PENDAHULUAN
Satu dari sekian banyak masalah di era global yang dihadapi Indonesia saat
ini adalah masalah di bidang pendidikan. Masalah yang belum teratasi pada saat
ini terutama masalah yang berhubungan dengan kualitas hasil pendidikan. 1
Adanya kebijakan sertifikasi guru adalah salah satu upaya nyata Pemerintah untuk
meningkatkan profesionalisme guru agar guru sebagai aktor utama dalam
pendidikan umumnya dan pembelajaran khususnya dapat meningkatkan
kompetensinya.
1
keinginan dan kemampuan belajar. Keterampilan dalam mengadakan variasi ini
lebih luas penggunaannya daripada keterampilan lainnya, karena merupakan
keterampilan campuran atau diinegrasikan dengan keterampilan yang lain.
Misalnya, variasi dalam memberikan penguatan, variasi dalam memberi
pertanyaan, dan variasi dalam tingkat kognitif.
Dalam proses belajar mengajar ada variasi bila guru dapat menunjukkan
adanya perubahan dalam gaya mengajar, media yang digunakan berganti-ganti,
dan ada perubahan dalam pola interaksi antara guru-siswa, siswa-guru dan siswa-
siswa. Variasi lebih bersifat proses daripada produk.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai pada penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
2
BAB II
PEMBAHASAN
Ada beberapa pendapat berkenaan dengan Variasi gaya belajar mengajar meliputi:
a. Menurut Uzer, variasi adalah suatu kegiatan guru dalam kontek proses
interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan
murid, sehingga dalam situasi belajar mengajar. Murid senantiasa
menunjukkan ketekunan, antusiasme serta penuh partisipasi.5
b. Menurut Abu Ahmadi, gaya mengajar adalah tingkah laku, sikap dan
perbuatan guru dalam melaksanakan proses pengajaran. 6
c. Menurut Abdul Qadir Munsyi, gaya mengajar adalah gaya yang dilakukan
guru pada saat mengajar di muka kelas. 7
3
Rahmah Johar dan Latifah Hanum,Strategi Belajar Mengajar: Untuk menjadi guru yang
professional (Aceh: Syiah Kuala University Press,2021)h.145
4
Dr.H.Muh.Arif,M.Ag dan Eby Waskito Makalalag,S.Pd, pengembangan media
pembelajaran Bahasa arab (Sumatra Barat,Balai Insan Cendikia Mandiri,2020),h.174
5
Usman, Mohd. Uzer, Menjadi Guru Profesional (Edisi kedua), PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung. 2008, hal. 88
6
Abu. Ahmadi H. Psikologi Sosial. PT. Rineka Cipta, Jakarta. 1991, hal. 99
7
Abdul Qadir Munsyi. Definisi Gaya Mengajar. Rosda Karya, Bandung, 1995, hal. 74
3
d. Menurut Syahminan Zaini, gaya mengajar adalah gaya atau tindak-tanduk
guru sebagai pernyataan kepribadiannya dalam menyampaikan bahan
pelajarannya kepada siswa.8
Dari definisi di atas, bisa ditarik kesimpulan bahwa variasi gaya mengajar
adalah pengubahan tingkah laku, sikap dan perbuatan guru dalam kontek belajar
mengajar yang bertujuan untuk mengatasi kebosanan siswa, sehingga siswa
memiliki minat belajar yang tinggi terhadap pelajarannya. Dan ini bisa dibuktikan
melalui ketekunan, antusiasme, keaktifan mereka dalam belajar dan mengikuti
pelajarannya di kelas.
4
3. Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah.
Suatu kenyataan yang tidak dapat dipunkiri bahawa didalam kelas ada
peserta didik yang kurang senanng terhadap seorang guru.
Konsekuensinya adalah bidang studi yang diampu oleh guru tersebut juga
tidak disenangi. Kurang senangnya peserta didik terhadap guru
disebabkan gaya belajar mengajar yang kurang variasi.
4. Memberikan kemungkinan pilihan daan fasilitas belajar individual
Penguasaan metode mengajar,penguasaan penggunaan media, dan
penguasaan terhadap berbagai pendekatan dalam mengajar yang harus
menjadi perhatian guru. Sehingga dapat memudahkan dalam
pengembangan variasi mengajar. Fasilitas merupakan kelengkapan
belajar yang harus ada disekolah,
5. Mendorong peserta didik untuk belajar
Lingkungan pengajaran yang kondusif adalah lingkungan yang mampu
mendorong peserta didik untuk selalu belajar hingga akhir kegiatan
belajar mengajar.
5
Variasi harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan, sehingga
tidak akan merusak perhatian siswa dan tidak menganggu proses belajar mengajar.
Direncanakan secara baik dan eksplisit dicantumkan dalam rencana pelajaran.
1. Variasi Suara
Variasi suara dalah perubahan suara dari keras menjadi lemah, dan tinggi
menjadi rendah, dari cepat menjadi lambat. Suara guru pada saat menjelaskan
materi pelajaran hendaknya bervariasi, baik dalam intonasi, volume, nada dan
kecepatan. Jika suara guru senantiasa keras terus atau terlalu keras, justru akan
sulit diterima, karena siswa menganggap gurunya seorang yang kejam, bila sudah
begitu siswa diliputi oleh rasa cemas, ketakutan selama belajar. Masalah seperti
ini yang harus dihindari bahkan ditiadakan. Tapi kalau suara guru terlalu lemah
(biasanya guru wanita) akan terdengar tidak jelas oleh siswa dan tidak bisa
menjangkau seluruh siswa di kelas, apalagi yang duduknya dideretan belakang.
Bila sudah begitu siswa akan meremehkan gurunya, perhatian siswa terhadap
materi yang diberikan itupun kurang. Untuk itu guru menggunakan variasi suara
yang disesuaikan ndengan situasi dan kondisi. Jadi suara guru senantiasa berganti-
ganti, kadang meninggi, kadang cepat, kadang lambat, kadang rendah (pelan).
10
Syaiful Bahri Djamara dan Aswan Zain; Strategi Belajar Mengajar, Penerbit Rhineka
Cipta, Cetakan ke tiga , Agustus 2006, Jakarta, hal. 89
6
Variasi suara bisa mempengaruhi informasi yang sangat biasa sekalipun,
gunakanlah bisikan atau tekanan suara untuk hal-hal penting, gunakan kalimat
pendek yang cepat untuk menimbulkan semangat.
2. Pemusatan Perhatian
Memang menarik perhatian siswa itu sangatlah tidak mudah apalagi dalam
jumlah siswa yang banyak, agar perhatian itu tetap ada perlu adanya prinsip-
prinsip yakni :
a. Perhatian seseorang tertuju atau diarahkan pada hal-hal yang baru, jenis
rangsangan baru yang dapat menarik perhatian termasuk warna dan bentuk.
Dalam pelajaran, seorang guru dapat menarik perhatian tentang kata-kata
penting pada suatu bacaan dengan memberi warna merah atau digaris
bawahi.
b. Perhatian seseorang tertuju atau terarah pada hal-hal yang dianggap rumit.
Bagi guru yang harus diingat adalah suatu pelajaran tidak boleh tampak
terlalu rumit dan guru tidak boleh mempersulit pelajaran yang sederhana
dikarenakan semata-mata untuk menarik perhatian siswa.
c. Orang mengarahkan perhatiannya pada hal-hal yang dikehendakinya, yaitu
hal-hal yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Untuk menimbulkan minat
11
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak didik dalam Interaksi Eduktif, PT.Rineka Cipta,
Jakarta, 2000, hal. 77
7
tersebut ada dua cara yakni dari diri sendiri dan dari luar dirinya. Dari luar
bisa saja lingkungan, orang tua dan guru. Disini gurulah yang berhak
menimbulkan atau membangkitkan minat belajar siswa baik dirumah
maupun dikelas. 12
Dari ketiga prinsip ini guru harus mengetahui banyak tentang siswanya agar
bisa mengarahkan perhatian siswa terhadap materi pelajaran, sehingga siswa
memiliki minat belajar yang tinggi guru dalam memusatkan perhatian siswa bisa
dengan memberikan kata-kata seperti : “coba perhatikan ini baik-baik”, karena
materinya agak sulit dan sebagainya.
Kesenyapan adalah suatu keadaan diam secara tiba-tiba demi pihak guru
ditengah-tengah menerangkan sesuatu. Adanya kesenyapan tersebut merupakan
alat yang baik untuk menarik perhatian siswa. Dengan keadaan senyap atau
diamnya guru secara tiba-tiba bisa menimbulkan perhatian siswa, sebab siswa
begitu tahu apa yang terjadi dan demikian pula setelah guru memberikan
pertanyaan kepada siswa alangkah bagusnya apabila diberi waktu untuk berfikir
dengan memberi kesenyapan supaya siswa bisa mengingat kembali informasi-
informasi yang mungkin ia hafal, sehingga bisa menjawab pertanyaan guru
dengan baik dan tepat.
4. Kontak pandang
12
Kunandar, Guru Profesional (Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dan
Sukses dalam Sertifikasi guru), Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 2007, hal.113
8
Ketika proses belajar mengajar berlangsung, jangan sampai guru menunduk
terus atau melihat langit-langit dan tidak berani mengadakan kontak mata dengan
para siswanya dan jangan sampai pula guru hanya mengadakan kontak pandang
dengan satu siswa secara terus menerus tanpa memperhatikan siswa yang lain.
sebaliknya bila guru berbicara atau menerangkan hendaknya mengarahkan
pandangannya keseluruh kelas atau siswa, sebab menatap atau memandang mata
setiap anak disik atau siswa bisa membentuk hubungan yang positif dan
menghindari hilangnya kepribadian. Bertemunya pandang diantara mereka yang
berinteraksi, sesungguhnya merupakan suatu etika atau sopan santun pergaulan
karena menunjukkan saling perhatian diantara mereka.
Perpindahan posisi guru dalam ruang kelas dapat membantu dalam menarik
perhatian anak didik, dapat pula meningkatkan kepribadian guru dan hendaklah
9
selalu diingat oleh guru, bahwa perpindahan posisi itu jangan dilakukan secara
berlebihan. Bila dilakukan berlebihan guru akan kelihatan terburu-buru, lakukan
saja secara wajar agar siswa bias memperhatikan. Perpindahan posisi dapat
dilakukan dari muka ke bagian belakang, dari sisi kiri ke sisi kanan, atau diantara
anak didik dari belakang kesamping anak didik. Dapat juga dilakukan dengan
posisi berdiri kemudian berubah menjadi posisi duduk dan diam di tempat lalu
berjalan-jalan mengelilingi siswa dan sebagainya. Yang penting dalam perubahan
posisi itu harus ada tujuannya, dan tidak sekedar mondar-mandir dan seorang guru
janganlah melakukan kegiatan mengajar dengan satu posisi, misalnya saja saat
menerangkan guru hanya berdiri didepan kelas saja atau duduk dikursi saja, tanpa
ada pergantian atau variasi ini bisa menimbulkan kebosanan siswa.
6. Model-Model Belajar
a. Visual
13
Udin, Wina Putra, M.A, dkk, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Universitas Terbuka,
2004, hal. 89
10
2) Mengingat dengan gambar, grafik dan warna untuk meningkatkan
memorinya.
Dari ciri-ciri diatas, guru dituntut untuk lebih kreatif dalam menyajikan
bahan pelajaran, guru harus bisa menggunakan gambar, warna, untuk
menumbuhkan minat belajar siswa dan meningkatkan memori siswa terhadap
bahan tersebut. Gaya mengajar guru yang mudah mempengaruhi siswa ini adalah
kontak pandang, perpindahan posisi dan eksperimen wajah.
b. Auditorial
c. Kinestetik
Bagi pelajar kinestetik, belejar yang efektif adalah dengan melibatkan diri
langsung dengan aktifitasnya, jadi merekacenderung pada eksperimen
(gerak).
11
BAB III
KESIMPULAN
Guru yang bijaksana adalah guru yang pandai menempatkan diri dan
pandai mengambil hati siswa. Dengan sikap ini siswa merasa diperhatikan oleh
guru. Siswa selalu ingin dekat dengan guru. Ketiadaan guru barang sehari di
sekolah tidak jarang dipertanyakan. Siswa merasa rindu untuk selalu dekat di sisi
guru. Guru seperti itu biasanya karena gaya mengajarnya dan pendekatannya yang
sesuai dengan psikologis siswa. Variasi mengajarnya mempunyai relevansi
12
dengan gaya belajar siswa. Di sela-sela penjelasan selalu diselingi humor dengan
pendekatan yang edukatif, jauh dari sikap permusuhan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Abidin S, Zainal, Ibnu Mas'ud. Fiqh Madzhab Syafi'i Edisi Lengkap Mu'amalah,
Munakahat, Jinayah. Bandung: PT. Pustaka Setia. 2000.
Djamara, Syaiful Bahri. Guru dan Anak didik dalam Interaksi Eduktif, Jakarta:
PT.Rineka Cipta, 2000.
Djamara, Syaiful Bahri dan Drs Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta:Penerbit Rhineka Cipta, Cetakan ke tiga. 2006.
Munsyi, Abdul Qadir. Definisi Gaya Mengajar. Bandung. Rosda Karya. 1995.
14
Suyanto. Tantangan profesional guru di era global. UNY. Yogyakarta. 2007.
Udin, Wina Putra, M.A, dkk, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Universitas
Terbuka. 2004.
Usman, Mohd. Uzer. Menjadi Guru Profesional (Edisi kedua), Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya. 2008.
15