Anda di halaman 1dari 18

PERADABAN ISLAM MASA ABU BAKAR AS-SHIDDIQ

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas

Matakuliah : Peradaban Islam dan Islam Nusantara

Dosen Pengampu : M. Khoirul Hadi al-Asy‟ari, M.H.I

Asisten Dosen : Mughni Labib Ilhamuddin Is Ashidiqie, S.H, M.H

Disusun Oleh :

1. Achmad Syauqir Ridlo (212102010010)


2. Moh. Rizqi Aulia Rahman A. (211102010053)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS NEGERI KH ACHMAD SIDDIQ JEMBER


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya lah, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah pembelajaran yang berjudul “
PERADABAN ISLAM MASA ABU BAKAR AS-SHIDDIQ “. Makalah pembelajaran
sebagai penyelesaian tugas mata kuliah Peradaban Islam dan Islam Nusantara.

Pada kesempatan kali ini, kami hendak menyampaikan banyak-banyak terimakasih kepada
semua pihak yang sudah memberikan dukungan baik secara moriil ataupun materiil, sehingga
makalah ini dapat selesai tepat waktu. Ucapan terimakasih ini kami sampaikan kepada :

1. Allah SWT, yang telah melancarkan proses pembuatan makalah ini tanpa adanya kendala
apapun.
2. Kedua orang tua, atas segala doa dan bantuan finansial, sehingga makalah ini dapat
selesai tepat pada waktunya.

Meskipun telah berusaha semaksimal mungkin menyelesaikan makalah ini sebaik mungkin,
kami selaku penulis menyadari masih banyak kesalahan yang kami perbuat dalam pembuatan
makalah ini, untuk itu mohon kesediaanya kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan
saran yang membangun guna memperbaiki makalah kami.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca dan pihak-pihak
yang berkepentingan.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER / JUDUL ................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... iii

A. PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
B. PEMBAHASAN.......................................................................................................... 2
1. Biografi Abu Bakar As-shiddiq ......................................................................... 2
2. Kekhalifahan Abu Bakar As-shiddiq ................................................................. 4
3. Sejarah Dakwah Abu Bakar ............................................................................. 7
a. Penumpasan Pembelot Zakat dan Nabi Palsu ............................................... 7
b. Dakwah melalui Ekspansi ........................................................................... 8
4. Peran dan Jasa Abu Bakar ................................................................................. 9
a. Bidang Politik ............................................................................................. 9
b. Bidang Ekonomi ......................................................................................... 10
c. Penulisan Al-Qur‟an .................................................................................... 12
C. PENUTUP .................................................................................................................. 14
1. Kesimpulan ....................................................................................................... 14
2. Saran................................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 15

iii
A. PENDAHULUAN

Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW status sebagai Rasulullah tidak dapat
diganti oleh siapapun, tetapi kedudukan beliau yang kedua sebagai pimpinan kaum
muslimin mesti segera ada gantinya. Orang itulah yang dinamakan “Khalifah” artinya
yang menggantikan Nabi menjadi kepala kaum muslimin (pimpinan komunitas Islam)
dalam memberikan petunjuk ke jalan yang benar dan melestarikan hukum-hukum Agama
Islam. Dialah yang menegakkan keadilan yang selalu berdiri diatas kebenaran, maka
pemerintah Islam dipegang secara bergantian oleh Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman
bin affan, dan Ali ibn Abi Thalib.

Khulafaurrasidin adalah para pengganti Nabi. Islam sebagai sebuah ajaran dan
Islam sebagai institusi Negara, mulai tumbuh dan berkembang pada masa tersebut.
Dalam Islam kedaulatan tertinggi ada pada Allah SWT, sehingga para pengganti Nabi
tidak memiliki fasilitas “ekstra” dalam ajaran Islam untuk menentukan sebuah hukum
baru, namun mereka termasuk pelaksana hukum.

Abu Bakar terpilih menjadi khalifah atas dasar musyawarah sejumlah tokoh
Muhajirin dan Anshar di balai kota Bani Sa‟adah, Madinah, maka dari itu golongan
Muhajirin dan Anshar dengan segera membaiat Abu Bakar sebagai pengganti Rasulullah.

Abu Bakar as-Siddiq disebut sebagai khalifah Rasulullah (pengganti Rasul).


penerus Rasulullah dalam menegakkan agama yang wajib diikuti semua orang. Abu
Bakar as-Siddiq menjadi khalifah hanya dua tahun yakni pada tahun 632-634 M atau
11/13 H, masa sesingkat itu dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang
timbul dalam negeri, terutama tantangan yang ditimbulkan oleh suku-suku Arab yang
tidak mau tunduk pada pemerintahan Madinah, karena mereka menganggap perjanjian
yang telah disepakati pada masa Nabi Muhammad batal setelah Nabi Muhammad wafat.

Dalam makalah ini, nantinya akan dijelaskan mengenai peradaban islam masa
Abu Bakar mulai dari biografi beliau, sejarah kekhalifahan beliau, sejarah dakwah beliau,
serta peran dan jasa beliau bagi umat islam.

1
B. PEMBAHASAN

1. Biografi

Abu Bakar dari kabilah Taim bin Murrah bin Ka‟b. nasabnya bertemu dengan
nabi pada Adnan. Setiap kabilah yang tinggal di Mekah punya keistimewaan
tersendiri, yakni ada tidaknya hubungannya dengan sesuatu jabatan di Ka‟bah.
Untuk Bani Taim bin Murrah menyusun masalah diat dan segala macam ganti rugi.

Menurut Muhammad Husein Haekal, pada zaman jahiliyah masalah penebusan


darah ini di tangan Abu Bakar tatkala posisinya cukup kuat, dan dia juga
memegang pimpinan kabilahnya. Oleh karena itu bila ia harus menanggung sesuatu
tebusan dan ia meminta bantuan Quraisy, mereka pun percaya dan mau
memberikan tebusan itu, yang tak akan dipenuhi sekiranya orang lain yang
memintanya.

Abu Bakar bernama Abdullah ibnu Abi Quhafah At-Tamimi. Di masa jahiliah
bernama Abdul Ka‟bah, lalu ditukar oleh Nabi menjadi Abdullah Kuniyahnya Abu
Bakar. Beliau diberi kuniyah Abu Bakar karena dia awal sekali masuk Islam. Ada
juga yang mengatakan bahwa tadinya ia bernama ia bernama Atiq, Dinisbahkan
pada nama Ka‟bah yang lain, yakni al-Baitul ‘Atiq atau “Rumah Purba”.

Kata Atiq berarti juga “yang dibebaskan” karena dari pihak ibunya tak pernah
ada anak laki-laki yang hidup. lalu ibunya bernazar jika ia melahirkan anak laki-
laki akan diberi nama Abdul Ka‟bah dan akan disedekahkan kepada Ka‟bah.
Sesudah Abu Bakar hidup dan menjadi besar, ia diberi nama Atiq, seolah ia telah
dibebaskan dari maut (Muhammad Husain Haekal).

Abu Bakar mendapat gelar “As-Siddiq” yang artinya amat membenarkan,


maksudnya adalah beliau selau membenarkan berbagai macam peristiwa yang
terjadi pada Rasulullah terutama peristiwa isra‟ mi‟raj.

Semasa kecil Abu Bakar hidup seperti umumnya anak-anak di Mekah. Dalam usia
muda ia menikah dengan Qutailah binti Abdul Uzza. Dari pernikahan ini lahir Abdullah
dan Asma. Asma inilah yang kemudian dijuluki Zatun Nitaqain. Sesudah dengan

2
Qutailah ia menikah lagi dengan Umm Rauman binti Amir bin Uwaimir. Dari pernikahan
ini lahir Abdur-Rahman dan Aisyah. Kemudian di Madinah ia menikah dengan Habibah
binti Kharijah, setelah itu dengan Asma binti Umais yang melahirkan Muhammad.

Di masa jahiliah Abu Bakar berniaga. Perniagaannya sangat luas. Dia seorang
pedagang kaya yang memiliki lebih dari 40.000 dirham tunai ketika memeluk agama
Islam. Sesudah memeluk agama Islam ditumpahkan-nyalah seluruh perhatiannya untuk
mengabdi dan menyiarkan agama Islam. tidak ada lagi perhatiannya kepada urusan
perniagaan, hanya sekedar untuk menutupi keperluan hidup dengan keluarganya sehari-
hari.

Di masa jahiliah beliau terkenal sebagai orang yang jujur dan berhati suci. Tatkala
agama Islam datang segeralah dianutnya, kemudian ikut menyiarkan dan
mengembangkannya. Dalam mengembangkan dan menyiarkan agama Islam beliau
mendapat hasil yang baik. Banyak yang menganut agama Islam atas usaha dan seruan
Abu Bakar. Beliau juga ikut bersama-sama Nabi hijrah ke Madinah, bersembunyi di gua
Tsur, pada malam permulaan hijrah sebelum melanjutkan perjalanan. Menurut A.
Syalabi ini menandakan keeratan hubungan mereka berdua. Abu Bakar dengan
kejujuran dan kesucian hatinya, maka dia dapat mendalami jiwa dan semangat Islam
lebih dari yang didapat para muslimin yang lain.

Menurut Philiph K. Hitti, secara fisik Abu Bakar diriwayatkan berkulit cerah,
berperawakan sedang dan berwajah mungil, ia mengecat janggutnya dan berjalan
membungkuk.

Abu Bakar berperangai sangat lembut dan sikapnya tenang sekali. Tak mudah ia
terdorong oleh hawa nafsu, pandangannya jernih serta memiliki fikiran yang tajam.
Banyak kepercayaan dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat jahiliah yang tidak
diikutinya. Aisyah menyebutkan bahwa ia tak pernah minum minuman keras, di zaman
jahiliah dan Islam, meskipun penduduk Mekah umumnya sudah begitu hanyut ke dalam
khamar dan mabuk-mabukan. Ia seorang ahli geneologi (ahli silsilah), bicaranya sedap
dan pandai bergaul, seperti yang digambarkan oleh Ibnu Hisyam, penulis kitab sirah
yang dikutip oleh Muhammad Husein Haekal.

3
2. Kekhalifahan Abu Bakar

Rasulullah SAW wafat pada hari senin pagi tanggal 12 Rabi‟ul Awal tahun 11
Hijriyah atau 633 Masehi. Belum lagi beliau dikebumikan, di sebuah tempat yang
bernama saqifah bani sa‟idah telah terjadi perselisihan pendapat antara golongan anshar
dan muhajirin tentang suksesi Rasulullah dalam pemerintahan. Sebelum wafat beliau
tidak berpesan mengenai siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin. Para
sahabat bertanya pada beliau, “Wahai Rasulullah, tidaklah engkau menunjuk pengganti
sebagai pemimpin kami sepeninggalmu nanti?”. Rasulullah Saw bersabda
“Sesungguhnya jika aku menunjuk penggantiku, aku khawatir kalian akan menentang
penggantiku itu, dan allah akan menurunkan azab kepada kalian” (HR. Hakim).

Dalam hadist yang lain, Hakim juga meriwayatkan dalam Al-Mustadrak (dinyatakan
shohih oleh Baihaqi dalam Dalail an-Nubuwwah), bahwa ada yang bertanya kepada Ali
bin Abi Thalib Ra. “Tidakkah engkau tentukan pengganti yang memimpin kami?”.
Beliau menjawab “Rasulullah tidak menentukan siapa pengganti atas kami. Namun jika
allah menginginkan kebaikan, niscaya Dia akan menghimpun manusia kepada orang
terbaik diantara mereka, sebagaimana Dia telah mengumpulkan perkara ini kepada orag
terbaik setelah nabi mereka.”

Ibnu Sa‟ad juga meriwayatkan bahwa Ali bin Abi Thalib Ra, berkata, “Tatkala
Rasulullah wafat, kami melihat bagaimana yang harus dilakukan sepeninggal
Rasulullah. Setelah kami memandang dengan saksama. Maka kami dapatkan Rasulullah
telah mengutamakan Abu Bakar Ra. Untuk menjadi imam sholat sebagai pengganti
beliau. Maka, kami rela menyerahkan urusan dunia kami kepada orang yang Rasulullah
sendiri rela menyerahkan urusan agama kami kepadanya. Lalu, kami majukan Abu
Bakar Ra. Sebagai pengganti Rasulullah Saw.”

Terkait beberapa hadits tersebut, Imam as-Suyuthi berpendapat bahwa tidak ada
yang bertentangan antara yang dikatakan Rasulullah dengan yang dikatakan oleh Ali bin
Abi Thalib bahwa Rasulullah tidak menentukan pengganti beliau setelah wafat. Karena
yang dimaksud keduanya adalah setelah Rasulullah wafat, beliau tidak menunjuk
pengganti. Sedangkan isyarat Rasulullah Saw. Yang disebutkan dalam hadits, terungkap

4
jauh sebelum beliau wafat. Hal ini sama dengan hadits-hadits lain sebagaimana berikut :
“Rasulullah bersabda : Hendaknya kalian mengikuti sunnahku dan sunnah para
khulafaur rasyidin yang mendapat petunjuk setelah aku. (HR.Hakim)”.

Dari beberapa riwayat tersebut, sangat jelas bahwa Rasulullah Saw tidak
meninggalkan wasiat tentang orang yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin
umat islam. Karena berkeyakinan bahwa Rasulullah Saw tidak pernah menunjuk
seseorang sebagai pengganti beliau,tidak lama setelah beliau wafat, bahkan belum lagi
jenazah beliau dimakamkan, sejumlah orang dari kalangan anshar telah berkumpul di
Tsaqifah Bani Sa‟idah, di Madinah. Mereka bermusyawarah untuk menentukan orang
yang akan dipilih menjadi pemimpin. Sempat terjadi perdebatan antara kaum muhajirin
dan kaum anshar saat musyawarah berlangsung.

Perdebatan yang terjadi di tsaqifah itu terdengar oleh Umar bin Khattab Ra,
beberapa riwayat menyebutkan bahwa yang menyampaikan informasi tersebut kepada
Umar bin Khattab adalah Ma‟an bin Adi. Mendengar informasi tersebut, Umar bin
Khattab juga tidak dapat menyembunyikan keresahannya. Ia belum tahu apa yang harus
diperbuat. Oleh karena itu, ia segera menemui Abu Bakar yang sedang membantu
persiapan pemakaman Rasulullah Saw. Menanggapi ajakan Umar, Abu Bakar
menjawab : “Aku sedang sibuk Rasulullah belum dimakamkan, aku hendak kau ajak
kemana?”. Umar terus mendesak bahkan sambil menarik tangan Abu bakar , ia berkata
“Kamu harus ikut. Insya Allah kita akan segera kembali!”. Abu bakar tidak dapat
mengelak dan menurut ajakan Umar, sambil berjalan, Umar menceritakan semua
kejadian yang terjadi di Tsaqifah tersebut.

Setibanya di tsaqifah, Abu bakar dan Umar melihat tempat tersebut sudah penuh
sesak dengan orang-orang anshar. Ditengah-tengah mereka terlentang tokoh terkemuka
mereka yaitu Sa‟ad bin Ubadah, yang sedang sakit. Setelah mengucapkan salam dan
masuk kedalam tsaqifah, Umar bin Khattab yang terkenal bertabiat keras itu ingin cepat-
cepat berbicara, namun Abu Bakar yang sudah mengenal tabiat Umar segera mencegah.

Dengan penampilan yang tenang dan berwibawa, Abu Bakar mulai berbicara,
setelah mengucapkan salam, syahadat, dan sholawat, dengan penuh keakraban, ia

5
berkata dengan tegas dan lemah lembut. (Menurut catatan Ibnu Abil Hadid dalam
Syarah Nahjul Balaghoh). Abu Bakar mengemukakan kelebihan-kelebihandari kaum
muhajirin dan anshar. “Allah maha terpuji dengan megutus Muhammad Saw,
membawakan hidayah dan agama yang benar. Beliau berseru kepada umat manusia
supaya memeluk agama islam. Kemudian allah membukakan hati dan pikiran kita
umtuk menyambut baik dan menerima seruan beliau. Kita semua, kaum muhajirin dan
anshar ialah orang-orang yang pertama memeluk agama islam. Barulah kemudian
orang-orang lain mengikuti jejak kita.”. diskusi pun berlanjut sampai adanya keputusan
siapa yang akan menggantikan Rasulullah sebagai pemimpim umat islam.

Setelah terjadi diskusi panjang dan cukup menegangkan itu, akhirnya Abu bakar
mengusulkan agar hadirim memilih salah satu dari sahabat, yaitu Umar bin Khattab dan
Abu Ubaidah bin Jarrah. Akan tetapi, Umar dan Abu Ubaidah menolak. Lalu, Umar bin
Khattab berkata “Demi Allah, kami tidak pantas memegang kepemimpinan ini
membawahi dirimu. Kamulah orang muhajirin yang paling mulia. Kamulah satu-
satunya orang yang menyertai Rasulullah di gua ketika dikejar oleh orang-orang
Quraisy. Kamulah satu-satunya orang yang pernah ditunjuk Rasulullah untuk menjadi
imam sholat sewaktu beliau sakit. Sementara, shalat merupakan amal terbaik dalam
islam. Siapakah yang pantas maju dihadapanmu atau memegang perkara ini membawahi
dirimu? Ulurkan tanganmu! Kami akan membaiatmu.”

Pada awalnya Abu Bakar merasa keberatan menerima jabatan tersebut. Kemudian
Umar memegang tangan Abu bakar sebagai tanda pembaiatan dan diikuti oleh sahabat
Abu Ubaidah . setelah itu seluruh sahabat yang hadir di tsaqifah baik kaum muhajirin
maupun kaum anshar ikut membaiat Abu bakar. Kemudian Abu Bakar berkata :”Amma
Ba‟d… Aku menerima kekhalifahan, meskipun aku membencinya. Demi Allah, aku
lebih suka jika seseorang diantara kalian menempati kedudukan ini. Sungguh, kalian
telah membebaniku untuk melakukan pekerjaan yang dilakukan oleh Rasulullah ,
padahal aku tidak layak mendudukinya. Rasulullah ialah hamba yang dimulyakan dan
disucikan oleh allah. Dengan wahyu, sedangkan aku hanyalah manusia biasa seperti
kalian, aku bukanlah yang terbaik diantara kalian. Karena itu dengar dan perhatikanlah.
Jika kalian melihatku istiqomah dalam kebenaran, maka ikutilah aku. Namun, bila

6
kalian melihatku menyimpang, maka luruskanlah aku.”. Setelah pembaiatan Abu Bakar
yang bersifat terbatas di Tsaqifah Bani Sa‟idah itu, pada kesokan harinya di Masjid
Nabawi, kaum muslimin berkumpul untuk melakukan pembaiatan umum.

Abu bakar menjadi khalifah hanya selama 2 tahun (632-634) Masehi. Masa
pemerintahan yang begitu singkat, dihabiskan untuk menyelesaikan permasalahan
dalam negeri, terutama tantangan yang ditimbulkan oleh suku bangsa arab yang tidak
mau tunduk lagi kepada pemerintahan madinah. Menurut Badri Yatim, mereka
menganggap bahwa perjanjian yang dibuat dengan Nabi Muhammad, dengan sendirinya
batal setelah nabi wafat, mereka menentang Abu Bakar. Abu Bakar wafat pada tahun
634 Masehi. Menurut Jamil Ahmad, Abu Bakar adalah khalifah islam yang pertama,
dan orang paling terpercaya serta pembantu nabi yang sangat setia.

3. Sistem Dakwah Abu Bakar


A. Penumpasan terhadap Para Pembelot zakat, serta Memerangi Nabi Palsu.
Ketegasan Abu Bakar tercermin dalam menghadapi orang-orang yang
tidak mau bayar zakat. Sejumlah anggota suku mengimbau para pemimpin Islam
di Madinah agar mereka dibebaskan dari membayar zakat. Keadaan saat itu
tengah suram dan dirundung kegelisahan, sampai-sampai Umar pun mengalah
dan memohon kepada Abu Bakar , Umar berkata :”Oh, Khalifah Rasul, bersikap
ramahlah kepada orang-orang ini, dan perlakukanlah mereka dengan lemah
lembut”. Menurut Jamal Ahmad, Abu bakar sangat jengkel dengan ungkapan
kelemahan yang dilontarkan Umar, Abu Bakar menjawab dengan amat sangat
marah , dan ia berkata :” Anda begitu keras pada zaman jahiliyah, tapi sekarang,
Anda menjadi begitu lemah. Wahyu Allah telah sempurna dan iman kita telah
mencapai kesempurnaan. Sekarang anda ingin merusakkannya pada saat aku
masih hidup. Demi Allah, walau sehelai benang pun yang akan dikurangi dari
zakat, aku akan berjuang mempertahankannya dengan semua kekuatan yang ada
padaku”.
Selain menghadapi orang-orang yang tidak mau membayar zakat, Abu
Bakar juga dihadapkan pada masalah timbulnya nabi-nabi palsu. Di antara

7
mereka yang terkenal ialah Aswad Asni, Talha Bani Asad, Musailamah al-
Kadzab dan Sajah seorang wanita dari Yaman.
Abu Bakar mengirim pasukan untuk melawan Musailamah al-Kadzab,
yang sangat terasa berat untuk dihancurkan. Namun, akhirnya Musailamah al-
Kadzab pun tewas terbunuh di tangan Khalid bin Walid. Seorang sejarawan
bernama Tabrani mengatakan “Belum pernah Muslimin bertempur sedahsyat
itu”. Khalid bin Walid adalah jenderal yang sangat berjasa dalam Perang Riddah
ini.
B. Dakwah Melalui Ekspansi
Abu Bakar banyak mengirim kekuatan keluar arab, untuk menghadapi
bahaya ancaman yang dapat merusak atau menghancurkan eksistensi islam.
Khalid bin Walid dikirim ke Iraq dan dapat menguasai al-Hirah di tahun 634 M.
sementara di Syria dikirimkan pasukan di bawah pimpinan empat jenderal yaitu
Abu Ubaidah, Amr ibn Ash, Yazid bin Abi Sufyan dan Syurahbil. Menurut
Badri Yatim, pasukan tersebut sebelumnya dikomandani oleh Usamah yang
masih berusia 18 tahun, Untuk memperkuat tentara ini, Khalid bin Walid
diperintahkan meninggalkan Iraq dan melalui gurun pasir yang jarang dijalani, ia
menuju ke Syiria.
Saat itu juga terjadi perang yang dahsyat antara umat muslim dengan
pasukan romawi di dataran Yarmuk. Pasukan romawi berjumlah kurang lebih
80.000 orang, sedangkan pasukan muslim berjumlah sebanyak 46.000 orang.
Dibawah pimpinan Khalid bin Walid peperangan ini pun berakhir kemenangan
dipihak pasukan muslim. Dengan kemenangan ini ambisi pasukan muslim
terpuaskan. Mereka tidak lagi menyerbu negeri Syria demi harta rampasan,
tetapi penyerbuan mereka adalah demi kesempurnaan kekuasaan imperium.
Ekspansi ini berpengaruh sangat baik terhadap suku bangsa yang
membandel dan ragu tentang kekuatan islam yang sesungguhnya. Tindakan Abu
Bakar yang imajinatif, tepat waktu, dan dinamis telah menyatukan kekuatan
islam.

8
4. Peran dan Jasa Abu Bakar
Peran dan jasa Abu Bakar pada masa-masa awal kedatangan islam sangatlah
besar. Abu bakar telah menyumbangkan pikiran, tenaga, dan harta bendanya untuk
kepentingan jihad fii sabilillah. Bahkan ia berani mempertaruhkan nyawanya demi
membela dakwah islam dan melindungi Rasulullah dari orang-orang kafir Quraisy.
Abu bakar mampu mempertahankan kesatuan umat islam. Abu bakar berhasil
membangun sistem sosial politik, terutama sistem pemerintahan yang sesuai dengan
ajaran islam sebagaimana dibawa dan diajarkan oleh Rasulullah. Salah satu faktor
yang membantu keberhasilan itu adalah sikap keterbukaan Abu bakar, dengan
memberikan hak dan kesempatan kepada para sahabat untuk memberikan
pandangan sebelum mengambil keputusan.
Bidang Politik
Dalam menjalankan pemerintahan islam, khalifah Abu bakar bersifat
sentralistik. Dalam hal ini kekuasaan legislative, eksekutif, dan yudikatif
sepenuhnya berada di tangan khalifah. Meskipun demikian, dalam
menentukan dan memutuskan suatu masalah, khalifah senantiasa mengajak
dan melibatkan para sahabat untuk bermusyawarah.
Politik dalam pemerintahan Abu bakar, merupakan pemerintahan yang
sangat demokratis. Abu bakar mengembangkan sikap kritis. Khalifah abu
bakar juga memberi kebebasan berpendapat bagi setiap warga Negara. Ia
juga menuntut adanya ketaatan dari rakyat pada pemimpinnya selama
pemimpin tersebut memerintahkan pada hal yang benar dan positif. Khalifah
berusaha mewujudkan keadilan dengan memberikan hak-hak kaum yang
lemah dan mengambil hak-hak orang kuat untuk melaksanakan kewajiban
bagi kepentingan masyarakat dan Negara.
Khalifah Abu bakar membentuk provinsi-provinsi di daerah yang berada
dibawah kepemimpinan islam, dan setiap provinsi ditunjuk seorang amir.
Uttab bin Ussaid diangkat menjadi amir Kota Makkah, Usman bin Abi Ash
diangkat menjadi amir kota Thaif, Almuhajir bin Abi Umayyah diagkat
menjadi amir di Shun‟a, Ziyad bin Lubaid diangkat menjadi amir di
Hadramaut, Abu Musa diangkat menjadi amir di Zubaid dan Rima‟, Mu‟adz

9
bin Jabal diangkat menjadi amir di Jund, Al-A‟la bin Al Hadrami diangkat
menjadi amir di Bahrain, Jarir bin Abdullah diangkat menjadi amir di
Najran, Abdullah bin Tsaur diangkat menjadi amir di Jurasy, Iyadh bin
Ghanam diangkat menjadi amir di Daumatul Jandal, Khalid bin Walid
diangkat menjadi jenderal besarpemimpin pasukan penakluk Irak dan Syam.
Para amir tersebut bertugas sebagai pemimpin agama, sekaligus memiliki
wewenang menetapkan hukum dan melaksanakan undang-undang. Dengan
kata lain, selain sebagai pemimpin agama, seorang amir juga bertindak
sebagai hakim dan pelaksana tugas kepolisian, kendati demikian, setiap amir
diberi hak untuk mengangkat pembantu-pembantunya, seperti katib, amil,
dan sebagainya.
Bidang Ekonomi
Untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana yang
diterapkan oleh Rasulullah Saw, Khalifah Abu bakar mempunyai kebijakan
khusus yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang
dipimpinnya. Pada masa kepemimpinan selama dua tahun tiga bulan sepuluh
hari, ia menetapkan sistem balance budget.
Sebelum beliau wafat, Khalifah Abu bakar membagikan harta yang
masuk ke dalam kas Negara (baitul mal) kepada rakyat yang berhak hingga
hanya tersisa satu dirham. Hal ini menunjukkan bahwa Abu bakar begitu
penuh tanggung jawab dalam menjaga kesejahteraan umat yang
dipimpinnya.
Menurut Al Qurthubi Khalifah Abu bakar membagi pengeluaran Negara
kedalam dua jenis yaitu pengeluaran spesifik dan tidak spesifik. Pengeluaran
spesifik ini didasarkan pada firman Allah dalam surah At Taubah : 60

‫يه َو ْٱن َٰعَ ِمهِيهَ َعهَ ْي َها َو ْٱن ُم َؤنَّفَ ِة قُهُىبُ ُه ْم َوفِى‬
ِ ‫س ِك‬َ َٰ ‫صدَ َٰقَثُ ِن ْهفُقَ َرآ ِء َو ْٱن َم‬
َّ ‫إ ِِوَّ َما ٱن‬
َّ ‫ٱَّلل ۗ َو‬
‫ٱَّللُ َع ِهي ٌم‬ ِ َّ َ‫ضة ِّمه‬ َ ‫سبِي ِم ۖ فَ ِري‬ ِ َّ ‫سبِي ِم‬
َّ ‫ٱَّلل َوٱب ِْه ٱن‬ َ ‫ب َو ْٱن َٰغَ ِرمِيهَ َوفِى‬ ِ ‫ٱنرقَا‬ ِّ
‫َح ِكي ٌم‬

10
Artinya :” Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang
fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang,
untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai
suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana.(QS. At-Taubah : 60)
1. Kebijakan Umum di Bidang Ekonomi
Khalifah Abu bakar menerapkan praktik akad-akad perdagangan
yang sesuai dengan prinsip yang diajarkan dalam islam. Selama masa
kekhalifahannya, ia menerapkan beberapa kebijakan umum,
diantaranya : menegakkan hukum dengan memerangi mereka yang
tidak mau membayar zakat, tidak menjadikan ahli badar (orang yang
berjihad pada perang badar) sebagai pejabat Negara, tidak
mengistimewakan ahli badar dalam pembagian kekayaan Negara,
mengelola barang tambang / rikaz yang terdiri dari emas, perak,
perunggu, besi dan baja sehingga menjadi sumber pendapatan
Negara, menetapkan gaji pegawai berdasarkan karakteristik daerah
kekuasaan masing-masing, dan tidak mengubah kebijakan Rasulullah
dalam masalah jizyah.
2. Pengelolaan Baitul Maal
Baitul maal sebenarnya telah ada sejak zaman Rasulullah, yakni
ketika kaum muslimin mendapatkan ghanimah (harta rampasan
perang) pada perang badar. Menurut Abdul Qadim Zallum dalam Al-
Amwal Fi Daulah Al-Khilafah, saat itu para sahabat berselisih paham
mengenai cara pembagian harta rampasan tersebut. Kemudian turun
firman allah dalam surah Al-Anfal : 1.

َ ‫انرسُ ْى ِۚ ِل فَاجَّقُىا ه‬
ْ َ‫ّٰللا َوا‬
‫ص ِه ُح ْىا‬ ِ ‫يَسْـَٔهُ ْىوَكَ َع ِه ْاْلَ ْوفَا ۗ ِل قُ ِم ْاْلَ ْوفَا ُل ِ ه‬
َّ ‫َّلل َو‬
َ‫س ْىنَهٓ ا ِْن ُك ْىح ُ ْم ُّمؤْ ِمىِيْه‬ ‫ذَاتَ بَ ْيىِ ُك ْم َۖواَ ِط ْيعُىا ه‬
ُ ‫ّٰللاَ َو َر‬
Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang
(pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah, “Harta rampasan

11
perang itu milik Allah dan Rasul (menurut ketentuan Allah dan
Rasul-Nya), maka bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah
hubungan di antara sesamamu, dan taatlah kepada Allah dan Rasul-
Nya jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Anfal : 1)
3. Pemerataan dalam Distribusi Kekayaan Negara
Selain mendirikan baitul maal, dalam upaya meningkatkan
kesejahteran masyarakat yang dipimpinnya, khalifah abu bakar
melaksanakan kebijakan ekonomi sebagaimana yang dilakukan oleh
rasulullah yaitu dengan cara memperhatikan akurasi penghitungan
zakat. Hasil penghitungan ini dijadikan sebagai pendapatannegara
yang disimpan dalam baitul maal dan langsung didistribusikan
seluruhnya kepada kaum muslimin.
Khalifah abu bakar membagi-bagikan harta Negara yang ada di
baitul maal kepada setiap orang hingga setiap seratus penduduk
mendapatkan sejumlah pembagian tertentu dari harta Negara.
Khalifah menyamakan jumlah pembagian yang diberikan kepada
semua orang, baik laki-laki, wanita, orang merdeka, budak, anak-
anak, maupun orang tua. Semuanya memperoleh bagian yang sama
dari baitul maal.
Khalifah juga menggunakan dana di baitul maal untuk membeli
unta, kuda, dan persenjataan demi kepentingan jihad fii sabilillah.
Khalifah juga pernah menggunakan baitul maal untuk membeli
beludru dari pengrajin di pedesaan, lalu dibagi-bagikan kepada
penduduk madinah saat datangnya musim dingin. Menurut Abu bakar
“Dalam hal keutamaan beriman, Allah yang akan memberikan
ganjarannya, sedangkan dalam masalah kebutuhan hidup, prinsip
kesamaan lebih baik daripada prinsip keutamaan”.
Pengumpulan dan Penulisan Al-Qur’an
Pengumpulan dan penulisan ayat-ayat Al-Qur‟an pada masa kekhalifahan
abu bakar yaitu tahun ke-12 H, dilatarbelakangi dengan terbunuhnya
sejumlah sahabat yang hafal Al-qur‟an dalam perang yamamah atau perang

12
riddah. Dalam pertempuran yang sengit dan sangat sulit itu, sebanyak 70
hafidz syahid dalam pertempuran, diantaranya ialah Salim Maula Abu
Hudzaifah, salah seorang yang dinyatakan oleh Rasulullah bahwa ilmu-ilmu
Al-qur‟annya boleh diambil / terpercaya.
Banyaknya sahabat penghafal Al-qur‟an yang syahid dalam perang
riddah membuat Umar nin Khattab sangat prihatin. Dalam kitab Shahih
Bukhori diriwayatkan bahwa setelah peristiwa tersebut, Umar bin Khattab
mendatangi Khalifah Abu bakar dan mengusulkan agar melakukan
pengumpulan dan penulisan ayat-ayat Al-qur‟an. Setelah mendapatkan
penjelasan dari Umar tentang nilai-nilai positif dari langkah pengumpulan
dan penulisan ayat-ayat Al-qur‟an, Khalifah abu bakar akhirnya menerima
usulan tersebut, dan Allah melapangkan dada abu bakar untuk melaksanakan
tugas mulia tersebut. Kemudian, abu bakar memilih orang yang paling tepat
untuk melaksanakan tugas suci tersebut, yakni Zaid bin Tsabit dan Umar bin
Khattab menyetujui itu. Mendapat tugas ini, Zaid bin tsabit pada mulanya
juga merasa ragu sebelum kemudian ia mendapat kelapagan dada abu bakar
dan umar.
Setelah itu, Zaid bin Tsabit meneliti dan mengumpulkan al-qur‟an dari
kepingan batu, pelepah kurma, dan dari sahabat-sahabat yang menghafalnya,
sampai akhirnya ia mendapatkan akhir surat At-Taubah dari Abu Khuzaimah
al-Anshari yang tidak terdapat pada lainnya, yaitu :
َ‫يص َعهَ ْي ُكم ِب ْٱن ُمؤْ ِمىِيه‬ ٌ ‫سى ٌل ِ ّم ْه أَوفُ ِس ُك ْم َع ِز‬
ٌ ‫يز َعهَ ْي ِه َما َع ِىح ُّ ْم َح ِر‬ ُ ‫نَقَدْ َجا ٓ َء ُك ْم َر‬
‫وف َّر ِحي ٌم‬ ٌ ‫َر ُء‬
‫ْل ِإ َٰنَهَ ِإ َّْل ه َُى ۖ َعهَ ْي ِه ج ََى َّك ْهثُ ۖ َوه َُى َربُّ ْٱن َع ْر ِش ْٱن َع ِظ ِيم‬
ٓ َ ُ‫ٱَّلل‬
َّ ‫ى‬ ۟
َ ‫فَئِن ج ََىنَّ ْىا فَ ُق ْم َح ْس ِب‬
Artinya : Sungguh telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu
sendiri , berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan
(keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang
terhadap orang-orang mukmin. Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka
katakanlah, “Cukuplah Allah bagiku, tidak ada tuhan selain Dia, hanya
kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah tuhan yang memiliki „Arsy
yang agung”. (QS. At-Taubah : 128-129).
13
C. PENUTUP

 Kesimpulan

Sejarah kehidupan seorang Abu Bakar merupakan contoh teladan sebagai


pemimpin yang dapat ditiru dan diterapkan dalam kehidupan manusia. Hal ini karena
setiap orang merupakan pemimpin bagi dirinya dan apabila individu itu sebagai
pemimpin suatu masyarakat, maka tindak tanduk dan kepribadian dari Abu Bakar
dapat digunakan untuk menjadi seorang pemimpin yang sukses dalam kehidupan
dunia dan akhirat.

 Saran
Makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi para pembaca yang
membutuhkan wawasan mengenari sejarah Peradaban Islam Masa Abu Bakar as-
Siddiq.

14
DAFTAR PUSTAKA

 Muhammad Husein Haekal, 2009, Abu Bakar As-Siddiq, Jakarta, Litera Antarnusa.
 Jamil Ahmad, 2000, Seratus Muslim Terkemuka, Jakarta, Pustaka Firdaus.
 A. Syalabi, 2003, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta, Pustaka Al-Husna Baru.
 Badri Yatim, 2004, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta, Raja Grafindo Persada.
 Abdul Syukur Al-Azizi, 2021, Abu Bakar As-Shiddiq Keteguhan Hati Kekasih Nabi
Saw, Yogyakarta, Diva Press.
 biografi.pdf
 jurnal IAIN Bengkulu.pdf
 jurnal unisnu.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai