Anda di halaman 1dari 2

1.

Paragdima pendidikan inklusif adalah perkembangan terkini dari model pendidikan


bagi semua anak. Paragdima ini ialah sebuah cara pandang dan proses memahami
pendidikan nasional dalam bentuk pengamatan dan proses pencaarian cara mengatasi
permasalah yang muncul dalam pendidikan, yang bahwasannya penyelenggaraan
pendidikan memberikan kesamaan akses dan kesempatan kepada semua peserta didik
untuk mendapatkan haknya. Pendidikan inklusif yang pada awalnya dibangun untuk
memenuhi hak bagi setiap anak tanpa membedakan warna kulit, gender, budaya, status
sosial ekonomi, bahasa, agama dan disabilitas, dalam perkembangannya di Indonesia
banyak diadopsi untuk keperluan anak dengan kebutuhan khusus (ABK). Pendidikan
inklusif, tidak terbantahkan sangat penting dan perlu jika dilihat dari sudut pandang hak
mendapatkan pendidikan yang bermutu bagi setiap anak. Inilah paradigma ’’baru’’
pendidikan ABK. Suatu cara pandang bahwa ABK harus mendapatkan layanan yang
sama dan sepadan mutunya dengan mereka yang normal lainnya. Pendidikan inklusi
adalah cara pandang bagaimana agar ABK bisa mendapatkan pendidikan yang
berkualitas, yang tidak dibedakan haknya dengan peserta didik yang lain.
2. Karateristik peserta didik merupakan salah satu variabel penting dalam desain
pembelajaran, yang biasanya didefinisikan sebagai latar belakang pengalaman yang
dimiliki oleh peserta didik, termasuk aspek-aspek lain yang ada pada diri mereka,
seperti kecerdasarn/potensi, kesiapan belajar, minat/ketertarikan, perkembangan sosial,
budaya suku agama, motivasi belajar, modelitas gaya kognitif, perkembangan
emosional, gaya belajar dan kebutuhan. Pemahaman karateristik peserta didik sangat
menentukan hasil belajar yang akan dicapai, aktivitas yang perlu dilakukan, dan
assesmen yang tepat bagi peserta didik.
3. Implementasu triologi kepemimpinan dalam pembelajaran dikelas inklusif
Ajaran pendidikan yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara melalui Trilogi
Kepemimpinan Pendidikan yang diajarkan, yaitu ing ngarsa sung tulada, ing madya
mangun karsa, tut wuri handayani.
a. Implementasi Ing Ngarso Sung Tuladha memiliki arti bahawa sebagai seorang
pemimpin ketika berada di depan harus dapat menjadi contoh bagi yang
dipimpinnya. Implementasinya dapat dilakukan dengan menerapkan sistem among
yang diajarkan oleh Ki Hadjar Dewantara. Sistem among yang berarti “menjaga”.
Bahwa penerapan asas kepemimpinan ditingkat siswa dilakukan dengan cara
memberikan suatu penugasan secara kelompok kepada siswa, mengikutsertaan
siswa dalam organisasi dan mengikutsertakan siswa dalam sebuah panitia kecil
dalamkegiatan sekolah dengan harapan siswa dapat belajar mengelola
kelompoknya sendiri.
b. Ing Madya Mangun Karso memiliki arti bahawa seorang pemimpin ketika berada
di tengah-tengah anggotanya, pemimpin di harapkan dapat menumbuhkan
semangat bagi anggotanya. Penerapan asas kepemimpinan ing madya mangun karsa
dapat dilakukan dengan cara memberikan dukungan kepada anggotanya dalam hal
ini kepala sekolah memberikan dukungan kepada guru agar dapat meningkatkan
kinerja dalam mengemban tugas-tugasnya sebagai guru. kepala sekolah
memberikan bimbingan dan pembinaan kepada guru agar dapat menerapkan asas
kepemimpinan ini pada siswa. Selain membimbing dan memberikan pembinaan
yang dilakukan oleh kepala sekolah kepada guru, kepala sekolah juga memberikan
tugas tambahan kepada guru. Guru juga berperan sebagai motivator dan fasilitator,
contohnya ketika guru memberikan motivasi kepada salah satu kelompok yang
kurang aktif dalam pembelajaran.
c. Tut Wuri Handayani memiliki arti bahwa seorang pemimpin ketika berada di
belakang anggotanya harus dapat memberikan dukungan kepada anggotanya baik
secara moril maupun materiil. Penerapan asas kepemimpinan tut wuri handayani
dilingkungan sekolah dengan menerapkannya sistem “among”. Penerapan asas
kepemimpinan tut wuri handayani berdasarkan penejalasan tersebut, bahawa
penerapan asas kepemimpinan ini lebih dititik beratkan kepada kebebasan dalam
belajar dan mengembangkan diri secara mandiri denbgan harapan dalam belajar dan
mengembangkan diri tidak terdapat paksaan dari manapun. Keterlaksaan penerapan
asas kepemimpinan ini perlu adanya suatu progam yang pada intinya dapat
membimbing siswa untuk dapat belajar dan mengembangkan diri secara mandiri.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, fasilitas yang diberikan sekolah cukup
untuk mengabangkan diri siswa secara mandiri diantaranya adalah fasilitas
perpustakaan, laboratoriumcomputer, ruang karawitan dan sekolah juga
memberikan fasilitas yang dapat mengambangkan kemampuan siswa non akademik
yaitu guru ekstrakurikuler yang memang ahli dalam kegiatan ekstra tersebut.

Anda mungkin juga menyukai