definisi pendidikan sebagai usaha yang sadar
dan terencana untuk menciptakan lingkungan belajar dan proses pembelajaran
yang mendorong peserta didik secara aktif mengembangkan potensi mereka dalam
mencapai kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan oleh individu, masyarakat, bangsa, dan
negara.Secara terminologi pendidikan mengusung pengertian yang bervariasi,
tergantung pada latar belakang perumusnya. Istilah pendidikan telah ditafsirkan
berbeda-beda dengan cara yang berbeda. Beberapa oran menyebut pendidikan
sebagai sekolah formal atau belajar seumur hidup. Namun sebagian yang lainnya
menyebut pendidikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan sikap.8
Menurut Abdurrahman al-Nahlawi, pengertian pendidikan berasal dari
kata "al-Tarbiyah". Dalam konteks bahasa, "Tarbiyah" memiliki akar kata "raba-
yarbu", yang mengandung arti pertumbuhan dan perkembangan seperti yang
ditemukan dalam ayat 39 surah Ar-Rum dalam Al-Qur'an. Selain itu, kata tersebut
juga dapat berasal dari "rabiya-yarba", yang berarti tumbuh besar, serta "rabba-
yarubbu", yang berarti memperbaiki, membimbing, menjaga, dan memelihara.
Tujuan utama Pendidikan Agama Islam adalah untuk meningkatkan
keyakinan, pemahaman mendalam, pengalaman langsung, serta penghayatan
peserta didik terhadap agama Islam. Dengan demikian, tujuannya adalah agar
mereka menjadi individu Muslim yang memiliki keimanan yang kuat, ketaqwaan
kepada Allah SWT, serta menunjukkan akhlak yang luhur dalam semua aspek
kehidupan, baik dalam skala pribadi maupun sosial sebagai anggota masyarakat,
bangsa, dan negara..¹¹
7
Basic in Education, (New Delhi: National Council foto Educational Research and
Training, June, 2014), h. 3
8
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), h. 37
Dasar Pendidikan Islam Al-Qur'an

‫اِ َّن ٰه َذا ْالقُرْ ٰا َن يَ ْه ِديْ لِلَّتِ ْي ِه َي اَ ْق َو ُم َويُبَ ِّش ُر ْال ُمْؤ ِمنِي َْن الَّ ِذي َْن يَ ْع َملُ ْو َن‬
‫ت اَ َّن لَهُ ْم اَجْ رًا َكبِ ْير ًۙا‬
ِ ‫صلِ ٰح‬ّ ٰ ‫ال‬
Artinya: Sungguh, Al-Qur'an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus
dan memberi kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebajikan,
bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar. (QS. Al-Isra: 9)
Al-Qur'an adalah sumber pendidikan yang komprehensif, meliputi
pendidikan dalam konteks sosial, moral, spiritual, material, dan alam semesta. 9
Al-Qur'an mencakup semua aspek kehidupan manusia, termasuk dalam
pelaksanaan pendidikan Islam, yang bertujuan untuk membimbing manusia
menjadi individu yang beriman, bertaqwa, dan memiliki pengetahuan. Hadis
tentang pentingnya memperoleh ilmu pengetahuan memiliki kebermaknaan yang
signifikan.

‫ َو َم ْن َأ َرا َدهُ َما‬،‫اآلخ َرهَ فَ َعلَ ْي ِه بِ ْال ِع ْل ِم‬


ِ ‫ َو َم ْن َأ َرا َد‬،‫َم ْن َأ َرا َد ال ُّد ْنيَا فَ َعلَ ْي ِه بِاْل ِع ْل ِم‬
‫لع ْل ِم‬
ِ ِ‫فَ َعلَ ْي ِه با‬
Artinya: "Barangsiapa yang hendak menginginkan dunia, maka hendaklah ia
menguasai ilmu. Barangsiapa menginginkan akhirat, hendaklah ia menguasai
ilmu. Dan barang siapa yang menginginkan keduanya (dunia dan akhirat),
hendaklah ia menguasai ilmu." (HR Ahmad)
Hadis merupakan sumber yang kedua dalam agama dan ajaran Islam.
Hadis menjelaskan dan merinci apa yang disebutkan dalam Al-Quran berdasarkan
sunnah Rasulullah. Itulah sebabnya, Hadis yang mencerminkan sunnah Rasul
adalah interpretasi yang otentik dan penjelasan yang sepenuhnya dapat diandalkan
dari Al-Quran.
Tantangan Pendidikan Islam di Era 5.0
Menurut Malik Fadjar, saat ini kita dihadapkan pada tiga tantangan yang
berat. Pertama, kita perlu mempertahankan apa yang telah dicapai dan
menghadapi ancaman krisis agar tidak kehilangan kemajuan yang telah kita capai.
9
Samsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya
Gramedia Pratama, 2001), h. 96
Kedua, dalam era globalisasi pendidikan, kompetisi menjadi hal yang tak
terhindarkan baik di tingkat regional, nasional, maupun internasional. Ketiga, kita
perlu melakukan perubahan dan penyesuaian dalam sistem pendidikan nasional
untuk mendorong pendidikan yang lebih demokratis, memperhatikan kebutuhan
dan keberagaman daerah serta peserta didik, serta meningkatkan partisipasi
masyarakat.
Di samping itu, dunia pendidikan Islam juga menghadapi tantangan dalam
menghadapi era Society 5.0, di mana masih ada kekurangan sumber daya penting
dalam pendidikan seperti guru, dosen, dan tenaga pendidik lainnya. Tantangan ini
semakin relevan mengingat pengaruh dan pengembangan konsep Society 5.0 yang
sedang digaungkan di Jepang dan berpotensi mempengaruhi Indonesia.
Untuk mempersiapkan Society 5.0 dalam bidang pendidikan, anak-anak
tidak hanya perlu memahami teori semata. Ini belum cukup untuk mempersiapkan
mereka menghadapi Society 5.0. Yang lebih penting adalah melatih cara berpikir
mereka agar terbiasa dan siap beradaptasi dengan perubahan di masa depan.10.
Tujuannya adalah menciptakan masyarakat yang dapat menikmati
kehidupan secara penuh. Kemajuan teknologi dan pertumbuhan ekonomi
bertujuan untuk mencapai hal tersebut. Dengan meningkatnya kualitas hidup
secara keseluruhan, kesenjangan sosial semakin berkurang sehingga manfaatnya
dapat dinikmati oleh banyak orang, bukan hanya segelintir individu. Meskipun
konsep ini berasal dari Jepang, namun tidak diragukan lagi bahwa konsep ini
memiliki potensi untuk mengatasi tantangan manusia dalam menghadapi Revolusi
Industri 4.0.11
Menghadapi Persaingan Global
Keadaan globalisasi merupakan situasi saat ini yang timbul akibat dari
proses modernisasi. Kondisi ini harus dihadapi dan dilalui dengan tujuan
mencapai keberhasilan. Tantangan yang dihadapi tidak selalu harus diartikan
sebagai hal yang menyulitkan atau menghambat pencapaian tujuan, melainkan
sebagai motivasi untuk meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah.

10
Suherman, Musnaini, dkk, Industry 4.0 vs Sociesty 5.0, (Purwokerto: CV. Pena
Persada) 2020 h. 81
11
Warnita dan Ali Nurhadi, Transformasi Pendidikan, (Bengkulu: Elmarkazi), 2021, h.
167
Mastuhu menyebutkan beberapa tantangan yang dihadapi oleh dunia
pendidikan saat ini, seperti globalisasi, kompleksitas, ketidakstabilan, dinamika,
percepatan, transformasi dari tradisional ke modern, keterhubungan, konvergensi,
konsolidasi, rasionalisme, paradoks global, dan kekuatan pemikiran.
Dalam pemikiran tentang pendidikan Islam, selain harus memperhatikan
prosesnya, penting juga untuk menekankan bahwa pendidikan Islam harus
seimbang dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Keterkaitan
antara pendidikan Islam dan ilmu pengetahuan sangatlah erat dan berjalan seiring
untuk memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi manusia. Diharapkan
pula bahwa pendidikan Islam dalam kehidupan sehari-hari akan membentuk
karakter manusia agar tercipta suasana kehidupan yang baik.12
Saat ini, terdapat banyak tokoh pendidikan Islam yang berperan penting
dalam pembangunan pendidikan di Indonesia. Beberapa di antaranya yang telah
disebutkan adalah KH. Ahmad Dahlan, KH. Hasyim Asy'ari, KH. Imam Zarkasyi,
Buya Hamka, Mahmud Yunus, dan masih banyak lagi. Pendidikan kini
dihadapkan pada era baru, yaitu era society 5.0, di mana masyarakat perlu
menghadapi tantangan ini. Dalam era revolusi 5.0, teknologi berfokus pada
manusia sebagai subjeknya. Manusia akan diberikan akses lebih mudah ke ruang
virtual yang menyerupai ruang fisik.
Pendidikan Islam dalam era society 5.0 menurut para tokoh pendidikan
Islam haruslah bertujuan untuk membentuk umat Muslim yang memiliki akhlak
mulia, berpengetahuan luas tentang agama, serta memahami isu-isu ilmu
pengetahuan dunia. Hal ini penting agar umat Muslim dapat bijaksana dalam
menghadapi era baru ini. Dalam pendidikan Islam, diperlukan pembaruan metode
dan sistem pendidikan, seperti sekolah Islam yang berbasis pesantren. Selain
mengajarkan pelajaran agama menggunakan kitab-kitab, pendidikan ini juga
melibatkan pelajaran umum dan kegiatan di luar jam sekolah seperti olahraga,
seni, keterampilan, pramuka, organisasi pelajar, dan tentunya, pengenalan
terhadap teknologi. Namun, tetap menjaga disiplin yang ketat. Hal ini akan
menciptakan keseimbangan saat para peserta didik terlibat dalam masyarakat,

12
Mujiburrohman, “Peta Pemikiran Pendidikan Islam di Indonesia” Cendikia Ilmiah 1
No. 3, April 2022, h 270
karena mereka telah memiliki landasan pendidikan yang mencakup dunia akhirat
dan dunia ini.
Selain itu, dalam pendidikan Islam juga penting untuk menanamkan jiwa
mandiri kepada para peserta didik. Hal ini bertujuan agar mereka tidak hanya
belajar dan berlatih dalam mengurus diri sendiri serta menentukan jalur kehidupan
mereka, tetapi juga menjadi individu yang mandiri dan tidak bergantung pada
orang lain. Dalam konteks pendidikan Islam, penting untuk mempersiapkan
peserta didik dengan mempelajari cara berpikir terutama mengenai kemajuan
teknologi dalam setiap zaman, sehingga mereka terbiasa dalam beradaptasi
dengan era 5.0 dan masa depan. Pendidikan Islam yang demikian akan
menghasilkan lulusan yang mampu bersaing dengan lulusan dari sekolah-sekolah
yang maju, karena mereka telah diajarkan untuk mandiri dan memiliki pemikiran
yang sesuai dengan perkembangan zaman.
Sebagai manusia, kita memiliki unsur akal, hati, dan pancaindra yang ada
dalam diri kita. Sebagai masyarakat Muslim, kita dapat menghadapi era 5.0
dengan menggabungkan ketiga unsur tersebut, karena melalui ketiga unsur
tersebut kita sebagai manusia dapat memperoleh pengetahuan, membangun
peradaban, serta mengenal dan mencari keridhaan Allah di dunia ini. Dengan
adanya keterkaitan antara pendidikan Islam dan ilmu pengetahuan, diharapkan
dapat saling memberikan solusi terhadap tantangan yang dihadapi masyarakat,
serta menjadikan manusia memiliki sifat-sifat baik agar tercipta suasana yang baik
pula.

Kesimpulan
Pendidikan memegang peranan penting dalam membentuk karakter dan
sikap yang baik pada peserta didik, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain.
Islam memiliki tokoh-tokoh pendidikan yang berpengaruh seperti Ahmad Dahlan,
Hasyim Asy'ari, Imam Zarkasyi, Hamka, dan Mahmud Yunus. Mereka
merupakan tokoh yang signifikan dalam dunia pendidikan.
Tantangan pendidikan Islam menunjukkan bahwa tugas utama pendidikan
Islam adalah menyiapkan sumber daya manusia untuk menghadapi tantangan
tersebut. Dalam konteks ini, penting untuk memanfaatkan berbagai peluang yang
ada sebagai sarana untuk membina generasi yang dapat bersaing dan berperan di
era global tanpa batas, seperti era society 5.0 yang sedang diperbincangkan di
Jepang dan berpotensi berdampak di Indonesia. Oleh karena itu, pendidikan Islam
perlu mampu menghadapi tantangan-tantangan yang akan datang.
Selain itu, pendidikan Islam juga harus memiliki kemampuan utama yang
diperlukan oleh semua anggota masyarakat dan lembaga pendidikan Islam. Hal ini
bertujuan untuk mempersiapkan mereka dalam menghadapi tantangan masa
depan.

DAFTAR PUSTAKA
Adi Santoso, Subhan dan Muksin. 2019. Studi Islam Era Society 5.0. Solok: Insan
Cendikia Mandiri.
Basic in Education, New Delhi: National Council foto Educational Research and
Training, June, 2014
Basyar, Syaripudin. 2020. Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam. Jurnal Ri’ayah,
Vol. 5 No. 1.
Kelompok Penelitian Smartž Green, Kasus Luar Negeri Kota Pintar dan Institusi
Besar: Kebijakan dan Sistem Terkait Kota Pintar di Jepang, Korea:
Institut Penelitian Arsitektur Ruang Perkotaan, September, 2019
Mujiburrohman, 2022. Peta Pemikiran Pendidikan Islam di Indonesia. Cendikia
Ilmiah Vol. 1 No. 3.
Nata, Abuddin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Logos.
Nata, Abuddin. 2003. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam. Jakarta : PT
Rajagrafindo Persada.
Nata. Abuddin. 2005. Tokoh-tokoh Pembaharu Pendidikan Islam Indonesia.
Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.
Nizar, Samsul. 2001. Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam.
Jakarta: Gaya Gramedia Pratama.
Suherman, Musnaini, dkk. 2020. Industry 4.0 vs Sociesty 5.0. Purwokerto: CV.
Pena Persada.
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar Grafika.
Warnita dan Ali Nurhadi. 2021. Transformasi Pendidikan. Bengkulu: Elmarkazi.

Anda mungkin juga menyukai