Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

IMPLEMENTASI PRINSIP-PRINSIP PADA

MASA KHULAFAUR RASYIDIN

(Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqih Siyasah)

Dosen Pengampu: Dr.Alimuddin Siregar,M.HUM

Disusun oleh :

Putri Lidia Ningsih ( 2001010222)

Rina Yuliani (2001010152)

Rafiki Zulfitra (2001010138)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS AL-WASHLIYAH (UNIVA) MEDAN

T.A 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat allah swt karena berkat rahmat-nyalah penulis

berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul “IMPLEMENTASI PRINSIP-PRINSIP

PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN”. Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada

dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingannya dalam penulisan makalah ini.

Makalah dengan judul Implementasi prinsip-prinsip pada masa khulafaur rasyidin

yang penulis susun untuk memberikan informasi tentang pengertin khalifah, pengertian

khulafaur rasyidin, kepemimpinan khulafaur rasyidin mulai dari sahabat abu bakar sampai

sahabat ali bin abi thalib.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Terdapat banyak

kekurangan dan kesalahan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat

membangun demi perbaikan makalah ini.

Medan, 8 Desember 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR ................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 4

1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 4

1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................... 4

1.3. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 6

2.1. Pengertian Khulafa Urrasyidin ...................................................................... 6

2.2. Pembentukan kekhalifahan dan sistem .......................................................... 6

2.2.1. Abu Bakar (632-634 M) ...................................................................... 6

2.2.2. Umar Bin Khattab (634-644 M)........................................................... 8

2.2.3. Utsman Bin Afwan (644-656 M .......................................................... 9

2.2.4. Ali bin Abhi Thalib (656-661 M)......................................................... 11

2.3. Kemajuan peradaban masa khulafaur rasyidin ............................................... 15

BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 16

3.1. Kesimpulan ................................................................................................... 16

3.2. Saran............................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 17

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sudah menjadi kodratnya bahwa manusia dilahirkan didunia ini untuk menjadi pemimpin

atau kholifah fil „ardhi sebagaimana firman Allah dalam surat Al-baqoroh: 30 yang berbunyi:

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak

menjadikan seorang khalifah di muka bumi”.

Banyak terjadi kerancuan-kerancuan ketika pemerintahan sudah tidak berada dibawah

kendali Rasulullah. Dalam hal ini terdapat empat khalifah yg menggantikan Nabi dalam

memimpin Umat Islam dengan selalu berpegang pada al Qur‟an dan Sunnah. pada periode

ini, masih mencerminkan pola- pola yang digagas dan dipraktekkan oleh Rasululah dalam

menata dan mengurusi umat Islam.

1.2. Rumusan Masalah

a. Apakah pengertian khulafa urrasyidin ?

b. Pembentukan kekhalifahan dan sistem

Bagaimanakah kepemimpinan Khalifah Abu Bakar (632-634 M) ?

Bagaimanakah kepemimpinan Umar Bin Khattab (634-644 M) ?

Bagaimanakah kepemimpinan Utsman Bin Afwan (644-656 M) ?

Bagaimanakah kepemimpinan Alibin Abhi Thalib (656-661 M) ?

c. Bagaimanakah Kemajuan peradaban masa khulafaur rasyidin ?

4
1.3. Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui apa pengertian khulafa urrasyidin.

b. Pembentukan kekhalifahan dan sistem

Untuk mengetahui kepemimpinan khalifah Abu Bakar (632-634 M).

Untuk mengetahui kepemimpinan Umar Bin Khattab (634-644 M).

Untuk mengetahui kepemimpinan Utsman Bin Afwan (644-656 M).

Untuk mengetahui kepemimpinan Alibin Abhi Thalib (656-661 M).

c. Untuk mengetahui Kemajuan peradaban masa khulafaur rasyidin.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Khulafaur Rasyidin

Menurut bahasa, Khalifah (‫ خليفة‬Khalīfah) merupakan mashdar dari fi‟il madhi khalafa

, yang berarti : menggantikan atau menempati tempatnya. Menurut istilah adalah gelar yang

diberikan untuk pemimpin umat Islam setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW (570–632).

Kata "Khalifah" sendiri dapat diterjemahkan sebagai "pengganti" atau "perwakilan". Adapun

yang dimaksud dengan Khulafaur Rasyidin adalah para pemimpin pengganti Rosulullah.

2.2. Pembentukan Kekhalifahan Dan Sistem.

2.2.1. Abu Bakar Ash-Shidiq ( 11-13 H / 632-634 M)

Abu Bakar nama lengkapnya ialah Abdullah bin Abi Quhafa At-Tammi. Di zaman

pra Islam bernama Abdul Ka‟bah, kemudian diganti oleh Nabi menjadi Abdullah. Ia

termasuk salah seorang sahabat yang utama (orang yang paling awal) masuk Islam. Gelar

Ash-Shiddiq diperolehnya karena ia dengan segera membenarkan nabi dalam berbagai

pristiwa, terutama Isra‟ dan Mi‟raj.

Abu Bakar adalah salah seorang dari para pemimpin Quraisy dan anggota majelis

permusyawaratan. Abu Bakar terkenal dalam setiap keadaan sebagai seorang ksatriadan

berpendirian teguh dalam melangkah. Periode Abu Bakar sangat singkat ( 632-634 M), hanya

dua tahun lebih, ia mampu mengamankan Negara baru islam dari perpecahan dan

kehancuran, baik di kalangan sahabat mengenai persoalan penggant Nabi maupun tekanan-

tekan dari luar dan dalam. Sperti ekspedisi keluar negeri dengan mengirim kembali Usamah

ibn Zaid ke Syam, menghadapi para pembangkang terhadap negara dengan tidak mau

membayar zakat, dan penumpasan nabi-nabi palsu.Khalifah membagi negerinya dengan 12

6
wilayah dengan 12 bataliyon juga yang massing-masing dikepalai oleh jenderall. Pengiriman

tentara secara serentak untuk menghadapi para pembangkang di daerah-daerah jazirah Arab.

Wafatnya nabi mengakibatkan beberapa masalah bagi masyarakat muslim. Beberapa

orang arab yang lemah imannya justru menyatakan murtad yaitu keluar dari islam. Mereka

melepaskan kesetiaan dengan menolak memberikan baiat kepada khalifah yang baru dan

bahkan menentang agama islam, karena mereka menganggap bahwa perjanjian-perjanjian

yang dibuat bersama Muhammad dengan sendirinya batal disebabkan kematian nabi.

Mereka melakukan gerakan Riddah, yaitu gerakan pengingkaran terhadap Islam.

Riddah berarti murtad, beralih agama dari islam ke kepercayaan semula, secara politis

merupakan pembangkangan terhadap lembaga khalifah. Sikap mereka adalah perbuatan

maker melawan agama dan pemerintah sekaligus. Oleh karena itu khalifah dengan tegas

melancarkan operasi pembersihan terhadap mereka.

Sesudah memulihkan ketertiban didalam negeri, Abu Bakar lalu mengalihkan

perhatiannya untuk memperkuat perbatasandengan wilayah Persia dan bizantium, yang

akhirnya menjurus kepada serangkaian peperangan melawan kedua kekaisaran itu.

Tentara islam dibawah pimpinan Musanna dan Khalid Bin Walid, sedangkan ke Syiria suatu

Negara Arab yang dikuasai Romawi timur(Bizantium) Abu bakar mengutus 4 orang

panglima yaituAbu Ubaidah, Yazid Bin Abi Sufyan, Amr Bin ash dan Surahbil. Kemudian

umat islam meraih beberapa kemenangan tersebut.

Pada saat pertempuran di Ajnadain negeri syam berlangsung, khalifah Abu Bakar

menderita sakit. sebelum wafat, beliau telah berwasiat kepada para sahabatnya, bahwa

khalifah pengganti setelah dirinya adalah umar bin Khattab. hal ini dilakukan guna

menghindari perpecahan diantara kaum muslimin.

7
Beberapa saat setelah Abu Bakar wafat, para sahabat langsung mengadakan

musyawarah untuk menentukan khakifah selanjutnya. telah disepakati dengan bulat oleh

umat Islam bahwa Umar bin Khattab yang menjabat sebagai khalifah kedua setelah Abu

Bakar. piagam penetapan itu ditulis sendiri oleh Abu Bakar sebelum wafat.

Setelah pemerintahan 2 tahun 3 bulan 10 hari (11 – 13 / 632 – 634 M),khalifah Abu

Bakar wafat pada tanggal 21 jumadil Akhir tahun 13 H / 22 Agustus 634 Masehi.[5]

2.2.2. Umar Bin Khattab (13-23 H/ 634-644 M)

Umar bin Khaththab nama lengkapnya adalah Umar bin Khaththab bin Nufail

keturunan Abdul Uzza Al-Quraisi dari suku Adi, salah satu suku terpandang mulia. Umar

dilahirkan di mekah empat tahun sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW. Ia adalah

seorang berbudi luhur, fasih dan adil serta pemberani.

Beberapa keunggulan yang dimiliki Umar, membuat kedudukannya semakin

dihormati dikalangan masyarakat Arab, sehingga kaum Qurais memberi gelar ”Singa padang

pasir”, dan karena kecerdasan dan kecepatan dalam berfikirnya, ia dijuluki ”Abu Faiz”. Itulah

sebabnya pada saat-saat awal penyiaran Islam, Rasulullah SAW bedoa kepada Allah,

”Allahumma Aizzul Islam bi Umaraini” artinya: ”Ya Allah, kuatkanlah Agama Islam dengan

salah satu dari dua Umar” yang dimaksud dua Umar oleh Rasulullah SAW adalah Umar bin

Khattab dan Amru bin Hisyam (nama asli Abu Jahal).

Di jaman pemerintahan Umar pusat kekuasaan Islam di Madinah mengalami

perkembangan yang sangat pesat. Khalifah Umar telah berhasil membuat dasar-dasar bagi

suatu pemerintahaan yang handal untuk melayani tuntunan masyarakat baru yang terus

perkembang. Umar mendirikan beberapa dewan yaitu : membangun Baitul Mal, Mencetak

8
Mata Uang, membentuk kesatuan tentara untuk melindungi daerah tapal batas, mengatur gaji,

mengangkat para hakimdan menyelenggarakan “hisbah”.

Khalifah Umar juga meletakkan prinsip-prinsip demokrasi dalam pemerintahannya

dengan membangun jaringan pemerintahan sipil yang sempurna. Kekuasaan Umar menjamin

hak yang sama bagi setiap warga negara. Kekuasaan bagi Umar tidak memberikan hak

istimewa tertentu sehingga tidak ada perbedaan antara pengusa dan rakyat, dan mereka setiap

waktu dapat dihubungi oleh rakyat.

Khalifah Umar dikenal bukan saja pandai menciptakan peraturan-peraturan baru, ia

juga memperbaiki dan mengkaji ulang terhadap kebijaksanaan yang telah ada jika itu

diperlukan demi tercapainnya kemaslahatan umat Islam. Khalifah Umar memerintah selama

10 tahun lebih 6 bulan 4hari. Kematiannya sangt tragis, seorang budak Persia bernama Fairuz

atau Abu Lu‟lu‟ah secara tiba-tiba menyerang dengan tikaman pisau tajam ke arah khalifah

yang akan menunaikan shalat subuh yang telah di tunngu oleh jama‟ahnya di masjid Nabawi

di pagi buta itu. Khalifah Umar wafat tiga hari setelah pristiwa penikaman atas dirinya, yakni

1 Muharam 23H/644M.

Atas persetujuan Siti Aisyah istri rasulullah Jenazah beliau dimakamkan berjajar

dengan makam Rasulullah dan makam Abu Bakar. Demikianlah riwayat seorang khalifah

yang bijaksana itu dengan meninggalkan jasa-jasa besar yang wajib kita lanjutkan.

2.2.3. Kholifah Utsman Bin Affan (23-36 H / 644-656 M)

Khalifah ketiga adalah Utsman bin Affan. Nama lengkapnya ialah Utsman bin Affan

bin Abil Ash bin Umyyah dari suku Quraisy. Ia memeluk Islam karena ajakan Abu Bakar,

dan menjadi salah seorang sahabat dekat Nabi Muhammmad SAW. Ia sangat kaya tetapi

berlaku sederhana dan sebagian kekayaannya digunakan untuk kepentingan Islam. Ia

mendapat julukan zun nurain, artinya yang memiliki dua cahya, karena menikahi dua putri

Nabi Muhammmad SAW secara berurutan setelah yang satu meninggal. Ia meriwayatkan

9
hadist kurang lebih 150 Hadist. Seperti halnya Umar, Utsman diangkat menjadi kholifah

melalui proses pemilihan.Yaitu melewati badan Syura yang dibentuk oleh Umar menjelang

wafatnya. Masa pemerintahannya adalah yang terpanjang dari semua khalifah di zaman para

Khalifah Rasyidah, yaitu 12 tahun, tetapi sejarah mencatat tidak seluruh masa kekuasannya

menjadi saat yang baik dan sukses baginya. Para penulis sejarah membagi zamn

pemerintahannya menjadi dua periode, yaitu enam tahun pertama merupakan masa kejayaan

pemerintahannya dan tahun terakhir merupakan masa pemerintahan yang buruk.

• Pencapian Pada Masa Pemerintahan Utsman.

Pada masa-masa awal pemerintahannya, Utsman melanjutkan sukses para pendahulunya,

terutama dalam perlusan wilayah kekusaan Islam. Daerah-daerah sterategis yang sudah

dikuasai Islam seperti Mesir dan Irak. Karya monumental Utsman yang dipersembahkan

kepada umat Islam ialah penyusunan kitab suci Al-Qur‟an.

Penyusunan Al-Qur‟an, yaitu Zaid bin Tsabit, sedangkan yang mengumpulkan tulisan-

tulisan Al-Qur‟an antara lain Adalah dari Hafsah, salah seorang Istri Nabi SAW. Kemudian

dewan itu membuatbeberapa salinan naskah Al-Qur‟an untuk dikirimkan ke berbagai wilayah

kegubernuran sebagai pedoman yang benar untuk masa selanjutnya. Di awal

kekhalifahannya, umur Utsman r.a. relatif tua. Akan tetapi, di saat umur khalifah melebihi 70

tahun, beliau masih sanggup memberangkatkan pasukan perang.

Bentuk manajemen yang ditetapkan dalam pemerintahaan Umar r.a. tercermin dalam

pengumpulan mushaf Al-qur‟an menjadi satu di kenal dengan Mushaf Utsmani. Pada masa

kekhalifahan Utsman r.a. terdapat indikasi praktik nepotisme. Hal ini yang membuat

sekelompok sahabat mencela kepemimpinan Utsman r.a. karena telah memilih keluarga

kerabat sebagai pejabat pemerintahaan.

Pemerintahan Usman berlangsung selama 12 tahun. Pada paroh trakhir masa

kekhalifahannya, muncul perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan umat Islam

10
terhadapnya. Kepemimpinan Usman memang sangat berbeda dengan kepemimpinan Umar.

Pada tahun 35H/656M, Usman di bunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri dari orang-

orang kecewa itu.Mereka mengepung rumah khalifah, dan membunuhnya ketika sedang

membaca Alquran. Menurut lewis, pusat oposisi sebenarnya adalah diMadinah sendiri. Di

sini Thalhah, Zubair, dan „Amr membuat perlawanan rahasia melawan khalifah, dengan

memanfaatkan para pemberontak yang datang ke Madinah untuk melampiaskan rasa

dendamnya yang meluap-luap itu.

Pembunuhan usman merupakan malapetaka besar yang menimpa ummat Islam.

Dikalangan ummat Islam yang diturunkan melalui Muhammad yang berbahasa Arab

(sehingga perwujudan islam pada masa awalnya bercorak Arab) dengan alam pemikiran yang

dipengaruhi kebudayaan Helinesia dan persi.

2.2.4. Ali Bin Abi Thalib (36-41 H/ 656-661 M)

Setelah Usman wafat, masyarakat beramai ramai membaiat Ali ibn Abi Thalib

sebagai khalifah. Ali memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahannya, ia

menghadapi berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikit pun dalam pemerintahannya yang

dapat dikatakan stabil. Setelah menduduki jabatan khalifah, Ali memecat para gubernur yang

diangkat oleh Usman. Dia yakin bahwa pemberontakan pemberontakan terjadi karena

keteledoran mereka. Dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Usman kepada

penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali

sistem distribusi pajak tahunan diantara orangorang Islam sebagaimana pernah diterapkan

Umar.

1. Kekhalifahan Ali Ibn Abi Thalib

Pada saat itu ada lima orang yang dicalonkan. Namun dua diantaranya telah

menyatakan ketidak sediaannya, yaitu sa‟ad bin Abi waqqs dan Ibnu Umar, sehingga calon

yang diharapkan tinggal Ali, Thalhah dan Zuheir. Ali tampaknya yang paling kuat diantara

11
calon yang ada, disamping Ia yang lebih dulu masuk Islam, juga kedekatan kekerabatannya

dengan Nabi merupakan poin tersendiri. Bahkan kenyataan juga menunjukkan bahwa Ali

juga merupakan salah seorang calon kuat ketika Usman diangkat menjadi khalifah, maka

ketika kaum pemberontak mengumpulkan penduduk Madinah dan mendesak mereka untuk

memilih khalifah, maka Ali lah yang serentak mereka pilih. Ali dibai‟at tanggal 24 Juni 656

atau tanggal 25 Zu al Hijjah 35 H di Masjid Madinah.

2. Beberapa Kebijakan Ali ibn Abi Thalib

Diantaranya sebagai berikut :

a. Penundaan Pengusutan Pembunuhan Usman

Setelah terbunuhnya Usman, tuntutan para sahabat terutama yang turuna Umayyah

untuk segera mengusut pembunuh Usman juga sangat kuat. Namun menyadari kondisi

pemerintahannya yang masih labil, Ali memilih untuk menunda pengusutan tersebut,

walaupun konsekuensinya, juga sangat berat bagi pemerintahan Ali sendiri.

b. Mengganti Pejabat dan Penataan Administrasi

Diantara pemicu terjadinya fitnah dizaman Usman adalah kecenderungan

pemerintahannya yang dianggap nepotis, yang mengangkat kerabatnya untuk menduduki

suatu jabatan tertentu. Hal ini antara lain yang digugat oleh kaum pemberontak. Ali segera

mengambil kebijakan untuk mengganti gubernur yang diangkat Usman tersebut. Mereka

yang diganti antara lain, Abdujiah binSa‟ad (gubernur Mesir), Mu‟awiyah bin Abu Sufyan

(gubernur Syam), Abdullah Ibn Amir al Hadrami (gubernur Mekkah), Al Qasim ibn Tsaqafi

(gubernur Thaif), Ya‟la ibn Muniyah (gubernur San‟a), Abdullah ibn Amir (gubernur

Basrah), dan Abu Musa al sy‟ari (gubernur Kufah). Tentulah kebijakan ini dianggap cukup

rawan karena pemberhentian ini bisa memicu pertikaian diranah politik.

Selain kebijakan diatas, Ali ibn Abi Thalib juga membuat kebijakan lain yang penting, yaitu

memberi tunjangan kepada kaum muslimin yang diambil dari bait al mal, tanpa melihat

12
apakah masuk Islam dulu atau belakangan, mengatur tata laksana pemerintah untuk

mengambil kepentingan umat, dan menjadikan Kufah sebagai inu kota umat Islam waktu itu.

3. Munculnya Gerakan Oposisi

Pemberontakan ini lebih banyak disebabkan oleh kebijakan Ali yang mereka tidak

sepakati. Yang memprihatinkan adalah perlawanan itu justru dilkukan oleh para sahabat

terkemuka dizaman Rasulullah.

a. Gerakan Thalhah, Zubeir, dan Aisyah

Thalhah dan Zubeir merupakan dua sahabat besar, dan sepuluh diantara orang yang

dijamin Nabi Muhammad masuk surga. Sedang Aisyah merupakan istri Nabi yang sangat

dicintai. Baik Thalhah maupun Zubeir pada mulanya menerima Ali sebagai khalifah yang

dibuktikan dengan pembaiatan. Namun belakangan mereka mencabut kembali baiatnya

bahkan memerangi Ali, karena Ali tidak memenuhi tuntutan mereka untuk segera

menghukum para pembunuh Usman. Akhirnya, pertempuran yang dahsyat pun berkobar.

Perang ini dikenal dengan nama “Perang Jamal (Unta)” karena Aisyah dalam pertempuran ini

menunggang unta. Ali berhasil mengalahkan lawannya. Zubair dan Thalhah terbunuh ketika

hendak melarikan diri, sedangkan Aisyah ditawan dan dikirim kembali ke Madinah.

b. Pemberontakan Mu‟awiyah bin Abu Sufyan

Pada saat drama perang Siffin (26 Juli 657 M) yang mempertemukan kekuatan

Muawiyah dan Ali terjadi adu taktik dan kelicikan. Atas usulan Amr ibn al Ash, Muawiyah

menawarkan perdamaian dengan mengangkat al Qur‟an, akhirnya perang berhenti. Peristiwa

ini disebut sebagai tahkim. Tahkim tersebut berakhir dengan tragis bagi Ali. Kelicikan Amr

bin Ash sebagai wakil Muawiyah mampu mengecoh Abu Musa alAsyari, wakil Ali. Di mana

Amr menyatakan kejatuhan kekhalifahan Ali, walaupun sebelumnya mereka sepakat untuk

menurunkan keduanya, Ali dan Muawiyah. Akibat tahkim inilah, sehingga pasukan Ali

pecah.

13
c. Pemberontakan orang orang Khawarij

Sejak peristiwa tahkim pasukan Ali terpecah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok

yang setuju dengan tahkim, Syi‟ah (pengikut), dan kelompok yang menolak tahkim, yaitu

kaum Khawarij (orang orang yang keluar dari barisan Ali), karenanya mereka sebenarnya

merupakan bagian dari pasukan Ali dalam menumpas pemberontakan Muawiyah. Mereka

berkeyakinan bahwa Ali adalah Amir Al mu‟minin dan mereka yang setuju dengan tahkim,

berarti mereka telah melanggar ajaran agama. Ali dan sebagian pasukannya dinilai telah

berani membuat keputusan hukum, yaitu berunding dengan lawan. Bagi mereka, Ali,

Muawiyah, Abu Musa al Asy‟ari adalah kafir, sebab mereka tidak lagi menjadikan al Qur‟an

sebagai sumber hukum.

Peristiwa pertempuran antara pasukan Ali dan Khawarij terjadi di Nahrawan tahun

685 M, dan berakhir dengan kemenangan dipihak Ali. Dan pimpinan mereka, Abdullah bin

wahab al Rasibi juga terbunuh. Kekalahan ini menambah dendam sebagian mereka yang

berhasil meloloskan diri, sehingga mereka berniat membunuh tiga orang yang dianggap biang

keladi perpecahan umat, yaitu Ali, Muawiyah dan Amr bin Ash. Ibnu Hujam berhasil

memenuhi tugasnya, yaitu membunuh Ali ketika Ia sedang shalat Subuh di Masjid Kufah. Ali

wafat pada tanggal 14 Ramadhan tahun 40H/661 M, atau sekitar 4 tahun setelah menjadi

Khalifah. Maka berakhir pulalah masa masa khulafaur Rasyidin, yang dimulai sejak

sepeninggalan Rasulullah, masa Abu Bakar Ashshiddiq sampai Khalifah keempat umat

Islam, Ali ibn Abi Thalib.

14
2.3. Kemajuan Peradaban Masa Khulafaur Rasyidin

Masa kekuasaan khulafaur rasyidin yang dimulai sejak Abu Bakar Ash Shidiq hingga

Ali bin Abi Thalib, merupakan masa kekuasaan khalifah Islam yang berhasil

mengembangkan wilayah Islam lebih luas. Nabi Muhammad saw yang telah meletakkan

dasar agama Islam di Arab, setelah beliau wafat, gagasan dan ide-idenya diteruskan oleh para

khulafaur Rasyidin. Pengembangan agama Islam yang dilakukan pemerintahan khulafaur

rasyidin dalam waktu yang relatif singkat telah membuat hasil yang gilang gemilang. Dari

hanya wilayah Arabia, ekspansi kekuasaan Islam menembus keluar Arabia memasuki

wilayah wilayah Afrika, Syiria, Persia, bahkan menembus ke Bizantium dan Hindia.

Pada masa kekuasaan khulafaur Rasyidin, banyak kemajuan peradaban yang telah dicapai.

Diantaranya adalah munculnya gerakan pemikiran dalam Islam. Di antara gerakan pemikiran

yang menonjol pada masa khulafaur Rasyidin adalah :

1. Menjaga keutuhan Alqur‟an Al Karim dan mengumpulkannya dalam bentuk

mushaf pada masa Abu bakar.

2. Memberlakukan mushaf standar pada masa Usman bin Affan.

3. Keseriusan mereka untuk mencari serta mengajarkan ilmu dan memerangi

kebodohan berislam para penduduk negeri.

4. Sebagian orang yang tidak senang kepada Islam, terutama dari pihak orientalis abad

ke 19 banyak yang mempelajari fenomena futuhat al Islamiyah.

5. Islam pada masa awal tidak mengenal pemisahan antara dakwah dan negara, antara

da‟i maupun panglima. Tidak dikenal orang yang berprofesi khusus sebagai da‟i.

Para khalifah adalah penguasa, imam shalat, mengadili orang yang berselisih, da‟i,

dan juga panglima perang.

15
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Periode khulafa urrasyidin tahun (632-661 M) sangat berpengaruh besar dalam

peradaban islam sampai saat ini. Setelah wafatnya Rasulullah S.A.W, Para khalifah berjuang

mengorbankan baik harta jiwa raga maupun keluarga yang mereka cintai dalam perluasan dan

peradaban islam yang membawa agama yang rahmatan lilalamin. Adapun para khalifah itu

adalah :

-634

-644

Khalifah usman bin affan (644 – 656 )

– 651 )

3.2. Saran

Manusia tidak luput dari khilaf, apabila ada kesalahan pada penyusunan makalah ini

maka penulis mohon ma‟af dan mohon bimbingannya dari Ibu/Bapak dosen untuk

kesempurnaan penyusunan makalah ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

Amin .Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta: AMZAH, 2010 )

Hasan .Hasan Ibrahim ,Sejarah dan Kebudayaan Islam.(Jakarta : Kalam Mulia, 2009)

Karim .Abdul.Sejarah Pemikiran dan Peradaban islam.(Yogyakarta: Bagaskara, 2011)

Ali.K.Sejarah Islam (Tarikh Pramodern). (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,2003)

17

Anda mungkin juga menyukai