Anda di halaman 1dari 20

TUGAS DAN PERAN MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH DI BUMI

Disusun untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Ilmu Akhlak dan Tasawuf
Dosen Pengampu : Nur Wahid S.H.,M.H.

Disusun Oleh :

Kelompok 3
1. Muhammad Dicky Maulana (224110203062)
2. Muhammad Ijlal Fakhri (224110203064)
3. Muhammad Nurhuda Ibnu Makmur (224110203065)
4. Naila Nur Fadila (224110203066)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROF. K.H. SAIFUDDIN ZUHRI
PURWOKERTO
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt karena atas limpahan karunia, rahmat,
dan hidayah-Nya yang berupa kesehatan, sehingga makalah yang berjudul “Pengantar Akidah
Akhlak” dapat terselesaikan. Makalah ini disusun sebagai tugas kelompok matakuliah akidah
akhlaq, kami berusaha menyusun makalah ini dengan segala kemampuan, namun kami
menyadari bahwa makalah ini masih banyak memiliki kekurangan baik dari segi penulisan
maupun segi penyusunan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangunkan, kami
terima dengan senang hati demi perbaikan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bisa
memberikan manfaat bagi para pembacanya, atas perhatian dan kesempatan yang diberikan
untuk membuat makalah ini kami ucapkan terimakasih.

Purwokerto, 27 September 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

SAMPUL .................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 2
C. Tujuan...................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................... 3

A. Pengertian Khulafaur Rasyidin............................................ 3


B. Masa Pemerintahan Khulafaur Rasyidin............................ 4
1. Abu Bakar Ash-Shiddiq
2. Umar bin Khattab
3. Usman bin Affan
4. Ali bin Abi Tholib
C. Tugas dan peran manusia Sebagai Khalifah di bumi......... 5

BAB III PENUTUP.......................................................................... 6

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Islam mengajarkan kepada kita semua untuk bisa menjaga, merawat, dan
memlihara bumi. Karena sejatinya manusia di ciptakan dan hadir di muka bumi ini
sebagai pemimpin atau di kenal sebagai “Khalifah Fil Ardh”. Sebagai pemimpin
untuk memlihara bumi dan membawa kedamaian bagi seluruh umat manusia.
Namun manusia di harapkan menjadi pemimpin yang memelihara bumi, justru
merusak bumi
dengan pertumpahan darah. Semuanya itu bisa diperbaiki dengan munculnya sifat
Khalifah.
Khalifah pertama kali ada pada zaman pasca kenabian atau setelah nabi
muhammad SAW. Wafat. Pada saat itu terjadi kekosongan pemerintahan yang
akhirnya. Khalifah pertama adalah Abu Bakar Shiddiq, yang secara tidak langsung
dipilih secara demokrasi oleh para sahabat, walaupun pada saat itu ada dua kubu
yang berbeda, yang pada akhirnya bersatu. Keberhasilah memilih Abu Bakar Ash-
Shiddiq sebagai Khalifah pertama melalui lembaga musyawarah, merupakan tradisi
baru dan merupakan pengalaman pertama bagaimana membangun kebudayaan
dalam membangun politik Islam. Peristiwa keberhasilan kepemimpinan ini jela
smenjadi momentum terbaik untuk penentuan kepemimpinan pasca kenabian.
Pemimpin umat Islam pasca kenabian ini yang sering disebut dengan Khalifah
Rasulullah (Pengganti Rasul) atau disebut dengan Khalifah saja, merupakan simbol
kebudayaan baru dan kedepanya akan menjadi rujukan umat Islam dalam
melakukan suksesi kepemimpinan. Khalifah pada masa kenabian di sebut dengan
Khulafaur Rasyidin .
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka adapun masalah-
masalah yang akan di bahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut
1. Apa yang dimaksud dengan Khulafaur Rasyidin
2. Apa saja tugas dan peran Khulafafaur Rasyidin
3. Apa yang dimaksud manusia sebagai Khalifah di bumi
4. Apa saja tugas dan peran manusia sebagai Khalifah di bumi

C. TUJUAN
1. Dapat mengetahui perngertian Khulafaur Rasyidin
2. Mengetahui perjalanan Khulafaur Rasyidin
3. Mengetahui tugas dan peran Khulafaur Rasyidin
4. Mengetahui apa yang dimaksud manuisa sebagai Khalifah di bumi
5. Mengetahui apa saja tugas dan peran manusia sebagai Khalifah di bumi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Khulafaur Rasyidin


Kata “Khalifah” diambil dari bahasa Arab, berarti seseorang yang menggantikan
kedudukan orang lain karena hilang atau meninggal dunia dalam konteks masyarakat Islam,
kata “Khalifah” berarti pemimpin umat yang menggantikan posisi Rasulullah SAW. Sebagai
pemimpin politik, militer, dan segala urusan umat Islam. Sementara itu, kata “Rashidun”
lebih ditekankan pada empat Khalifah pasca-Rasulullah SAW. Mulai dari Abu Bakar Ash-
Shiddiq sampai Ali bin Abi Thalib yang dipandang sebagai tokoh islam yang mengagumkan
dan adil.

Khulafaur Rasyidin (11-41 H/632-661 M), yang berkedudukan di Madinah Al


Munawwarah itu, Hijrah ataupun dua puluh sembilan tahun menurut sanat Masehi. Akan
tetapi masa pemerintahan yang teramat singkat itu sangat menentukan sekali bagi kelanjutan
Agama Islam dan bagi perkembangan kekuasaan Islam.

Khulafaur Rasyidin itu bermakna Pengganti-pengganti yang Cendekiawan, terdiri atas


empat tokoh sepeninggal Nabi Besar Muhammad, yaitu :

1. Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq (11-13 H/632-634 M)

2. Khalifah Umar bin Khattab (13-23 H/634-644 M)

3. Khalifah Ustman bin Affan (23-35 H/644-655 M)

4. Khalifah Ali bin Abi Thalib (35-41 H/655-661 M)

Panggilan resmi bagi penjabat kekuasaan tertinggi dalam dunia islam itu ialah Amirul-
Mukminin (Pangeran kaum Mukmin) dan literatur di Barat menyalinya dengan Prince of
Believers. Akan tetapi di dalam kehidupan sehari-hari masa itu, dan begitupun di dalam
literatur Arab, lebih populer digunakan panggilan Khalifah (pengganti). Sewaktu Abu Bakar
Ash-Shiddiq terpilih dan diangkat menjabat Kekuasaan Tertinggi itu maka bermula
dipanggilkan deangan Khalifatu’Llah (khalifah Allah). Iapun menaruh keberatan amat sangat
atas penggilan itu. Belakangan iapun dipanggilkan dengan Khalifatur-Rasul (pengganti-
Rasul). Di dalam aspek Imamat, yakni pimpinan Kekuasaan, iapun dapat menerima
panggilan tersebut.

B. Tugas dan Peran Khulafaur Rasyidin


1. Abu Bakar Ash-Shiddiq
Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah Khalifah pertama sesudah wafatnya Nabi
Muhammad SAW. Beliau adalah seorang petinggi di Mekkah Dari Suku Quraisy. Abu
Bakar Ash-Shiddiq lahir pada tahun 573 M di Mekkah. Nama aslinya Abdulloh bin
Utsman bin Amr bin Amru bin Kaad bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai
bin Ghalib bin Fihr Al-Qurasy At-Taimi. Beliau termasuk golongan As-Sabiqun Al-
Awawalun yaitu golongan orang yang pertama kali masuk Islam. Beliau diberi gelar Ash-
Shiddiq yang artinya terpercaya karena beliaulah orang yang pertama kali mempercayai
adanya peristiwa Isra Mi’raj. Ketika Nabi Muhammad SAW sakit keras, Abu Bakar lah
yang menggantikan beliau sebagai Imam dalam Shalat.Peristiwa ini dianggap sebagai
petunjuk bahwa kelak Abu Bakar Ash-Shiddiq yang akan menggantikan kepemimpinan
Islam sesudah Nabi Muhammad SAW. Wafat.

Pidato Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq menunjukkan bahwa sebagai Khalifah


Beliau tidak pernah menganggap dirinya sebagai orang suci yang harus diagung-
agungkan, Beliau mengedepankan supremasi hukum syariat serta menjadikan loyalitas
dan ketaatan warga negara kepadanya merupakan satu paket dalam ketaatan kepada Allah
SWT. dan rasulnya. Beliau menjadikan syariat Allah SWT. sebagai standar untuk
menentukan benar dan salah yang tidak hanya harus diikuti oleh rakyat tetapi juga oleh
penguasa.

Masa Kejayaan Abu Bakar Ash-Shiddiq

 Memerangi kaum murtad peristiwa kaum murtad ini dikenal dengan istilah yang berarti
kemurtadan atau beralih agama dari Islam pada kepercayaan yang semula gerakan ini
muncul akibat kewafatan Rasulullah SAW. mereka melepaskan kesediaan kepada
Khalifah bahkan menentang agama Islam karena menganggap bahwa perjanjian yang
dibuat bersama Rasulullah SAW. batal disebabkan kewafatnya gerakan penumpasan
orang-orang murtad dan para pembangkang banyak menyita konservasi Khalifah baik
secara moral maupun secara politis stabilitas keamanan Madinah pada saat itu terganggu
berkat kesucian tekad khalifah dan segenap kaum muslim hal tersebut dapat teratasi.
 Gerakan penumpasan nabi-nabi palsu
Gerakan nabi-nabi palsu telah ada saat Rasulullah SAW. masih hidup yaitu muncul di
wilayah Arab bagian Selatan orang pertama mengaku diri memegang peranan kerapian
muncul di Yaman yaitu Asmat kemudian Musailamah Al kadzab yang menyatakan
bahwa Rasulullah SAW. telah mengangkatnya sebagai mitra di dalam kelebihan selain itu
Tulaihah dan sejak Ibnu Haris seorang wanita dari Arab yang tengah semua gerakan
tersebut merupakan ancaman bagi umat Islam sekaligus pertahanan keyakinan Islam
bahwa tidak ada lagi nabi setelah Rasulullah SAW.
 Gerakan terhadap orang-orang yang ingin membayar zakat
Setelah Rasulullah SAW. wafat banyak orang yang tidak ingin membayar zakat karena
mengira bahwa saat itu seperti pajak yang penyerahannya pada pembendaharaan pusat di
Madinah sama artinya dengan penurunan kekuasaan suatu sikap yang tidak disukai oleh
suku-suku Arab karena bertentangan dengan karakter mereka yang independen
 Upaya ekspansi wilayah
Setelah mengadakan pembersihan pemberontakan dalam negeri abu bakar as Siddiq
mengarahkan perhatiannya pada ekspresi keluar sebagai lanjutan perjuangan masa
Rasulullah SAW.
 Kodifikasi Alquran
Pasukan yang dikirim untuk memerangi gerakan rider atau perang Yamamah tidak
selamanya utuh seperti sediakala dan tidak ada yang mati syahid pasukan Khalid bin
Walid yang bertugas untuk memerangi gerakan rider musailamah Al kadzab mendapat
kemenangan dan keberhasilan membunuh nabi palsu akan tetapi peristiwa tersebut
mensyahidkan 17 hafiz Quran (Para penghafal Alquran) dalam perang tersebut tentara
Islam yang gugur mencapai 1200 orang kejadian tersebut membuat khawatir Umar bin
Khattab akan hilangnya keaslian Al-Qur’an oleh karena itu Umar menemui Abu Bakar
Ash-Shiddiq dan membicarakan hal tersebut padanya terjadilah dialog antara keduanya
dalam hal tersebut terjadi perdebatan satu sama lain Umar berisi kukuh karena
kekhawatirannya dan Abu Bakar Ash-Shiddiq menganggap itu tidak dilakukan oleh Nabi
sebelumnya sekalipun demikian Abu Bakar Ash-Shiddiq ditunjuk untuk membukukan
Alquran sebagai upaya menjaga autentitas Alquran.

Khalifah Abu Bakar Ash-Siddiq Wafat Pada Tanggal 23 Agustus 634 M dalam usia sekitar
62 tahun. Abu Bakar Ash-Shiddiq menjadi Khalifah selama dua tahun (632-634 M). Beliau
dimakamkan di samping makam Rasulullah SAW. Ada pelajaran menjelang sepeninggal
Rasulullah SAW. Periode pemerintahannya yang singkat ditandai oleh keteguhan beliau
meneruskan kebijaksanaan Rasulullah SAW. dalam berbagai bidang kendati tidak jarang
diusulkan untuk diubah kendati dikenal sebagai seorang yang lemah lembut dalam mengikuti
Rasulullah SAW. Beliau sangat tegas ia wafat dalam keadaan sakit demam sejarawan
kesepakatan hal ini ada yang menyatakan bahwa saat kondisi fisik tidak prima Beliau mandi
pada musim dingin setelahnya menghembuskan nafas terakhir, ada lagi yang menyatakan
bahwa melalui madu yang dihadiahkan yang diracuni oleh orang Yahudi yang berdampak
buruknya menjadi setahun kemudian.

2. Umar bin Khattab

A. Nama dan Gelar Umar bin Khattab

Umar bin Khattab adalah Khalifah kedua setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin
Khattab bukanlah nama yang asing untuk disebut-sebut, karena memang Khalifah kedua dalam
urutan Khulafaur Rasyidin ini memiliki keutamaan yang berlimpah, keilmuan yang mendalam.
Umar bin Khattab juga memiliki gelar yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW. Ialah Al-
Faruq yang berarti “sang pembeda” karena dianggap sebagai orang yang cerdas yang mampu
membedakan mana yang hak (kebenaran) dan mana yang bathil (keburukan).

Umar bin Khattab lahir pada tahun 13 pasca perang gajah. Umar bin Khattab memiliki
perawakan yang tegas dengan badan yang tinggi, tubuh yang kuat dan tidak lemah. Kalua
berjalan, jalannya cepat, omongannya didengar, karena memiliki wibawa di dalam dirinya.

B. Kehidupan Umar bin Khattab pada masa jahiliyah


Umar menghabiskan separuh perjalanan hidupnya pada masa jahiliyah. Kehidupan masa
kecilnya sebagaimana anak-anak Quraisy lainya. Umar mengungguli anak-anak Quraisy lainya
karena ia termasuk anak yang yang mau belajar dan pandai baca tulis. Pada masa itu orang yang
pandai sangat minim. Sejak kecil ia sudah terbiasa dalam kehidupan keras, bukan kehidupan
hura-hura dengan bergelimang harta. Ayahnya, Al-Khattab, membawanya ke dunia kehidupan
yang keras, yakni dunia gembala. Ia mengembala unta milik ayahnya. Perlakuan keras dari
ayahnya ini telah mewariskan pengaruh yang buruk pada diri Umar. Hal ini senantiasa
dikenangnya sepanjang hidupnya. Umar tidak hanya mengembala unta milik ayahnya, tapi ia
juga mengembala unta milik bibinya dari Bani Makhzum.

Umar bin Khattab juga terkenal pandai dan cerdas di kalangan orang-orang Quraisy.
Bahkan Orang-orang Quraisy mempercayai Umar sebagai hakim untuk menyelesaikan berbagai
sangketan yang terjadi diantara mereka. Umar juga terkenal bijaksana, bicaranya fasih,
pendapanya baik, dan bicaranya yang jelas. Sifat-siafat yang dimilikinya ini yang membuatnya
menjadi orang terpandang di kalangan suku Quraisy, seperti menjadi duta/ delegasi suku Quraisy
dan menjadi wakil yang membanggakan keturunan mereka pada suku-suku lain.

C. Keislaman dan Hijrahnya Umar bin Khattab

Umar bin Khattab masuk Islam pada bulan Dzullhijjah tahun 6 dari kenabian.saat itu, ia
berusia 27 tahun. Ia masuk Islam tiga hari sesudah Hamzah masuk Islam. Cahaya keimanan
pertama kali meresap masuk ke hati Umar bin Khattab Ketika ia melihat wanita-wanita Quraisy
yang rela meninggalkan kampung halaman mereka dan merantau ke negeri lain yang jauh karena
mereka tersiksa oleh orang-orang yang memiliki sifat kasar seperti dia. Hatinya pun melunak.
Semenjak peristiwa itu Umar menaruh rasa kasihan terhadap mereka. Umar mengucapkan kata-
kata yang baik kepada mereka, kendati mereka tidak ingin mendengarnya dari dia. Umar masuk
Islam karena doa yang dipanjatkan oleh Rasulullah SAW. Doa beliau inilah yang menjadi factor
utama yang menyebabkan Umar masuk Islam. Rasulullah SAW pernah berdoa, “Ya Allah,
muliakanlah Islam dengan orang yang paling Engkau cintai dari kedua orang ini, dengan Abu
Jahl bin Hisyam atau dengan Umar bin Khattab.” (HR. At-Tirmidzi). Dan orang yang paling
dicintai oleh Allah di antara keduanya adalah Umar bin Khattab.

D. Pengaruh Keislaman Umar bin Khattab terhadap Dakwah


Abdullah bin Mas’ud berkata, “Posisi kami menjadi kuat semenjak Umar bin Khattab
masuk Islam. Anda telah melihat kami tidak dapat melakukan tawaf dan shalat di ka’bah hingga
Umar bin Khattab masuk Islam. Takala ia masuk Islam, ia memerangi mereka (orang-orang
Quraisy) dan akhirnya mereka membiarkan kami menunaikan Shalat dan Tawaf.” (HR. Ahmad)

Jumlah umat Islam pada saat itu 40 orang laki-laki dan 11 orang wanita. Akan tetapi Umar tidak
mengetahui persis jumlah mereka. Sebab, Sebagian dari mereka masih menyembunyikan
keislaman mereka karena khawatir diketahui orang-orang Quraisy. Banyak perubahan dan
banyak yang memeluk Islam yang berasal dari anggota keluarganya dan kaumnya setelah, Umar
masuk Islam.

Umar benar-benar belajar dengan pendidikan Al-Qur’an dan pendidiknya adalah


Rasulullah SAW. Titik permulaan dari Pendidikan Umar adalah pertemuannya dengan
Rasullullah SAW . Berkat inetraksinya dengan Beliau, maka terjadilah perubahan besar pada diri
Umar. Ia keluar dari lingkaran kegelapan dan menuju lingkaran cahaya. Ia memperoleh
keimanan dan memebuang kekufuran. Kepribadian memiliki daya tarik dan daya pikat bagi umat
manusia. Seorang mukmin tidak hanya mencintai Beliau karena faktor diri Beliau saja. Cinta
kepada Allah berkaitan erat dengan cinta kepada Rasul-Nya. Kedua hal ini hanya berbeda dalam
diri seorang mukmin. Dalam perasaannya, kedua cinta ini menjadi pusat semua emosi dan juga
titik semua gerakan emosi dan perilaku.

Umar juga ikut serta dalam beberapa peperangan, seperti perang Badar, perang Uhud, dan
semua peperangan bersam Rasulullah SAW. Ia tidak pernah absen mengikuti semua peperangan
bersama Rasulullah SAW.

E. Pencalonan Abu Bakar terhadap Umar bin Khattab, Dasar-dasar Pemerintahan Umar bin
Khattab, dan Kehidupanya di Tengan-tengah Masyarakat

Takala sakit Abu Bakar semakin parah, ia mengumpulkan beberapa dari pemuka sahabat.
Para sahabat pun menyelenggarakan musyawarah. Setiap orang menolak dirinya dicalonkan dan
malah mencalonkan sahabat yang lain yang dianggap layak menjadi Khalifah. Karena musyawah
ini tidak membuahkan hasil, maka mereka menyerahkan kembali persoalan ini kepada Abu
Bakar. Abu Bakar juga meminta pendapat dari para sahabat yang mana sebagian besar setuju
dengan pilihan Abu Bakar, bahwa Umar yang akan menjadi Khalifah selanjutnya. Abu Bakar
menyampaikan kepada Umar tentang kebijakan yang ditetapannya, yakni mengangkat Umar
sebagai Khalifah selanjutnya.

Setelah Umar menjadi Khalifah. Ia memiliki gelar Amirul Mukminin. Dan dia adalah
orang pertama yang digelari dengan gelar tersebut. Banyak kemajuan yang terjaid setelah Umar
menjadi Khalifah yaitu :

- Perluasan wilayah, pada tahun 14 H Damaskus berhasil dikuasai Sebagian dengan


perjanjian dan kekuatan Homs dan Balbalak dengan perjanjian, serta basrah dan ubullah
dapat dikuasai dengan kekuatan.
- Bidang militer, mendirikan kamp-kamp militer yang permanen.
- Bidang ekonomi, Mendirikan Baitul mal untuk pengelolaan keuangan negara, membuat
pecahan uang dirham dan menentukan timbangannya.

D. Wafatnya Umar bin Khattab

Amr bin Maimun berkata, “saat itu saya sedang berdiri, tidak ada seorang pun antara aku
dan Umar selain Abdullah bin Abbas. Kebiasaan Umar, saat melewati di antara kedua shaf dia
berkata, ‘luruskanlah barisan.’ Jika sudah lurus kemudian dia maju ke depan dan melekukan
takbiratul ihram. Setelah membaca surah Al-Fatihah, terkadang dia membaca surat surah Al-
Fatihah, terkadang dia membaca surat Yusuf atau An-Nahl pada rakaat pertama hingga orang-
orang berkumpul.

Pada saat takbiratul ihram, tiba-tiba aku mendengar, “Seseorang membunuhku, seekor
anjing menerkamku,” ternyata pada saat itu Umar ditusuk perutnya oleh Abu Lu’lu’ah dengan
pisau bernata dua. Umar bin Khattab lalu meraih tangan Abdurrahman bin Auf untuk
menggantikanya sebagai imam sholat berjamaah.

Jenazah Umar bin Khattab dimasukan dan disemayamkan bersama kedua sahabatnya
Rasulullah dan Abu Bakar), dengan seizin Aisyah. Karena sebelum itu Umar meminta izin
terlebih dahulu kepada Aisyah agar, ia diperbolehkan dikuburkan bersama Rasulullah dan Abu
Bakar).
Umar bin Khattab wafat pada rabu tanggal empat atau tiga bulan Dzul Hijjah tahun dua
puluh tiga Hijjriyah. Usianya pada saat itu enam puluh tiga tahun. Masa Khalifahnya sepuluh
tahun enam bulan dan beberapa hari.

3. Usman bin Affan

Usman bin Affan adalah Khalifah ketiga yang menggantikan Umar bin Khatab, ia berasal dari
keturunan bani Umayah. Silsilah keluarganya bertemu dengan garis pertemuan Nabi SAW pada
Abdul Muttalib. Usman dilahirkan dilahirkan pada tahun keenam setelah penyerangan pasuka
gajah. Dengan demikian usianya terpaut enam tahun lebih muda dari Rasullullah SAW.

Usman bin Affan masuk Islam setelah diajak Abu Bakar dan termasuk golongan orang
pertama masuk Islam. Rasullah menikahkan Usman dengan putrinya yang bernama Ruqayah.
Usman tinggal di Mekah bersama istrinya sambil meneruskan daganganya. Pada saat kaum
muslimin mengalami penderitaan orang kafir Quraisy Usman juga termasuk shat yang hijrah ke
Abbisina. Setelah Ruqayah meninggal pada waktu perang Badar, Nabi menikahkan lagi dengan
putri yang kedua, Umi Kultsum. Sebab itulah Usman mendapat gelar Dzu Nurain (pemilik dua
cahaya). Umi Kultsum juga meninngal pada tahun 9 H, setelah itu Rasullalah bersabda kepada
Usman :” Seandainya ada putriku yang ketiga, tentu akan aku nikahkan lagi dengan engkau
(Usman).

Menjelang wafatnya beberapa sahabat datang menjenguk Umar bin Khatab, salah seorang
dari mereka berkata “ Wahai Amirul Mu’minin, sebaiknya engkau menentukan pilihan orang
yang akan mengggantikanmu. Umar menjawab” Siapa gerangan yang akan menggantikanku,
seandanya Abu Ubaidah bin Jarrah masih hidup niscaya aku akan memilihnya. Salah seorang
sahabat berkata “ Demi Allah bin Umar, anakmu”. Umar marah berkata “ aku tidak
menginginkan ini. Aku tidak mau salah seorang dari keluargaku menjadi orang yang diserahi
tugas untuk memimpin dan mengurus umat. Aku tidak menyukainya. Sebab, aku tidak
menginginkan seorang pun dari keluarga Umar dihisab dan diminta pertanggungjawaban atas
urusan umat Muhammad SAW.
Para sahabat khawatir jika Umar wafat tanpa meninggalkan pesan mengenai penggantinya.
Oleh karena itu, mereka mendatangi lalu berkata “ Wahai Amirul Mu’minin, apakah tidak
sebaliknya engkau berwasiat. Umar menjawab “ Kalian harus memilih orang-orang yang diridhoi
Rasullah SAW yang dijanjikan masuk surga tanpa dihisab. Mereka adalah Usman bin Affan, Ali
bin Abi Thalib, Saad bin Waas, Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwam, Thalhah bin
Ubaidillah dan Abdullah bin Umar. Namun berpesan agar jangan mencalonkan anaknya
apalaginmemilihnya. Tujuh orang diatas kemudian dikenal anggota majlis syura.

Umar juga berwasiat agar jabatan Khalifahnya diserahkan kepada hasil pilihan majlis syura
dan jika suara dari mereka sama hendaknya keputusan kepada Abdullah bin Umar sebagai
anggota tim terebut. Selanjutnya jika keputusan Abdullah bin Umar tidak disetujuin oleh majlis
syura, maka hendaknya anggota dewan mengikuti keputusan yang diambil oleh Abdurrahman
bin Auf.

Sesudah itu Umar memanggil mereka dan berkata “ Sesungguhnya aku menilai bahwa
kalian adalah para pemimpin masyarakat, sehingga urusa khalifah berada pada kalian sendiri.
Lebih dari Rasulluh SAW telah berpulang ke hadirat Allah Swt dalam keadaan ridha kepada
kalian. Dengan demikian, sungguh aku tidak mengkhawatirkan umat atas kalian selama kalian
bersikap lurus. Namun demikian aku khawatir akan timbul perselisihan diantara kalian sehingga
umat pun akan berselisih. Maka sesudah aku wafat,hendaknya kamu bermusyawarah selama tiga
hari da hendaklah pada hari keempat kalian sudah mempunyai pemimpin.

Abdul Rahman bin Auf memimpin sidag, Abdul Rahman bin Auf memberi saran kepada
dewan formatur untuk tidak bersaing menjadi khalifah. Kemudian Abdul Rahman bin Auf
berkata “ Siapakah diantara kalian yang bersedia mengundurkan diri dari percalonan sebagai
khalifah dan ikhlas menyerahkan kursi Khalifah kepada yang lebih utama kepada kalian”.
Ketika itu tidak ada seorang pun yang menjawab dan Abdul Rahan berkata :” Aku sendiri
melepaskan percalonan diri sebagai Khalifah. Para peserta musyawarah menyetujui pernyataan
Abdul Rahman bin Auf.

Setelah itu Abdul Rahman bin Auf bermusyawarah dengan para sahabat menentukan siapa
yang lebih pantas untuk dipilih dan diangkat sebagai khalifah. Sebagian mereka mengiginkan Ali
dan sebagian lagi memilih Usman. Abdul Rahman kembali menemui majlis syura lantas
bertanya kepada Ali “ Bagaiman sikapmu jika jabatan khalifah tidak diberikan kepada mu,
siapakah orang yang engkau sukai menjadi khalifah? Ali menjawab : “ Usman”. Pertanyaan
senada juga disampaikan kepada Zubair bin Awwam dan Saad bin Abi Waqas keduanya
menjawab Usman. Kemudian Usman ditanya dan menjawab “Ali”. Dengan demikian
disimpulkan bahwa yang berhak menjadi khalifah atas kesepakatan majlis syura memilih Usman
bin Affan.

Pemerintahan Usman bin Affan berlangsung selama 12 tahun 23-35 H/ 644-655 M. Usman
bin Affan merupakan sahabat nabi yang gigih berjuang dengan jiwa raga dan hartanya. Dia
menggunakan sebagian besar hartanya untuk kepentingan Islam dan membekali umat Islam. Ada
masa pemerinahan Abu Bakar Ash-shiddiq dan Umar bin Khatab, Usman bin Affan menduduki
possi penting, dan pada akhir kekhalifahanya Umar bin Khatab dipilih menjadi anggota tim enam
yang bertugas memilih calon khalifah.

Khalifah Usman bin Affan dikenal memliki tabiat yang lemah lembut, budi pekerti yang baik
pada aruh masa pemerintahanya permasalahan sosial politik masih stabil. Dala menjalankan
tugas kekhalifahan, Usman bin Affan menunjuk kerabat dekatnya sebagai pembanu-
pembantunya, bahka pada akhir masa jabatanya roda pemerintahan banyak dikendalikan oleh
kerabat dekatnya. Langkah ini dinlai oleh para penulis sejarah Islam, Usman bin Affan pada
posisi yang lemah dan banyak mengundang kekecewaan masyarakat dengan kebijakan
nepotisme.

Ada beberapa argumentasi kebijakan Usman bin Affan mengangkat kerabat dekatnya
itu,secara umum kondisi negara yang kurang stabil sehingga konsekuwensi pemerintahan
transisi, sehingga memerlukan soliditas dan kepatuhan pejabat pemerintahan disemua tingkatan.
Uaman bin Affan mengambil kebijakan mempersiapkan kader-kader pemimpin masa depan
dengan mengakat orang-orang muda dan mengistirahatkan orang-orang yang sudah berusia
lanjut. Wibawa pemerintahan sangat rapuh terutama pada masa tahun kedua . Untuk
mengembalikan wibawa pemerintahan itu, harpan khalifah Usman bin Affan hanya mengangat
kepada orang-orang yang menghormai dan loyal kepadanya. Hal ini didasarkan pada watak
orang Arab yang hanya mengikuti dan menghormati kepada kepala sukunya aja, tindakan Usman
bin Affan tersebut dituduh menghina sahabat.
Kepemimpinan Usman bin Affan memiliki garis kebijakan yang berbeda dengan Khalifah
Abu Bakar Ash-shiddiq dan Umar bin Khattab. Pada paruh terakhir masa kekhalifahanya muncul
perasaan tidak puas dan kecewa dikalangan umat Islam terhadapnya. Puncak kekecewaan
masyarakat terhadap pemerintahanya adalah banyak sahabat dekat mulai meninggalkan Usman
bin Affan, banyak pertentangaan terhadap pejabat khalifah yang akhirnya sampai terjadinya
pemberontakan dan Usman bin Affan dibunuh oleh Maryam.

Sejarah perjalanan kepemimpinn Usman bin Affan meski disorot sebagai bentuk kekuasaan
nepotisme karena menempatkan kerabat-kerabatnya menduduki posisi penting dala
pemerintahan, tapi harus pula dicatat bahwa pada masa pemerintahanya banyak jasa dan
kebudayaan yang dihasilkan. Dibawah ini merupakan fakta sejarah kebudayaan yang dihasilkan
pada masa pemerintahany Usman bin Affan yang meliputi:

1. Mengizinkan dibangunya angkatan laut.


2. Membangun rumah penjara terpisah dari masjid.
3. Memproklamasikan mushaf resmi yang ditulis oleh Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair,
Said bin Ash dan Abdurrahman bin Harits bin Hisyam.
4. Memperindah masjid Nabi di Madinah dengan bahan batu pualam.
5. Membngun bendungan untuk menjaga arus banjir besar dan engatur distribusi air ke kota-
kota Madinah.
6. Membangun sarana dan prasarana umat, jembatan-jembatan, jalan-jalan, masjid.

4. Ali bin Abi Thalib

Beliau mempunyai nama lengkap sebagai Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muthalib bin
Hasyim bin Abdul Manaf Al-Hasyimi. Beliau juga sepupu Rasulullah SAW. anak dari Abi
Thalib, paman Nabi yang sangat berjasa menjaga dan merawat Nabi setelah kematian ayah dan
kakeknya. Beliau masuk Islam ketika masih kecil, yaitu berumur delapan tahun. Pada saat tahun
kesepuluh pra kenabian, Ali bin Abi Thalib lahir ke dunia, tepatnya di kota Mekkah Al-
Mukarromah. Beliau mempunyai keistimewaan yang hampir tidak dimiliki oleh para Khalifah
sebelumnya. Salah satu keistimewaan tersebut adalah beliau tidak pernah merasakan masa
kekufuran atas dirinya sejak Islam diamanahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

a. Pengangkatan Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah

Pengangkatan Ali menjadi Khalifah keempat terjadi pada tahun 35 H/656 M, yaitu
berawal dari wafatnya Khalifah ketiga Utsman bin Affan yang terbunuh oleh sekelompok
pemberontak dari Mesir pada tanggal 17 Juni 656 Masehi, karena tidak puas terhadap kebijakan
pemerintahan Utsman bin Affan. Pembunuhan itu menandakan suatu titik balik dalam sejarah
Islam. Pembunuhan terhadap seorang Khalifah oleh pemberontak yang dilakukan oleh orang-
orang Islam menimbulkan contoh yang buruk serta memperlemah pengaruh agama dan moral
kekhalifahan sebagai suatu ikatan persatuan dalam Islam.

Setelah Utsman bin Affan wafat, penduduk Madinah dengan didukung sekelompok
pasukan dari Mesir, Basrah, dan Kufah mencari para sahabat yang mau menjadi Khalifah.
Mereka meminta Ali bin Abi Thalib, Zubair bin Awwam, Thalhah bin Ubaidillah, Sa’ad bin Abi
Waqash, dan Ibnu Umar. Pada awalnya, tidak satupun dari mereka yang mau menjadi Khalifah
menggantikan Utsman. Setelah berunding, akhirnya mereka mendatangi penduduk Madinah agar
mengambil keputusan karena merekalah yang dianggap ahli surga yang berhak memutuskan
pengangkatan Khalifah dan kredibilitas merekapun diakui umat. Kelompok-kelompok ini
mengancam jika tidak ada salah satu dari mereka yang dipilih jadi menjadi Khalifah, mereka
akan membunuh Ali, Thalhah, Zubair, dan Masyarakat lainya. Akhirnya, dengan geram mereka
menoleh kepada Ali. Pada awalnya Ali pun tidak bersedia, karena pengangkatannya tidak
didukung oleh kesepakatan penduduk Madinah dan para pejuang Perang Badar. Tetapi dengan
berbagai argumen yang diajukan oleh berbagai kelompok tersebut, demi Islam dan menghindari
fitnah, akhirnya Ali bersedia dibaiat.

b. Peristiwa-peristiwa penting pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib

1. Perang Jamal

Perang Jamal atau bisa disebut Perang Unta dikarenakan dalam peristiwa tersebut, istri
Nabi Muhammad SAW. Dan putri Abu Bakar Ash-Shiddiq, yaitu Aisyah, ikut dalam peperangan
dengan mengendarai unta. Alasan perang ini karena Khalifah Ali dianggap tidak mengusut
pembunuhan Khalifah Utsman dan dianggap membiarkan kasus pembunuhan Utsman. Khalifah
Ali berusaha supaya tidak terjadi peperangan dengan melakukan perundingan akan tetapi
ternyata ada pasukan Aisyah yang mengajak berperang maka perangpun tidak bisa dihindarkan.
Perang Jamal terjadi pada tahun 36 H atau pada awal kekhalifahan Ali. Perang ini mulai
berkecamuk setelah Dzuhur dan berakhir sebelum matahari terbenam pada hari itu. Dalam
peperangan ini, Ali disertai 10.000 personil pasukan, sementara Pasukan Aisyah berjumlah
antara 5.000-6.000 prajurit. Perang Jamal ini dimenangkan oleh Ali. Sementara itu pasukan
Aisyah, Thalhah dan Zubair gugur atau terbunuh dalam perang tersebut. Sementara Aisyah
ditangkap, Ali dengan penuh hormat memulangkan Aisyah ke Madinah.

2. Perang Shiffin

Shiffin adalah peperangan pasukan Ali melawan Mu’awiyah. Perang ini tidak berakhir
dengan kalah atau menang antara keduanya, tetapi hanya dengan mengamati indikasi
peperangan, akan tampak kelemahan Ali kalau tidak mau kalah. Peperangan ini terjadi karena
faktor politik, dapat dikemukakan dua hal yang mempengaruhi :

Pertama, Ali diangkat menjadi Khalifah pada tahun 656 Masehi, namun Mu’awiyah jauh lebih
mapan karena dua puluh tahun lebih dulu telah menjadi Gubernur Syiria.

Kedua, Mu’awiyah cukup berpengalaman dan memiliki pengaruh yang mengakar, yang
mampu membangun kemakmuran bagi wilayah dan penduduknya, sedangkan Ali tidak memiliki
kemantapan politik pada masa Khilafah.

Peperangan ini, Ali membawa pasukan sebanyak 50.000 orang, dan Mu’awiyah membawa
tentara Suriah. Di bawah pimpinan Malik al-Asytar, pasukan Ali hampir menang ketika Amr bin
Ash pemimpin pasukan Mu’awiyah yang cerdik dan licik melancarkan siasat. Salinan al-Qur’an
yang dilekatkan diujung tombak terlihat diacung-acungkan, sebuah tanda yang diartikan sebagai
seruan untuk mengakhiri bentrokan dan mengikuti keputusan al-Qur’an. Perang ini diakhiri
dengan tahkim, tapi tahkim tidak menyelesaikan masalah, bahkan telah menimbulkan
perpecahan dikalangan umat Islam yang terbagi menjadi tiga kekuatan politik yaitu Mu’awiyah,
Syi’ah dan Khawarij. Keadaan ini tidak menguntungkan Ali. Munculnya kelompok Khawarij
menyebabkan tentaranya semakin lemah, sementara posisi Mu’awiyah semakin kuat. Pada
tanggal 20 Ramadhan 40 H (660 M), Ali dibunuh oleh salah satu anggota Khawarij bernama
Abdurrahman bin Muljam dengan pedang beracun di dahinya yang mengenai otak.
C. Tugas dan peran manusia sebagai Khalifah di bumi

Tugas dan peran Khalifah untuk menjaga dan bertanggung jawab atas dirinya, sesama
manusia dan alam yang menjadi sumber penghidupan. Karena sudah menjadi kewajiban bagi
manusia yang merupakan Khalifah di bumi memiliki dua bentuk sunatullah yang harus
dilakukan, yaitu baik kewajibannya antara manusia dengan Tuhannya, ada sesama manusia
sendiri, dan antara manusia dengan ekosistemnya. Tugas tanggung jawab manusia sebagai moral
agama sebagai Khalifah di bumi yaitu dengan mengelola sebaik-baiknya alam semesta dan
kehidupan sosial di dalamnya. Kehidupan manusia sangat bergantung dengan komponen
ekosistem lainnya sehingga secara moral manusia dituntut untuk bertanggung jawab kepada
kelangsungan keseimbangan dan kelestarian alam yang menjadi sumber kehidupannya.
Permasalahan lingkungan alam semakin berkembang seiring berjalannya waktu yang saling
berkaitan secara global, bahkan masing-masing manusia dalam setiap negara berlomba-lomba
merusak sumber daya alam dengan dilakukannya pembangunan yang dilakukan, khususnya
dilakukan di negara berkembang seperti negara Indonesia pada saat ini. Tugas dari seorang
Khalifah menjadikan perlindungan bagi umat dan menjaga kelestarian alam atau ekosistem
sehingga, Khalifah dan umat harus bersatu dan saling mencintai guna menjalankan kehidupan
sesuai dengan kewajiban manusia untuk mengelola alam dan menjaganya. Manusia tidak berhak
berlaku sewenang-wenangnya dalam memimpin dan mengelola alam, mengenai kewajiban
manusia sebagai Khalifah yang harus bertanggung jawab atas perbuatan yang terdapat pada
Hadist Nabi, yaitu “masing-masing kamu adalah orang yang bertanggung jawab maka akan
dimintai pertanggungjawabannya kelak, Raja adalah orang yang bertanggung jawab atas syariat
Islam dan keberlangsungan hidup. Dan dia penguasa akan dimintai pertanggungjawabannya,
serta seorang kepala rumah tangga juga bertanggung jawab atas keluarganya dan akan dimintai
pertanggungjawabannya mereka dan seorang perempuan sebagai ibu rumah tangga harus
bertanggung jawab atas suami dengan anak-anaknya akan dimintai pertanggungjawaban atas
mereka, pembantu bertanggung jawab atas harta majikannya dan akan dimintai
pertanggungjawaban tentang itu ingatkah bahwa masing-masing kamu adalah orang yang
bertanggung jawab dan setiap kamu akan dimintai pertanggungjawaban atas apa kamu yang
lakukan (H.R Imam Bukhori)

Anda mungkin juga menyukai