Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

BIOGRAFI ULAMA HADITS : UMAR BIN ABDUL AZIZ DAN MUHAMMAD IBN

HAZZAM AR-RAMAHURRY

DISUSUN OLEH :

Akhmad Afrizal { 210101010744}


Muhammad Saman Abdul Ghoni {210101010857}

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI ANTASARI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “kitab-kitab hadits sesudah
abad ke-3 H” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas  pada  mata kuliah ulumul Hadits pada prodi S1 pendidikan agama islam.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “kitab-kitab hadits
sesudah abad ke-3 H” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak M. Daud Yahya, Dr.S.AG, M.AG selaku
dosen pengampu mata kuliah ulumul hadits yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami memohon maaf
yang sebesar-besarnya.

Banjarmasin, 7 Desember 2021


DAFTAR ISI

BAB III PENUTUP HALAMAN JUDUL..................................................................


KATA PENGANTAR...................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................
A. Latar belakang............................................................................................
B. Rumusan masalah.......................................................................................
C. Tujuan penulis............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................
A. Biografi umar Bin Abdul Azis....................................................................
B. Biografi Muhammad Ibn Hazzam Ar-ramahurry.......................................

BAB III PENUTUP......................................................................................................


KESIMPULAN..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Hadis adalah segala yang dinisbatkan kepada Nabi SAW.baik perkataan, perbuatan,
maupun keizinannya. Menurut Muhadditsin, khabar identik dengan hadis. Sekalipun ada
segolongan yang mengkhususkan khabar yang selain hadis seperti sejarah.Adapun Atsar ialah
segala yang dinisbatkan kepada sahabat Rasul.Sebagian ulama berpendapat bahwa Atsar adalah
periwayatan secara mutlak dari Rasulullah SAW.atau sahabat.
B. RUMUSAN MASALAH

1. Siapa Itu Umar Bin Abdul Aziz ?

2. Siapa Itu Muhammad Ibn Hazzam Ar-Ramahurry ?


C. TUJUAN PENULIS
1. Untuk mengetahui semua Biografi sejarah Umar Bin Abdul Aziz.
2. Untuk mengetahui semua Biografi sejarah Muhammad Ibn Hazzam Ar-Ramhurry.
3. Untuk mengambil pelajaran atau ‘itibar dari kedua tokoh tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. UMAR BIN ABDUL AZIZ

Umar lahir di madinah pada tahun 682. Sebagian sumber menyatakan bahwa dia lahir
di Mesir. Ayahnya adalah Abdul Aziz, putra Khalifah Marwan bin Al-Hakam yang merupakan
sepupu Khalifah 'Utsam bin affan. Ibunya adalah Laila, cucu Khalifah 'Umar bin khattab

Menurut tradisi Sunni, keterkaitan silsilah antara 'Umar bin Abdul 'Aziz dengan 'Umar bin
Khattab bermula pada suatu malam pada masa 'Umar bin Khattab. Saat sedang beronda malam,
'Umar bin Khattab mendengar percakapan antara seorang gadis dan ibunya dari keluarga
pedagang susu. Sang gadis menolak mencampur susu dengan air sebagaimana yang
diperintahkan ibunya lantaran terdapat larangan dari khalifah mengenai hal tersebut dan
mengatakan bahwa Allah melihat perbuatan mereka meski 'Umar bin Khattab sendiri tidak
mengetahui. Kagum akan kejujurannya, 'Umar memerintahkan salah seorang putranya, ‘Ashim,
untuk menikahi gadis tersebut. Dari pernikahan ini, lahirlah Laila, ibunda 'Umar bin 'Abdul
'Aziz.

'Umar lahir pada saat kekhalifahan dalam kepemimpinan Bani Sufyani, cabang Bani Umayyah
yang merupakan keturunan Abu Sufyan bin Harb. Pada masa Khalifah Yzid, perasaan tidak suka
dari penduduk Madinah terhadap Yazid meluas menjadi sentimen anti-Umayyah, sehingga
semua anggota Bani Umayyah diusir dari Madinah.

Setelah masa kekhalifahan Mu’awiyah bin Yazid berakhir pada 684, kendali Umayyah atas
kekhalifahan sempat runtuh dan banyak pihak berbalik mendukung 'Abdullah bin zubair,
khalifah pesaing Umayyah yang berpusat di mekkah. Umayyah kembali menguatkan
pengaruhnya saat Marwan diangkat menjadi khalifah di Syria. Putra Marwan, Abdul-Malik,
ditetapkan sebagai Gubernur Palestina dan putra mahkota, sedangkan putra Marwan yang lain,
'Abdul 'Aziz, ditetapkan sebagai Gubernur Mesir dan wakil putra mahkota.telah Marwan
mangkat, 'Abdul Malik menjadi khalifah, sedangkan kedudukan 'Abdul 'Aziz naik menjadi putra
mahkota sekaligus masih tetap mempertahankan kepemimpinannya atas Mesir sebagai gubernur.

'Umar bin 'Abdul 'Aziz menghabiskan sebagian masa kecilnya di wilayah kekuasaan ayahnya di
Mesir, utamanya di kota Helwan. Meski begitu, dia menerima pendidikan di Madinah yang saat
itu kepemimpinan kota tersebut sudah diambil alih kembali oleh pihak Umayyah pada 692.
Menghabiskan masa mudanya di sana, 'Umar menjalin hubungan erat dengan orang-orang saleh
dan perawi hadis.

Di penghujung usia, 'Abdul Malik ingin agar takhta kelak diwariskan kepada putranya, Al-
Walid, dan bukan kepada 'Abdul 'Aziz. 'Abdul 'Aziz menolak menyerahkan kedudukannya
sebagai putra mahkota, tetapi perselisihan dapat dihindari lantaran 'Abdul 'Aziz wafat lebih dulu
dari 'Abdul Malik. 'Abdul Malik kemudian menobatkan Al-Walid sebagai putra mahkota. Selain
itu, 'Abdul Malik memanggil 'Umar ke Damaskus dan menikahkannya dengan putrinya sendiri,
Fatimah.

B. Gubernur Madinah

Al-Walid naik takhta pada 705 setelah ayahnya mangkat. Secara silsilah, Al-Walid dan
'Umar bin 'Abdul 'Aziz adalah sepupu. Melalui pernikahan, mereka berdua adalah saudara ipar.
'Umar menikah dengan Fatimah, saudari Al-Walid, dan Al-Walid merupakan suami Ummul
Banin, saudari 'Umar.

Salah satu kebijakan Al-Walid adalah mengangkat 'Umar bin 'Abdul 'Aziz sebagai gubernur
Madinah. Di masa sebelumnya, Madinah yang menolak kepemimpinan Umayyah ditundukkan
secara paksa oleh pihak Umayyah pada pertempuran Al-Harrah pada masa Khalifah Yazid.
Gubernur Madinah sebelumnya, Hisyam bin ismail Al-Makzumi, dikenal sangat keras dalam
memerintah. Penunjukan 'Umar bin 'Abdul 'Aziz dimaksudkan untuk meredam ketegangan
antara penduduk Madinah dengan pihak Umayyah dan menjembatani kedua belah pihak. 'Umar
mulai menjabat pada bulan Februari atau Maret tahun 706 dan wilayah kewenangannya
kemudian diperluas ke mekkah dan Tha’if

'Umar juga kerap memimpin rombongan haji dan menunjukkan dukungan pada para ulama
Madinah, khususnya Said bin Al-Musayyib yang merupakan salah satu Tujuh Fuqaha
Madinah 'Umar tidak membuat keputusan tanpa berdiskusi dengan Said terlebih dahulu, salah
satunya adalah masalah perluasan Masjid Nabawi. Khalifah Al-Walid memerintahkan perluasan
masjid yang menjadikan rumah Nabi Muhammad harus turut direnovasi 'Umar membacakan
keputusan ini di depan penduduk Madinah sehingga banyak dari mereka yang menangis. Berkata
Said bin al-Musayyib, "Sungguh aku berharap agar rumah Rasulullah tetap dibiarkan seperti
apa adanya sehingga generasi Islam yang akan datang dapat mengetahui yang sesungguhnya
tata cara hidupnya yang sederhana".

Dalam menjalankan tugasnya, 'Umar membentuk sebuah dewan syura (musyawarah) yang
kemudian bersama-sama dengannya menjalankan pemerintahan provinsi. Mereka yang ditunjuk
sebagai anggota dewan syura Madinah adalah:

 Al-Qasim bin Muhammad Bin Abu Bakar Ash-shiddiq

 Sulaiman bin Yasar

 ‘Urwah Bin az-Zubair Bin ‘awwam

 Kharijah Bin Tsabit

 Abu Bakar bin ‘Abdur-Rahman al-Makzumi

 Abu Bakar bin Sulaiman bin Abi Hatsmah

Salim bin ‘ Abdullah bin Abi Hatsmah

 ‘Abdullah bin ‘Abdullah bin ‘Umar

 ‘Abdullah bin ‘Amin bin Rabiah.

Enam nama pertama yang disebutkan termasuk Tujuh Fuqaha Madinah.

Masa di Madinah itu menjadi masa yang jauh berbeda dengan pemerintahan sebelumnya, dan
keluhan-keluhan resmi ke Damaskus (ibukota kekhalifahan saat itu) berkurang dan dapat
diselesaikan di madinah. 'Umar juga cenderung longgar dalam menghadapi para ulama yang
kerap melayangkan kritik terhadap pemerintahan Umayyah. Dalam masalah pribadi, 'Umar bin
'Abdul 'Aziz memiliki gaya hidup yang mewah saat menjadi gubernur. Segala kebijakan yang
diambil menjadikan 'Umar bin 'Abdul 'Aziz sebagai pejabat yang terkenal akan kesalehan dan
kebijaksanaannya.

Kemasyhuran 'Umar bin 'Abdul 'Aziz menjadikan kelompok syiah dari kawasan Iraq yang
dipandang sebagai penentang Umayyah mencari suaka di Madinah lantaran mendapat
penindasan dari gubernur tempat mereka berasal, Al Hajjaj Bin Yusuf 'Umar melayangkan surat
kepada Al-Walid mengenai perbuatan Al-Hajjaj, tapi surat itu bocor dan diketahui Al-Hajjaj. Al-
Hajjaj menanggapinya dengan mengatakan pada Al-Walid melalui surat bahwa semua kebijakan
yang dia ambil dibuat untuk mengamankan keadaan negara, juga kemudian berbalik
menyalahkan 'Umar bin 'Abdul 'Aziz lantaran dipandang terlalu lemah dalam menghadapi para
penentang yang dikhawatirkan akan melemahkan pengaruh Umayyah. Sebagai catatan, Al-Hajjaj
adalah tangan kanan khalifah sejak masa 'Abdul Malik bin Marwan yang berkuasa selama lebih
dari dua dekade. Pengaruh Al-Hajjaj semakin menguat pada masa Al-Walid lantaran Al-Walid
merasa berutang budi pada Al-Hajjaj atas dukungannya. Sesuai saran Al-Hajjaj, Al-Walid
memberhentikan 'Umar bin 'Abdul 'Aziz, kemudian mengangkat 'Utsman bin Hayyan sebagai
Gubernur mekkah dan Khalid bin 'Abdullah sebagai Gubernur madinah

Setelah dicopot jabatannya, 'Umar bin 'Abdul 'Aziz berada di istana Al-Walid di
Damaskus. Menurut sejarawan 'Abbasiyah Ahmad Al-Ya'qubi, 'Umar melakukan shalat jenazah
pada Al-Walid saat dia mangkat pada 715.

Sepeninggal Al-Walid, Sulaiman Bin Abdul Malik yang merupakan adik kandungnya


dinobatkan sebagai khalifah dan memimpin kekhalifahan dari Yerussalem. Pada masanya, para
pejabat yang berkuasa pada masa Al-Walid dilucuti satu-persatu dari jabatan mereka. Al-Hajjaj
sudah meninggal tatkala Sulaiman naik takhta, tapi kerabat dan sekutunya diberhentikan dan
mendapat hukuman. Di sisi lain, lawan politik mereka menempati berbagai kedudukan penting
pada masa Sulaiman. Salah satu di antaranya adalah 'Umar bin 'Abdul 'Aziz.

Sulaiman yang juga merupakan sepupu 'Umar sangat memberikan penghormatan


padanya Bersama seorang ulama tabi’im Raja' bin Haiwah, 'Umar menjadi penasihat utama
Sulaiman. Dia mendampingi Sulaiman dalam memimpin rombongan haji pada 716 dan sampai
kembalinya di Yerusalem. Tampaknya dia juga mendampingi Sulaiman di saat kekhalifahan
berperang melawan 

Pada awalnya, Sulaiman menunjuk salah seorang putranya, Ayyub, menjadi putra mahkota,
tetapi Ayyub meninggal lebih dulu pada awal 717. Sulaiman yang saat itu sakit keras kemudian
berencana menunjuk putranya yang lain, Dawud, sebagai putra mahkota, tetapi Raja' bin Haiwah
tidak sepakat dengan alasan bahwa Dawud sedang berperang di Konstitunopel dan tidak ada
kejelasan mengenai kembalinya. Raja' mengusulkan agar mengangkat 'Umar bin 'Abdul 'Aziz
sebagai pewaris sebab 'Umar dikenal sebagai salah satu tokoh yang bijaksana, cakap, dan saleh
pada masa itu. Sulaiman menyepakati usulan tersebut. Namun demi menghindari perselisihan di
dalam tubuh Umayyah antara pihak 'Umar bin 'Abdul 'Aziz dengan saudara-saudara Sulaiman,
Sulaiman menetapkan saudaranya, Yazid, sebagai wakil putra mahkota. Hal ini bermakna bahwa
setelah 'Umar bin 'Abdul 'Aziz, Yazid yang akan menjadi khalifah. Raja' yang dipasrahi urusan
ini segera mengumpulkan anggota Bani Umayyah di masjid dan meminta mereka bersumpah
setia untuk menerima wasiat Sulaiman yang masih dirahasiakan. Setelah mereka menyatakan
kepatuhan, barulah Raja' mengumumkan bahwa 'Umar bin 'Abdul 'Aziz yang akan menjadi
khalifah sepeninggal Sulaiman. Saudara Sulaiman yang lain, Hisyam, menentang keputusan
tersebut, tetapi kemudian diancam akan dijatuhi hukuman, sehingga Hisyam patuh. Saat berada
di atas mimbar, 'Umar meminta agar Hisyam yang pertama kali memberikan sumpah setia
(bai'at). Hisyam kemudian maju membai'atnya, diikuti hadirin yang lain.

Namun menurut sejarawan Reinhard Eisener, peran Raja' dalam masalah ini dipandang "dilebih-
lebihkan". Hal ini lantaran penunjukkan 'Umar dipandang sudah sesuai tradisi. Ayah 'Umar
sendiri, 'Abdul 'Aziz, sebenarnya adalah putra mahkota dari ayah Sulaiman, Khalifah 'Abdul
Malik. Meski begitu, 'Abdul 'Aziz tidak mewarisi takhta lantaran meninggal lebih dulu dari
'Abdul Malik, sehingga setelah 'Abdul Malik mangkat, tampuk kekhalifahan dialihkan ke putra-
putra 'Abdul Malik.

Sulaiman mangkat pada September 717 dan 'Umar bin 'Abdul 'Aziz didaulat sebagai khalifah
tanpa penentangan berarti.

C. GAYA KEPEMIMPINAN UMAR BIN ABDUL AZIZ

Umar bin Abdul Aziz memiliki berbagai karakter yang membuatnya layak menjadi
pimpinan pilihan. Ia orang yang wara', sederhana, egaliter, tawadhu, telaten dan sabar, adil, dan
yang terpenting pembela kaum dhuafa. Salah satu kisah keteladanan Umar bin Abdul Aziz
tercantum dalam Biografi Khalifah Rasulullah (Khulafaur Rasul) karya Khalid Muhammad
Khalid (2013:666). Suatu ketika ada gubernur yang melayangkan surat kepada Umar untuk
meminta tambahan pena dan kertas. Dalam surat balasan, Umar bin Abdul Aziz menjawab,
"begitu suratku ini tiba, runcingkan pena, satukan tulisan, dan tulislah berbagai keperluan
sebanyak-banyaknya dalam satu kertas. Kaum muslimin tidak membutuhkan kata-kata lebih
yang membahayakan Baitul Mal mereka". Salah satu warisan penting dari Umar bin Abdul Aziz
adalah upayanya menyudahi konflik antara Bani Hasyim-Bani Umayyah. Umar menyebutkan,
"Allah menjaga tanganku dari peristiwa itu. Tetapi apakah aku tidak boleh membersihkannya
dengan lidahku?". Sejak zaman Umar bin Abdul Aziz pula, caci maki kepada Ali bin Abi Thalib
dihentikan. Sebelum era kekhalifahan Umar, setiap kali khotbah Jumat, diakhiri dengan memaki-
maki Ali, terkait rivalitas Bani Umayyah dan Bani Hasyim, dan sejarah panjang yang melibatkan
pendiri Dinasti Umayyah, Muawiyah bin Abu Sufyan, juga sang putra Yazid bin Muawiyah.
Menurut Umar bin Abdul Aziz, budaya caci maki yang demikian sudah saatnya dihentikan. Ali
bin Abi Thalib adalah sosok yang dijamin masuk surga, pemimpin yang dicintai Allah, salah satu
orang terkasih Rasul-Nya. Jadi tradisi ini harus dihentikan. Inilah yang kemudian menjadi awal
pijakan setiap kali khotbah Jumat dibacakan Surah an-Nahl:90. ‫اِ َّن هّٰللا َ يَْأ ُم ُر بِ ْال َع ْد ِل َوااْل ِ حْ َسا ِن َواِ ْيت َۤاِئ ِذى‬
َ‫ ْالقُرْ ٰبى َويَ ْن ٰهى َع ِن ْالفَحْ َش ۤا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َو ْالبَ ْغ ِي يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُوْ ن‬InnAllaaha ya'muru bil’adli waal-ihsaani wa-
iitaa-i dzii-lqurbaa wayanhaa ‘ani-lfahsyaa-i waalmunkari waalbaghyi ya’izhukum la’allakum
tadzakkaruuna Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran,
dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.

B.WAFAT UMAR BIN ABDUL AZIZ

Pada saat Umar bin Abdul Aziz wafat, ia tidak meninggalkan harta untuk anak-anaknya
kecuali sedikit. Setiap anak laki-laki hanya mendapatkan jatah 19 dirham saja, sementara satu
anak dari Hisyam bin Abdul Malik (khalifah Bani Umayah lainnya) mendapatkan warisan dari
bapaknya sebesar satu juta dirham. Namun beberapa tahun setelah itu salah seorang anak Umar
bi Abdul Aziz mampu menyiapkan seratus ekor kuda lengkap dengan perlengkapannya dalam
rangka jihad di jalan Allah, pada saat yang sama salah seorang anak Hisyam menerima sedekah
dari masyarakat.

D. .MUHAMMAD IBN HAZZAM AR-RAMAHURRY


Ibn Hazm lahir pada hari terakhir bulan Ramadhan tahun 384 H/ 994 M di Manta Lisyam
(Cordoba)77. Nama lengkap beliau adalah Abu Muhammad Ali bin Ahmad bin Sa'ad bin Hazm
bin Galib bin Salih bin Sofyan bin Yazid. Ibn Hazm merupakan keturunan Persia. Kakeknya,
Yazid berkebangsaan Persia, Maula Yasib bin Abi Sufyan al-Umawi.78 Ayahnya, Ahmad bin
Sa'id, termasuk golongan orang cerdas yang memperoleh kemuliaan di bidang ilmu dan
kebudayaan. Karena kecerdasannya itulah, ia merasa heran terhadap orang yang kacau dalam 76
Moenawir Chalil, Biografi Empat Serangkai Imam Mazhab perkataannya, ia berkata "Sungguh
saya heran terhadap orang yang kacau balau dalam khithabah (pidato)-nya, atau tidak tepat
dalam penulisannya. Karenanya, jika orang tersebut ragu dalam sesuatu, ia harus
meninggalkannya dan berpindah pada hal yang tidak meragukannya, karena sesungguhnya
kalam lebih luas daripada ini.79 Kehidupan keluarga Ibn Hazm yang berbahagia dan
berkecukupan ini tidak berlangsung lama. ketika itu ayahnya sebagai salah seorang menteri pada
akhir pemerintahan umayyah yang pertama di Andalus, bencana menimpanya ketika terjadinya
pergantian penguasa.Sebagai seorang pemangku kekuasaan Khalifah Umawiyah, Hisyam, Abu
Mansur al-Amiri telah bertindak sedemikian jauh. Khalifah tidak lebih dari sebuah boneka
belaka. Karena itu, tidak aneh bila di sana-sini sering terjadi pemberontakan, yang dimulai sejak
tahun 398 H hingga waktu yang tidak ditentukan. Para pemberontak menyerang, merampok dan
mengobrak-abrik Cordoba barat. Akibatnya, terjadi pengungsian besar-besaran. Keluarga Ibn
Hazm terpaksa mengungsi kekediaman lamanya diCordoba timur tempatnya desa Bilat Magis
pada tahun 399 H. Dalam kondisi yang tidak menentu inilah Ahmad ayah Ibn Hazm dipanggil ke
hadirat Allah SWT pada tahun 402 H.

1. PENDIDIKAN MUHAMMAD IBN HAZZAM AR-RAMHURRY

Dalam buku Tauq al-Hamamah karyanya sendiri, Ibn Hazm secara panjang lebar
mengungkap biografinya. Ibn Hazm memaparkan bahwa dirinya mula-mula memperoleh
pendidikan dasarnya dari para Jawari, yaitu wanita-wanitayang melayani keluarga ayahnya,dari
mereka Ibn Hazm belajar membaca, menulis, puisi dan menghapal Al-Qur‟an. Ibn Hazm berada
dalam bimbingan mereka para wanita hingga ia menginjak usia menjelang dewasa.81 Ketika
memasuki usia dewasa, Ibn Hazm diserahkan oleh ayahnya kepada seorang ulama yang alim,
zuhud dan wira'i, yaitu Abu al-Husaini bin Ali al-Farisi. Ibn Hazm di bimbing, diperkenalkan
dengan banyak ulama dalam berbagai disiplin ilmu. Ibn Hazm pernah diajak menghadiri majlis
ta'lim Abu-Qasim Abdurrahman al-Azdi. Dari sinilah bermula pembentukan kepribadian Ibn
Hazm yang walau terkenal tajam dan pedas lisannya, namun memiliki rasa keikhlasan yang
tinggi dan konsisten antara ilmu dan amal. Semua ini tidak bisa dilepaskan dari jasa ayahnya
yang sangat memperhatikan pendidikannya. Bahkan Abu Laila menyatakan bahwa ayahnya
punya peran yang besar dalam pembentukan karakter Ibn Hazm. Sebab ia berperan sebagai ayah,
ibu sekaligus guru bagi anaknya.

Ibnu Hazm dalam perjalanan mencari ilmu, ia telah melibatkan beberapa ulama yang berjasa
memberikan ia pelajaran dalam berbagai ilmu, guru-gurunya antara lain :

1}Yahya bin Mas‟ud bin Wajh Al-Jannah.

2) Abu Umar bin Muhammad Al-Jasur.

3) Yunus bin Abdillah bin Mughits Al-Qadhi.

4) Hammam bin Ahmad Al-Qadhi.

5) Muhammad bin Said bin Banat.

6) Abdullah bin Rabi‟ At-Tamimi.

7) Abdurrahman bin Abdillah bin Khalid.

8) Abdullah bin Muhammad bin Utsman.

9) Abu Umar Ahmad bin Muhammad Ath-Thalamkani.

10) Abdullah bin Yusuf bin Nami.

11) Ahmad bin Qasim bin Muhammad bin Ushbuqh

83 b. Sebagai ulama yang besar Ibnu hazm mempunyai beberapa Orang murid, di antara murid-
muridnya adalah:
1) Abu Rafi‟ Al-Fadhl (anaknya).

2) Abu Abdillah Al-Humaidi.

3) Al-Qadhi Abu Bakar bin Al-Arabi.

4) Abu Al-Hasan Syuriah bin Muhammad.


E. KESIMPULAN

Pada zaman Rasulullah S.A.W ada sedikit banyaknya para sahabat yang meriwayatkan
hadits-hadits oleh Rasulullah S.A.W.Salah satunya yaitu sahabat yang bernama Umar Bin
Abdul Aziz dan Muhammad Ibn Hazzam Ar-Ramhurry. Beliau adalah salah satu perawi
hadits yang ada di zaman nya Rasulullah S.A.W. Dan banyak pelajaran yag dapat kita
ambil dari kedua tokoh tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. studi kitab hadis. Yogyakarta: TERAS, 2003

Suryadiaga, Alfatih.metodologi Syarah memiliki adalah. Yogyakarta: 2012, SUKA-Press


UINsunan Kalijaga)

Https://nonkshe.wordpress.com

https://republika.cod.id

https://jacksite.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai