Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan primer pada saat ini, apalagi sebagian


besar masyarakat sudah menyadari pentingnya pendidikan dalam menata masa
depan yang lebih baik. Oleh karena itu setiap negara senantiasa berusaha
memajukan bidang pendi-dikan, disamping bidang yang lain dalam rangka
mempersiapkan sumber daya manusia yang kompetitif dan berkualitas serta
berusaha mengejar kemajuan negara lain.

Satu dari sekian banyak masalah di era global yang dihadapi Indonesia saat
ini adalah masalah di bidang pendidikan. Masalah yang belum teratasi pada saat
ini terutama masalah yang berhubungan dengan kualitas hasil pendidikan. 1
Adanya kebijakan sertifikasi guru adalah salah satu upaya nyata Pemerintah untuk
meningkatkan profesionalisme guru agar guru sebagai aktor utama dalam
pendidikan umumnya dan pembelajaran khususnya dapat meningkatkan
kompetensinya.

Seorang guru penting untuk menciptakan paradigma baru untuk


menghasilkan praktik terbaik dalam proses pembelajaran.2 Oleh karena itu, ketika
terjadi perubahan kurikulum dan terjadi pergeseran tuntutan hasil pendidikan yang
berkaitan dengan tuntutan pasar kerja, maka gurulah yang harus berperan
mewujudkan harapan itu. Guru harus selalu mengembangkan diri, baik yang
berkaitan dengan kompe-tensi bidang studi maupun pedagogik, termasuk
penggunaan internet dalam mencari informasi terkini.

Apabila ketiga komponen tersebut dikombinasikan dalam penggunaannya


atau secara integrasi, maka akan meningkatkan perhatian siswa, membangkitkan
1
Suyanto. Tantangan profesional guru di era global. UNY. Yogyakarta, 2007, hal. 67-68
2
Sardiman, A. M. Interaksi dan motivasi belajar-mengajar. Rajawali Press. Jakarta. 2005.
hal. 7

1
keinginan dan kemampuan belajar. Keterampilan dalam mengadakan variasi ini
lebih luas penggunaannya daripada keterampilan lainnya, karena merupakan
keterampilan campuran atau diinegrasikan dengan keterampilan yang lain.
Misalnya, variasi dalam memberikan penguatan, variasi dalam memberi
pertanyaan, dan variasi dalam tingkat kognitif.

Dalam proses belajar mengajar ada variasi bila guru dapat menunjukkan
adanya perubahan dalam gaya mengajar, media yang digunakan berganti-ganti,
dan ada perubahan dalam pola interaksi antara guru-siswa, siswa-guru dan siswa-
siswa. Variasi lebih bersifat proses daripada produk.

B. Rumusan Masalah

Dari beberapa uraian di atas, timbul beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah pengertian dari variasi mengajar?


2. Apakah tujuan dari diadakannya variasi dalam mengajar?
3. Apa saja prinsip-prinsip penggunaan variasi pengajaran?
4. Apa saja komponen-komponen variasi mengajar?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan yang ingin dicapai pada penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian dari variasi mengajar.


2. Untuk mengetahui tujuan dari diadakannya variasi dalam mengajar.
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip penggunaan variasi pengajaran.
4. Untuk mengetahui komponen-komponen variasi mengajar.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Variasi Mengajar

Variasi mengajar menurut kamus popular adalah „selingan‟,‟selang-seling‟


atau pergantian. Udin (2004) mengartikan variasi sebagai „keanekaan yang
membuat sesuatu tidak monoton‟. Variasi dapat berwujud perubahan-perubahan
atau perbedaan-perbedaan yang sengaja‟.3

Pengembangan variasi pembelajaran adalah sebagai upaya yang terencana


dan sitematis dalam menggunakan berbagai komponen yang memengaruhi
kegiatan pembelajaran, seperti dalam hal pengguanan media dan bahan
pembelajarab,metode dan interaksi guru dan para siswa. 4

Ada beberapa pendapat berkenaan dengan Variasi gaya belajar mengajar meliputi:

a. Menurut Uzer, variasi adalah suatu kegiatan guru dalam kontek proses
interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan
murid, sehingga dalam situasi belajar mengajar. Murid senantiasa
menunjukkan ketekunan, antusiasme serta penuh partisipasi.5
b. Menurut Abu Ahmadi, gaya mengajar adalah tingkah laku, sikap dan
perbuatan guru dalam melaksanakan proses pengajaran. 6
c. Menurut Abdul Qadir Munsyi, gaya mengajar adalah gaya yang dilakukan
guru pada saat mengajar di muka kelas. 7

3
Rahmah Johar dan Latifah Hanum,Strategi Belajar Mengajar: Untuk menjadi guru yang
professional (Aceh: Syiah Kuala University Press,2021)h.145
4
Dr.H.Muh.Arif,M.Ag dan Eby Waskito Makalalag,S.Pd, pengembangan media
pembelajaran Bahasa arab (Sumatra Barat,Balai Insan Cendikia Mandiri,2020),h.174
5
Usman, Mohd. Uzer, Menjadi Guru Profesional (Edisi kedua), PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung. 2008, hal. 88
6
Abu. Ahmadi H. Psikologi Sosial. PT. Rineka Cipta, Jakarta. 1991, hal. 99
7
Abdul Qadir Munsyi. Definisi Gaya Mengajar. Rosda Karya, Bandung, 1995, hal. 74

3
d. Menurut Syahminan Zaini, gaya mengajar adalah gaya atau tindak-tanduk
guru sebagai pernyataan kepribadiannya dalam menyampaikan bahan
pelajarannya kepada siswa.8

Dari definisi di atas, bisa ditarik kesimpulan bahwa variasi gaya mengajar
adalah pengubahan tingkah laku, sikap dan perbuatan guru dalam kontek belajar
mengajar yang bertujuan untuk mengatasi kebosanan siswa, sehingga siswa
memiliki minat belajar yang tinggi terhadap pelajarannya. Dan ini bisa dibuktikan
melalui ketekunan, antusiasme, keaktifan mereka dalam belajar dan mengikuti
pelajarannya di kelas.

Anak tidak bisa dipaksakan untuk terus menerus memusatkan perhatiannya


dalam mengikuti pelajarannya, apalagi jika guru saat mengajar tanpa
menggunakan variasi alias monoton yang membuat siswa kurang perhatian,
mengantuk, dan bosan. Untuk mengatasi kebosanan siswa tersebut perlu adanya
variasi, dalam keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar
ada tiga aspek, yaitu : 1) Variasi gaya mengajar, 2) Variasi dalam menggunakan
media, 3) Variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa.9

B. Tujuan Variasi Mengajar


1. Meningkatkan dan memelihara perhatian peserta didik terhadap relevansi
proses belajar mengajar
Dalam proses belajar mnengajar perhatian peserta didik terhadap materi
pelajaran yang diberikan sangat dituntut. Jumlah peserta didik yang besar
biasanya ditemukan kesukaran untuk mempertahankan agar perhatian
peserta didik tetap pada materi yang diberikan.
2. Memberi kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi.
Motivasi meruoakan hal yang penting dalam belajar. Dan didalam diri
peserta didik sudah terdapat motivasi, yaitu motivasi intrinsik.
8
Zaini. Drs. Syahminan, Mengenal Manusia Lewat Al Qur‟an. PT. Bina Ilmu. Surabaya.
1984, hal. 23
9
Nurhasnawati, Strategi Pembelajaran Mikro, Fakultas Tarbiyah. Pekanbaru, 2004, hal. 46

4
3. Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah.
Suatu kenyataan yang tidak dapat dipunkiri bahawa didalam kelas ada
peserta didik yang kurang senanng terhadap seorang guru.
Konsekuensinya adalah bidang studi yang diampu oleh guru tersebut juga
tidak disenangi. Kurang senangnya peserta didik terhadap guru
disebabkan gaya belajar mengajar yang kurang variasi.
4. Memberikan kemungkinan pilihan daan fasilitas belajar individual
Penguasaan metode mengajar,penguasaan penggunaan media, dan
penguasaan terhadap berbagai pendekatan dalam mengajar yang harus
menjadi perhatian guru. Sehingga dapat memudahkan dalam
pengembangan variasi mengajar. Fasilitas merupakan kelengkapan
belajar yang harus ada disekolah,
5. Mendorong peserta didik untuk belajar
Lingkungan pengajaran yang kondusif adalah lingkungan yang mampu
mendorong peserta didik untuk selalu belajar hingga akhir kegiatan
belajar mengajar.

C. Prinsip Penggunaan Variasi

Dalam proses belajar mengajar, kegiatan siswa menjadi pusat perhatian


guru. Untuk itu agar kegiatan pengajaran dapat merangsang siswa untuk aktif dan
kreatif belajar tentu saja diperlukan lingkungan belajar yang kondusif. Salah satu
upaya kearah itu adalah dengan cara memperhatikan beberapa prinsip penggunaan
variasi dalam mengajar. Prinsip-prinsip tersebut adalah :

Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan


dengan tujuan yang hendak dicapai. Dalam menggunakan keterampilan variasi
sebaiknya semua jenis variasi digunakan. Disamping itu juga harus ada variasi
penggunaan komponen untuk tiap jenis variasi, terutama penggunaan variasi gaya
mengajar, dalam bervariasi harus disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan
disampaikan agar menarik siswa untuk memperhatikan atau mendengarkan
penjelasan guru.

5
Variasi harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan, sehingga
tidak akan merusak perhatian siswa dan tidak menganggu proses belajar mengajar.
Direncanakan secara baik dan eksplisit dicantumkan dalam rencana pelajaran.

Jadi penggunaan variasi ini harus benar-benar berstruktur dan direncanakan.


Karena variasi ini memerlukan keluwesan, spontan sesuai dengan umpan balik
yang diterima dari siswa. Umpan balik ini ada dua yaitu Umpan balik tingkah laku
yang menyangkut perhatian dan keterlibatan siswa dan Umpan balik informasi
tentang pengetahuan dan pelajaran.10

D. Komponen-Komponen Variasi Gaya Belajar Mengajar

Dalam mengajar hendaknya menggunakan berbagai macam variasi gaya.


Dengan variasi gaya tersebut, akan menjadikan siswa merasa tertarik terhadap
penampilan mengajar guru. Variasi gaya mengajar guru ini meliputi komponen-
komponen sebagai berikut :

1. Variasi Suara

Variasi suara dalah perubahan suara dari keras menjadi lemah, dan tinggi
menjadi rendah, dari cepat menjadi lambat. Suara guru pada saat menjelaskan
materi pelajaran hendaknya bervariasi, baik dalam intonasi, volume, nada dan
kecepatan. Jika suara guru senantiasa keras terus atau terlalu keras, justru akan
sulit diterima, karena siswa menganggap gurunya seorang yang kejam, bila sudah
begitu siswa diliputi oleh rasa cemas, ketakutan selama belajar. Masalah seperti
ini yang harus dihindari bahkan ditiadakan. Tapi kalau suara guru terlalu lemah
(biasanya guru wanita) akan terdengar tidak jelas oleh siswa dan tidak bisa
menjangkau seluruh siswa di kelas, apalagi yang duduknya dideretan belakang.
Bila sudah begitu siswa akan meremehkan gurunya, perhatian siswa terhadap
materi yang diberikan itupun kurang. Untuk itu guru menggunakan variasi suara
yang disesuaikan ndengan situasi dan kondisi. Jadi suara guru senantiasa berganti-
ganti, kadang meninggi, kadang cepat, kadang lambat, kadang rendah (pelan).
10
Syaiful Bahri Djamara dan Aswan Zain; Strategi Belajar Mengajar, Penerbit Rhineka
Cipta, Cetakan ke tiga , Agustus 2006, Jakarta, hal. 89

6
Variasi suara bisa mempengaruhi informasi yang sangat biasa sekalipun,
gunakanlah bisikan atau tekanan suara untuk hal-hal penting, gunakan kalimat
pendek yang cepat untuk menimbulkan semangat.

2. Pemusatan Perhatian

Perhatian menurut Djamarah adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa


itupun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan
obyek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus
mempunyai perhatian terhadap bahan yang diajarinya, jika materi yang
disampaikan oleh guru iru tidak menjadi perhatian siswa, maka bisa menimbulkan
kebosanan, sehingga tidak lagi suka belajar. Untuk memfokuskan perhatian siswa
pada suatu aspek yang penting atau aspek kunci, guru dapat menggunakan atau
memberikan peringatan dengan bentuk kata-kata. Misalnya : “Perhatikan baik-
baik”, “Jangan lupa ini dicatat dengan sungguh-sungguh” dan sebagainya. 11

Memang menarik perhatian siswa itu sangatlah tidak mudah apalagi dalam
jumlah siswa yang banyak, agar perhatian itu tetap ada perlu adanya prinsip-
prinsip yakni :

a. Perhatian seseorang tertuju atau diarahkan pada hal-hal yang baru, jenis
rangsangan baru yang dapat menarik perhatian termasuk warna dan bentuk.
Dalam pelajaran, seorang guru dapat menarik perhatian tentang kata-kata
penting pada suatu bacaan dengan memberi warna merah atau digaris
bawahi.
b. Perhatian seseorang tertuju atau terarah pada hal-hal yang dianggap rumit.
Bagi guru yang harus diingat adalah suatu pelajaran tidak boleh tampak
terlalu rumit dan guru tidak boleh mempersulit pelajaran yang sederhana
dikarenakan semata-mata untuk menarik perhatian siswa.
c. Orang mengarahkan perhatiannya pada hal-hal yang dikehendakinya, yaitu
hal-hal yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Untuk menimbulkan minat

11
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak didik dalam Interaksi Eduktif, PT.Rineka Cipta,
Jakarta, 2000, hal. 77

7
tersebut ada dua cara yakni dari diri sendiri dan dari luar dirinya. Dari luar
bisa saja lingkungan, orang tua dan guru. Disini gurulah yang berhak
menimbulkan atau membangkitkan minat belajar siswa baik dirumah
maupun dikelas. 12

Dari ketiga prinsip ini guru harus mengetahui banyak tentang siswanya agar
bisa mengarahkan perhatian siswa terhadap materi pelajaran, sehingga siswa
memiliki minat belajar yang tinggi guru dalam memusatkan perhatian siswa bisa
dengan memberikan kata-kata seperti : “coba perhatikan ini baik-baik”, karena
materinya agak sulit dan sebagainya.

3. Kesenyapan atau kebisuan guru (Teaching Silence)

Kesenyapan adalah suatu keadaan diam secara tiba-tiba demi pihak guru
ditengah-tengah menerangkan sesuatu. Adanya kesenyapan tersebut merupakan
alat yang baik untuk menarik perhatian siswa. Dengan keadaan senyap atau
diamnya guru secara tiba-tiba bisa menimbulkan perhatian siswa, sebab siswa
begitu tahu apa yang terjadi dan demikian pula setelah guru memberikan
pertanyaan kepada siswa alangkah bagusnya apabila diberi waktu untuk berfikir
dengan memberi kesenyapan supaya siswa bisa mengingat kembali informasi-
informasi yang mungkin ia hafal, sehingga bisa menjawab pertanyaan guru
dengan baik dan tepat.

Pemberian waktu bagi siswa digunakan untuk mengorganisasi jawabannya


agar menjadi lengkap. Tapi jika seorang guru tidak memberikan kesenyapan atau
waktu kepada siswa untuk berfikir dalam menjawab pertanyaannya siswa akan
menjawab dengan asal alias asal bicara, sehingga jawabannya kurang tepat dengan
pertanyaan. Untuk itu seyogyanya guru memberikan kesenyapan terhadap siswa
untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan yang diajukannya supaya jawabannya
sempurna dan tepat.

4. Kontak pandang

12
Kunandar, Guru Profesional (Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dan
Sukses dalam Sertifikasi guru), Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 2007, hal.113

8
Ketika proses belajar mengajar berlangsung, jangan sampai guru menunduk
terus atau melihat langit-langit dan tidak berani mengadakan kontak mata dengan
para siswanya dan jangan sampai pula guru hanya mengadakan kontak pandang
dengan satu siswa secara terus menerus tanpa memperhatikan siswa yang lain.
sebaliknya bila guru berbicara atau menerangkan hendaknya mengarahkan
pandangannya keseluruh kelas atau siswa, sebab menatap atau memandang mata
setiap anak disik atau siswa bisa membentuk hubungan yang positif dan
menghindari hilangnya kepribadian. Bertemunya pandang diantara mereka yang
berinteraksi, sesungguhnya merupakan suatu etika atau sopan santun pergaulan
karena menunjukkan saling perhatian diantara mereka.

Hal-hal yang harus dihindari guru selama presentasinya didepan kelas :

a. Melihat keluar ruang

b. Melihat kearah langit-langit

c. Melihat kearah lantai

d. Melihat hanya pada siswa tertentu atas kelompok siswa saja

e. Melihat dan menghadap kepapan tulis saat menjelaskan kecuali sambil


menunjukkan sesuatu.

Hal-hal di atas bertujuan supaya bisa mengendalikan situasi kelas dengan


baik. Jadi dalam kontak pandang hendaknya guru berusaha seintim mungkin agar
siswa merasa diperhatikan dan dihargai, kontak mata yang sering dilakukan, akan
membangun dan membina jalinan tingkat tinggi, yaitu mengetahui psikologi anak
atau siswa dan mengetahui seberapa banyak pemahaman siswa terhadap materi
yang telah disampaikan. Untuk itu, pandanglah siswa-siswa anda secara merata
tapi jangan berlebihan, gunanya pandangan mata, seorang guru adalah untuk
menarik perhatian dan minat belajar siswa.

5. Perpindahan Posisi Guru

Perpindahan posisi guru dalam ruang kelas dapat membantu dalam menarik
perhatian anak didik, dapat pula meningkatkan kepribadian guru dan hendaklah

9
selalu diingat oleh guru, bahwa perpindahan posisi itu jangan dilakukan secara
berlebihan. Bila dilakukan berlebihan guru akan kelihatan terburu-buru, lakukan
saja secara wajar agar siswa bias memperhatikan. Perpindahan posisi dapat
dilakukan dari muka ke bagian belakang, dari sisi kiri ke sisi kanan, atau diantara
anak didik dari belakang kesamping anak didik. Dapat juga dilakukan dengan
posisi berdiri kemudian berubah menjadi posisi duduk dan diam di tempat lalu
berjalan-jalan mengelilingi siswa dan sebagainya. Yang penting dalam perubahan
posisi itu harus ada tujuannya, dan tidak sekedar mondar-mandir dan seorang guru
janganlah melakukan kegiatan mengajar dengan satu posisi, misalnya saja saat
menerangkan guru hanya berdiri didepan kelas saja atau duduk dikursi saja, tanpa
ada pergantian atau variasi ini bisa menimbulkan kebosanan siswa.

Guru melakukan pergantian posisi, sebaiknya jangan kaku atau kikuk,


lakukan saja secara bebas dan wajar bisa menarik perhatian siswa, jika guru kaku
dalam bergerak ini bisa menjemukan siswa. Dan bila variasi dilakukan secara
berlebihan itu juga bisa mengganggu perhatian siswa atau konsentrasi siswa
terhadap pelajaran.Maka dari itu gunakanlah variasi posisi ini secara wajar dan
sesuaikan dengan tujuan, tidak sekedar mondar-mandir.

6. Model-Model Belajar

Dalam melaksanakan variasi gaya mengajar, guru hendaknya


memperhatikan dan memahami gaya atau model-model belajar siswanya, supaya
siswa termotivasi, bersemangat dan berminat dalam belajar. Adapun model-model
belajar ada tiga macam, yaitu:13

a. Visual

Bagi pelajar visual, belajar yang efektif adalah dengan menggunakan


"gambaran keseluruhan" (melakukan tinjauan umum), yakni dengan
membaca bahan pelajaran secara sekilas. Cirri-ciri pelajar visual :

1) Teratur, memperhatikan segala sesuatu.

13
Udin, Wina Putra, M.A, dkk, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Universitas Terbuka,
2004, hal. 89

10
2) Mengingat dengan gambar, grafik dan warna untuk meningkatkan
memorinya.

Dari ciri-ciri diatas, guru dituntut untuk lebih kreatif dalam menyajikan
bahan pelajaran, guru harus bisa menggunakan gambar, warna, untuk
menumbuhkan minat belajar siswa dan meningkatkan memori siswa terhadap
bahan tersebut. Gaya mengajar guru yang mudah mempengaruhi siswa ini adalah
kontak pandang, perpindahan posisi dan eksperimen wajah.

b. Auditorial

Bagi pelajar auditorial, belajar yang efektif adalah dengan mendengar.


Untuk itu guru disaat menerangkan dituntut untuk menggunakan variasi,
pemusatan, perhatian dan kesenyapan memudahkan dan meningkatkan
perhatian siswa dalam belajar. Ciri-ciri siswa auditorial adalah :

1) Perhatiannya mudah terpecah


2) Berbicara dengan pola berirama
3) Belajar dengan cara mendengar
4) Berdialog secara internal dan eksternal

c. Kinestetik

Bagi pelajar kinestetik, belejar yang efektif adalah dengan melibatkan diri
langsung dengan aktifitasnya, jadi merekacenderung pada eksperimen
(gerak).

Ciri-ciri siswa kinestetik adalah :

1) Belajar dengan melakukan, menunjuk tulisan saat membaca


2) Mengingat sambil melihat langsung

Di sini guru dianjurkan melibatkan siswa saat proses belajar mengajar


berlangsung, menggunakan metode eksperimen, bahasa tubuh guru hendaknya
bervariasi, supaya menarik perhatian siswa dan mempermudah pemahaman siswa
terhadap materi tersebut.

11
BAB III

KESIMPULAN

Variasi mengajar sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar .


Komponen-komponen variasi mengajar seperti variasi gaya mengajar, variasi
media, dan bahan ajaran dan variasi interaksi, mutlak dikuasi oleh guru untuk
menggairahkan belajar anak didik dalam waktu relatif lama dalam suatu
pertemuan kelas.

Keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar akan


meliputi tiga aspek, yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam
menggunakan media dan bahan pengajaran, dan variasi dalam interaksi antara
guru dan siswa. Apabila ketiga komponen tersebut dikombinasikan dalam
penggunaannya atau secara integrasi, maka akan meningkatkan perhatian siswa,
membangkitkan keinginan dan kemampuan belajar. Keterampilan dalam
mengadakan variasi ini lebih luas penggunaannya daripada keterampilan lainnya,
karena merupakan keterampilan campuran atau diinegrasikan dengan
keterampilan yang lain. Misalnya, cariasi dalam memberikan penguatan, variasi
dalam memberi pertanyaan, dan variasi dalam tingkat kognitif.

Tecapainya tujuan pembelajaran tersebut bila setiap siswa mencapai


penguasaan terhadap materi yang diberikan dalam suatu pertemuan kelas.
Indikator penguasaan siswa terhadap materi pelajaran adalah terjadinya perubahan
di dalam diri siswa. Jadi, perhatian adalah masalah yang tidak bias
dikesampingkan dalam konteks pencapaian tujuan pembelajaran.

Guru yang bijaksana adalah guru yang pandai menempatkan diri dan
pandai mengambil hati siswa. Dengan sikap ini siswa merasa diperhatikan oleh
guru. Siswa selalu ingin dekat dengan guru. Ketiadaan guru barang sehari di
sekolah tidak jarang dipertanyakan. Siswa merasa rindu untuk selalu dekat di sisi
guru. Guru seperti itu biasanya karena gaya mengajarnya dan pendekatannya yang
sesuai dengan psikologis siswa. Variasi mengajarnya mempunyai relevansi

12
dengan gaya belajar siswa. Di sela-sela penjelasan selalu diselingi humor dengan
pendekatan yang edukatif, jauh dari sikap permusuhan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abidin S, Zainal, Ibnu Mas'ud. Fiqh Madzhab Syafi'i Edisi Lengkap Mu'amalah,
Munakahat, Jinayah. Bandung: PT. Pustaka Setia. 2000.

Ahmadi H, Abu. Psikologi Sosial. Rineka Cipta. 1991.

Arif, Muh. dan Eby Waskito Makalalag,S.Pd, pengembangan media


pembelajaran Bahasa arab (Sumatra Barat,Balai Insan Cendikia Mandiri.
2020.

Depdiknas. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang


Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. 2005.

Djamara, Syaiful Bahri. Guru dan Anak didik dalam Interaksi Eduktif, Jakarta:
PT.Rineka Cipta, 2000.

Djamara, Syaiful Bahri dan Drs Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta:Penerbit Rhineka Cipta, Cetakan ke tiga. 2006.

Hamalik, O. Psikologi Belajar dan Mengajar. Sinar Baru. 1992.

Johar, Rahmah dan Latifah Hanum,Strategi Belajar Mengajar: Untuk Menjadi


Guru yang Professional (Aceh: Syiah Kuala University Press. 2021.

Kunandar. Guru Profesional (Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan, dan Sukses dalam Sertifikasi guru), Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada. 2007.

Munsyi, Abdul Qadir. Definisi Gaya Mengajar. Bandung. Rosda Karya. 1995.

Nurhasnawati. Strategi Pembelajaran Mikro, Pekanbaru: Fakultas Tarbiyah.

Sardiman, A. M. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: Rajawali.


2004.

14
Suyanto. Tantangan profesional guru di era global. UNY. Yogyakarta. 2007.

Udin, Wina Putra, M.A, dkk, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Universitas
Terbuka. 2004.

Usman, Mohd. Uzer. Menjadi Guru Profesional (Edisi kedua), Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya. 2008.

Syahminan, Zaini. Mengenal Manusia Lewat Al Qur’an. Surabaya : PT. Bina


Ilmu. 1984.

15

Anda mungkin juga menyukai