Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS KEBIJAKAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

Tentang

Boarding School Sebagai Alternatif Pendidikan Efektif dan Efisien

Oleh

Sri Mures Walef


Nikmatulaili

Dosen Pengampu

Prof. Dr. Sufyarma Marsidin, M.Pd


Prof. Nurhizrah Gistituati, M.Ed. Ed.D

PROGRAM STUDI S3 ADMINISTRASI PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
A. Pendahuluan
Empat pilar yang dirancang oleh UNESCO untuk merancang masa depan
Pendidikan seperti learning to know, learning to do, learning to be dan learning to live together
bertujuan untuk meningkatkan kualitas Pendidikan. Untuk itu diperlukan usaha peningkatan
mutu Pendidikan oleh berbagai elemen yang terlibat dalam dunia Pendidikan sehingga apa
yang dicanangkan oleh UNESCO tersebut tidak hanya sekedar wacana saja tetapi dapat
dimplementasikan dalam bentuk implementasi kebijakan Pendidikan.
Boarding School merupakan salah satu bentuk pendidikkan yang dapat meningkatkan
kualitas peserta didik. Boarding school adalah suatu bentuk sistim sekolah yang memiliki
asrama, belajar bersama, hidup bersama dengan segala kompleksitasnya di mana para siswanya
harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah. Semua kebutuhan hidup dan
kebutuhan belajar disediakan oleh sekolah. Sekolah dengan sistem asrama bukanlah merupakan
hal yang baru lagi di Indonesia. Maksudin berpendapat “Boarding school adalah lembaga
pendidikan di mana para siswa tidak hanya belajar, tetapi mereka bertempat tinggal dan hidup
menyatu di lembaga tersebut. Boarding school mengkombinasikan tempat tinggal para siswa di
institusi sekolah yang jauh dari rumah dan keluarga mereka dengan diajarkan agama serta
pembelajaran beberapa mata pelajaran”.

B. Pembahasan
1. Kondisi Pendidikan kita saat ini.
Keberhasilan suatu lembaga pendidikan dalam menjalankan segala aktivitas
pembelajaran, ditentukan oleh beberapa faktor pendukung, dan salah satu faktor
pendukung tersebut adalah faktor manajemen yang diselenggarakan oleh
lembaga/institusi yang bersangkutan. (Kurniadi, Machali, 2012: 319). Oleh karenanya
upaya pengelolaan maupun pengembangan manajerial lembaga pendidikan merupakan
suatu keniscayaan yang harus ada dan tidak dapat ditiadakan. Kenyataan ini
menggambarkan bahwa kebanyakan lembaga pendidikan belum membuhakan hasil yang
menggembirakan, banyak survey yang dilakukan berbagai negara yang menyatakn bahwa
pendidikan kita belum dilaksanakan berdasarkan keahlian (skill), baik human skill,
conceptual skill, maupun technical skill secara terpadu. Akibatnya tidak ada perencanaan
yang matang, dominasi personal terlalu besar dalam penentuan pengambilan keputusan,
yang berbuntut pada munculnya produk pengelolaan yang asal jadi, tidak memiliki fokus
strategi yang terarah, dan cenderung eksklusif dalam pengembangannya (Qomar, 2007:
59). Sebagai akibat dari problematika pengelolaan lembaga pendidikan di atas, maka pola
pendidikan di indonesia cenderung konsumtif dan hanya mengikuti perkembangan dunia,
tidak kepada pendekatan yang bertujuan untuk menciptakan peluang-peluang di berbagai
bidang usaha, sehingga dengan kata lain pendidiakn kita belum menunjukkan kepada
produktifitas pendidikan yang memadai.
2. Pentingnya Boarding School

Sekolah berasrama (boarding school) sebagai salah satu lembaga pendidikan telah
memberikan alternatif pendidikan bagi para orang tua yang ingin menyekolahkan
anaknya. Seiring dengan pesatnya modernitas, dimana orang tua tidak hanya suami yang
bekerja tapi juga istri bekerja sehingga anak tidak lagi terkontrol dengan baik maka
sekolah berasrama (boarding school) adalah tempat terbaik untuk menitipkan anak-anak
mereka agar kebutuhan makanan, kesehatan, keamanan, social dan tentunya pendidikan
dapat tetap terpenuhi. Perkembangan sekolah berasrama (boarding school)  sebagai
lembaga pendidikan di Indonesia sudah cukup lama diawali dengan berdirinya pondok
pesantren,  dimana di dalam lembaga ini diajarkan ilmu- ilmu keagamaan secara intensif,
sehingga nantinya mampu menghasilkan kader- kader dakwah yang akan bergerak di 
masyarakat.  Saat ini di Indonesia terdapat ribuan pondok pesantren dengan berbagai
bentuk dan pola pembelajaran dari yang tradisional hingga modern atau yang biasa kita
kenal dengan pondok pesantren modern. Kehidupan di sekolah berasrama (boarding
school) dikenal dengan kepatuhan dan kemandirian siswanya yang dapat tercermin dari
kemampuan siswa untuk mandiri tidak hanya secara emosi melainkan juga melainkan
juga tingkah laku dan nilai dalam membangun pandangan hidup. 

Sekolah berasrama (boarding school) mengajarkan siswa untuk memiliki disiplin


dan kesadaran diri dalam melakukan kegiatan apa pun, sehingga nantinya mereka dapat
memahami manfaat dari apa yang telah mereka lakukan.
Kemandirian di sekolah berasrama (boarding school) meliputi kemandirian dari segi
pribadi dan kemandirian dari segi sosial, bergaul dengan teman- temannya secara baik
dengan tidak membeda- bedakan antara teman satu dengan teman yang lain, selalu
berpikir positif tidak terlalu berburuk sangka, saling bekerja sama dan tolong menolong
dalam kebaikan.

Selain itu juga terlihat dari aturan- aturan yang  dibuat untuk menunjang
terciptanya kepatuhan dan kemandirian siswa dalam melaksanakan kehidupannya sehari-
hari, walaupun tetap saja semua itu kembali kepada kepribadian masing-masing siswa
dan kecerdasan emosi yang dimilikinya.
Budaya disiplin dan mandiri ini juga diharapkan mampu menimbulkan jiwa
kepemimpinan siswa.  Jiwa kepemimpinan dan kemandirian sangat penting bagi siswa,
sebab siswa dipersiapkan untuk menjadi pemimpin umat di masa yang akan datang,
pemimpin yang mampu mengatur hidupnya dengan ilmu yang dimiliki dengan penuh
tanggung jawab serta penuh dedikasi tanpa selalu bergantung kepada orang lain.
Keterampilan memimpin tidak bisa diperoleh dengan hanya membaca buku tentang
kepemimpinan. Oleh karena itu, dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan selalu
mengandung tanggung jawab dan kepemimpinan. Pembelajaran kepemimpinan dan
kemandirian di sekolah berasrama (boarding school)  melekat dalam kegiatan- kegiatan
siswa, diantaranya dalam kegiatan ekstrakulikuler dan organisasi siswa. Sistem
pembelajaran selama 24 jam di sekolah berasrama (boarding school) dengan lingkungan
yang unik dan memberikan dorongan kepada siswa untuk tidak hanya aktif di kelas saja,
tetapi juga aktif di luar kelas dengan berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler
maupun kegiatan lain. Hal ini diharapkan memberi kesempatan bagi siswa untuk belajar
kepemimpinan.

3. Boarding school sebagai Alternatif Pendidikan

Sejalan dengan tujuan dari Sisdiknas, pendidikan karakter sebagai wahana untuk
menanamkan nilai-nilai moral dan karakter bagi peserta didik. Kita sangat prihatin
dengan kondisi dewasa ini dimana persoalan moralitas akibat krisis karakter marak terjadi
dikalangan anak-anak dan pelajar. Tawuran antar siswa, bullying, kekerasan terhadap
guru dan orang tua, pornografi dan sebagainya seakan menambah deretan panjang
persoalan yang kerap menerpa pelajar hari ini. Mencermati fenomena yang ada, sejatinya
pelaksanaan pendidikan karakter bagi peserta didik harus tetap menjadi prioritas dalam
kondisi bagaimanapun.
Untuk mengatasi problematika serta menjawab berbagai kekhawatiran tersebut,
diperlukan suatu paradigma baru pada pembaharuan dan pengembangan pengelolaan
manajemen lembaga pendidikan, di antaranya adalah sistem pendidikan unggulan
berasrama (boarding school). Keberadaannya sebagai alternatif transformasi lembaga
pendidikan sudah sejak lama ada di Indonesia, dengan konsep pendidikan “pondok
pesantren”. Pondok pesantren ini adalah awal mula dari adanya boarding school di
Indonesia. Boarding school mempunyai jenis dan karakter yang berbeda tetapi pada
dasarnya tujuan adanya boarding school untuk membantu proses pendidikan di sekolah
atau di madrasah (Mardiyana, 2015: 7). Oleh karenanya pendidikan dengan sistem
boarding pada umumnya berusaha menghindari dikotomi ilmu pengetahuan yang
diajarkan dan berusaha menghindarkan peserta didik dari kepribadian yang terbelah / split
personality (Maksudin, 2013: 40).

4. Biaya Pendidikan di Boarding School


Ada yang menyebut  Boarding School dengan nama “Sekolah Plus” atau  “Sekolah
Terpadu” atau “Pondok Pesantren Modern”, dan istilah lain dibelakang nama institusi
sekolahnya. Sekolah boarding school biasanya melaksanakan kegiatan pondok
pesantrennya  setelah persekolahan umum selesai dan dilakukan hingga malam hari.
Selain itu ada kegiatan penunjang yang lain, seperti ekstra kurikuler menurut minat dan
bakat anak dan bimbingan dengan gurunya disetiap saat. Sehingga wajar kalau biaya
untuk menyekolahkan di Boarding School adalah relatif mahal. Biaya yang dibutuhkan
selain untuk membayar SPP adalah pondok dan asrama. Sedangkan biaya asrama juga
berlainan menurut fasilitas kamar yang dipilih.
Mata pelajaran di boarding school juga menitik beratkan ke Agama, walau ada
juga dengan porsi yang seimbang antara pelajaran Umum dan Agama dan menitik
beratkan adab, akhlak dan Ilmu Agama baru Ilmu Umum. Boarding School ini umumnya
disediakan oleh pihak swasta meskipun adan yang disediak oleh pemerintah. Karena
Sebagian besar b-Boarding school ini disediakan oleh swasta tentu saja biaya sekolahnya
juga relative lebih mahan k[jika dibandingkan dengan sekolah negeri. Ada beberapa
factor yang menyebabkab biaya Boarding School ini mahal:
1. Sekolah ini adalah sekolah swasta yang tentu tidak mendapatkan subsidi dari
pemerintah, dan pihak sekolah harus membangun gedung dan prasarana lainnya
menggunakan uang pribadi atau yayasan.
2. Sekolah ini mengejar fasilitas yang lebih layak dan lengkap agar para santri bisa
betah dan bisa mengikuti pelajaran dengan aman dan nyaman.
3. Untuk menarik para anak pejabat atau anak orang kaya yang ingin mendapatkan
pendidikan yang berkualitas dengan memadukan ajaran Islam dan Ilmu Umum,
sehingga fasilitas yang ada harus di sesuaikan.

5. Perbedaan antara sekolah umum dengan boarding school

Boarding school adalah sistem sekolah dengan asrama dimana peserta didik dan
para pengajar serta pengelola sekolah tinggal di asrama berada di lingkungan sekolah
dalam kurun waktu tertentu biasanya 1 semester diselingi dengan berlibur 1 bulan sampai
menamatkan sekolahnya. Perbedaan boarding school dengan sekolah umum adalah kelas
di boarding school cenderung memiliki siswa yang tidak banyak seperti sekolah umum.
Hal ini dilakukan agar guru bias melakukan pendekatan pada siswa. Dalam sistem
boarding school seluruh peserta didik wajib tinggal dalam 1 asrama oleh karena itu
pendidik lebih mudah mengontrol pengembangan karekter peserta didik dalam kegiatan
kurikuler, kokurikuler, ekstrakurikuler, baik di sekolah, asrama dan lingkungan
masyarakat dipantau oleh guru-guru selama 24 jam.

Kesesuaian sistem boarding schoolnya terletak pada semua aktivitas siswa yang di
programkan, diatur dan dijadwalkan dengan jelas. Sementara aturan kelembagaannya
syarat dengan muatan nilai-nilai moral.

6. Keunggulan Boarding School


Banyak keunggulan yang terdapat dalam sistem pemondokan atau boarding
school ini. Dengan sistem mesantren atau mondok, seorangsiswa atau santri tidak hanya
belajar secara kognitif, melainkan juga afektif dan psikomotor. Belajar afektif adalah
mengisi otak siswa atau santri dengan berbagai macam ilmu pengetahuan, dengan cara
melatih kecerdasan anak. Sementara menghadapi eramodernisme seperti sekarang
ini,otak siswa tidak lagi cukup dengan dipenuhi ilmu pengetahuan, melainkan perlu
keterampilan dan kecerdasan merasa dan berhati nurani. Sebab, pada kenyataannya,
dalam menghadapi kehidupan, manusia menyelesaikan masalah tidak cukup dengan
kecerdasan intelektual, melainkan perlu kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan
spiritual (SQ). mengajarkan kecerdasan emosional dan spiritual tidak cukup dilakukan
secara kognitif, sebagaimana mengajarkan kecerdasan intelektual. Dalam hal ini
diperlukan proses internalisasi dan berbagai pengertian yang ada dalam rasio ke dalam
hati sanubari.
Pembinaan mental siswa secara khusus mudah dilaksanakan, ucapan, perilaku dan
sikap siswa akan senantiasa terpantau, tradisi positif para siswa dapat terseleksi secara
wajar, terciptanya nilai-nilai kebersamaan dalam komunitas siswa, komitmen komunitas
siswa terhadao tradisi yang positif dapat tumbuh secara lekuasa, para siswa dan guru-
gurunya dapat saling berwasiat mengenai kesabaran, kebenaran, kasinh sayang, dan
penanaman nilai-nilai kejujuranm, toleransi, tanggung jawan, kepatuhan, dan
kemandirian secara terus menerus diamati dan dipantau oleh para guru/pembimbing.
Selain itu, ada juga beberapa keunggulan Boarding School jika dibandingkan
dengan sekolah regular, yaitu :
a. Program Pendidikan Paripurna
Sekolah berasrama dapat merancang program pendidikan yang
komprehensif-holistic dari program pendidikan keagamaan, academic
development, life skill (soft skill dan hard skill) sampai membangun wawasan
global. Bahkan pembelajaran tidak hanya sampai pada tataran teoritis, tapi juga
implementasi baik dalam konteks belajar ilmu ataupun belajar hidup.
b. Fasilitas Lengkap
Sekolah berasrama mempunyai fasilitas yang lengkap, mulai dari fasilitas
sekolah yaitu kelas yang baik (AC, 24 siswa, smart board, mini library, camera),
laboratorium, klinik, sarana olah raga semua cabang olah raga, Perpustakaan,
kebun dan taman hijau. Sementara di asrama fasilitasnya adalah kamar (telepon,
TV, AC, Pengering rambut, tempat handuk, kartep diseluruh ruangan, tempat cuci
tangan, lemari kamar mandi, gantungan pakaian dan lemari cuci, area belajar
pribadi, lemari es, detector kebakaran, jam dinding, lampu meja, cermin besar,
rak-rak yang luas, pintu darurat dengan pintu otomatis. Sedangkan fasilitas dapur,
terdiri dari : meja dan kursi yang besar, perlengkapan makan dan pecah belah
yang lengkap, microwave, lemari es, ketel otomatis, pembuat roti sandwich, dua
toaster listrik, tempat sampah, perlengkapan masak memasak lengkap, dan kursi
yang nyaman.
c. Guru yang Berkualitas
Sekolah-sekolah berasrama umumnya menentukan persyaratan kualitas guru
yang lebih jika dibandingkan dengan sekolah konvensional. Kecerdasan
intellectual, sosial, spiritual, dan kemampuan pedagogismetodologis serta adanya
ruh mudarris pada setiap guru di sekolah berasrama. Ditambah lagi kemampuan
bahasa asing : Inggris, Arab, Mandarin, dll.
d. Lingkungan yang Kondusif
Guru tidak hanya dilihatnya di dalam kelas, tapi juga kehidupan
kesehariannya. Sehingga ketika kita mengajarkan tertib bahasa asing misalnya
maka semuanya dari mulai tukang sapu sampai principal berbahasa asing. Begitu
juga dalam membangun religious socity, maka semua elemen yang terlibat
mengimplementasikan agama secara baik.
e. Siswa yang Heterogen
Sekolah berasrama mampu menampung siswa dari berbagai latar belakang
yang tingkat heterogenitasnya tinggi. Siswa berasal dari berbagai daerah yang
mempunyai latar belakang sosial, budaya, tingkat kecerdasan, kemampuan
akademik yang sangat beragam.
f. Jaminan Keamanan
Sekolah berasrama berupaya secara total untuk menjaga keamanan siswa-
siswinya. Makanya, banyak sekolah asrama yang mengadop pola pendidikan
militer untuk menjaga keamanan siswasiswinya. Tata tertib dibuat sangat rigid
lengkap dengan sangsi-sangsi bagi pelanggarnya. Daftar “dosa” diliat sedemikian
rupa dari dosa kecil, menengah sampai berat
g. Jaminan Kualitas
Sekolah berasrama dengan program yang komprehensif-holistik, fasilitas yang
lengkap, guru yang berkualitas, dan lingkungan yang kondusif dan terkontrol,
dapat memberikan jaminan kualitas jika dibandingkan dengan sekolah
konvensional. Dalam sekolah berasrama, pintar tidak pintarnya anak, baik dan
tidak baiknya anak sangat tergantung pada sekolah karena 24 jam anak bersama
sekolah.
Meskipun demikian ada beberapa kelemahan Boading School ini diantaranya
adalah :
a. Ideologi Boarding School yang Tidak Jelas Term ideology digunakan untuk
menjelaskan tipologi atau corak sekolah berasrama, apakah religious,
nasionalis, atau nasionalis-religius. Yang mengambil corak religious sangat
beragam dari yang fundamentalis, moderat sampai liberal. Masalahnya dalam
implementasi idiologinya tidak dilakukan secara kaffah. Terlalu banyak
improvisasi yang bias dan keluar dari pakem atau frame ideology tersebut.
b. Dikotomi guru sekolah vs guru asrama (pengasuhan) Sampai saat ini sekolah
berasrama kesulitan mencari guru yang cocok untuk sekolah berasrama.
Sekolah-sekolah tinggi keguruan (IKIP dan Mantan IKIP) tidak
“memproduksi” guru-guru sekolah berasrama. Akibatnya, masing-masing
sekolah mendidik guru asramanya sendiri sesuai dengan pengetahuan yang
dimiliki oleh lembaga tersebut. Guru sekolah (mata pelajaran) bertugas hanya
untuk mengampu mata pelajarannya, sementara guru pengasuhan adalah
tersendiri hanya bicara soal pengasuhan.
c. Kurikulum Pengasuhan yang Tidak Baku Salah satu yang membedakan
sekolah-sekolah berasrama adalah kurikulum pengasuhannya. Kalau bicara
kurikulum akademiknya dapat dipastikan hampir sedikit perbedaannya.
Semuanya mengacu pada kurukulum KURTILAS nya produk Depdiknas
dengan ditambah pengayaan atau suplemen kurikulum internasional dan
muatan local.
d. Sekolah dan Asrama Terletak Dalam Satu Lokasi Umumnya ekolah-sekolah
berasrama berada dalam satu lokasi dan dalam jarak yang sangat dekat.
Kondisi ini yang telah banyak berkontribusi dalam menciptakan kejenuhan
anak berada di sekolah asrama.
7. Beberapa pendekatan utuk mengatasi masalah Boarding School:
a. Perlu didisain Boarding School yang menarik, nyaman, dan menyenangkan.
b. Perlu pendekatan menyeluruh, terutama dalam memahami peserta didik.
c. Konsep Boarding School tidak cukup hanya dengan menyediakan fasilitas
akademik dan fasilitas menginap memadai bagi siswa, tetapi juga menyediakan
guru yang menggantikan peran orang tua dalam pembentukan watak dan karakter.
d. Perlu sosok guru yang mempunyai keteladanan, ketulusan, kongkruensi, dan
kesiapsiagaan guru mereka 1 x 24 jam serta memiliki kemampuan berkomunikasi
yang baik, tidak hanya pintar mengajar, tapi juga pintar berteman, pintar memberi
pengayoman, pintar bercerita, mempunyai energi psikis yang banyak, selalu
berkembang dan terus berkembang.
e. Metode pembelajaran diberdayakan secara maksimal, sehingga kesuksesan para
pelajar akan lebih mudah untuk direalisasikan.
f. Dalam pola pengasuhan perlu diterapkan pola pengasuhan yang dapat menyiasati
dua kutub yang ekstrem (disiplin militer dan longgar habis) agar siswa bisa
memiliki watak dan tanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan juga terhadap
lingkungan masyarakat.
g. Manajemen sekolah, model pengelolaannya harus lebih lentur, efektif, dan
menerapkan manajemen berbasis sekolah secara konsisten.
8. Penutup
Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah
pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang
bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang
dihadapinya. Sekolah berasrama (boarding school) sebagai salah satu lembaga pendidikan
telah memberikan alternatif pendidikan bagi para orang tua yang ingin menyekolahkan
anaknya. Seiring dengan pesatnya modernitas, dimana orang tua tidak hanya suami yang
bekerja tapi juga istri bekerja sehingga anak tidak lagi terkontrol dengan baik maka
sekolah berasrama (boarding school) adalah tempat terbaik untuk menitipkan anak-anak
mereka agar kebutuhan makanan, kesehatan, keamanan, social dan tentunya pendidikan
dapat tetap terpenuhi.
Bahan Bacaan

Budiyanto, Mangun, 2011. Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: Griya Santri,

Farikhah, Siti, 2015 Manajemen Lembaga Pendidikan, Temanggung: CV Aswaja Pressindo,

Junaidi, Mahfudz, 2001. Paradigma Pendidikan Islam: Relevansi Tujuan Pendidikan Nasional
dalam Konteks Tujuan Pendidikan Islam, Semarang: Pustaka Pelajar,
Kurniadin, Didin dan Imam Machali 2012, Manajemen Pendidikan Konsep dan Prinsip
Pengelolaan Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,.
Maksudin, 2013. Pendidikan Islam Alternatif: Membangun Karakter Melalui Sistem Boarding
School, Yogyakarta: UNY Press,.
Maksudin, 2013. Pendidikan Karakter Non-Dikotomik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,.

Subiyantoro, Pengembangan Model Pendidikan Nilai Humanis-Religius Berbasis Kultur

Sulistyorini dan Muhammad Fathurrohman, 2014. Esensi Manajemen Pendidikan Islam:


Pengelolaan Lembaga Untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan Islam, Yogyakarta: Teras,

Anda mungkin juga menyukai