Anda di halaman 1dari 9

PENGANTAR PENDIDIKAN

UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

LEMBAR KERJA INDIVIDU 7

Disusun Oleh:
Nama : Ana Noor Afdilla
NIM : 2398011209
Rombel : 1 - IPA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


PPG PRAJABATAN GELOMBANG 1
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2023
1. Jelaskan makna pendidikan yang inklusif!
Pendidikan inklusif memiliki konsep yang bermacam-macam di berbagai negara.
Di Indonesia, pengertian pendidikan inklusif dikemukakan dalam Permendiknas No.
70 tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki
Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa yang
menjelaskan bahwa pendidikan inklusif didefinisikan sebagai sistem penyelenggaraan
pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik berkelainan
dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan
atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta
didik pada umumnya.
Pendidikan inklusif dalam makna sempit merupakan bentuk sistem pendidikan
yang menghimpun anak berkebutuhan khusus untuk belajar di sekolah-sekolah
terdekat dengan setting kelas umum bersama teman-teman sebayanya. Adapun dalam
makna luas pendidikan inklusif dimaknai sebagai penyelenggaraan pendidikan
berkualitas untuk seluruh peserta didik dengan lingkungan belajar yang ramah
(Spandagou dkk., 2020). Adanya penyelenggaraan pendidikan inklusif ini menjadi
suatu bentuk jawaban atas permasalahan keberagaman siswa dengan meningkatkan
partisipasi pembelajaran, budaya, dan masyarakat, serta diharapkan mampu
meminimalisir diskriminasi dalam pendidikan. Dalam penyelenggaraan pendidikan
inklusif tentunya ada perubahan dan modifikasi baik dalam ini, pendekatan, struktur,
serta strategi dengan tujuan dapat mewadahi semua kebutuhan anak.
Penyelenggaraan pendidikan inklusif memiliki prinsip bahwa semua siswa tanpa
terkecuali dapat mengikuti kegiatan belajar. belajar dapat dimaknai sebagai jalinan
kerjasama antara tenaga pendidik, orang tua dan masyarakat. Oleh karena, itu dalam
pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan inklusif memerlukan adanya perubahan cara
berpikir, kebijakan budaya pengaturan kelas, dan diberlakukannya prinsip adaptasi.
Secara filosofi pendidikan, Pendidikan yang inklusif adalah pendidikan dan
sosial dimana dalam pendidikan ini semua anak terlepas dari kemampuan maupun
ketidakmampuan mereka, jenis kelamin, status sosial-ekonomi, suku, latar belakang
budaya atau bahasa dan agama. Pendidikan inklusif merupakan cara berpikir dan
bertindak yang memungkinkan setiap individu merasa diterima dan dihargai.
Pendidikan inklusif berprinsip untuk mendorong semua unsur yang terlibat dalam
proses pembelajran mengusahakan lingkungan sekolah yang ramah terhadap
pembelajaran dan semua peserta didik dapat belajar secara efektif sehingga tidak ada
yang ditolak oleh sekolah karena ketidakmampuan dalam memenuhi standar
akademis yang ditetapkan.

2. Sebutkan dan jelaskan prinsip-prinsip pendidikan inklusif!


a. Keragaman di dalam kelas memperkaya dan memperkuat pendidikan
Setiap anak tentunya memiliki perbedaan dan perbedaan ini merupakan tantangan
baik pada guru, siswa, maupun orang tua. tetapi perbedaan ini menjadi peluang
untuk membentuk hubungan yang lebih baik dalam pengembangan pribadi sosial
dan akademis titik dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif guru harus dapat
memahami perbedaan yang ada di kelas serta mampu memanfaatkan perbedaan
pengetahuan dan pengalaman siswa agar mereka dapat mengatasi tantangan yang
terjadi.
b. Kurikulum berbasis kekuatan dan individualisasi
Prinsip utama dalam pendidikan inklusif salah satunya adalah pendekatan
berbasis kekuatan karena setiap anak tentunya memiliki kekuatan dan bakat yang
berbeda serta melekat pada masing-masing anak. Oleh karena itu, kekuatan dan
kebutuhan ini perlu dilibatkan dalam perencanaan dan implementasi kurikulum
khususnya dalam kegiatan pembelajaran. hal ini diupayakan agar kurikulum
berbasis kekuatan dan Individualisasi dapat meningkatkan kontribusi, motivasi
dan prestasi siswa.
c. Keterlibatan peserta didik dan organisasi siswa
Peserta didik memiliki peran yang penting untuk membantu keberhasilan
penyelenggaraan pendidikan inklusif untuk meningkatkan kontribusi siswa dalam
kelas, guru perlu mencari sudut pandang peserta didik dengan memanfaatkan
organisasi siswa yang ada di sekolah
d. Terlibat dengan keterlibatan semua pemangku kepentingan
Tidak hanya sekolah yang mengetahui perkembangan siswa tetapi orang tua dan
peserta didik mendapatkan akses informasi tentang perkembangan kemampuan
belajar anak dari penilaian formatif dan sumatif secara berkelanjutan.
e. Guru pada sekolah penyelenggara pendidikan inklusif membutuhkan komitmen,
pengetahuan dan keterampilan praktis
Dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif guru harus memahami serta bisa
melaksanakan pembelajaran dengan 3H: Heart atau komitmen head atau
pengetahuan kritis, dan hand strategi praktis. Maka, guru harus bisa berkomitmen
dalam mengajar anak, memiliki pengetahuan dan keterampilan sehingga dapat
menggunakan strategi yang efektif serta menarik dalam kelas untuk melancarkan
kegiatan belajar pada siswa yang berbeda dalam kemampuan dan gaya belajarnya.

3. Sebutkan dan jelaskan aspek-aspek dalam pengelolaan kelas!


Secara umum, dalam penerapan pengelolaan kelas terdapat dua aspek yakni
pengaturan peserta didik, dan pengaturan kondisi fisik kelas.
Dalam aspek pengaturan peserta didik, aspek-aspek yang perlu diperhatikan
sebagai berikut:
a. Menciptakan Lingkungan Positif untuk Pembelajaran
Salah satu upaya untuk menciptakan lingkungan yang positif selama
pembelajaran di langsung dapat dilakukan dengan pendekatan dan gaya
pengelolaan kelas. Adapun pendekatan dan gaya pengelolaan kelas disesuaikan.
Berdasarkan pengamatan terhadap kondisi kelas ada beberapa pendekatan
pengelolaan kelas sebagaimana diungkapkan oleh Karwati dan Priansa (2014)
sebagai berikut:
1) Pendekatan Kekuasaan
Pengelolaan kelas merupakan proses pengendalian perilaku siswa.
Peran guru dalam pendekatan ini adalah untuk menciptakan dan memelihara
situasi kelas yang disiplin.
2) Pendekatan Ancaman
Melalui pendekatan ini, pengelolaan kelas juga diartikan sebagai proses
pengendalian perilaku siswa, tetapi melalui ancaman, seperti larangan,
sindiran, dan paksaan.
3) Pendekatan Kebebasan
Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses yang memberikan
kebebasan kepada siswa untuk melakukan sesuatu tanpa mengenal waktu dan
tempat. Peran guru dalam pendekatan ini adalah berusaha memaksimalkan
kebebasan siswa.
4) Pendekatan Resep (Cookbook)
Pendekatan ini dilakukan dengan memberikan daftar yang jelas tentang
apa yang harus dan tidak boleh dilakukan guru dalam menanggapi masalah
atau situasi yang muncul di kelas. Daftar yang menjelaskan langkah-langkah
yang harus diambil.
5) Pendekatan Pengajaran
Pendekatan ini didasarkan pada asumsi bahwa pengajaran yang baik
dapat mencegah masalah pada siswa dan dapat mengungkap masalah
Pendekatan ini mendorong perilaku guru dalam mengajar untuk mencegah
atau menghentikan perilaku buruk siswa. Peran guru adalah merencanakan
dan
melaksanakan pengajaran yang baik.
6) Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku (Behavior Modification)
Pengelolaan kelas dapat didefinisikan sebagai proses memodifikasi
perilaku siswa. Peran guru adalah untuk mengembangkan perilaku yang baik
pada siswa dan mencegah perilaku buruk.
7) Pendekatan Sosial-Emosional
Menurut pendekatan ini, pengelolaan kelas optimal ketika hubungan
interpersonal berkembang dengan baik di dalam kelas. Oleh karena itu, peran
guru adalah menciptakan hubungan positif yang baik antara guru dan siswa
atau antara siswa dan siswa.
8) Pendekatan Proses Kelompok
Pengelolaan kelas didefinisikan sebagai pembentukan kelompok
belajar di dalam kelas. Peran guru adalah menciptakan kelompok belajar
yang produktif dan efektif.
9) Pendekatan Eklektik atau Pluralistik
Pengelolaan kelas menekankan pada potensi, kreativitas dan inisiatif
guru bagi saya, saya memilih pendekatan yang berbeda tergantung pada
situasi kelas, pendekatan ini juga memungkinkan guru untuk
menggabungkan pendekatan yang berbeda.
10) Pendekatan Teknologi dan Informasi
Pengelolaan kelas berkaitan dengan penggunaan teknologi dan informasi
untuk membuat pembelajaran modern, di mana pembelajaran tidak terbatas pada
kuliah atau memberikan pengetahuan.
Sedangkan gaya pengelolaan kelas sebagaimana dijelaskan Santrock (2015),
sebagai berikut:
1) Gaya Pengelolaan Kelas Otoritatif
Guru melibatkan peserta didik dalam kerja sama dengan menunjukan
perhatian kepada peserta didik sehingga peserta didik menjadi mandiri, tidak
cepat puas, mau bekerja sama, dan memiliki penghargaan diri tinggi.
2) Gaya Pengelolaan Kelas Otoritarian
Guru berfokus untuk menjaga ketertiban kelas melalui mengekang dan
mengontrol peserta didik serta tidak banyak melakukan percakapan dengan
peserta didik. Peserta didik cenderung pasif, tidak memiliki inisiatif, dan
memiliki keterampilan komunikasi yang buruk.
3) Gaya Pengelolaan Kelas Permisif
Guru memberi banyak kebebasan pada peserta didik tetapi tidak mendukung
pengembangan keahlian pembelajaran atau pengelolaan perilaku peserta
didik. Peserta didik cenderung memiliki keahlian akademik yang kurang
memadai dan kontrol diri yang rendah.
b. Menerapkan Aturan dan Prosedur Pembelajaran di Kelas
Penerapan aturan dan prosedur pembelajaran di dalam kelas menjadi salah
satu upaya dalam pengelolaan tingkah laku. Penerapan aturan dan prosedur ini
diberikan agar pembelajaran dapat berlangsung secara optimal. Biasanya aturan
dalam kelas berkaitan dengan aturan piket, aturan berdiskusi dan lainnya.
Sedangkan prosedur berkaitan tentang prosedur memasuki kelas, prosedur
memulai pembelajaran, prosedur mengumpulkan pekerjaan rumah, prosedur
mengakhiri pelajaran, serta prosedur lain yang terkait dengan pembelajaran.
c. Interaksi guru dengan peserta didik, serta
Dalam pelaksanaan pengelolaan kelas Guru harus memiliki Interaksi yang
baik dengan peserta didik karena interaksi dengan peserta didik merupakan salah
satu aspek untuk mengatur tingkah laku, kedisiplinan, minat, gairah belajar, dan
dinamika kelompok. Terdapat beberapa aspek yang menjadi perhatian dalam cara
berinteraksi guru dengan peserta didik. Adapun secara detail masing-masing
aspek sebagai berikut:
d. Menjadi komunikator yang baik.
Pelaksanaan pengelolaan kelas perlu dibersamai dengan adanya guru
sebagai komunikator yang baik dalam kelas. Oleh karenanya, guru perlu untuk
menguasai empat keterampilan, diantaranya: Keterampilan Berbicara,
Keterampilan Menulis, Keterampilan Mendengarkan, Keterampilan
Mendengarkan,
e. Menghadapi Perilaku Bermasalah
Dalam pembelajaran kelas perilaku bermaslah merupakan hal umum yang
terjadi. Bentuk perilaku bermasalah yang sering muncul pada peserta didik
meliputi: perkelahian, bullying, pembangkangan atau permusuhan terhadap guru,
maupun perilaku mengganggu akibat kondisi tertentu yang dialami peserta didik.
Perilaku bermasalah dapat diatasi guru melalui: mediasi dengan teman
sebaya, diskusi dengan orang tua, meminta bantuan kepala sekolah atau konselor,
maupun menggunakan mentor (Santrock, 2015). Namun secara lebih spesifik
upaya mengatasi permasalahan peserta didik dapat dilakukan melalui pemikiran
Evertson, dkk. (dalam Santrock, 2015) yang meliputi: intervensi minor, dan
intervensi moderat dengan penjelasan sebagai berikut:
f. Intervensi Minor
Intervensi ini diterapkan saat munculnya perilaku yang mengganggu
aktivitas kelas selama pembelajaran. Semisal: peserta didik ribut sendiri, peserta
didik bercanda berlebihan, maupun makan di kelas.
g. Penerapan kebijakan penghargaan dan hukuman
Sedangkan dalam aspek pengaturan kondisi fisik kelas, aspek yang perlu
diperhatikan, diantaranya:
a. Sarana dan prasarana
Pengaturan standar minimal sarana dan prasarana diatur dalam
Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007, dengan ringkasan sebagai berikut:
1) Ruang kelas minimal berukuran 9 meter x 7 meter, dengan lebar teras atau
selasar 1,8 – 2 meter, sedangkan kapasitas maksimum ruang kelas adalah 32
peserta didik.
2) Ruang kelas memiliki pintu dan pencahayaan yang memadai.
3) Sarana minimal yang tersedia di kelas meliputi: kursi dan meja peserta didik,
kursi dan meja guru, lemari, papan pajang (ukuran minima 60 cm x 120 cm),
papan tulis (ukuran minimal 90 cm x 200 cm), media pendidikan,
perlengkapan lain (tempat sampah, tempat cuci tangan, jam dinding, dan
soket listrik) (Karwati dan Priansa, 2014).
4) Visibilitas
Visibilitas atau keleluasaan pandang terkait dengan penempatan
maupun penataan kelas sehingga tidak mengganggu pandangan peserta didik
(Karwati dan Priansa). Adapun visibilitas terkait dengan gaya penataan yaitu:
Gaya auditorium, Gaya tatap muka, Gaya off-set, Gaya seminar, Gaya klaster.
5) Aksesibilitas
Aksesibilitas atau ketercapaian mencakup beberapa hal sebagai berikut:
Peserta didik mudah mengambil barang yang dibutuhkan selama
pembelajaran berlangsung, Peserta didik dapat bergerak dengan leluasa,
Pergerakan peserta didik tidak mengganggu peserta didik lain.
6) Fleksibilitas
Fleksibilitas atau keluwesan mencakup barang – barang di kelas mudah
untuk ditata dan dipindahkan. dan penataan tempat duduk peserta didik juga
mudah untuk diatur.
7) Kenyamanan
Kenyamanan meliputi: pencahayaan, penghawaan/suhu udara, akustik,
serta kepadatan kelas.
8) Keindahan.
Keindahan berkenaan dengan upaya yang dilakukan guru dalam
menata kelas. Kelas yang ditata dengan indah dan menyenangkan
berpengaruh positif pada sikap dan tingkah laku peserta didik. Peserta didik
juga dapat belajar secara optimal dengan kondisi kelas yang indah

4. Sebutkan dan jelaskan tujuan pengelolaan kelas pada sekolah inklusif!


a. Membantu Peserta Didik Menggunakan Waktu dengan Optimal.
Tujuan ini dapat membuat peserta didik mampu menghabiskan waktu
lebih banyak untuk belajar daripada menghabiskan waktu dengan aktivitas yang
tidak sesuai dengan tujuan belajar. sehingga anak-anak reguler akan lebih
terfokus kepada pembelajaran meskipun sekelas dengan ABK dan juga ABK
akan lebih berkembang jika waktu disekolah dapat dilakukan dengan maksimal.
b. Mencegah Peserta didik Mengalami Masalah Akademik dan Emosional
Dengan pengelolaan kelas yang baik, peserta didik akan sibuk dengan
tugas yang diberikan, termotivasi untuk belajar, dan mampu memahami aturan
dan regulasi yang harus dipatuhi. Sehingga meminimalisir peserta didik
mengalami masalah akademik dan emosi.
Pengelolaan kelas merupakan hal yang penting untuk dilakukan untuk
mendukung pembelajaran secara optimal terkhusus bagi peserta didik dengan
spektrum autism yang ditujukan untuk meminimalisir munculnya perilaku yang tidak
diinginkan.
Berdasarkan kedua tujuan tersebut dapat disimpulkan bahwa Pengelolaan kelas
membentuk dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga proses
pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien, misalnya memberi
penguatan, mengembangkan hubungan guru-peserta didik, serta membuat aturan
kegiatan kelompok yang produktif dan hal-hal tersebut dapat memberikan dampak
positif pada perkembangan anak berkebutuhan khusus yang bersekolah di sekolah
inklusif.

5. Jelaskan 3 komponen utama dalam pembelajaran yang menerapkan UDL!


a. Multiple means of Engagement
Menyediakan berbagai cara untuk mendukung pembelajaran yang efektif
dengan melihat bagaimana melibatkan siswa untuk meningkatkan minat dan
motivasi mereka dalam belajar melalui kegiatan pembelajaran kooperatif,
permainan, dan simulasi, baik nyata maupun virtual.
b. Multiple means of Representation
Menyediakan berbagai media yang representasi untuk membantu
menjadikan pembelajaran bermakna. Fasilitas dapat berupa penyampaian konten
dalam berbagai cara seperti diskusi, membaca, menulis digital, dan presentasi
multimedia.
c. Multiple means of Action and Expression
Menyediakan berbagai cara berupa tindakan dan ekspresi dalam
mendukung kegiatan belajar dengan memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk menunjukkan pemahaman mereka baik dalam tes seni, presentasi
multimedia, dan rekaman digital.

Anda mungkin juga menyukai