Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

( ISLAM PERIODE KHULAFAURRASYIDIN )


( Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam )

Dosen Pengampu : Rusdi Ki Kabir S.H.,I.M.H


Disusun oleh Kelompok 2
1. Amelia Putri Agustin 2251040366
2. Andini Juliana Putri 2251040367
3. Arjun Dzaki Alfin 2251040231

KELAS F
PRODI MANAJEMEN BISNIS SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN PELAJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
Rahmat dan Hidayah-Nya semata, kami dapat menyelesaikan Makalah ini.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, para keluarga, sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya
sampai hari penghabisan. Atas bimbingan dari Dosen Sejarah Peradaban Islam dan
saran dari teman-teman maka disusunlah Makalah ini, semoga dengan tersusunnya
Makalah ini dapat berguna bagi kami semua dalam memenuhi tugas dari mata
kuliah Sejarah Peradaban Islam dan semoga segala yang tertuang dalam Makalah
ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi para pembaca dalam rangka
membangun khasanah keilmuan. Makalah ini disajikan khusus dengan tujuan
untuk memberi arahan dan tuntunan agar yang membaca bisa menciptakan hal-hal
yang lebih bermakna. Ucapan terima kasih juga juga kami sampaikan kepada:
Dosen Pembimbing mata kuliah Sejarah Peradaban Islam,
Rusdi Ki Kabir S.H.,I.M.H.
Semua pihak yang telah membantu demi terbentuknya Makalah. Kami
menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan belum sempurna. Untuk itu kami berharap akan kritik dan saran
yang bersifat membangun kepada para pembaca guna perbaikan langkah-langkah
selanjutnya. Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua, karena
kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata.

Bandar Lampung, 18 Februari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................i


DAFTAR ISI .................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................iii
1.1 Latar Belakang ....................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................
1.3 Tujuan..................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................
2.1 Biografi Abu Bakar As-Shidiq ...........................................................
2.2 Sistem Pemerintahan Abu Bakar As-Shidiq ......................................
2.3 Permasalahan yang muncul dan Solusi Abu Bakar As-Shidiq..........
2.4 Kemajuan yang dicapai Abu Bakar As-Shidiq...................................
2.5 Biografi Umar Bin Khattab ................................................................
2.6 Sistem Pemerintahan Umar Bin Khattab ...........................................
2.7 Kemajuan yang dicapai Umar Bin Khattab........................................
2.8 Peradaban Umar Bin Khattab .............................................................
BAB III PENUTUP .......................................................................................
3.1 Kesimpulan.........................................................................................
3.2 Saran ...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
BAB II
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
ABU BAKAR AS-SYIDDIQ
( Konsep Khilafah Dan Problematika Pemerintahan )

2.1 Biografi Abu Bakar As-Shidiq


Abu Bakar dilahirkan pada tahun kedua atau tahun ketiga tahun gajah. (dua
tahun lebih muda dari pada Nabi Muhammad Saw). Namanya Abdullah bin
Usman. Nama panggilannya banyak antara lain; Abu Bakar Ash-Shidiq, Al-Atiq,
Abdullah, kadang-kadang dipanggil Abu Khuhafah. Garis keturunannya bertemu
dengan garis keturunan Rasulullah pada Murrah bin Kaab yaitu kakek yang
ketujuh. Berdasarkan riwayat dari Muhammad Ibnu Kaab, Abu Bakar adalah orang
pertama masuk Islam dari kalangan tua. Beliaulah sahabat pertama sehingga ketika
Rasulullah sakit Abu Bakar-lah yang disuruh menjadi imam dalam sholat.
Meskipun pada waktu Abu Bakar tidfak tampak di hadapan Nabi.
Abu Bakar meninggal pada tanggal 23 Agustus 634 M dalam usia 63 tahun.
Kekhalifahannya berlangsung selama dua tahun tiga bulan sebelas hari.
Jenazahnya dimakamkan di samping makam Nabi.

2.2 Sistem Pemerintahan Abu Bakar As-Shidiq


Seperti pada masa Rasulullah kekuasaan Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif
masih terpusat di tangan Abu Bakar sebagai khalifah struk tur pemerintahan belum
jelas. Khalifah selain sebagai kepala pemerintahan juga melaksanakan huku.
Bahkan masyarakat mengadukan perkaranya kepada khalifah untuk mendapat
penyelesaian. Sebagai negara muda dengan khalifahnya pertama sejak awal
pemerintahannya telah berhadapan dengan persoalan-persoalan:
a) Timbulnya kabilah-kabilah yang merasa tidak terikat lagi dengan kekuasaan
politik Madinah sehubungan dengan telah meninggalnya Rasulullah.
b) Munculnya Nabi-nabi palsu
c) Munculnya orang-orang murtad.
d) Banyaknya orang yang tidak mau membayar zakat.
Meskipun demikian Abu Bakar mampu mengatasi masalah tersebut dengan
bijaksana sesuai dengan kebutuhan penyelesaian waktu itu. Beliau mampu
mengambil ijtihad politik untuk menegakkan negara. Selain itu beliau mampu
mengukuhkan kedudukan politik dalam negeri secara gemilang.
Selain kemampuan pemecahan dalam negeri Beliau mampu menyiapkan jalan
bagi perkembangannya Islam ke bagian luar jazirah Arab. Ia mulai memperlebar
wilayah bagian Utara yakni ke Syiria. Bahkan perjuangan tersebut sampai ke
wilayah Bizantium, meskipun belum sempat diketahui oleh beliau karena lebih
dulu wafat.
Dengan demikian, meskipun khalifah Abu Bakar hanya mempunyai masa bakti
dua tahun tetapi beliau mempunyai prestasi yang sangat gemilang baik prestasi
yang berkaitan dengan masalah-masalah dalam negeri maupun penyebaran keluar
jazirah Arab.
Jika pemerintahan Abu Bakar ditinjau dari konsep pemerintahan modern, maka
untuk ukuran zamannya bisa dikatakan apa yang dilakukan Abu Bakar sudah
memenuhi unsur modern dan dapat dikatakan cukup berhasil. Padakekhalifahannya
pimpinan wilayah diperbolehkan memiliki peraturan dan kedaulatan wilayah
tersendiri. Kekuasaan eksekutif, meskipun tidak sepenuhnya masalah tersebut
diselesaikan secara individu Khalifah, tetapi banyak masalah-masalah yang
dimusyawarahkan dengan sahabat lainnya, termasuk pelimpahan wewenang
kepada Khalid bin Walid. Hanya belum begitu jelas pemisahan ketiga kekuasaan
tersebut. Meskipun demikian kekhalifahan bukan berdasarkan kekuasaan otokrasi.
Abu Bakar juga sudah menggunakan prinsip-prinsip demokrasi dalam
pemerintahannya. Demokrasi tersebut merupakan manifestasi dari ajaran Islam
yakni demokrasi yang berasaskan ketundukan kepada Tuhan, demokrasi yang
berpijak pada amar ma’ruf nahi Mungkar.

2.3 Permasalahan Yang Muncul Dan Solusi Abu Bakar As-Shidiq


Masa awal pemerintahan Abu Bakar diwarnai dengan berbagai kekacauan dan
pemberontakan, seperti munculnya orang-orang murtad, aktifnya orang-orang yang
mengaku diri nabi, pemberontakan dari beberapa kabilah Arab dan banyaknya
orangorang yang ingkar membayar zakat. Munculnya orang-orang murtad
disebabkan keyakinan mereka terhadap ajaran Islam belum begitu mantap, dan
wafatnya nabi Muhammad menggoyahkan keimanan mereka.
Masalah nabi palsu sebenarnya telah ada sejak nabi Saw masih hidup, tetapi
kewibawaan nabi Saw menggetarkan hati mereka untuk melancarkan aktivitasnya.
Masalah pemberontakan kabilah disebabkan oleh anggapan mereka bahwa
perjanjian perdamaian dibuat bersama nabi secara pribadi dan perjanjian tersebut
berakhir dengan wafatnya beliau. Mereka menganggap tidak perlu lagi taat dan
tunduk kepada penguasa Islam yang baru.
Sedangkan orang-orang yang ingkar membayar zakat hanyalah karena
kelemahan iman mereka (Ensiklopedi Islam, 1994: 39). Mereka tidak mau
membayar zakat karena mereka beranggapan bahwa zakat itu hanyalah upeti yang
tidak patut diwajibkan atas setiap orang merdeka. Hal ini terjadi karena menurut
adat kebiasaan orang Arab, mereka itu tidak mau tunduk kepada siapapun selain
orang yang memegang kekuasaan keagamaan (Amin, dkk, t.th: 80-81).Dalam
kesulitan yang memuncak inilah terlihat kebesaran jiwa dan ketabahan hati Abu
Bakar, dengan tegas dinyatakannya seraya bersumpah, bahwa beliau akan
memerangi semua golongan yang telah menyeleweng dari kebenaran, kecuali
mereka yang kembali kepada kebenaran, meskipun beliau harus gugur dalam
memperjuangkan kemuliaan agama Allah (A. Syalabi, 1983: 232).
Mereka mengira bahwa Abu Bakar adalah pemimpin yang lemah, sehingga
mereka berani membuat kekacauan. Terhadap semua golongan yang
membangkang dan memberontak ituAbu Bakar mengambil tindakan tegas.
Ketegasan ini didukung oleh mayoritas ummat. Untuk menumpas seluruh
pemberontakan beliau membentuk sebelas pasukan yang dipimpin oleh panglima
perang yang tangguh. Dalam waktu singkat seluruh kekacauan dapat ditumpas
dengan sukses.Sebelum Abu Bakar mengirim masing-masing pasukan ke berbagai
tempat yang dituju, beliau lebih dahulu mengirimi surat kepada golongan ataupun
orang-orang yang menyeleweng tersebut. Dalam surat itu dijelaskan bahwa ada
kesamaran-kesamaran yang timbul dalam pikiran mereka, serta diserukan kepada
mereka agar kembali kepada ajaran Islam.
Diperingatkan pula, apa akibat yang akan terjadi kalau mereka masih tetap
dalam kesesatan itu (A. Syalabi, 1983: 233). Kemudian Abu Bakar memerangi
mereka, peperangan ini dikenal dengan nama perang Riddah. Perang Riddah
diprioritaskan terhadap orang-orang yang enggan membayar zakat. Kata Riddah
atau "Murtad" dalam hal ini tidak mengandung pengertian sebagaimana terdapat
dalam hukum Fiqh. Ketika itu orang-orang Arab tidak berbalik kepada
kepercayaan Shirik.Meraka tetap mengakui keesaan Allah SWT, hanya saja
mereka tidak mau menunaikan Zakat. Menurut mereka zakat dianggap sebagai
pajak dan dirasakan sebagai kewajiban yang merendahkan martabat mereka.
Ada juga yang menganggap bahwa pemungutan zakat yang dilakukan oleh
nabi Muhammad Saw saja yang dapat membersihkan dan menghapuskan
kesalahan-kesalahan pembayar zakat. Hal ini terjadi karena salah menafsiran salah
satu ayat yang berkenaan zakat (Surat Al-Taubah ayat 103). Persoalan lain yang
dihadapi Abu Bakar adalah munculnya nabi-nabi palsu. Diantaranya yang
mengaku dirinya sebagai nabi adalah Musailamah al-Kazzab (dari Bani Hanifa) di
Yamamah, Al-Aswad Al-Amsi di Yaman dan Thulaihah Ibn Khuwailid dari Bani
Asad.Terhadap golongan nabi palsu Abu Bakar mengerahkan bala tentaranya.
Pasukan yang dikirim berhasil dalam misinya. Musailamah mati terbunuh ditangan
Wahshi (Pembunuh Hamzah paman nabi dalam Perang Uhud ketika masih
musyrik). Adapun Al-Aswad yang pernah menamakan dirinya Rahman al-Yaman
telah mati terbunuh sebelum itu. Dengan kemenangan ini akhirnya Abu Bakar
dapat menundukkan seluruh jazirah dan berhasil menumpas pemberontakan kaum
murtad (A. Syalabi, 1983:)

2.4 Kemajuan Yang Dicapai Abu Bakar As-Shidiq


Meskipun fase permulaan dari kekhalifahan Abu Bakar penuh dengan
kekacauan, beliau tetap berkeras melanjutkan rencana Rasulullah Saw untuk
mengirim pasukan ke daerah Shiria dibawah pimpinan Usama bin Zaid. Beliau
berpendapat, bahwa itu rencana Rasulullah dan demi memantapkan keamanan
wilayah Islam dari serbuan Persia dan Bizantium.
Langkah politik yang ditempuh Abu Bakar itu adalah sangat strategis dan
membawa dampak yang sangat positif dan sukses (Kennedy, 1986: 53).
Selanjutnya melakukan ekspansi ke daerah Irak dan suriah. Ekspansi ke Irak
dipimpin oleh panglima Khalid bin Walid. Sedangkan ke Suria dipimpin oleh
Amru Ibn Ash, Yazid bin Abi Sufyan dan Syurahbil bin Hasan.
Pasukan Khalid dapat menguasai Al-Hirrah pada tahun 634. Akan tetapi
tentara Islam yang menuju Suria, kecuali pasukan Amru Ibn Ash mengalami
kesulitan karena pihak lawan yaitu tentara Bizantium memiliki kekuatan yang jauh
lebih besar dan perlengkapan perangnya jauh lebih sempurna. Untuk membantu
pasukan Islam di Suriah, Abu Bakar memerintahkan Khalid bin Walid segera
meninggalkan Irak menuju Suria, dan kepadanya diserahi tugas memimpin seluruh
pasukan. Khalid mematuhi instruksi Abu Bakar.
Mereka berhasil memenangkan pertempuran, tapi sayang kemenangan itu tidak
sempat disaksikan oleh Abu Bakar karena ketika pertempuran itu sedang
berkecamuk beliau jatuh sakit dan tak lama kemudian beliau meninggal dunia
(Ensiklopedi Islam, 1994: 39).Selain usaha perluasan wilayah Islam, beliau juga
berjasa dalam pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an yang selama ini berserakan di
berbagai tempat.Usaha ini dilakukan atas saran Umar bin Khattab. Pada mulanya
beliau agak berat melakukan tugas ini karena belum pernah dilakukan oleh nabi.
Akan tetapi 'Umar banyak mengemukakan alasan. Di antara alasannya adalah
bahwa banyak sahabat penghafal Qur’an gugur di medan perang dan
dikhawatirkan akan habis seluruhnya.
Pada akhirnya Abu Bakar menyetujuinya. Untuk selanjutnya ia menugaskan
Zaid bin Thabit untuk mengerjakan tugas pengumpulan itu. Abu bakar sebagai
seorang sahabat nabi yang berupaya meneladani beliau berusaha semaksimal
mungkin untuk meningkatkan kesejahteraan umum. Untuk itu ia membentuk
lembaga Bait al-Mal, semacam kas negara atau lembaga keuangan.
Pengelolaannya diserahkan kepada Abu Ubaidah sahabat nabi yang digelari
Amin Al-'Ummah (Kepercayaan Ummat) (Ensiklopedi Islam, 1994: 40).Pada masa
Abu Bakar, kegiatan bait al-mal masih tetap seperti pada masa nabi Muhammad
Saw. Pada tahap awal Abu Bakar menjadi khalifah, dia memberikan 10 dirham
kepada setiap orang. Lalu pada tahap kedua, dia memberikan 20 dirham untuk
perorangan (Ensiklopedi Islam, 1994: 222). Fungsi Bait al-Mal ini adalah untuk
mengelola pemasukan dan pengeluaran negara secara bertanggung jawab guna
terpeliharanya kepentingan umum. Bait al-Mal adalah amanat Allah dan
masyarakat kaum muslimin. Karena itu, beliau tidak mengizinkan pemasukan atau
pengeluarannya berlawanan dengan apa yang telah ditetapkan oleh syari'at (al-
Maududi, t.th: 116). Selain mendirikan Baitul Mal ia juga mendirikan lembaga
peradilan yang ketuanya diserahkan kepada Umar bin Khattab.
UMAR BIN KHATTAB
( Perkembangan dan Pembaruan dunia islam )

2.5 Biografi Umar Bin Khattab


Nama lengkapnya, Umar bin Khattab Ibn Nufail Ibn Abdul Al Aziz keturunan
dari Bani Adi Ibn Ka’ab Ibn Luai. Ibunya adalah Hantamah Binti Hasyim Ibn Al
Mughirah dari Bani Mahzum Ibn Yaqazhah Ibn Murrah. Silsilahnya bertemu
dengan silsilah Nabi pada Ka’ab moyang Nabi yang kesembilan. 21 Maka ia
termasuk keturunan bangsa Quraisy. Umar lahir pada tahun ketiga belas setelah
kelahiran Nabi.
Pada mulanya Umar bin Khattab adalah musuh yang paling keras dan beringas
menentang Rasulullah Saw dan pengikutnya. Tapi mendadak ia memeluk agama
Islam dan berbalik menjadi pendukung yang gigih, dan selanjutnya menjadi
penasehat terdekat Nabi Muhammad sepanjang hidupnya.
Selagi muda sebelum masuk Islam, Ia telah dikenal di kalangan Quraisy
memiliki kemampuan dan kelebihan, ia cerdas, kuat sekali ingatannya sehingga
dikenal ahli dalam menelusuri silsilah. Kemahirannya dalam seni sastra dan
diplomasi, ia pernah dipercaya menjadi duta besar mewakili kabilah Quraisy dalam
perundingan-perundingan dengan kabilah-kabilah lainnya. Atas didikan orang
tuanya yang keras (al kattabartinya tukang kayu) dan disiplin. Telah membentuk
kepribadian yang tangguh dan fisik yang kuat. Ia juga dikenal seorang atlet,
pegulat, dan memiliki kemampuan keprajuritan yang luar biasa. Umar selalu
menang dalam lomba ketangkasan gulat yang diadakan di gelanggang Ukaz.
Salah satu karakter Umar yang menonjol dan terkenal adalah ia seorang yang
keras dan berani. Salah satu riwayat yang menggambarkan keberaniannya adalah
ketika hijrah ke Madinah. Sahabat-sahabat yang lain dan bahkan Nai sendiri
melakukannnya dengan sembunyi-sembunyi untuk menghindari intaian orang
Quraisy. Tetapi Umar melakukannya dengan terang-terangan dan bahkan
menantang. Ia datang ke Ka’bah berthawaf dan berkata kepada orang-orang
Quraisy yang banyak di situ. “Celakalah kalian siapa yang ibunya ingin kehilangan
anaknya, atau anaknya menjadi yatim atau istrinya menjadi janda, maka hadanglag
aku besok di lembah ini”.
Umar juga terkenal sebagai seorang yang adil. Tidak pandang bulu dalam
menerapkan hukum. Bahkan anaknya sendiri, Abu Syahma, dideranya sampai
meninggal karena diketahui minum Khamer. Sejarah dunia tidak mencatat contoh
lain yang menunjukkan seorang pemimpin yang sangat menghargai keadilan
seperti yang dilakukan oleh Umar. Ia juga orang yang sangat sederhana. Tingkat
kehidupannya tidak lebih orang biasa. Ia tidak memiliki istana sebagaimana raja-
raja besar membangun dengan megah. Ia bahkan sering tidur di lantai masjid tanpa
alas, makanannya adalah roti gerts dan minyak zaitun, padahal terdapat cukup
gandum di kerajaannya. Ia sangat jujur tidak pernah menggunakan fasilitas negara
untuk kepentingan pribadi atau keluarganya. Sifat-sifat terpuji yang melekat pada
dirinya itulah yang menjadikan ia sangat dihormati dan disegani. Umar bukan saja
penguasa besar, tetapi juga salah satu model kebajikan Islam. Nabi pernah berkata:
“Jika Allah mengizinkan ada Nabi selain aku, tidak ada lain adalah Umar”.
Pada masa Abu Bakar memangku jabatan khalifah yang pertama, Umar juga
menjadi penasehat utama. Banyak idenya yang menjadi kebijakan Abu Bakar. Ia
menjadi khalifah kedua setelah Abu Bakar berdasar wasiat Abu Bakar sendiri,
jabatan yang diembannya selama sepuluh setengah tahun. Ia meninggal pada tahun
644 M dibunuh selagi menjadi imam sholat di masjid Nabi oleh seorang budak
bayaran bernama Feroz atau Abu Lulu’. Konon karena tidak puas dengan
kebijakan Umar. Tetapi buku-buku sejarah tidak banyak mengungkap tentang
kasus ini.
Dalam sebuah riwayat dikatakan, ketika terjadi penikaman itu, barisan shalat
menjadi kacau karena berusaha menangkap Feroz, akan tetapi ia semakin membabi
buta dan menikam setiap orang yang berusaha mendekatinya. Kemudian ia
menikam dirinya sendiri dan mati di tempat itu. Korban seluruhnya tiga belas
orang, termasuk Khalif Ibn Umar, tujuh di antaranya meninggal dunia dan lainnya
luka berat. Itulah percobaan pembunuhan pertama kali yang dihadapi seorang
khalifah dalam sejarah Islam. Adapun sebab-sebab yang melatarbelakangi
pembunuhan tersebut tidak pernah diperoleh kepastian.
Setelah nabi Wafat, kepemimpinan nabi diteruskan oleh khalifah Abu Bakar da
selanjutnya oleh Umar r.a. Pada masa Umar bin Khattab r.a. inilah Islam
mengalami perkembangan yang pesat dalam bidang politik, ekonomi, hukum,
ekspansi dll. Oleh karena itu keberhasilan kepemimpinan Umar bin Khattab
menjadikan Madinah sebagai negara Adi kuasa karena kebijaksanaan yang
dilakukan selama pemerintahannya untuk memajukan daerah dan masyarakat
yang dipimpinnya.

2.6 Sistem Pemerintahan Umar Bin Khattab


Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab terjadi berbagai penaklukan yang
begitu cepat sehingga administrasi pemerintahan mengalami perkembangan. Umar
bin Khattab mulai menerapkan sistem pembayaran gaji dan pajak mulai diatur dan
diterbitkan. Pengadilan didirikan dalam rangka memisahkan lembaga Yudikatif
dengan lembaga Eksekutif dan jawatan kepolisian pun dibentuk. Dari pemisahan
ini dapat dikategorikan ke dalam sistem teori Trias Politica. Meskipun demikian
sistem pemerintahan Umar bin Khattab tidak bisa disamakan dengan sistem Trias
Politica yang ada di Barat saat ini.
2.7 Kemajuan yang dicapai Umar Bin Khattab

1. Perluasan Wilayah
Pada tahun 14 H Damaskus berhasil dikuasai sebagian dengan perjanjian dan
kekuatan, Homs dan Balbalak dikuasai dengan perjanjian, serta basrah dan ubullah
dapat dikuasai dengan kekuatan.

2. Bidang militer
Umar bin Khattab dicatat sejarah sebagai orang yang pertama kali mendirikan
kamp – kamp militer yang permanen. Selain itu Umar juga mengatur berapa lama
seorang suami diperbolehkan pergi berjihad meninggalkan isterinya, yaitu tidak
boleh melebihi 4 bulan. Umar juga membuat buku khusus untuk mencatat para
prajurit dan mengatur secara tertib gaji tetap mereka. Umar juga mengikut sertakan
dokter, penerjemah , dan penasihat yang khusus menyertai pasukan.

3. Bidang Ekonomi
Mendirikan Baitul mal (baitul-Mal) untuk pengelolaan keuangan negara.
Membuat pecahan uang dirham dan menentukan timbanganya. Menentukan nafkah
anak jalanan yang diambil dari Baitul mal. Membolehkan pemberian Hutang dari
baitul mal kepada siapa saja sebagai modal berdagang. Membasmi penimbunan
makanan. Orang yang pertama kali meletakan dasar-dasar hisbah, yaitu
pengawasan terhadap perekonomian, dan pengendalian moral dan pasar.

4. Meningkatkan Administrasi Negara


Pada bidang ini bisa dilihat dari terbentuknya beberapa departemen-departemen
pemerintahan dan beberapa upaya yang bertujuan meningkatkan kinerja
pemerintahan. Departemen Logistik, yang bertugas mengatur perbekalan untuk
prajurit. Pemisahan Yudikatif dengan legislatif dan eksekutif dengan mendirikan
lembaga lembaga peradilan di daerah-daerah serta, Pembentukan jawatan
kepolisian dan jawatan pekerjaan umum untuk menjaga keamanan dan ketertiban
umum. Pembentukan dua lembaga penasehat, yaitu yang membahas masalah
umum dan khusus. Wilayah Negara dibagi menjadi 8 provinsi: Makkah, Madinah,
Syria, Jazirah, Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Masing-masing provinsi
dipimpin oleh amir. Mewajibkan para pekerja dan pejabat untuk melaporkan harta
benda. Tindakan ini adalah sebagai bentuk pengawasan Umar terhadap
pegawainya. Mengadakan administrasi pengukuran tanah dan membatasi jaraknya,
Membuat sebuah rumah untuk tamu guna menyambut para utusan, Membuat
tempat peristirahatan di antara negeri-negeri di jalan-jalan 34.

5. Prestasi-prestasi Lainnya
Dimulainya Penanggalan Hijriah umar berdasarkan alasanya untuk memilih
hijrah Nabi muhammad saw sebagai awal penanggalan hijriah adalah karena
Hijrah Nabi muhammad saw merupakan permulaan pendirian Negara islam.
Mengadakan muktamar tahunan untuk bagi para panglima dan para pemimpin
untuk mengintropeksi mereka dan mendengar pendapat mereka. Perluasan Masjid
Nabawi serta, Orang yang pertama mengumpulkan orang-orang untuk
melaksanakan Shalat tarawih.Itulah prestasi-prestasi yang ditorehkan oleh Umar
bin Khattab selama menjadi Khalifah kedua. Beliau wafat pada 25 Dzulhijjah 23 H
atau 644 Masehi.

2.8 Peradaban Umar Bin Khattab

1. Penanggalan Hijriah
Kalender Hijriah pertama kali ditetapkan pada masa pemerintahan Khalifah
Umar bin Khattab, tepatnya pada tahun 638. Pembuatan kalender Hijriah bermula
dari permasalahan surat-menyurat yang dialami pemerintahan Islam era Khulafaur
Rasyidin. Kala itu, pengarsipan menjadi terkendala karena setiap surat hanya
memuat keterangan tanggal dan bulan, tidak mencantumkan tahunnya. Ditambah
lagi, banyak wilayah kekuasaan Islam yang memiliki penanggalannya sendiri,
sehingga pengarsipan menjadi semakin rumit. Oleh karena itu, Khalifah Umar bin
Khattab mengumpulkan para sahabat Nabi untuk membicarakan permasalahan
penanggalan. Setelah berdiskusi, mereka sepakat membuat sistem penanggalan
Hijriah, yang dimulai ketika Nabi Muhammad hijrah dari Mekkah ke Madinah
pada 622.
Khalifah Umar dan para sahabat berpendapat bahwa peristiwa itu sangat
penting dalam sejarah Islam. Alhasil, terciptalah kalender Hijriah dengan
menetapkan 15 Juli 622 sebagai 1 Muharam 1 Hijriah.

2.Salat tarawih berjemaah


Khalifah Umar bin Khattab merupakan orang pertama dalam Islam yang
memerintahkan untuk melaksanakan salat tarawih secara berjemaah. Awalnya
Khalifah Umar melihat umat Islam melaksanakan salat tarawih di bulan Ramadan
secara individu di masjid. Menyaksikan hal itu, khalifah mengimbau agar salat
tarawih dilakukan secara berjemaah. Pada malam berikutnya, Khalifah Umar bin
Khattab ditemani Abdurrahman bin Abdul Qari pergi ke masjid dan mendapati
umat Islam sudah melaksanakan salat tarawih berjemaah dengan diimami oleh
Ubay bin Ka'ab.
Setelah itu, Khalifah Umar kemudian mengirim surat kepada setiap gubernur di
wilayah kekuasaan Islam untuk melaksanakan salat tarawih secara berjemaah.

3. Mendirikan lembaga kajian Al Quran


Pada masa pemerintahan Abu Bakar, Umar bin Khattab menjadi orang pertama
yang mengusulkan agar dilakukan pembukuan Al Quran. Usulan ini pun
ditanggapi dan pembukuan Al Quran dimulai pada masa Khalifah Abu Bakar.
Setelah menjadi pemimpin Khulafaur Rasyidin, salah satu usaha dari Khalifah
Umar bin Khattab untuk kemajuan peradaban Islam adalah dengan memperhatikan
pendidikan. Setelah meresmikan Madinah sebagai pusat pemerintahan dan ibu kota
Kekhalifahan Rasyidun, Khalifah Umar membentuk lembaga pendidikan.
Lembaga pendidikan ini dibangun sebagai pusat pembentukan hukum dan
menyiapkan umat Islam yang berpendidikan sebagai penerus perjuangan Islam.
Selama 10 tahun menjadi khalifah, Umar bin Khattab tidak melupakan
pembangunan Madinah sebagai pusat kajian Al Quran dan juga ilmu fikih.
Pembangunan Madinah sebagai pusat kajian Al Quran telah melahirkan beberapa
ilmuwan, seperti Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Mas'ud,
dan Zaid bin Tsabit.
4. Perluasan wilayah
Selama menjadi khalifah, Umar bin Khattab masih mempertahankan usaha Abu
Bakar untuk meluaskan pengaruh Islam. Di bawah kepemimpinannya, Islam telah
berhasil menyebar hingga ke Damaskus, Byzantium, Suriah, Mesir, dan Persia.
Luasnya wilayah yang dikuasai oleh Kekhalifahan Rasyidun membuat Khalifah
Umar mengadopsi ilmu tata negara dari Persia. Berdasarkan ilmu tata negara
Persia, Khalifah Umar bin Khattab kemudian membagi daerah administrasi
menjadi beberapa provinsi. Provinsi tersebut adalah Madinah, Mekkah, Suriah,
Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir.

5. Bidang ekonomi
Di bidang ekonomi, Khalifah Umar bin Khattab melaksanakan sistem
pembayaran gaji dan pajak tanah. Selain itu, Umar bin Khattab juga mulai
membuat sistem mata uang dan mendirikan Bait Al-Mal. Bait Al-Mal merupakan
pusat harta negara atau kumpulan kas yang dimiliki oleh pemerintah yang
dikembangkan untuk kemakmuran rakyat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/13800560/KHALIFAH_ABU_BAKAR_AS_SHIDDIQ

https://an-nur.ac.id/sejarah-peradaban-islam-masa-umar-bin-khattab/

Anda mungkin juga menyukai