Anda di halaman 1dari 17

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
taufiq, rahmat serta hidayah-Nya kepada kita sehingga makalah yang berjudul
Mau’idhah atau Mengambil Riwayat-riwayat Para Sahabat ini dapat selesai tepat
pada waktunya.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ratna Juwita, S.Pd
selaku guru pembimbing yang telah membimbing dan memberikan arahan dalam
penyusunan makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis mohon maaf apabila ada kesalahan ataupun kekurangan dalam
makalah yang dibuat ini. Semoga makalah yang penulis buat ini dapat bermanfaat
untuk pengetahuan kita semua. Untuk tercapainya kesempurnaan makalah ini, kami
mohon kritik dan saran dari teman-teman yang membacanya.

Belitang, Oktober 2020


Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 1
C. Tujuan................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
1. Abu Bakar  As-Shiddiq  ra................................................................ 2
2. Umar bin Khatthab  al-Faruq  ra....................................................... 4
3. Utsman bin Affan  Dzunnurain  ra.................................................... 4
4. Ali bin Abi Tholib  Karramallahu Wajhahu...................................... 5
5. Abu 'Ubaidah bin Jarrah ra................................................................ 7
6. Abdurrahman bin 'Auf ra................................................................... 8
7. Zubair bin Awwam ra....................................................................... 9
8. Sa'ad bin Abi Waqqash ra................................................................. 10
9. Abu Ubaidillah Bin Jarrah................................................................. 11
10. Sa’id bin Zaid ra................................................................................ 12

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ..................................................................................... 13
B. Saran ............................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nabi Muhammad saw dilahirkan di Makkah pada Tahun Gajah yaitu pada
tanggal 12 Rabi'ul Awal atau pada tanggal 20 April (570 atau 571 Masehi). Nabi
Muhammad merupakan seorang anak yatim sesudah ayahnya Abdullah bin Abdul
Muttalib meninggal ketika ia masih dalam kandungan dan ibunya Aminah binti
Wahab meninggal dunia ketika ia berusia 7 tahun. Kemudian ia diasuh oleh kakeknya
Abdul Muthalib. Setelah kakeknya meninggal ia diasuh juga oleh pamannya
yaitu Abu Talib. Nabi Muhammad kemudiannya menikah dengan Siti Khadijah
ketika ia berusia 25 tahun. Ia pernah menjadi penggembala kambing.
Nabi Muhammad pernah diangkat menjadi hakim. Ia tidak menyukai suasana
kota Mekah yang dipenuhi dengan masyarakat yang memiliki masalah sosial yang
tinggi. Selain menyembah berhala, masyarakat Mekah pada waktu itu juga mengubur
bayi-bayi perempuan. Nabi Muhammad banyak menghabiskan waktunya dengan
menyendiri di gua Hira untuk mencari ketenangan dan memikirkan masalah
penduduk Mekah. Ketika Nabi Muhammad berusia 40 tahun, ia didatangi oleh
Malaikat Jibril. Setelah itu ia mengajarkan ajaran Islam secara diam-diam kepada
orang-orang terdekatnya yang dikenal sebagai "as-Sabiqun al-Awwalun(Orang-orang
pertama yang memeluk agama Islam)" dan selanjutnya secara terbuka kepada seluruh
penduduk Mekah.
Selama proses penyebaran agama islam dan pendakawaan nabi Muhammad
SAW, ada beberapa sahabat rasulullah yang terpilih menjadi Asratul Kiraam ( di
jamin masuk surga ). Sahabat-sahabat nabi tersebut terdiri dari 10 orang, mereka di
beri penghargaan tersebut karena atas jasa jasa mereka dalam memperjuangkan
agama islam yang sangat besar.

B. Rumusan Masalah
1. Siapa sajakah yang termasuk 10 sahabat nabi yang Asratul Kiraam?
2. Bagaimana perjuangan-perjuangan 10 sahabat nabi  dalam membela Islam?

C. Tujuan
1. Mengetahui siapa saja yang termasuk 10 sahabat nabi yang Asratul Kiraam
2. Mengetahui perjuangan-perjuangan 10 sahabat nabi  dalam membela Islam

1
BAB II
PEMBAHASAN

Setiap orang pasti ingin masuk surga. Namun, tidak mudah untuk meraihnya.
Tak cukup hanya mengaku sebagai Muslim, butuh ketaatan dan pengorbanan.
Lihatlah bagaimana sikap itu ditunjukkan oleh para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam (SAW). Tidak hanya harta, jiwa dan raga pun rela mereka persembahkan
untuk kejayaan Islam.
Dari sekian banyak sahabat Nabi, ada sepuluh sahabat yang memperoleh
jaminan surga (Asratul Kiraam). Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang petama-
tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang
yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dengan mereka dan
mereka ridho kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.
Itulah kemenangan yang agung.” (Qs At-Taubah : 100).

1. Abu Bakar  As-Shiddiq  ra.


Abu Bakar  (lahir: 572 - wafat: 23 Agustus 634 / 21 Jumadil Akhir 13H)
termasuk di antara mereka yang paling awal memeluk Islam. Setelah Nabi
Muhammad wafat, Abu Bakar menjadi khalifah Islam yang pertama pada
tahun 632 sampai tahun 634 M. Lahir dengan nama Abdullah bin Abi Quhafah, ia
adalah satu diantara empat khalifah yang diberi gelar Khulafaur
Rasyidin atau khalifah yang diberi petunjuk.
Abu Bakar Ash-Shidiq Nama lengkapnya adalah 'Abdullah ibn' Utsman bin
Amir bi Amru bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay bin
Ghalib bin Fihr al-Quraishi at-Tamimi '. Bertemu nasabnya dengan Nabi SAW pada
kakeknya Murrah bin Ka'ab bin Lu'ai. Dan ibu dari abu Bakar adalah Ummu al-Khair
salma binti Shakhr bin Amir bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim yang berarti ayah dan
ibunya sama-sama dari kabilah bani Taim.
Abu Bakar adalah ayah dari Aisyah , istri Nabi Muhammad. Nama yang
sebenarnya adalah Abdul Ka'bah (artinya 'hamba Ka'bah'), yang kemudian diubah
oleh Nabi menjadi Abdullah (artinya 'hamba Allah'). Nabi  memberinya gelar Ash-
Shiddiq(artinya 'yang berkata benar') setelah Abu Bakar membenarkan peristiwa Isra
Miraj yang diceritakan oleh Nabi Muhammad kepada para pengikutnya, sehingga ia
lebih dikenal dengan nama "Abu Bakar ash-Shiddiq".

2
Abu Bakar dilahirkan di kota Mekkah dari keturunan Bani Tamim (Attamimi),
sub-suku bangsa Quraisy . Beberapa sejarawan Islam mencatat ia adalah seorang
pedagang, hakim dengan kedudukan tinggi, seorang yang terpelajar serta dipercaya
sebagai orang yang bisa menafsirkan mimpi.
Ketika Nabi Muhammad menikah dengan Khadijah binti Khuwailid, ia pindah
dan hidup bersama Abu Bakar. Saat itu Nabi Muhammad menjadi tetangga Abu
Bakar. Sama seperti rumah Khadijah, rumahnya juga bertingkat dua dan
mewah. Sejak saat itu mereka berkenalan satu sama lainnya. Mereka berdua berusia
sama, pedagang dan ahli berdagang.
Dalam kitab Hayatussahabah, disebutkan bahwa Dakwah Muhammad kepada
perorangan, dituliskan bahwa Abu bakar masuk Islam setelah diajak oleh
Nabi. Abubakar kemudian mendakwahkan ajaran Islam kepada Utsman bin
Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Saad bin Abi Waqas dan
beberapa tokoh penting dalam Islam lainnya.
Istrinya Qutaylah binti Abdul Uzza tidak menerima Islam sebagai agama
sehingga Abu Bakar menceraikannya. Istrinya yang lain, Um Ruman, menjadi
Muslimah. Juga semua anaknya kecuali 'Abdur Rahman bin Abu Bakar, sehingga ia
dan 'Abdur Rahman berpisah.
Sebagaimana yang juga dialami oleh para pemeluk Islam pada masa awal. Ia
juga mengalami penyiksaan yang dilakukan oleh penduduk Mekkah yang mayoritas
masih memeluk agama nenek moyang mereka. Namun, penyiksaan terparah dialami
oleh mereka yang berasal dari golongan budak. Sementara para pemeluk non budak
biasanya masih dilindungi oleh para keluarga dan sahabat mereka, para budak disiksa
sekehendak tuannya. 
Hal ini mendorong Abu Bakar membebaskan para budak tersebut dengan
membelinya dari tuannya kemudian memberinya kemerdekaan. Ketika
peristiwa Hijrah , saat Nabi Muhammad SAW pindah ke Madinah (622 M), Abu
Bakar adalah satu-satunya orang yang menemaninya. Abu Bakar juga terikat dengan
Nabi Muhammad secara kekeluargaan. Anak perempuannya,  Aisyah menikah
dengan Nabi Muhammad beberapa saat setelah Hijrah.
Tentang keperibadian Abu Bakar r.a. Aisyah berkata, bahwa Abu Bakar adalah
seorang pedagang, yang setiap hari pergi ke pasar untuk melakukan jual beli. Dia
mempunyai sekumpulan domba yang dia urus sendiri dan terkadang
menggembalakannya atau dia serahkan kepada orang lain. Dia juga memerah air
susunya untuk diberikan kepada orang-orang kampung. Ketika dia sudah dibaiat

3
sebagai khalifah, ada seorang gadis perempuan yang berkata, "Tentunya sekarang dia
tidak mau lagi memerah air susu untuk diberikan kepada kami".

2. Umar bin Khatthab  al-Faruq  ra.


Umar bin Khattab bin Nafiel bin Abdul Uzza atau lebih dikenal dengan Umar
bin Khattab (581 M-November 644 M) adalah salah seorang sahabat Nabi
Muhammad yang juga adalah khalifah kedua Islam (634M-644M). Umar juga
merupakan satu diantara empat orang Khalifah yang digolongkan sebagai Khalifah
yang diberi petunjuk ( Khulafaur Rasyidin ).
Umar dilahirkan di kota Mekkah dari suku Bani Adi, salah satu rumpun
suku Quraisy , suku terbesar di kota Mekkah saat itu. Ayahnya bernama Khattab bin
Nufail Al Shimh Al Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim. Umar memiliki
julukan yang diberikan oleh Muhammad yaitu Al-Faruq yang berarti orang yang bisa
memisahkan antara kebenaran dan kebatilan.
Keluarga Umar tergolong keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan
menulis, yang pada masa itu merupakan sesuatu yang langka. Umar juga dikenal
karena fisiknya yang kuat dimana ia menjadi juara gulat di Mekkah.
Sebelum memeluk Islam, Umar adalah orang yang sangat disegani dan
dihormati oleh penduduk Mekkah, sebagaimana tradisi yang dijalankan oleh
kaumjahiliyah Mekkah saat itu, Umar juga mengubur putrinya hidup-hidup sebagai
bagian dari pelaksanaan adat Mekkah yang masih barbar. 
Umar bin Khaththab RA adalah khalifah kedua. Ia termasuk sahabat yang
sangat dikasihi oleh Nabi. Sebelum masuk Islam, ia dikenal sebagai sosok yang jago
gulat dan gemar mabuk-mabukan. Seluruh penduduk Makkah merasa takut
kepadanya. ’Umar memeluk Islam setelah mendengar surat Thoha yang dibacakan
saudara perempuannya. Ia sangat keras dalam membela agama Allah. Ia menjadi
salah satu benteng Islam yang mampu menyurutkan perlawanan kaum Quraisy
terhadap diri Nabi dan sahabat.

3. Utsman bin Affan  Dzunnurain  ra.


Utsman bin Affan (574 - 656 /12 Dzulhijjah 35 H; umur 81-82 tahun) adalah
sahabat Nabi Muhammad SAW yang termasuk Khulafaur Rasyidin yang ke-
3. Utsman adalah seorang yang saudagar yang kaya tetapi sangatlah dermawan. Ia
juga berjasa dalam hal membukukan Al-Qur'an.

4
Ia adalah khalifah ketiga yang memerintah dari tahun 644 (umur 69-70 tahun)
sampai 656 (selama 11-12 tahun). Selain itu sahabat nabi yang satu ini memiliki sifat
yang sangat pemalu.
Utsman bin Affan adalah sahabat nabi dan juga khalifah ketiga dalam
Khulafaur Rasyidin. ia dikenal sebagai pedagang kaya raya dan ekonom yang handal
namun sangat dermawan. Banyak bantuan ekonomi yang diberikannya kepada umat
Islam di awal dakwah Islam. Ia mendapat julukan Dzunnurain yang berarti yang
memiliki dua cahaya. Julukan ini didapat karena Utsman telah menikahi puteri kedua
dan ketiga dari Rasullah Saw yaitu Ruqayah dan Ummu Kaltsum.
Utsman bin Affan lahir pada 574 Masehi dari golongan Bani Umayyah. Nama
ibunya adalah Arwa binti Kuriz bin Rabiah. ia masuk Islam atas ajakan Abu Bakar
dan termasuk golongan as-sabiqun al-Awwalun (golongan yang pertama-tama masuk
Islam). Rasulullah Saw sendiri menggambarkan Utsman bin Affan sebagai pribadi
yang paling jujur dan rendah hati di antara kaum muslimin.
Diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa Aisyah bertanya kepada Rasulullah
Saw,  Abu Bakar masuk tapi engkau biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus,
lalu Umar masuk engkau pun biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus. Akan
tetapi ketika Utsman masuk engkau terus duduk dan membetulkan
pakaian, mengapa?' Rasulullah menjawab, "Apakah aku tidak malu terhadap orang
yang malaikat saja malu kepadanya”.

4. Ali bin Abi Tholib  Karramallahu Wajhahu


Ali bin Abi Thalib  (lahir sekitar 13 Rajab 23 Pra Hijriah / 599 - wafat
21 Ramadhan 40 Hijriah / 661 ), adalah salah seorang pemeluk Islam pertama dan
juga keluarga dari Nabi Muhammad. Ia adalah Khalifah terakhir dari Khulafaur
Rasyidin. Ali adalah sepupu dari Nabi Muhammad, dan setelah menikah
dengan Fatimah az-Zahra, ia menjadi menantu Nabi Muhammad SAW.
Ali dilahirkan di Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab, pada tanggal
13 Rajab. Menurut sejarawan, Ali dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya kenabian
Muhammad, sekitar tahun 599 Masehi atau 600 (perkiraan). 
Muslim Syi'ah  percaya bahwa Ali dilahirkan di dalam Ka'bah. Usia Ali
terhadap Nabi Muhammad masih diperselisihkan hingga kini, sebagian riwayat
menyebut berbeda 25 tahun, ada yang berbeda 27 tahun, ada yang 30 tahun bahkan
32 tahun.

5
Ia bernama asli  Haydar bin Abu Thalib, paman Nabi Muhammad
SAW. Haydar yang berarti Singa adalah harapan keluarga Abu Thalib untuk memiliki
penerus yang dapat menjadi tokoh pemberani dan disegani di antara
kalangan Quraisy Mekkah. Setelah mengetahui sepupu yang baru lahir diberi
nama Haydar, Nabi SAW memanggil dengan Ali yang berarti Tinggi (derajat di sisi
Allah). Ali dilahirkan dari ibu yang bernama Fatimah binti Asad,
dimana Asad merupakan anak dari Hasyim, sehingga menjadikan Ali, merupakan
keturunan Hasyim dari sisi bapak dan ibu.
Kelahiran Ali bin Abi Thalib banyak memberi hiburan bagi Nabi SAW karena
beliau tidak punya anak laki-laki. Uzur dan faqir nya keluarga Abu Thalib memberi
kesempatan bagi Nabi SAW bersama istri beliau Khadijah untuk mengasuh Ali dan
menjadikannya putra angkat. Hal ini sekaligus untuk membalas jasa kepada Abu
Thalib yang telah mengasuh Nabi sejak beliau kecil hingga dewasa, sehingga sedari
kecil Ali sudah bersama dengan Nabi Muhammad.
Ali Bin Abu Thalib tumbuh menjadi anak yang cepat matang. Di wajahnya
tampak jelas kematangannya, yang juga menunjukkan kekuatan, dan ketegasan. Saat
ia menginjak usia pemuda, ia segera berperan penuh dalam dakwah Islam, tidak
seperti yang dilakukan oleh pemuda seusianya. Contoh yang paling jelas adalah
keikhlasannya untuk menjadi tameng Rasulullah Saw saat beliau hijrah, dengan
menempati tempat tidur beliau. Ia juga terlibat dalam peperangan yang hebat, seperti
dalam perang Al Ahzab, dia pula yang telah menembus benteng Khaibar. Sehingga
dia dijuluki sebagai pahlawan Islam yang pertama.
Ali bin Abu Thalib adalah seorang dengan perawakan sedang, antara tinggi dan
pendek, perutnya agak menonjol, pundaknya lebar, kedua lengannya berotot, seakan
sedang mengendarai singa. lehernya berisi. bulu jenggotnya lebat,  matanya
besar, wajahnya tampan. kulitnya agak gelap, postur tubuhnya tegap dan
proporsional, bangun tubuhnya kokoh, seakan-akan dari baja. 
Jika berjalan seakan-akan sedang turun dari ketinggian, seperti berjalannya
Rasulullah Saw. Seperti dideskripsikan dalam kitab Usudul Ghaabah fi Ma'rifat ash
Shahabah: adalah Ali bin Abi Thalib bermata besar, berkulit gelap, berotot kokoh,
berbadan besar, berjenggot lebat, bertubuh agak pendek, sangat fasih dalam
berbicara, berani, pantang mundur, dermawan, pemaaf, lembut dalam berbicara, dan
halus perasaannya.
Jika ia dipanggil untuk berduel dengan musuh di medan perang, ia segera maju
tanpa gentar, mengambil perlengkapan perangnya, dan menghunuskan

6
pedangnya. Untuk kemudian menjatuhkan musuhnya dalam beberapa
langkah. Karena sesekor singa, ketika ia maju untuk menerkam mangsanya, ia
bergerak dengan cepat bagai kilat, dan menyergap dengan tangkas, untuk kemudian
membuat korban tak berkutik.
Tadi adalah sifat-sifat fisiknya. Sedangkan sifat-sifat kejiwaannya, maka ia
adalah sosok yang sempurna, penuh dengan kemuliaan. Keberaniannya menjadi
perlambang para kesatria pada masanya. Setiap kali ia menghadapi musuh di medan
perang, maka dapat dipastikan ia akan mengalahkannya. Seorang yang takwa tak
terkira, tidak mau masuk dalam hal yang syubhat, dan tidak pernah melalaikan
syari'at.

5. Abu 'Ubaidah bin Jarrah ra.


Rasulullah saw. menjulukinya dengan seorang yang "Gagah dan Jujur ". Ia
adalah Abu 'Ubaidah, Amir bin Abdillah ibnul Jarrah  ra. lahir di Mekah, di sebuah
rumah keluarga suku Quraisy terhormat. Nama lengkapnya adalah Amir bin Abdullah
bin Jarah yang dijuluki dengan Abu Ubaidah. Abu Ubaidah adalah seorang yang
berperawakan tinggi, kurus, berwibawa, bermuka ceria, rendah diri dan sangat
pemalu.Beliau termasuk orang yang berani ketika dalam kesulitan, dia disenangi oleh
semua orang yang melihatnya, siapa yang mengikutinya akan merasa tenang.
Abu 'Ubaidah, Amir bin Abdillah ibnul Jarrah masuk Islam melalui Abu Bakar
Shiddiq di awal mula kerasulan, yakni sebelum Rasulullah saw mengambil rumah
Arqam sebagai tempat da'wah. Ia ikut hijrah ke Habsy pada kali kedua. Ia kembali
pulang agar dapat mendampingi Rasulullah di perang Badar, perang Uhud, dan
pertempuran-pertempuran lainnya. Lalu sepeninggal Rasulullah, dilanjutkannya gaya
hidupnya sebagai seorang kuat yang dipercaya mendampingi Abu Bakar dan
kemudian Umar dalam pemerintahan masing-masing dengan mengesampingkan
dunia kemewahan dalam menghadapi tanggung jawab keagamaan, baik dalam zuhud
dan ketaqwaan, amanah dan keteguhan.
Ketika Abu 'Ubaidah bai'at atau sumpah setia kepada Rasulullah saw akan
membangkitkan hidupnya di jalan Allah, ia menyadari sepenuhnya makna kata-kata
yang tiga ini: berjuan dijalan Allah, dan telah memiliki persiapan sempurna untuk
menyerahkan kepadanya apa saja yang dibutuhkan berupa darma bakti dan
pengurbanan.
Semenjak ia mengulurkan tangannya untuk bai'at kepada Rasulullah, ia tidak
memperhatikan kepentingan pribadi dan masa depannya. Seluruh kehidupannya

7
dihabiskan dalam mengemban amanat yang dititipkan Allah kepadanya dan
dibaktikan pada jalan-Nya demi mencapai keridhaan-Nya. Tidak ada suatu pun yang
dikejar untuk kepentingan dirinya pribadi, dan tidak satu keinginan atau kebencian
pun yang dapat menyelewengkannya dari jalan Allah itu.
Maka tatkala Abu 'Ubaidah telah menepati janji yang dilakukan oleh para
sahabat lainnya, dilihat pula oleh Rasulullah sikap jiwa dan tata cara kehidupannya
yang menyebabkannya layak untuk menerima gelar mulia yang diserahkan serta
dihadiahkan Rauslullah kepadanya, dengan sabdanya: "Orang kepercayaan ummat
ini, Abu 'Ubaidah ibnul Jarrah."

6. Abdurrahman bin 'Auf ra.


Abdurahman bin 'Auf. Dialah saudagar yang berhasil. Keberhasilan yang paling
besar dan lebih sempurna. Dia pulalah orang yang kaya raya. Kekayaan yang paling
banyak dan melimpah ruah. Dialah seorang Mu'min yang bijaksana yang tak sudi
kehilangan bagian keuntungan dunianya oleh karena keuntungan agamanya, dan tidak
suka harta benda kekayaannya meninggalkannya dari kafilah iman dan pahala surga.
Maka dialah yang membaktikan harta kekayaannya dengan kedermawanan dan
pemberian yang tidak terkira, dengan hati yang puas dan rela.
Ia masuk Islam sejak fajar menyingsing. Ia telah memasukinya di saat-saat
permulaan da'wah, yakni sebelum Rasulullah saw memasuki rumah Arqam bin Abil
Arqam dan menjadikannya sebagai tempat pertemuan dengan para shahabatnya
orang-orang Mu'min.
Ia adalah salah seorang dari delapan orang yang pertama masuk Islam. Abu
Bakar datang kepadanya menyampaikan Islam, begitu juga kepada Utsman bin
'Affan, Zubair bin Awwam, Thalhah bin Ubaidillah, dan Sa'ad bin Abi
Waqqash. Maka tak ada persoalan yang tertutup untuk mereka, dan tak ada keragu-
raguan yang menjadi penghalang, bahkan mereka segera pergi bersama Abu Bakar
Shiddiq menemui Rasulullah saw menyatakan bai'at dan memikul bendera Islam.
Dan semenjak keislamannya sampai berpulang menemui Tuhannya dalam umur
75 tahun, ia menjadi teladan yang cemerlang sebagai seorang mu'min yang besar. Hal
ini menyebabkan Nabi saw memasukkannya dalam sepuluh orang yang telah diberi
kabar gembira sebagai ahli surga.
Dan Umar ra mengangkatnya pula sebagai anggota kelompok musyawarah
yang berenam yang merupakan calon khalifah yang akan dipilih sebagai

8
penggantinya, seraya katanya, "Rasulullah wafat dalam keadaan ridha kepada
mereka!".
Segeralah Abdurrahman masuk Islam menyebabkannya menceritakan nasib
malang berupa penganiayaan dan penindasan dari Quraisy. Dan sewaktu Nabi saw,
memerintahkan para sahabatnya hijrah ke Habsyi, Abdurrahman Ibnu 'Auf ikut
berhijrah kemudian kembali lagi ke Mekah, lalu hijrah untuk kedua kalinya ke Habsyi
dan kemudian hijrah ke Madinah, ikut bertempur di perang Badar, Uhud dan
peperangan-peperangan lainnya.
Keberuntungannya dalam bisnis sampai suatu batas yang membangkitkan
dirinya pribadi ketakjuban dan keheranan, hingga katanya, "Sungguh, kulihat diriku,
seandainya aku mengangkat batu niscaya kutemukan di bawahnya emas dan perak!".
Bisnis untuk Abdurrahman bin 'Auf  ra. bukan berarti rakus, bukan pula suka
menumpuk harta atau hidup mewah dan riya. Malah itu adalah suatu amal dan tugas
kewajiban yang keberhasilannya akan menambah dekatnya jiwa kepada Allah dan
berkorban di jalan-Nya.
Abdurrahman bin 'Auf seorang yang berwatak dinamis, kesenangannya dalam
amal yang mulia di mana juga adanya. Bila ia tidak sedang shalat di mesjid, dan tidak
sedang berjihad dalam mempertahankan agama tentulah ia sedang mengurus
bisnisnya yang berkembang pesat, kafilah-kafilahnya membawa ke Madinah dari
Mesir dan Syria barang-barang muatan yang dapat memenuhi kebutuhan seluruh
jazirah Arab berupa pakaian dan makanan.

7. Zubair bin Awwam ra.


Zubair bin Awwam  bin Khuwailid bin Asad bin Abdil Uzza bin Qushai bin
Kilab. Ibunya bernama Shafiyah binti Abdul Muthalib, bibi Rasulullah saw. Wanita
ini telah menyatakan dirinya sebagai pemeluk agama Islam. 
Zubair bin Awwam termasuk salah seorang dari 7 orang yang pertama masuk
Islam. Beliau memeluk agama Islam ketika dia masih berusia 8 tahun dan melakukan
hijrah ketika berusia 18 tahun. Berperawakan tinggi dan berkulit putih. Namun ada
juga yang mengatakan bahwa perawakan Zubair tidak termasuk sangat tinggi dan
juga tidak tergolong pendek dan bukan termasuk orang yang berbadan gemuk. Ada
yang mengatakan bahwa warna kulitnya sawo matang, memiliki banyak bulu tubuh,
dan kedua pipinya tidak penuh terisi daging. 
Ketika pamannya Naufal bin Khuwailid mengetahui perihal Zubair telah masuk
Islam, beliau sangat marah dan berusaha menyiksanya, pernah beliau dimasukkan

9
dalam karung tikar, kemudian dibakar, dan dia berkata kepadanya, "Lepaskan dirimu
dari Tuhan Muhammad, maka saya akan melepaskan dirimu dari api ini." Namun
Zubair menolaknya dan berkata kepadanya,"Tidak, demi Allah saya tidak akan
kembali kepada kekufuran selamanya."
Suatu hari beliau mendengar isu yang mengabarkan bahwa Nabi Muhammad
saw telah meninggal, maka dia keluar menuju jalan-jalan di Mekkah sambil
menghunuskan pedangnya, dan memecah barisan manusia, lalu pergi mencari
kepastian dari isu ini dan berjanji jika isu itu benar dia akan membunuh orang yang
telah membunuh Rasulullah saw, akhirnya beliau bertemu dengan Rasulullah saw di
utara Mekkah, maka saat itu Rasulullah saw berkata kepadanya, "Ada apakah engkau
gerangan?" dia berkata, "Saya mendengar kabar bahwa engkau telah terbunuh," Nabi
berkata kepadanya, "Lalu apa yang akan engkau lakukan?" dia berkata, "Saya akan
membunuh orang yang telah membunuhmu." Setelah mendengar hal tersebut
beliaupun bergembira dan mendoakannya dengan kebaikan dan pedanganya dengan
kemenangan.
Zubair merupakan orang yang pertama menghunuskan pedangnya di jalan
Allah, Ia pernah ikut berhijrah ke Habasyah bersama orang-orang hijrah dari kaum
muslimin, dan beliau tetap tinggal disana hingga Rasulullah saw mengijinkannya
untuk kembali ke Madinah. Beliau selalu mengikuti peperangan bersama Rasulullah
saw, setelah perang Uhud dan orang-orang Quraisy kembali ke Mekah, Rasulullah
saw mengirim 70 orang sahabat untuk mendampingi dirinya, termasuk di
dalamnya  Abu Bakar As-Siddiq  dan Zubair bin Awwam.

8. Sa'ad bin Abi Waqqash ra.


Malam telah larut, ketika seorang pemuda bernama Sa'ad bin Abi Waqqash
terbangun dari tidurnya. Baru saja ia bermimpi yang sangat mencemaskan. Ia merasa
terbenam dalam kegelapan, kerongkongannya terasa sesak, nafasnya terengah-engah,
keringatnya bercucuran, keadaan sekelilingnya gelap-gulita. Dalam kondisi yang
demikian dahsyat itu, tiba-tiba dia melihat seberkas cahaya dari langit yang terang-
benderang. Maka dalam sekejap, berubahlah dunia yang gelap-gulita menjadi terang
benderang dengan cahaya tadi. Cahaya itu menyinari seluruh rumah penjuru
bumi. Bersamaan dengan sinar yang cemerlang itu, Sa'ad bin Abi Waqqash melihat
tiga orang pria, yang setelah diamati tidak lain adalah  Ali bin Abi Thalib , Abu Bakar
bin Abi Quhafah  dan  Zaid bin Haritsah .

10
Sejak ia bermimpi yang demikian itu, mata Sa'ad bin Abi Waqqash tidak mau
terpejam lagi. Kini Sa'ad bin Abi Waqqash duduk merenung untuk memikirkan arti
mimpi yang baginya sangat aneh. Sampai sinar matahari mulai meninggi, rahasia
mimpi yang aneh tersebut masih belum terjawab. Hatinya kini bertanya-tanya, berita
apakah gerangan yang hendak saya peroleh. Seperti biasa, di waktu pagi, Sa'ad dan
ibunya selalu makan bersama-sama. 
Dalam menghadapi hidangan pagi ini, Sa'ad lebih banyak berdiam diri. Sa'ad
adalah seorang pemuda yang sangat patuh dan taat kepada ibunya. Namun, mimpi
semalam dirahasiakannya, tidak diceritakan kepada ibu yang sangat dicintai dan
dihormatinya. Sedemikian dalam sayangnya Sa'ad pada ibunya, sehingga seolah-olah
cinta Sa'ad hanya untuk ibunya yang telah memelihara dirinya sejak kecil sampai
dewasa dengan penuh kelembutan dan berbagai pengorbanan.
Pekerjaan Sa'ad adalah membuat tombak dan lembing yang diruncingkan untuk
dijual kepada pemuda-pemuda Makkah yang senang berburu, meskipun ibunya
terkadang melarangnya melakukan usaha ini. Ibu Sa'ad yang bernama Hamnah binti
Suyan bin Abu Umayyah adalah seorang wanita hartawan keturunan bangsawan
Quraisy, yang memiliki wajah cantik dan anggun. Disamping itu, Hamnah juga
seorang wanita yang terkenal cerdik dan memiliki pandangan yang jauh. Hamnah
sangat setia kepada agama nenek moyangnya, yaitu penyembah berhala.
Sa’ad bin Abi Waqqas memeluk Islam saat berusia 17 tahun. Ia sangat mahir
menunggang kuda dan memanah. Jika ia memanah musuh dalam sebuah peperangan
pastilah tepat sasaran. Hampir seluruh peperangan ia ikuti. Saat awal memeluk Islam,
ibunya mengancam mogok makan dan minum. Dengan harapan, Sa’ad kembali ke
ajaran nenek moyang. Namun, hampir sang ibu menemui ajal, ancaman itu
dihiraukannya. Ia tidak menjual keyakinannya dengan apa pun, nyawa ibunya
sekalipun. Saat periode Khalifah Umar bin Khattab, Sa’ad diangkat sebagai gubernur
militer di Iraq yang bertugas mengatur pemerintahan dan sebagai panglima tentara.
Sa’ad wafat pada usia 70 tahun (55H atau 675M). Ia dimakamkan ditanah Baqi’.

9. Abu Ubaidillah Bin Jarrah


Rasulullah pernah memberikan pernyataan tentang Abu ‘Ubaidah.
“Sesungguhnya setiap umat mempunyai orang kepercayaan, dan sesungguhnya
kepercayaan umat ini adalah Abu Ubaidah,” begitu kata Rasulullah. Abu Ubaidah
orang yang amanah dan jujur dalam berperilaku. Abu Ubaidah masuk Islam melalui

11
perantara Abu Bakar As-Shiddiq diawal kerasulan Muhammad. Ia beberapa kali
dipercaya Rasul memimpin peperangan. Ia wafat pada tahun 18H atau 639M.

10. Sa’id bin Zaid ra.


Sa’id adalah di antara sahabat yang beruntung. Dia masuk Islam bersama-sama
istrinya, Fathimah binti Al-Khaththab, adik perempuan ‘Umar bin Khaththab. Sa’id
membaktikan segenap daya dan tenaganya untuk berkhidmat kepada Islam. Ketika
memeluk Islam usianya belum genap 20 tahun. Sa’id turut berperang bersama
Rasulullah dalam setiap peperangan. Ia juga turut bersama kaum muslimin mencabut
singgasana Kisra Persia. Sa’id pernah diperintahkan Rasulullah untuk memata-matai
aktivitas musuh. Ia wafat dalam usia 70 tahun (51H atau 671M), dan dimakamkan di
Baqi’, Madinah.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Selain Rasulullah Muhammad SAW yang menjadi suri tauladan kita selaku
umat islam, sebainya kita juga harus mencontoh sikap-sikap yang dimiliki oleh para
sahabat Rasulullah Muhammad SAW.
Ke 10 sahabat Nabi tersebut mencapai hal dan penghargaan tersebut tidaklah
gampang, mereka meraih hal tersebut dengan proses dan tantangan serta cobaan yang
begitu banyak dan berat.

B. Saran
Untuk memperlancar pembuatan makalah maka disarankan untuk mencari
referensi sebanyak  mungkin baik dari buku maupun dari literatur lainnya sepert
jurnal dan pencarian melalui internet.

13
DAFTAR PUSTAKA

Afni, Dwiulfa. (2015). Makalah 10 Sahabat Nabi. [Online]. Tersedia:


http://afnidwiulfa.blogspot.co.id/2015/10/makalah-10-sahabat-nabi.html
[diakses Oktober 2020].

14

Anda mungkin juga menyukai