Oleh:
MUAMMAR KHADAFIE
NIM.190701005
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2022
1
dunia dan akhirat. Oleh karena itu, semestinya pendidikan (Islam) selalu
zaman yang selalu dinamis dan temporal, agar peserta didik dalam pendidikan
Islam tidak hanya berorientasi pada kebahagiaan hidup setelah mati (eskatologis)
mengabaikan nilai-nilai luhur yang telah lama menjadi budaya bangsa dan
sedikit mulai sirna terbawa oleh budaya asing yang cenderung mengarah pada
karaker tersebut tidak lagi dianggap penting jika bertentangan dengan tujuan
yang berkepanjangan, masalah yang lebih urgen adalah pendidikan di Negara ini
belum terarah kepada tujuan pendidikan yang jelas, padahal tujuan pendidikan
1
Najihaturrohmah dan Juhji, Implementasi Program Boarding School Dalama Pementukan
Karakter Siswa Di SMA Negeri Cahaya Mandiri Banten Boarding School Pandeglang, Jurnal
Tarbawi UIN SMH Banten Vol. 3 No. 02 Desember 2017, h 208.
2
merupakan salah satu komponen utama pada sistem yang sangat menentukan
jalannya pendidikan, sehingga dengan tujuan pendidikan yang jelas dan terarah,
diharapkan proses pendidikan dapat mencapai hasil secara efektif dan efisien.
Apabila tujuan pendidikan tidak digariskan secara tegas maka pendidikan akan
out-put dan out-come pendidikan tidak memiliki patokan atau pedoman hidup
individu sebagai manusia sehingga dapat hidup secara optimal, baik sebagai
pribadi maupun sebagai bagian dari masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral
peran penting dalam menentukan hitam putihnya manusia, dan akhlak menjadi
standar utama kualitas manusia. Artinya, baik buruknya akhlak merupakan salah
negara yang berakhlak mulia. Oleh karena itu pendidikan tidak semata-mata
2
(M. Jumali, dkk, Landasan Pendidikan , Surakarta, Muhammadiayah University press,
2008;52).
3
Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung:SinarBaru
(1991),h2.
3
menghargai kehidupan orang lain tercermin dalam tingkah laku serta aktualisasi
diri, semenjak usia dini hingga kelak dewasa menjadi warga Negara yang baik.
usia sekolah (SD, SMP, dan SMA) saat ini, kurang memperhatikan nilai akhlak
diharapkan dapat merubah perilaku anak, sehingga peserta didik jika sudah
menuliskan di dalam kitabnya, Ihya” Ulumu Din pada bagian Riyadhatun Nafi:
Akhlak yang baik merupakan sifat sang penghulu para Nabi, amalan
para shiddikin, separuh agama, buah perjuangan orang-orang bertakwa dan
merupakan latihan bagi para ahli ibadah. Sedangkan akhlak yang buruk ialah
racun yang mematikan, penghancur yang membinasakan, kenistaan yang
mencoreng, kehinaan yang nyata, dan kekotoran yang hanya menjauhkan diri
dari sisi sang Rabb jagat raya. Akhlak yang buruk “menggiring pelaku kejalan
setan, di mana berbagai pintu terbuka menuju neraka yang menyala-nyala dan
membakar sampai ke hati.4
Oleh karena itu orang tua, guru, masyarakat dan siapapun yang
anak-anak berakhlak mulia, Sesuai dengan jiwa zaman yang sedang dihadapi
saat ini, agar kelak peserta didik bagaikan anak panah lepas dari busurnya
4
Faridi, Syauqi Hafizh, Syarah 10 Muwashafat: Solo: Era Adicitra Intermedia, 2020,hl
4
umum dengan konsep pendidikan pondok pesantren. Konsep ini sudah banyak
progam itu di kenal dengan istilah Program Islam Terpadu atau Islam Terpadu
(IT).
menandai era adanya perubahan yang cukup menarik tentang trend pendidikan
dengan tumbuh suburnya ideologi Islam yang sangat asertif1 dalam mencoba
ekonomi, maupun politik. Hal ini tidaklah mengherankan karena para pendiri
sekolah Islam terpadu secara umum memiliki semangat yang tinggi untuk
meniru dan mengulangi kembali zaman keemasan Islam yang dianggap lebih
murni, Islam ideal dimana kehidupan zaman sekarang harus didasarkan pada
konsep pembentukan generasi tersebut, jika tidak, Islam hanya sebagai cita-cita
saja, atau bahkan angan-angan saja. Menurut Yudian wahyudi, seperti di kutif
kesadaran, setelah babak belur hampir tiga abad, barulah umat Islam, khususnya
Sunnah. Kembali kepada al-Quran dan Sunnah bukan kutukisme, tetapi tauh îd
al-‘ulûm (atau kesatuan ilmu yang meliputi ayat quraniyah, ayat kauniyah, dan
di Indonesia6.
temukan ide dan gagasannya konsep pendidikan Islam dengan model terpadu,
memadukan pelajaran umum dan agama telah ada sebelumnya. Pada tahun 1909,
meskipun pada awalnya sekolah ini berbentuk Madrasah, tapi pada akhirnya
berubah menjadi sekolah, HIS. Konsep kurikulumnya pun sama dengan konsep
tema yang dapat dihubungkan dengan pokok bahasan lain dan bidang studi lain
yang sesuai dengan tema yang sudah ditetapkan dan direncanakan sebelumnya.
Dengan adanya tema yang sudah dihubungkan dengan bidang studi lain tersebut,
sesuai dengan tema. Tujuan dari tema tersebut bukan hanya untuk menguasai
6
Kurnianengsih. 2015. “Konsep Sekolah Islam Terpadu (kajian pengembangan lembaga
pendidikan Islam di indonesia” dalam jurnal ‘Risalah’ Pendidikan dan Studi Islam. Fakultas
Agama Islam Wiralodra. Indramayu. Vol.1 Desember 2015.
7
Ramayulis. 2012. Sejarah Pendidikan Islam, Napak Tilas Perubahan Konsep, Filsafat, Dan
Metodologi Pendidikan Islam Dari Era Nabi SAW Sampai Ulama Nusantara. Jakarta; Radar Jaya
Ofset
6
yang saling terkait dan disesuaikan dengan pengalaman belajar anak, sehingga
bermakna tersebut siswa dapat dengan mudah memahami dan mencerna materi
pelajaran yang sedang disampaikan oleh guru. Karena, ketika seorang siswa
dihadapkan pada suatu materi pelajaran yang hanya mengandalkan guru sebagai
penyampai materi dan tidak ada keterlibatan siswa didalamnya, tentu akan
membuat siswa akan lebih kurang bisa memahami dan mencerna materi yang
ukhrawi, pengetahuan dan tata nilai, pengetahuan umum dan pengetahuan agama.
dengan lembaga pendidikan yang berbentuk madrasah atau pondok pesantren dan
yang sejenisnya.
sebagai isu sentral, dan keberadaannya merupakan salah satu sarana untuk
7
baik dengan memperhatikan peluang dan tantangan yang muncul.8 Dalam hal ini
yang berbasis Islam terpadu berkembang cukup pesat. Pada observasi awal, ada
terdapat sepuluh sekolah dasar yang berbasis Islam, diantaranya ada empat
sekolah dasar yang berbasis Islam terpadu dan satu yang di bawah naungan
B. RumusanMasalah
8
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam: Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia,
(Jakarta:Kencana,2004),h.216.
8
1. Tujuan
Sumbawa.
Sumbawa.
Kabupaten Sumbawa.
2. Manfaat
manfaat baik secara teoritis maupun praktis khususnya dalam penerapan nilai-
nilai Islami untuk membentuk ahlak siswa dalam dunia pendidikan. Adapun
rincian dari manfaat teoritis dan praktis tersebut dapat dilihat di bawah ini:
a. Secara teoretis
hasil kajian ini dapat di jadikan sebagai referensi atau rujukan bagi para
pendidik dan peserta didik serta para pemerhati pendidikan. Selain itu,
dalam tataran teoretis, hasil kajian ini dapat juga dijadikan bahan acuan
terpadu khususnya.
masyarakat Indonesia.
b. Secara praktis
Hasil kajian ini antara lain dapat dipertimbangkan sebagai panduan bagi satuan
kajian ini juga dapat dijadikan bahan banding dalam menentukan kebijakan
khususnya, dan pendidik pada umumnya, baik dalam jangka pendek, jangka
menengah, maupun jangka panjang. Selanjutnya, hasil kajian ini juga dalam
tataran praksis diharapkan dapat dijadikan sebagai titik tolak bagi peneliti
10
Supaya permasalahan dalam penelitian ini terarah dari apa yang akan diteliti
2. Setting Penelitian
untuk memperoleh data-data yang menjadi objek penelitian. Dalam hal ini yang
menjadi objek penelitian ini adalah SDIT, SMPIT dan SMAIT di Kabupaten
Sumbawa.
Kecamatan Labuan Badas, Nusa Tenggara Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat,
Kecamatan Labuan Badas, Nusa Tenggara Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat,
malacak berbagai literature dan penelitian terdahulu (prior research) yang masih
relevan terhadap masalah yang menjadi obyek penelitian saat ini. Berdasarkan
Najamudian Amy melakukan penelitian itu didasarkan pada fakta bahwa Tuan
Guru hingga dewasa ini masih menjadi salah satu unsur local strongman dan
itu dengan tujuan mengetahui konstruksi sosial nilai-nilai akhlaqul karimah Tuan
Guru dan peran Tuan Guru dalam pembangunan karakter bangsa pada Lembaga
Tenggara Barat karena Tuan Guru masih dijadikan rujukan dalam menerapkan
nilai-nilai akhlaqul karimah dan peran para Tuan Guru semakin dirasakan
karimah yang dilakukan oleh Tuan Guru. Akan tetapi, Najamudian Amy dalam
padahal hal itu penting dikupas untuk mengetahui lebih jauh tentang tingkat
Yang Islami10. Elihami Elihami dan Abdullah Syahid melakukan penelitian itu
untuk melihat strategi yang diterapkan guru pendidikan agama Islam dalam
didik yang berakhlak dan berwawasan keislaman. Dalam hasil penelitian itu,
10
https://ummaspul.e-journal.id/maspuljr/article/view/17
13
Islam dalam pembentukan kepribadian muslim peserta didik dilakukan oleh guru
dengan sangat jelas terkait hal-hal yang yang diimplementasikan pada strategi
bahkan mereka juga menguraikan dengan sangat jelas tentang faktor pendukung
penelitian ini pada dasarnya tidak hanya fokus pada pengungkapan strategi
sebagaimana yang dilakukan oleh Elihami Elihami dan Abdullah Syahid, tetapi
11
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/potensia/article/view/2531
14
dari pihak sekolah dan yayasan dalam mewujudkan generasi yang berakhlak
mulia serta adanya petunjuk teknis yang jelas untuk pelaksanaan bimbingan
pendidikan akhlak di SDIT al-Badr tidak ada hambatan yang berarti, hanya saja
islam terpadu sehingga dalam penelitian itu belum terlihat jelas korelasi antara
dikatakan bahwa penelitian ini cukup penting dilakukan. Dalam hal ini,
“Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Secara Terpadu”. Masalah yang dibahas dalam
penelitian itu adalah hakekat pendidikan Islam dan paradigma pendidikan agama islam
terpadu. Penelitian itu dilakukan berdasarkan kajian pustaka. Jawaban atas masalah
dalam penelitian itu hanya bersifat penjelasan atas teori dan pandangan yang
dikemukakan di pustaka. Dalam pada itu, penelitian itu dirasa belum memberikan
penjelasan yang sesuai utuh terkait pembelajaran Agama Islam secara terpadu.
hanya berdasarkan kajian pustaka, tetapi juga harus secara langsung melihat
pembelajaran pendidikan agama Islam secara terpadu benar-benar sesuai dengan fakta.
Sehubungan dengan itu, dalam penelitian ini, data tentang pendidikan Islam terpadu di
12
Zaenudin, 2018, Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Secara Terpadu:
Ibtida’iy Jurnal, Vol. 3, No. 1, Hal. 01-135
16
yakni wawancara, observasi, dan dokumentasi supaya mendapatkan hasil yang valid
Terpadu Al-Madinah Kebumen Tahun 2014”. Masalah yang dibahas dalam penelitian
dan solusi yang dilakukan untuk memecahkan kendala. Hasil dalam penelitian itu
merupakan karakter berbasis tauhid yang dilakukan melalui tiga tahap yaitu (1) Tahap
sebaran karakter, (2) Tahap pemahaman karakter, yaitu sekolah mengadakan workshop
dan KKG yang membahas karakter yang sudah disepakati dalam daftar karakter dan
Tahun 2014 adalah adanya runtutan pembelajaran yang banyak sehingga mengurangi
rumusan landasan tauhid tema, kurangnya kerjasama antara guru dan murid, perbedaan
pola asuh antara rumah dan sekolah, dan kurang mendukungnya perilaku masyarakat
13
Akhmat Yunus, 2015: Implementasi Pendidikan Karakter dalam Proses Pembelajaran di
Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Madinah Kebumen Tahun 2014. Profetika Vol. 16, No. 2, 181-
193.
17
yang menyenangkan dan memberikan apresiasi bagi murid, sekolah melaksanakan rapat
koordinasi, evaluasi, dan pembinaan bagi guru, sekolah melaksanakan acara forum
kelas dan nota komuninasi berkaitan dengan penyamaan pemahaman program, sekolah
Penelitian yang dilakukan oleh Akhmat Yunus di atas pada dasarnya masih
(akhlakul karimah) dalam proses pembelajaran di Sekolah Dasar Islam Terpadu. Terkait
hal ini, dalam penelitian itu memang memberikan gambaran tentang implementasi
pendidikan karakter (akhlakul karimah) di Sekolah Dasar Islam Terpadu, tetapi dalam
Tahun 2014, padahal hal itu harus diungkap supaya dapat memberikan kejelasan
dengan itu, pengungkapan implementasi pendidikan akhlak dalam penelitian ini, tidak
pendidikan akhlak supaya dapat memberikan gambaran yang jelas terkait implementasi
bahwa (1) manajemen pembelajaran PAI di SDIT Bunayya terlaksana dengan baik yang
berwudu, pembinaan akhlak peserta didik, dan pembiasaan interaksi peserta didik
dengan Al-Qur‟an. Terkait hasil yang kedua pada penelitian itu berkenaan dengan
implementasi pembelajaran PAI di SDIT dalam penelitian itu dirasa masih perlu
bahwa penelitian ini cukup penting dilakukan. Dalam hal ini, penelitian ini di samping
dapat memberikan informasi terkait pendidikan Islam terpadu di SDIT, SMPIT dan
lembaga-lembaga pendidikan.
F. Kerangka Teori
Sebagai teori utama (grand theory) dalam penelitian ini adalah teori
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: teori akhlak al-gholzali dan teori
konstruktivisme. Gagasan tentang teori ini sebenarnya bukan hal baru, karena
segala hal yang dilalui pada kehidupan ini merupakan himpunan dan hasil
seseorang.
menyimpulkan konsep dan ide baru dengan pengetahuan yang sudah ada dalam
dirinya. Hal ini senada dengan Sukiman yang menyatakan bahwa siswa harus
terdapat dua teori belajar yang dikaji dan dikembangkan oleh Jean Piaget, yang
15
Sukiman. (2008). Teori Pembelajaran dalam Pandangan Konstruktivisme dan
Pendidikan Islam. Jurnal: Kependidikan Islam, 3(1), 59-69. Retrieved April 2018, from
http://digilib.uin-suka.ac.id.
20
bahwa penekanan teori kontruktivisme pada proses untuk menemukan teori atau
bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan
a). Skemata
lingkungan disebut dengan skemata. Sejak kecil anak sudah memiliki struktur
pengalaman. Misalnya, anak senang bermain dengan kucing dan kelinci yang
keduanya, yaitu bahwa kucing berkaki empat dan kelinci berkaki dua. Pada
skema tentang binatang berkaki empat dan binatang berkaki dua. Semakin
b). Asimilasi
16
Dahar & Ratna, W. (1989). Teori Belajar. Jakarta: Erlangga Press
21
persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang
baru dalam skema yang telah ada. Proses asimilasi ini berjalan terus. Asimilasi
c). Akomodasi
Pengalaman yang baru itu dapat menjadi tidak cocok dengan skema yang telah
tejadi untuk membentuk skema baru yang cocok dengan rangsangan yang baru
atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu.
d). Keseimbangan
17
Utami, I. L. (2016). Teori Konstruktivisme dan Teori Sosiokultural: Aplikasi dalam
Pengajaran Bahasa Inggris. PRASI, 11(1), 4-11.
18
Utami, I. L. (2016). Teori Konstruktivisme dan Teori Sosiokultural: Aplikasi dalam
Pengajaran Bahasa Inggris. PRASI, 11(1), 4-11.
22
Adapun keempat tahapan yang dimaksud akan dijelaskan secara rinci sebagai
berikut.
bahasa. Pada tahap ini anak belum mampu melaksanakan operasi - operasi
mental. Unsur yang menonjol dalam tahap ini adalah mulai digunakannya
ini, tapi anak-anak ini masih memiliki keterbatasan intelektual, yaitu belum
abstrak.
media/ objek nyata. Seperti dalam menjelaskan warna, guru bisa membawa
penalaran abstrak. Pada tahap ini anak mampu bernalar tanpa harus
mengambil kesimpulan lepas dari apa yang dapat diamati saat itu. Cara
sifatnya abstrak seperti struktur bahasa baru bisa dimulai pada tahap ini,
konsep abstrak.
Dari dua teori belajar yang dikaji dan dikembangkan oleh Vygotsky dan
informasi yang baru, baik tempat maupun kebutuhan lain. Hal ini senada dengan
Dari beberapa paparan yang dinyatakan oleh Piaget di atas, bahwa model
karena teori tersebut sangat terkait dengan judul penelitian ini yang membahas
dalam membentuk akhlak siswa sd-it di nusa tenggara barat. Hal ini sepadan
fasilitator.
19
Utami, I. L. (2016). Teori Konstruktivisme dan Teori Sosiokultural: Aplikasi dalam
Pengajaran Bahasa Inggris. PRASI, 11(1), 4-11.
25
ini akan menggunakan salah satu item di atas yaitu “internalisasi nilai
keIslaman”. Jika kitabicara nilai-nilai keIslaman sangat luas, oleh karena itu
Bagan 1.
LINGKUNGAN
SEKOLAH
LINGKUNGAN
SOSIAL AKHLAK LINGKUNGAN
KELUARGA
SOSIAL MEDIA
Ihya Ulumuddin. Tokoh muslim besar ini sangat berjasa membangun dan
tersebut dan karya-karya moral yang ada pada masa itu, adalah hasil praktek-
Dengan kata lain, ajaran akhlak Al-Ghazali bukan saja bersifat relijius-rasional,
melainkan bersifat praktis dan realistis. Oleh sebab itu kajian mengenai akhlak
sebagaimana yang diharapkan. Salah satu tujuan pendidikan Islam adalah untuk
intelektual sangat tinggi dan terus-menerus ingin tahu dan mengaji segala
sesuatu. Dari kondisi yang sangat cinta pada ilmu tersebut kemudian
menjadikannya salah satu dari beberapa tokoh Islam yang paling besar
buku karya beliau, dari beberapa keilmuan yang ditulis dalam buku nya beliau
berjasa dalam membangun dengan baik sistem akhlak dalam Islam, muncul
ajaran moral filosof-filosof Yunani, terutama sekali Plato dan Aritoteles serta
mirip dengan pengertian yang diberikan oleh Maskawih, serta semangat mistik
Ghazali, baik dari para filosof Yunani maupun dari kaum moralis muslim adalah
suatu hal yang mungkin saja terjadi, karena al-Ghazali adalah seorang ―kutu
buku‖ yang membacanya (seluruh karya-karya filsafat dan etika filosof Yunani
dan tokoh muslim pada masanya yang disebutkan diatas). Akan tetapi, tidaklah
22
Najamuddin Amy 2020 dengan Judul Konstruksi Sosial Nilai-nilai Akhlaqul
Karimah Tuan Guru Dalam Pembangunan Karakter Bangsa Pada Lembaga
Pendidikan Pondok Pesantren Di Nusa Tenggara Barat
28
syukur, taubat, tawakal dan lain-lain, serta mengarahkan tujuan akhlak kepada
Semua ini jelas bersumber pada Islam dengan landasan al-Qur‘an dan
Sunnah, yang tidak dijumpai didalam pemikiran etika Yunani yang rasional dan
dalam dunia Sufi, dunia intuitif, bersumber pada Qur‘an dan Sunnah. Hal inilah
Dari dedisertasi di atas, dapat pula dilihat bahwa konsepsi akhlak yang
oleh al-Ghazali. Corak inilah yang akan terkesan dikaji oleh al-Ghazali. Corak
beliau yang menyatakan bahwa secara potensial, pengetahuan itu ada dalam jiwa
manusia bagaikan benih dalam tanah. Dengan melalui belajar, potensi itu baru
menjadi aktual. Untuk itu guru harus senantiasa memberi teladan yang baik
29
sehingga dapat ditiru dan diteladani murid 23. Dalam menjalankan proses
dipenuhi untuk suatu kriteria akhlak yang baik dan buruk, yaitu :
2) Kekuatan amarah yang terkontrol oleh akal akan menimbulkan sifat syaja'ah
akhlak yang baik secara mutlak. Semua ini dimiliki secara sempurna oleh Nabi
Muhammad SAW. Maka tiap-tiap orang yang dekat dengan empat sifat tersebut,
Dengan meletakkan ilmu sebagai kriteria awal tentang baik dan buruknya
dilakukan oleh al-Farabi dan Ibnu Maskawaih. Hal ini terbukti dengan
pembahasan awal dalam Ihya' adalah bab tentang keutamaan ilmu dan
ilmu, juga oleh faktor lainnya. Kriteria yang dipakai al-Ghazali juga telah
23
Ibid
24
Hambal, Ahmad BIN, 1981. Al Musnad Ahmad bin Hambal. Beirut : Daar al Fikr.
30
(balance/wasath).25
terbatas pada apa yang dikenal dengan teori menengah saja, akan tetapi meliputi
sifat keutamaannya yang bersifat pribadi, akal dan amal perorangan dalam
sesamanya
pendidikan Islam mencakup ruang lingkup yang luas, yang terdiri dari beberapa
25
Maskawaih, Ibnu, 1998. Tahzib al Akhlaq. Kairo : Dar al Nahdhah al Mishriyah
26
Al Ghazali, Abu Hamid. Ihya „Ulumuddin, Beirut, Dar al Fikr, 1080.
31
4) Sifat yang cenderung kepada satu dari dua hal yang berbeda, dan menyukai
kebiasaan-43 kebiasaan jelek yang telah dijelaskan oleh syariat secara terperinci,
hal-hal yang harus dijauhi oleh manusia, sehingga akan terbiasa dengan akhlak-
suatu keseimbangan dan iffah. Akan tetapi tidak ada manusia yang dapat
(tetap harus berupaya kearah itu) kecuali Rasululah Saw, karena beliau sendiri
ditugaskan oleh Allah SWT untuk menyempurnakan akhlak manusia dan oleh
Ghazali erat kaitan dengan upaya peningkatan akhlak dan pengobatan jiwa.
peningkatan jiwa menuju kehi dupan yang baik, cakupan maknanya tidak hanya
terbatas pada tathir an-nafs, tetapi juga pada tanmiyat an-nafs (menumbuh
27
ibid
32
sebagai Takhliyat An-Nafs dan Tahliyat An-Nafs dalam arti mengosongkan jiwa
dari akhlak tercela dan menghiasinya dengan akhlak yang terpuji. Dari tinjauan
khususnya dalam usaha pembinaan dan pembentukan jiwa yang berakhlak mulia
erat dengan soal akhlak dan kejiwaan, yaitu sebagai pola pembentukan manusia
yang berakhlak baik, beriman dan bertakwa kepada Allah dan memiliki
keteguhan jiwa dalam hidup. Usaha penyucian jiwa yang dilakukan oleh
dan kewajiban para pelajar dalam kitabnya ―Ihya‘ Ulumuddin‖ sebagai berikut :
Mendahulukan kesucian jiwa dari kerendahan akhlak dan sifat-sifat yang tercela,
33
karena ilmu pengetahuan adalah merupakan kebaktian hati, shalatnya jiwa dan
patuhlah terhadap pendapat dan nasehat seluruhnya, seperti patuhnya orang sakit
kedudukan ilmu pengetahuan yang paling mulia. Hal ini dapat diketahui dengan
dalam pendidikan akhlak. Selain guru, murid pun haruslah melakukan tazkiyat
an-nafs. 28
kedudukan ilmu pengetahuan yang paling mulia. Hal ini dapat diketahui dengan
dalam pendidikan akhlak. Selain guru, murid pun haruslah melakukan tazkiyat
an-nafs.
paling sesuai dalam pendidikan akhlak. Menurut Al-Ghazali, ada dua cara dalam
amal shaleh. Kedua, perbuatan itu dikerjakan dengan di ulang-ulang. Selain itu
juga ditempuh dengan jalan pertama, memohon karunia Illahi dan sempumanya
fitrah (kejadian), agar nafsu-syahwat dan amarah itu dijadikan lurus, patuh
kepada akal dan agama. Lalu jadilah orang itu berilmu (a'lim) tanpa belajar,
terdidik tanpa pendidikan, ilmu ini disebut juga dengan ladunniah. Kedua,
yang baik sesui dengan ajaran Islam. Dalam konteks Pendidikan dan konstruksi
sosial keteladanan guru dan Tuan Guru merupakan sebuah keniscayaan, karena
para peserta didik dan masyarakat menurut Ibnu Khaldun lebih mudah
dipengaruhi dengan cara peniruan dan peneladanan serta nilai-nilai luhur yang
mereka saksikan, dari pada yang dapat dipengaruhi oleh nasehat, pengajaran
atau perintah-perintah.
29
Imam al-Ghazali, Ihya‟ Ulum al-Din, Jilid III, (Beirut: Dar al –Fikr, t.t.)
35
keputusan dari masalah yang dihadapi, tidak hanya itu pembelajaran ini juga
dapat membuat peserta didik lebih aktif dalam belajar karena dalam
pelajaran.
pada jenis pendidikan Islam yang telah berupaya memadukan antara kurikulum
perilaku yang baik dari guru sebagai sarana pendidikan akhlak. Kelima,
membangun budaya, rawat, resik, runut, rapi sehat dan asri. Kesembilan, segala
budaya profesionalisme.
antara orang tua dan guru dalam membimbing anaknya; kedua, keterpaduan
dalam kurikulum; dan ketiga, keterpaduan dalam konsep pendidikan31. Hal yang
30
Abdullah habib, Manajemen pengembangan kurukulum sdit ( Malang : cv. Literasi Nusantara
Abadi; hal 32)
31
Ade Imelda Frimayanti, ‘Latar Belakang Sosial Berdirinya Lembaga Pendidikan Islam
Terpadu Di Indonesia’, Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam 6, no. Mei (2015): 29
37
tersebut hanya mencakup aspek kurikulum, tapi juga mencakup aspek institusi.
baik yang berbentuk madrasah atau pondok pesantren, yang dalam UU Sisdiknas
ukhrawi, pengetahuan dan tata nilai, pengetahuan umum dan pengetahuan agama.
32
33
38
dengan lembaga pendidikan yang berbentuk madrasah atau pondok pesantren dan
yang sejenisnya.
serta dapat mengatasi kepasifan siswa yang kurang bergairah dalam kegiatan
pembelajaran
yang holistis menghendaki seluruh aspek perkembangan siswa (fisik dan mental)
Dalam hal ini sejalan dengan prinsip “ hand on activity” yaitu kegiatan
terutama bagi anak usia dini ( learning bydoing and learning by playing).
melalui pencapaian tujuan pembelajaran khusus dan dampak tidak langsung atau
dampak pengiring (nurturan effects) sebagai akibat dari keterlibatan siswa dalam
berbagai ragam kegiatan belajar yang khas dirancang oleh guru. Dengan
39
sebagai berikut:
pembelajaran
e) bersifat luwes
anak.34
diantaranya:
34
Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
40
kebaikan.35
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang diamati 37. Penelitian ini
penelitian yang digunakan untuk meneliti dan memahami perilaku individu atau
doperoleh data-data deskriptif (non kuantitatif) dalam bentuk lisan dan atau
tulisan38.
35
Standar Mutu Kekhasan SIT EDISI 4 – JSIT Indonesia
36
Ibid
37
Lexxy Moleong, Metode penelitian kualitatif, Bandung, (remaja Rosdakarya, 1990), hal. 3
38
M. Sobry Sutikno dan Prosmala Hadisaputra, Op,. Cit5.
41
2. Pendekatan Penelitian
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati39.
hubungan antara peneliti dan subjek penelitian. Ketiga, memiliki kepekaan dan
daya penyesuaian diri dengan banyak pengaruh yang timbul dari pola-pola nilai
atau keadaan yang diteliti secara apa adanya serta diarahkan untuk memaparkan
Islam terpadu berbasis akhak pada siswa SDIT, SMPIT dan SMAIT di
Kabupaten Sumbawa.
B. Sampel Penelitian
39
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), 4
40
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), 41
41
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2002), 309
42
Dalam hal ini, purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber
(JSIT). Selain itu, SD-IT, SMP-IT, dan SMA-IT di Kabupaten Sumbawa dewasa
Data dalam penelitian ini terdiri atas data perimer dan sekunder, dengan
a. Observasi (Pengamatan)
dimana peneliti tidak terlibat dalam kegiatan yang dilakukan oleh para pelaku
yang diamatinya, di sini peneliti hanya merekam data atau informasi saat
menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa peneliti sedang melakukan
penelitian. Jadi narasumber yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir
tentang aktifitas penelitian46. Akan tetapi, peneliti saat tertentu tidak terus terang
atau tersamar dalam melakukan proses observasi tanpa diketahui oleh subjek
yang diamati, hal tersebut untuk menghindari jika data yang dicari atau
42
Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian, (Bandung : PustakaSetia, 2008), 183.
43
48 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2014),
145.
44
Sugiyono, Memahami Penelitian, h. 64-66.
45
Djama’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,
2014),117.
46
51 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, (Jakarta : PT. Bumi Aksara,
2014), 155.
44
Adapun tempat yang menjadi objek dalam dalam observasi ini yaitu
SDIT, SMPIT dan SMAIT di Labuhan Badas Villa Matahari Desa Labuhan,
Kemudian, responden yang menjadi subjek dalam observasi penelitian ini adalah
Kepala sekolah, Waka Kesiswaan, Para Guru, Siswa-siswi, Orang Tua Siswa
b. Interview / wawancara
tanyajawab atara dua orang atau lebih bertatap muka dan mendengarkan secara
informasi yang digali dari sumber data langsung melalui percakapan atau tanya
jawab. Wawancara merupakan sebuah percakapan antara dua orang atau lebih,
47
DjamaanSotaridanAanKomariyah,MetodePenelitianKualitatif,(Bandung:Alabeta,
48
54 Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Offset,
2017), 186.
49
Sudarman Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif Ancangan Metodologis, (Bandung : CV.
PustakaSetia, 2002), 130.
45
pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi yang akan
akan ditanyakan51
penelitian ini adalah wawancara terstruktur, di mana tanya jawab yang dilakukan
membandingkan atau untuk menguatkan data yang satu dengan dengan yang
50
Moleong 190
51
Sugiono 140
46
peralatan wawancara seperti rekorder dan alat tulis yang digunakan untuk
ini memiliki kriteria: pertama, pimpinan SDIT, SMPIT dan SMAIT; kedua,
c. Dokumentasi
tertulis. Metode dokumentasi adalah metode atau alat untuk mengumpulkan data
berupa catatan kejadian yang sudah lampau, dokumen bisa berbentuk tulisan,
1. Sejarah singkat
4. Struktur organisasi
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan pada saat pengumpulan data
berlangsung, dan jika pengumpulan data telah selesai dalam periode tertentu.
Bogdan & Biklen dalam Djama’an Satori dan Aan Komariah mengemukakan
bahwa analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
Langkah- langkah anlisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Analysis Interactive Model dari Miles dan Huberman, yang membagi langkah-
langkah dalam kegiatan analisis data dengan beberapa bagian yaitu pengumpulan
data (data collection), reduksi data (data reduction), penyajian data (data display),
b. Reduksi data
53
Djama’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian, 201
48
sehingga kesimpulan final dapat diambil dan diverifikasi. Data kualitatif dapat
c. Penyajian data
Penyajian data merupakan alur kedua dalam kegiatan analisis data. Data
matriks. Penyajiannya dapat meliputi berbagai jenis matrik, grafik, jaringan dan
bagan
penelitian berlangsung.54
Jadi analisis data yang peneliti gunakan adalah upaya mencari dan
54
Miles dan Hiberman, Analisis data Kualitatif, terjem., Tjetjep Rohendi (Jakarta:UI Press,
1992), hal 16-17.
49
dengan metode.
6. Keabsahan Data
Dalam penelitian, setiap hal temuan harus dicek keabsahannya agar hasil
keabsahannya. Untuk mengecek keabsahan temuan ini teknik yang dipakai oleh
triangulasi.
a) Perpanjangan Pengamatan
sumber akan semakin akrab, semakin terbuka dan saling mempercayai. Dengan
b) Meningkatkan Ketekunan
c) Triangulasi
piker fenomologis yang bersifat multi perspektif. Pola pikir fenomologis yang
55
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitati dan R & D (Bandung: Alfabeta, 2008 ),
270-271
50
kualitatif. Dalam kaitannya dengan hal ini, dinyatakan bahwa terdapat empat
kesimpulan yang mantap, diperlukan tidak hanya dari satu sudut pandang saja.
a. Triangulasi Data
1) Triangulasi Sumber
2) Triangulasi Teknik
56
Sutopo, H.B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Penerbit Universitas Sebelas
Maret
57
Arnild Augina Mekarisce, “Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data pada Penelitian Kualitatif di
Bidang Kesehatan Masyarakat,” Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat 12, no. 33 (2020): 150.
51
kepada sumbernya, tetapi dengan teknik yang berbeda. Artinya, data hasil
3) Triangulasi Waktu
pengecekan kembali data-data yang dikumpulkan dari sumber yang sama dan
dengan teknik yang sama pula, tetapi dengan waktu yang berbeda.
b. Member Check
yang tertulis dalam laporan disertasi dengan apa yang informan maksudkan.
Member check kan dapat dilakukan setelah pengumpulan data berakhir dalam
satu priode. Secara teknis, member check akan dilakukan dengan menemui
H. Sistematika Pembahasan
Bab I: Pendahuluan
B. Rumusan Masalah
E. Penelitian Terdahulu
A. Teori Akhlak
C. Teori Implementasi
A. Jenis Penelitian
1. Wawancara
2. Observasi
3. Dokumentasi
C. Analisis Data
D. Keabsahan Data
Bab IV: Model konstruksi pembelajaran Islam Terpadu Berbasis Akhlak Siswa
Bab VI: Dampak implementasi Pendidikan Islam Terpadu Berbasis Akhlak Siswa
1) Kesimpulan
2) Implikasi
3) Saran
G DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid dan Dian Andayani. 2004. Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi Konsep dan Implementasi Kurikulum. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Ahmad Bangun Nasution, Rayani Hanum Siregar. 2015. Akhlak Tasawuf Edisi
Kedua. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Fararida Herrin, Sofyan Rofi, Hairul Huda. 2020. Upaya Guru Pai Dalam
Membentuk Akhlak Siswa“Di Smp Negeri 3 Purwoharjo
55
Miles dan Hiberman,. 1992. Analisis data Kualitatif, terjem., Tjetjep Rohendi
Jakarta:UI Press
Imam Bukhori, 2019. Shahih Adabul Mufrad, Himpunan Hadis Shahih Seputar
Adab Seorang Muslim, Takhrij Syaikh Nashiruddin Al-Albani. Jakarta:
PT. Elex Media Komputindo.
Imam al-Ghazali, Ihya‟ Ulum al-Din, Jilid III. Beirut: Dar al –Fikr, t.t.
Imam al-Ghazali.Ihya‟ Ulum al-Din, Jilid III. Beirut: Dar al –Fikr, t.t.
Imam Syafei. 2009. Manusia, Ilmu dan Agama. Jakarta : Quantum Press
Jamil Shaliba. 1978. al-Mu’jam al-Falsafi, juz 1. Mesir: Dar al-Kitab al-Mishri.