MAPEL : TARIKH
KELAS : XI
Dengan demikian, bangsa Indonesia dapat dididik menjadi bangsa yang utuh berkepribadian,
yaitu pribadi yang berilmu pengetahuan umum luas dan agama yang mendalam.
Di samping menyelenggarakan pendidikan Islam berupa madrasah atau sekolah lain, Persis juga
mendirikan sebuah pesantren. Pesantren Persis didirikan di Bandung tanggal 1 Dzulhijjah 1354
H bertepatan dengan Maret 1936. Pesantren ini dipimpin oleh A. Hasan sebagai kepala dan
Muhammad Nasir sebagai Penasehat dan Guru.
Namun demikian, pada tahun 1988 terjadi perubahan yang cukup mendasar dalam sistem
pendidikan Persis, yakni ketika pimpinan pesantren Persis secara kelembagaan mengizinkan
para santri untuk mengikuti ujian negara dalam bentuk evaluasi belajar tahap akhir persamaan.
Hal ini belaku bagi siswa yang merampungkan studinya di tingkat Tsanawiyah maupun tingkat
muallimin. Hal ini merupakan langkah besar bagi Persis karena pada masa kepemimpinan
sebelumnya di bawah pimpinan KH. Abdurrahman, para santri dan siswa di lingkungan persis
tidak diperbolehkan mengikuti ujian negara yang salah satu tujuan utamanya mendapatkan
ijazah negeri. Dalam perspektif Kyai, hal ini akan mempengaruhi visi dan orientasi para siswa di
didik di lingkungan Persis untuk menjadi ulama menjadi cenderung pragmatis seperti pegawai
negeri.
1. Jam’iyatul Khair
Didirikan pada 17 Juli 1905 di Jakarta, organisasi ini awalnya beraktivitas di bidang
pendidikan dasar dan mengirim para pelajar ke Turki dan merupakan satu –
satunya organisasi pendidikan modern di Indonesia. Guru – gurunya didatangkan
dari Tunisia, Sudan, Maroko, Mesir dan Arab. Korespondensi mereka dengan
tokoh – tokoh pergerakan dan juga surat kabar di luar negeri turut menyebarkan
kabar mengenai kekejaman pemerintah Belanda. Guru yang terkenal dari sini
adalah Syaikh Ahmad Surokati dari Sudan, yang menekankan bahwa tidak ada
perbedaan di antara sesama umat muslim yang berkedudukan sama. Para tokoh
ulama Indonesia kebanyakan lahir dari organisasi ini seperti KH Ahmad Dahlan,
HOS Tjokroaminoto, H. Samanhudi, dan H. Agus Salim.
peran organisasi jamiatul khair adalah memberikan majalah-majalah, dan surat kabar yang
membangkitkan rasa nasionalisme orang-orang indonesia. Memiliki rasa nasionalisme
merupakan kewajiban bagi tiap warga negara
2. Syarekat Islam
Sejarah organisasi Islam di Indonesia juga tidak dapat dilepaskan dari Syarekat
Islam. KH Samanhudi mendirikan organisasi yang awalnya bernama Syarikat
Dagang Islam ini pada 1905 di Solo. Namanya berubah menjadi Syarekat Islam
pada 1912 dengan prakarsa HOS Tjokroaminoto, H. Agus Salim, AM Sangaji dan
KH Samanhudi. Pada awalnya organisasi ini bergerak di bidang keagamaan serta
bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup bangsa dalam perniagaan, namun
seiring waktu berkembang menjadi gerakan politik dan sosial serta dakwah Islam.
3. Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI)
MIAI dibentuk untuk menjadi wadah bagi ormas – ormas Islam di Indonesia pada
zaman sebelum kemerdekaan. Didirikan pada Selasa Wage, 15 Rajab 1356 atau 21
September 1937 dengan prakarsa KH Hasyim Asy’ari. Beberapa ormas Islam
anggota MIAI adalah Muhammadiyah, NU, Al Irsyad, Partai Sarekat Islam
Indonesia (PSII), Al Khoiriyah, Persyarikatan Ulama Indonesia (PUI), Al Hidayatul
Islamiyah, Persatuan Islam (Persis), Partai Islam Indonesia (PII), Partai Arab
Indonesia (PAI), Jong Islamiaten Bond, Al Ittihadiyatul Islamiyah dan Persatuan
Ulama Seluruh Aceh (PUSA). Pada awalnya MIAI hanya menjadi koordinator untuk
berbagai kegiatan, tetapi kemudian berkembang menjadi wadah yang
mempersatukan para umat Islam tanah air untuk menghadapi politik Belanda
yang memecah belah para ulama dan partai Islam. Pada periode 1939 – 1945 para
ulama bergabung bersama dalam satu majelis.
4. Muhammadiyah
Ketika KH. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah pada 18 November 1912 di
Yogyakarta, kondisi umat Islam sedang berada pada titik rendahnya. Hampir
seluruh rakyat mengalami keterbelakangan pendidikan, kemakmuran dan tingkat
ekonomi yang parah, terlebih lagi tidak memiliki kekuatan dalam bidang politik.
Tujuan Muhammadiyah adalah untuk menegakkan dakwah Islamiyah seluas –
luasnya mencakup segala bidang termasuk ekonomi, sosial, kesehatan,
pendidikan dan dakwah dengan mendirikan banyak sekali sekolah formal,
madrasah, rumah sakit, balai pengobatan, rumah yatim piatu atau panti asuhan
dan universitas. Beberapa tokohnya diakui sebagai pahlawan nasional yaitu KH
Ahmad Dahlan, KH Mas Mansur, Ny. H. Walidah Ahmad Dahlan dan K.H.
Fakhruddin.
5. Nadhlatul Ulama (NU)
Arti namanya adalah Kebangkitan Ulama, suatu ormas Islam yang didirikan oleh
para ulama yang berasal dari pesantren pimpinan KH. Hasyim Asy’ari di Surabaya
pada 31 Januari 1926. Sangat banyak pondok pesantren besar yang didirikan NU
di berbagai wilayah di Indonesia, selain itu juga mengelola sekolah – sekolah
formal seperti SD, SMP, SMA sampai tingkat perguruan tinggi. Ketika bergabung
dalam MIAI, NU akhirnya terlibat dalam dunia politik sampai pembubaran MIAI
pada 1943.
6. Persatuan Islam (Persis)
Persis merupakan bagian dari sejarah organisasi Islam di Indonesia yang didirikan
oleh para ulama pembaharu di Bandung pada 12 September 1923. Ulama
pendirinya adalah KH. Zamzam dan A. Hassan untuk menghilangkan bid’ah,
khufarat, takhayul, taqlid dan syirik yang masih dipraktekkan sebagian umat
Islam. Tujuan awal yang bagus pada akhirnya berkembang menjadi sesuatu yang
meresahkan bagi kelompok lain yang tidak setuju dengan pemikiran Persis.
Bahkan tokoh – tokoh yang muncul belakangan tidak lagi memiliki kualifikasi yang
setara dengan pendahulunya dalam hal keilmuan, akhlak dan kecerdasan
sehingga masyarakat menunjukkan penolakan. Persis juga mendirikan masjid
tersendiri yang diberi stempel Persis.
7. Thawalib Sumatera
Pendirian organisasi ini pada tanggal 15 Februari 1920 diprakarsai oleh Syekh
Ahmad Abdullah, Haji Abbas Abdullah, Haji Abdul Karim Amrullah, Jalaludin Thaib
dan kawan – kawan. Ini adalah pengembangan dari Surau Jembatan Besi yang
berdiri pada tahun 1899 di Padang Panjang, sehingga menjadi organisasi
pendidikan yang lebih modern dan teratur.