Anda di halaman 1dari 17

PERIODE KHULAFAURASYIDIN

(Makalah Sejarah Peradaban Islam)

Dosen Pengampu:

DIANA, M.Pd.I

Disusun oleh:

Dwi Septia Ningrum (2011060360)

Dwi Sulis Tama (2011060053)

Kelas/Semester: A/2

Jurusan: Pendidikan Biologi

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

TP 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Allah SWT. yang telah memberikan kesehatan badan dan
pikiran sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Periode Khulafaurasyidin, yakni
sebagai pemenuhan tugas pada mata kuliah Sejarah Peradaban Islam. Sholawat serta salam kita
sanjungkan kepangkuan Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari alam kegelapan
ke alam terang benderang seperti yang kita rasakan saat ini, kepada seluruh sahabat dan keluarga
beliau sekalian.

Makalah ini berisikan pemaparan dan penjelasan mengenai pembentukan kekhalifahan,


sistem dan tipe kekhalifahan, serta kontribusi khalifah khulafaurasyidin dalam peradaban Islam.
Dengan kehadiran makalah ini diharapkan para pembaca dapat mengetahui dan memahami periode
khulafaurasyidin. Namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu penulis bersedia menerima kritik dan saran yang membangun guna
meningkatan kualitas dan manfaat makalah ini.

Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang secara
langsung maupun tidak langsung ikut membantu dalam proses pembuatan makalah ini. Terutama
kepada Ibu Diana, M.Pd.I sebagai dosen pengampu mata kuliah Sejarah Peradaban Islam.

Demikian ini yang bisa penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah ilmu
pengetahuan dan memberikan manfaat konkrit bagi pembaca.

Lampung, April 2021


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
C. Tujuan dan Manfaat .................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Khulafaurasyidin ....................................................................................... 2
B. Pembentukan Kekhalifahan dan Sistemnya ............................................. 3
C. Tipe Kepemimpinan Khalifah ................................................................... 8
D. Kontribusi Khalifah dalam Peradaban Islam .......................................... 9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .............................................................................................. 13
B. Saran ........................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 14


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW telah membawa bangsa Arab yang
semula terbelakang, bodoh, tidak terkenal, dan diabaikan oleh bangsa-bangsa lain, menjadi bangsa
yang maju. Beliau dengan cepat bergerak mengembangkan dunia, membina satu kebudayaan, dan
perdaban yang sangat penting dalam sejarah manusia hingga sekarang. Bahkan kemajuan Barat
pada mulanya bersumber dari peradaban Islam yang masuk ke Eropa melalui Spanyol. Pokok
kekuatan dan Penyebab timbulnya kebudayaan adalah agama Islam, kebudayaan yang ditimbulkan
dinamakan kebudayaan atau peradaban Islam. Namun, agama bukanlah kebudayaan tetapi dapat
melahirkan kebudayaan. Jika kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa manusia, maka
agama Islam adalah wahyu dari Allah SWT.

Wafatnya Rasulullah SAW tidak lantas membuat Islam padam. Bahkan kekuasaan dan
kejayaan Islam menjadi lebih berkembang. Kekhalifahan Rasulullah SAW yang membawa banyak
perubahan pada masyarakat Arab saat itu sangat melekat di hati penduduknya, sehingga tidak
heran ketika Rasulullah wafat mereka mengganggap bahwa Islam juga tiada. Mengetahui hal ini,
para sahabat tidak tinggal diam. Maka diangkatlah beberapa sahabat untuk menggantikan
kepemimpinan Rasulullah, yang disebut sebagai Khulafaurayidin yang berarti para khalifah
pengganti.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Khulafaurasyidin?
2. Bagaimana sejarah pembentukan khulafaurasyidin
3. Bagaimanakah tipe kepemimpinan dari masing-masing khalifah?
4. Apa saja kontrubusi yang diberikan khalifah dalam peradaban Islam?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Agar dapat memahami apa itu Khulafaurasyidin dan sejarah pembentukannya
2. Agar dapat meneladani sikap kepemimpinan pada periode Khulafaurasyidin
3. Agar dapat mengetahui gaya kepemimpinan khalifah pada periode Khulafaurasyidin
BAB II
PEMBAHASAN

A. Khulfaurasyidin

Nabi Muhammad SAW wafat pada hari Senin tanggal 8 Juni 632 M (12 Rabi’ul Awal,
10 Hijriah), di Madinah setelah beberapa minggu sakit. Persiapan pemakaman Nabi SAW
dihambat oleh Umar bin Khattab, yang melarang siapapun memandikan atau menyiapkan jasadnya
untuk pemakaman. Ia bersikeras bahwa Nabi Muhammad SAW tidaklah wafat melainkan sedang
tidak berada dalam tubuh kasarnya, dan akan kembali sewaktu-waktu. Abu Bakar yang kebetulan
sedang berada di luar Madinah mendengar kabar itu dan lantas bergegas kembali. Ia menjumpai
Umar bin Khattab ra kemudian mengatakan : “Saudara-saudara! Barangsiapa mau menyembah
Muhammad, Muhammad sudah mati. Tetapi barangsiapa mau menyembah Allah, Allah hidup
selalu tak pernah mati”.

Abu Bakar kemudian membacakan ayat dari Al-Qur’an :

“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa
orang Rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)?
Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah
sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur”.(QS. Ali
Imran/3:144).

Khulafaurasyidin merupakan gabungan dari dua kata yaitu khulafa dan rasyidin.
Menurut bahasa khulafa adalah jamak dari kata khalifah artinya pengganti. Sedangkan rasyidin
adalah jamak dari rasyid yang artinya orang yang mendapat petunjuk. Maka Khulafa Rasyidin,
berarti para pengganti yang mendapat petunjuk. Khulafaurasyidin, memiliki pengertian para
pengganti dan penerus kepemimpinan Islam setelah wafatnya Rasulullah SAW. Istilah
Khulafurasyidin, diberikan kepada para sahabat yang terpilih menjadi pengganti Rasulullah SAW
setelah wafat dan bukan sebagai Nabi atau Rasul. Empat sahabat terpilih dalam Khulafaurasyidin,
yaitu Abu Bakar As-Sidiq, Umar bin Khattab, Ustman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.
B. Pembentukan Kekhalifahan dan Sistemnya
1. Abu Bakar As-Sidiq

Tidak lama setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Sejumlah tokoh Muhajirin dan
Anshar berkumpul di balai kota Saqifah Bani Sa’idah, Madinah. Mereka memusyawarahkan
siapa yang akan dipilih menjadi pemimpin. Musyawarah tersebut berjalan cukup lama karena
masing-masing pihak, baik Muhajirin (seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Ubaidah bin
Jarrah, dan lainnya) dan Anshar (dipimpin oleh Sa’ad bin Ubadah), sama-sama merasa berhak
menjadi pemimpin umat Islam. Namun, dengan semangat ukhuwah Islamiah yang tinggi,
akhirnya terpilihlah Abu Bakar sebagai pemimpin. Rupanya, semangat keagamaan Abu Bakar
mendapat penghargaan yang tinggi dari umat Islam, sehingga masing-masing pihak dapat
menerima dan membaiatnya.

Beliau memiliki nama lengkap Abdullah bin Abi Quhafa At-Tamimi. Beliau merupakan
khalifah Khulafaurasyidin yang pertama dan menjabat sebagai khalifah selama dua tahun. Masa
sesingkat itu habis untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri terutama tantangan yang
ditimbulkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada pemerintah
Madinah. Mereka manganggap, bahwa perjanjian yang dibuat dengan Nabi Muhammad SAW.
Dengan sendirinya batal setelah Nabi wafat. Karena itu mereka menentang Abu Bakar. Abu
Bakar menyelesaikan masalah ini dengan Perang Riddah, yaitu perang melawan kemurtadan
dengan Khalid bin Walid sebagai jenderalnya. Maka dari itu terpilihnya Abu Bakar telah
membangun kembali kesadaran dan tekad umat untuk bersatu melanjutkan tugas-tugas mulia
Nabi.

Setelah menyelesaikan urusan perang dalam negeri, barulah Abu Bakar mengirim
kekuatan ke luar Arabia. Khalid bin Walid dikirm ke Irak dan dapat menguasai Hirah di tahun
634 M. Kemudian mengirim ekspedisi ke Syiria dibawah pimpinan empat jenderal yaitu Abu
Ubaidah, Amr ibn ‘Ash, Yazid ibn Abi Sufyan, dan Syurahbil. Sebelumnya, pasukan tersebut
berada di bawah pimpinan Usamah. Hal tersebut dilakukan untuk membalas pembunuhan
ayahnya Zaid, dan kerugian yang diderita oleh umat Islam dalam perang Mutah. Sebagian
sahabat menetang keras rencana ini, tetapi khalifah tidak peduli. Nyatanya ekspedisi itu sukses
dan membawa pengaruh positif bagi umat Islam, khususnya di dalam membangkitkan
kepercayaan diri mereka yang nyaris pudar.
Sistem Kekhalifahan Abu Bakar As-Sidiq

Kekuasaan yang dijalankan pada masa Khalifah Abu Bakar sebagaimana pada masa
Rasulullah SAW, yaitu bersifat sentral, kekuasaan terpusat di tangan khalifah (Legislatif,
Eksekutif, dan Yudikatif). Selain menjalankan roda pemerintahan, khalifah juga melaksanakan
hukum. Meskipun demikian, sama halnya seperti Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar juga
selalu mengajak sahabat-sahabat besarnya bermusyawarah.

Sesaat seletah pembaiatan kekhalifahan Abu Bakar di Madinah, beliau berpidato


sebagai berikut:

“Wahai manusia! Aku telah diangkat untuk mengendalikan urusanmu,padahal aku bukanlah
orang yang terbaik diantaramu. Maka jikalau aku dapat menunaikan tugasku dengan baik,
bantulah (ikutlah) aku, tetapi jika aku berlaku salah, maka luruskanlah! Orang yang kamu
anggap kuat, aku pandang lemah sampai aku dapat mengambil hak dari padanya. Sedangkan
orang yang kamu lihat lemah, aku pandang kuat sampai aku dapat mengembalikan haknya
kepadanya. Maka hendaklah kamu taat kepadaku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya,
namun bila mana aku tiada mematuhi Allah dan Rasul-Nya, kamu tidak perlu mematuhiku."

2. Umar bin Khattab


Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, ia bermusyawarah dengan para
pemuka sahabat, kemudian mengangkat Umar sebagai penerusnya. Rupanya pada jangka waktu
dua tahun bagi khalifah Abu Bakar belumlah cukup menjamin stabilitas keamanan terkendali,
maka penunjukkan ini dimaksudkan untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan
perpecahan di kalangan umat Islam. Kebijakan Abu Bakar tersebut ternyata diterima
masyarakat yang kemudian segera beramai-ramai membaiat Umar bin Khattab.

Umar bin Khattab memiliki nama lengkap Umar Bin Khattab bin Nufail keturunan
Abdul Uzza Al-Quraisy dari suku Adi, salah satu suku yang terpandang mulia. Umar dilahirkan
di Mekah empat tahun sebelum kelahiran Nabi SAW. Umar masuk Islam pada tahun kelima
setelah kenabian, dan menjadi salah satu sahabat terdekat Nabi SAW. Kemudian oleh
Rasulullah dijadikan sebagai tempat rujukan oleh Nabi mengenai hal-hal yang penting. Beliau
dapat memecahkan masalah yang rumit tentang siapa yang berhak menggantikan Rasulullah
dalam memimpin umat setelah wafatnya Rasulullah SAW. Umar bin Khattab memerintah
selama sepuluh tahun

Pada masa kekhalifahan Umar biin Khattab, gelombang ekspansi (perluasan daerah
kekuasaan) pertama terjadi, di kota Syiria, Damaskus yang jatuh pada 637 M. Satu tahun
kemudian, setelah tentara Bizantium kalah di pertempuran Yarmuk, maka seluruh daerah syiria
jatuh di bawah kekuasaan Islam. Pada 637 M sebuah kota di Hirah, dekat Iraq berhasil
ditaklukkan di bawah pimpinan Sa’ad bin Abi Waqas. Dilanjutkan ke ibu kota Persia, Al-
Madain yang jatuh pada tahun yang sama. Kemudian ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah
pimpinan Amr bin ‘Ash yang berhasil ditaklukkan pada 641 M. Pada tahun yang sama, Mosul
juga berhasil ditaklukkan. Dengan demikian, pada kekhalifahan Umar bin Khattab wilayah
kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah Arab, Palestina, Syiria, sebagian besar Persia dan
Mesir.

Sistem Kekhalifahan Umar bin Khattab

Karena perluasan daerah yang terjadi dengan cepat, Umar segera mengatur administrasi
negara dengan mencontoh administrasi yang sudah berkembang terutama di Persia.
Administrasi pemerintahan dibagi menjadi delapan wilayah provinsi yaitu, Mekkah, Madinah,
Syiria, Jazirah, Basrah, Kuffah, Palestina, dan Mesir. Pada masa kekhalifahannya, Umar mulai
mengatur dan menertibkan sistem pembayaran upah (gaji) dan pajak tanah.

3. Usman bin Affan


Khalifah ketiga adalah Usman bin Affan, yang memiliki nama lengkap Usman bin Affan
bin Abil Ash bin Umayyah dari suku Quraisy. Beliau memeluk Islam karena ajakan Abu Bakar,
dan menjadi salah seorang sahabat dekat Rasulullah SAW. Beliau mendapat julukan Zun
Nurain, artinya yang memiliki dua cahaya, karena menikahi dua putri Nabi SAW secara
berurutan setelah salah satu meninggal yaitu Ummu Kalsum dan Ruqayyah.
Dalam menentukan penggantinya, Umar bin Khattab menunjuk enam orang sahabat
yaitu Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Zubair, Sa’ad bin Abi Waqas, dan Abdurrahman
bin ‘Auf serta meminta mereka untuk memilih salah seorang diantaranya menjadi khalifah.
Setelah Umar bin Khattab wafat, tim ini bermusyawarah dan berhasil menunjuk Usman bin
Affan sebagai khalifah melalui persaingan yang cukup ketat dengan Ali bin Abi Thalib. Seperti
halnya Umar, Usman diangkat menjadi khalifah melalui proses pemilihan. Bedanya, Umar
dipilih atas penunjukan langsung sedangkan Usman diangkat atas penunjukan tidak langsung,
yaitu melewati badan Syura yang dibentuk oleh Umar menjelang wafatnya.
Di masa kekhalifahan Usman bin Affan, wilayah Armenia, Tunisa, Cyprus, Rhodes, dan
bagian yang tersisa dari Persia, serta Transoxania, dan Tabaristan berhasil direbut. Ekspansi
Islam pertama berhenti sampai di sini.
Pemerintahan Usman bin Affan berlangsung selama 12 tahun. Pada masa paruh terakhir
pemerintahannya, muncul perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan umat Islam terhadap
pemerintahannya. Akhirnya, pada tahun 655 M Usman dibunuh oleh kaum yang terdiri dari
orang-orang yang kecewa padanya waktu itu.

Sistem Kekhalifahan Usman bin Affan

Selama pengiriman ekspedisi militer ke Armenia dan Azerbaijan, terjadi perselisihan


tentang bacaan Al-Quran yang muncul dikalangan tentara muslim, sebagiannya direkrut dari
Suriah dan sebagian lagi dari Irak. Oleh karen itu, Usman membentuk Dewan penyusunan Al-
Qur’an yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit, sedangkan yang mengumpulkan tulisan-tulisan
Alquran antara lain adalah dari Hafsah, salah seorang istri Nabi SAW. Kemudian dewan itu
membuat beberapa salinan naskah Al-Quran untuk dikirimkan ke berbagai wilayah
kegubernuran sebagai pedoman yang benar untuk masa selanjutnya.

4. Ali bin Abi Thalib


Tidak lama setelah Usman bin Affan wafat, masyarakat langsung beramai-ramai
membaiat Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah. Ali memerintah selama enam tahun lamanya.
Ali merupakan sepupu Nabi Muhammad SAW, pernikahannya dengan Fatimah Az-Zahra juga
menjadikannya sebagai menantu Nabi Muhammad SAW. Beliau telah ikut bersama Nabi sejak
bahaya kelaparan mengancam kota Mekah, demi untuk membantu keluarga pamannya yang
mempunyai banyak putra.
Tugas pertama yang dilakukan oleh Khalifah Ali bin Abi Thalib ialah menghidupkan
cita-cita Abu Bakar dan Umar bin Khattab, menarik kembali semua tanah hibah yang telah di
bagikan oleh Usman kepada kaum kerabatnya ke dalam kepemilikan negara. Ali juga segera
menurunkan semua gubernur yang tidak disenangi rakyat. Khalifah Ali mengangkat Utsman
bin Hanif menjadi penguasa Basrah menggantikan Ibnu Amir, dan Qais bin Sa’ad yang dikirim
ke Mesir untuk menggantikan gubernur negeri itu yang sebelumnya dijabat oleh Abdullah.
Gubernur Suriah Muawiyah, juga diminta meletakkan jabatan tetapi ia menolak perintah Ali,
bahkan ia tidak mengakui kekhalifahannya.
Selama masa pemerintahannya, Ali menghadapi berbagai pergolakan. Setelah
menduduki jabatan khalifah, Ali banyak memecat para gubernur yang diangkat Usman bin
Affan. Tidak lama setelah itu, Ali menghadapi pemberontakan Thalhah, Zubair, dan Aisyah.
Mereka melakukan pemberontakan dengan alasan karena Ali tidak mau menghukum para
pembunuh Usman, oleh karena tu mereka menuntut bela terhadap darah Usman yang telah
ditumpahkan secara dzalim.
Ali sebenarnya ingin sekali menghindari perang dan lebih memilih mengirim surat
kepada Thalhah dan Zubair agar keduanya mau berunding untuk menyelesaikan perkara
tersebut secara damai. Namun ajakan tersebut ditolak. Akhirnya, pertempuran dahsyat terjadi
dalam perang yang dikenal dengan nama “Perang Jamal (unta)” karena Aisyah dalam
pertempuran itu menunggang unta. Kemudian, Ali berhasil menang dalam perang tersebut.
Thalhah dan Zubair terbunuh ketika hendak melarikan diri, sementara Aisyah ditawan dan
dikirim kembali ke Madinah.
Bersamaan dengan itu, kebijakan-kebijakan Ali juga mengakibatkan timbulnya
perlawanan dari gubernur Damaskus Muawiyah. Sehingga diantara keduanya terjadilah
perselisihan hebat hingga mengundang terjadinya perang Siffin (perang saudara), yang diakhiri
dengan tahkim (arbritase). Namun, tahkim tersebut tidak menyelesaikan masalah bahkan
menyebabkan kemunculan golongan Khawarij. Dengan munculnya golongan ini, kekuatan Ali
menjadi semakin lemah, sementara posisi Muawiyah menjadi semakin kuat dan pada tanggal
20 Ramadhan 40H/660 M, Ali terbunuh oleh salah seorang anggota khawarij.

Sistem Kekhalifahan Ali bin Abi Thalib

Pada masa kekhalifahannya, Ali bin Abi Thalib banyak memecat pejabat yang korup
pada masa pemerintahan Usman bin Affan. Ali juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan
Usman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatan kepada negara, dan memakai
kembali sistem distribusi pajak tahunan diantara orang-orang Islam sebagaimana yang pernah
diterapkan Umar. Namun dalam pemerintahannya terjadi banyak pemberontakan baik dari
dalam negeri, maupun dari kelompok-kelompok yang muncul karena kekecewaannya pada Ali.
Meskipun demikian, Ali yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan yang terjadi karena
keteledoran mereka.

C. Tipe Kepemimpinan Khalifah


1. Abu Bakar As-Sidiq
Sebagai pemimpin Umat, Abu Bakar disebut sebagai Khilafah Rasulillah (Pengganti
Rasul). Khalifah adalah pemimpin yang diangkat sesudah Nabi SAW wafat untuk
menggantikan beliau dalam melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin agama dan kepala
pemerintahan.
Abu Bakar As-Sidiq merupakan sosok yang cerdas berbudi pekerti luhur terutama
kejujurannya, selain itu beliau ialah seorang yang rendah hati, mudah memaafkan, dan suka
bersedekah. Dibalik kemuliaannya itu beliau terkenal dengan teguh pendirian dan pemberani.
Sifat dan sikap Abu Bakar tidak berubah meski beliau sudah menjadi khalifah. Sehingga, ketika
beliau memerintah, beliau menunjukkan sebagai khalifah besar yang banyak menorehkan
prestasi bagi peradaban Islam.
2. Umar bin Khattab
Sebagai sahabat Nabi Muhammad SAW. Umar bin Khattab terkenal tegas dan cerdas,
yang tidak mau langsung menerima keputusan Nabi SAW. atas berbagai persoalan. Tetapi, jika
keputusan tersebut datangnya dari Allah maka Umar bin Khattab tidak pernah membantah dan
lansugung mentaatinya. Di kalangan pembesar quraisy, Umar adalah sosok yang tegas dan
berpendirian kuat. Bahkan setelah masuk Islam pun sikap itu semakin kuat, sehingga Nabi
SAW. memberinya gelar Al-Faruq (pembeda). Hal itu mengandung maksud bahwa Allah
menganugerahi padanya suatu sikap yang dapat membedakan yang haq dan yang bathil.
Kehebatan Umar bin Khattab di bidang politik ditunjukkan ketika beliau mampu
membuat kaum Muhajirin dan Anshar saling rela mengangkat khalifah pertama yang
sebelumnya mereka saling berebut mengambil alih kekuasaan.
3. Usman bin Affan

Usman bin Affan adalah Sahabat Nabi SAW. yang terkenal akan kekayaannya. Meski
memiliki kekayaan melimpah tapi Usman tetap berlaku sederhana, dan sebagian besar
kekayaannya digunakan untuk kepentingan Islam. Beliau juga dikenal sebagai sosok yang
saleh, baik hati, dermawan, dan sebagai pedagang yang jujur.

Pada dasarnya yang menjalankan roda pemererintahan adalah Mawan bin Hakam,
sedangkan Usman hanya menyandang gelar khalifah. Setelah banyak anggota keluarga yang
duduk dalam jabatan-jabatan penting, Usman bagaikan laksana boneka di hadapan kerabatnya
itu. Beliau tidak lagi dapat berbuat banyak dan terlalu lemah terhadap keluarganya. Usman juga
tidak tegas terhadap kesalahan bawahannya. Harta kekayaan negara, dihambur-hamburkan oleh
kerabatnya sendiri tanpa kontrol langsung dari Usman bin Affan.

4. Ali bin Abi Thalib


Ali bin Abi Thalib adalah remaja yang termasuk ke dalam orang-orang yang awal
masuk Islam (Assabiqunal Awwalun). Sifat yang melekat pada diri Ali adalah rendah hati, jujur,
dan saleh. Setelah dewasa Ali menikah dengan Fatimah putri Rasulullah SAW. dan mempunyai
dua putra yang bernama Hasan dan Husain.

Ali adalah seorang yang memiliki banyak kelebihan, selain itu ia adalah pemegang
kekuasaan. Pribadinya penuh vitalitas dan energik, dan juga perumus kebijakan dengan
wawasan yang jauh ke depan. Beliau adalah pahlawan yang gagah berani, penasihat yang
bijaksana, penasihat hukum yang ulung, dan pemegang teguh tradisi, seorang sahabat sejati,
dan seorang lawan yang dermawan. Ia telah bekerja keras sampai akhir hayatnya dan
merupakan orang kedua yang berpengaruh setelah Muhammad.

D. Kontribusi Khalifah dalam Peradaban Islam


1. Abu bakar As-Sidiq
Kontribusi (prestasi) yang diaraih oleh Abu Bakar bagi peradaban Islam, yaitu:
a. Memerangi Orang-orang Murtad
Abu Bakar sangat memahami sifat kesukuan yang sangat kuat cenderung kepada
pemimpinnya karena memang bangsa Arab terkenal memiliki sifat kesukuan yang
sangat tinggi. Dampak dari kuatnya sifat tersebut, maka ketika pemimpin mereka
memeluk Islam, rakyatnya juga Islam semua. Padahal jika memeluk Islam, para
pemimpin itu akan kehilangan pengaruh dalam masyarakat. Hal inilah yang kemudian
menyebabkan terjadinya gerakan murtad (perang riddah), apalagi tingkat keimanan
bangsa Arab saat itu masih lemah. Beberapa Nabi palsu yang turut dalam gerakan riddah
adalah Aswad Al-Ansi, Tulaihah bin Khawailid Al-Asadi, Malik bin Nuwairah, dan
Musailamah Al-Kazab. Seluruh perang melawan pemberontakan murtad tersebut
disebut perang riddah. Pasukan muslim berhasil memenangi seluruh pertempuran.
Dengan kemenangan itu kewibawaan Islam kembali naik, dan seluruh kaum Jazirah
Arab akhirnya menyatakan tunduk dengan aturan Islam.
b. Kodifikasi Al-Qur’an (pengumpulan/penyusunan mushaf Al-Qur’an)
Merupakan upaya keras Abu Bakar , sehingga dapat memberi manfaat hingga sekarang.
Dengan usaha itu, akhirnya kita dapat mengenal adanya mushaf Al-Qur’an. Karena,
sebelum dilakukannya pengumpulan, mushaf Al-Qur’an berserakan di berbagai tempat
dan tertulis di berbagai benda seperti batu, daun kering, dan lainnya. Khalifah Abu
Bakar melakukan upaya pengumpulan wahyu Allah itu setelah mendapatkan saran dari
Umar bin Khattab, yang saat itu menjabat sebagai penasihat utama khalifah Abu Bakar
As-Sidiq. Proses kodifikasi Al-Qur’an ini diketuai oleh Zid bin Tsabit.
c. Perluasan Wilayah Islam
Perluasan wilayah ini berlangsung hingga ke Hirah (dijadikan pusat pertahanan dan ibu
kota di luar Arab), Anbar dan Persia, Daumatul Jandal, Firad Kazima (Mazar), Yarmuk
Syam (pernah dikuasai tentar Romawi), dan Syiria
2. Umar bin Khattab
Kontribusi khalifah Umar bin Khattab, yaitu:
a. Melakukan Pembagian Daerah Kekuasaan
Khalifah Umar bin Khattab membagi daerah-daerah Islam dalam beberapa provinsi dan
masing-masing provinsi dipimpin oleh seorang gubernur, antara lain:
 Sa’ad bin Abi Waqas yang menjadi gubernur Provinsi Kuffah
 Utbah bin Khazwan yang menjadi gubernur Provinsi Basrah
 Amru bin Ash yang menjadi gubernur Provinsi Fustot (Mesir)
b. Membentuk Dewan-dewan dalam pemerintahannya, seperti:
 Baitul Mal (perbendaharaan negara), yaitu sebuah lembaga yang mengawasi dan
bertugas mengatur keluar masuknya keuangan negara.
 Dewan Militer (angkatan perang), yaitu lembaga yang bertugas menjaga
pertahanan dan keamanan negara khususnya di daerah kekuasaan Islam.
 Dewan Hakim, yaitu sebuah lembaga yang bertanggungjawab mengatur
terciptanya keadilan di seluruh negeri.
 Dewan Pos, yaitu sebuah lembaga yang bertanggungjawab mengatur kelancaran
surat menyurat.
 Mendirikan Hisbah, yaitu badan yang mengawasi pasar, timbangan, takaran, tata
tertib, dan kebersihan.
c. Menetapkan kalender Islam dan tahun Hijriyah sebagai permulaan tahun baru Islam
d. Menjadikan masjid-masjid lebih indah dan megah, misalnya Masjidil Al-Haram, Masjid
Nabawi.
3. Usman bin Affan
Pada masa kekhalifahan Usman bin Affan, beliau meninggalkan kontribusi yang sangat
penting bagi peradaban Islam, yaitu:
a. Merenovasi dan mempercantik masjid Nabawi di Madinah yang telah di kontruksi pada
masa kekhalifahan Umar bin Khattab
b. Membuat mushaf standar untuk menghindari perselisihan pembelajaran Al-Qur’an.
Salinan mushaf yang asli disebut Mushaf Usmani atau Mushaf Al-Imam. Apabila ada
salinan yang tidak seseuai dengan mushaf usmani maka dianggap tidak sah.
c. Membentuk angkatan laut yang kuat atas saran dari Muawiyah bin Abu Sofyan
(gubernur damaskus) untuk menjaga keselamatan wilayah kekuasaan Islam dari
rongrongan musuh.
d. Memperluas kekuaan Islam sampai ke berbagai wilayah, seperti Armenia, Tuniasia
(Afrika), Tripoli (libia), Azerbaijan, Kepulauan Cyprus, yang kemudian merambah ke
Konstatinopel, Turki, serta negeri-negeri Balkan (Yugoslavia dan Polandia).
4. Ali bin Abi Thalib
Kontribusi yang diberikan khalifah Ali bin Abi Thalib dikelompokkan menjadi empat
bidang, yaitu:
a. Bidang Pemerintahan
Menerapkan sistem pemerintahan yang efektif dan efisien dengan mengadakan
perombakan para gubernur dan pejabat yang tidak bisa bekerja dengan baik, tidak adil,
dan berakhlak culas. Khalifah Ali bin Abi Thalib juga mengembalikan tanah milik
negara dan harta Baitul Mal yang diambil dengan cara tidak benar oleh pejabat dan
keluarga khalifah Usman bin Affan.
b. Bidang Politik Militer
Ali adalah seorang yang ahli dalam strategi perang, penasehat yang bijaksana, penegak
hukum yang adil, berbudi pekerti luhur, dan baik kepada kawan maupun lawan.
c. Bidang Ilmu Bahasa
Daerah kekuasaan Islam ketika masa pemerintahan Ali, telah merambah sampai ke
Sungai Eufrat, Tigris, dan mencapai daratan Indus (India). Mencermati hal itu khalifah
Ali binAbi Thalib menunjuk Abu Aswad Al-Duali untuk menyusun kaidah atau pokok-
pokok ilmu Nahwi (Qoidah Nahwiyah) sehingga kaum muslim yang berasal dari luar
Arab dapat membaca, memahami, dan memperdalam Al-Qur’an dan Hadits.
d. Bidang Pembangunan
Khalifah Ali bin Abi Thalib membangun kota Kuffah yang rencananya akan dijadikan
pusat pemerintaha oleh Muawiyah bin Abu Sofyan. Dengan dibangunya kota Kuffah,
maka beliau dapat dengan mudah memantau kota Syiria yang merupakan sentral
kekuatan Muawiyah. Kota Kuffah dibangun untuk mengembangkan ilmu pengetahuan,
dan dijadikan sebagai pusat pengembangan ilmu Nahwi, Tafsir, Hadits, dan ilmu
pengetahuan lainnya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Khulafaurasyidin merupakan gabungan dari dua kata yaitu khulafa dan rasyidin. Menurut
bahasa khulafa adalah jamak dari kata khalifah artinya pengganti. Sedangkan rasyidin adalah
jamak dari rasyid yang artinya orang yang mendapat petunjuk. Maka Khulafarasyidin, berarti para
pengganti yang mendapat petunjuk. Khulafaurasyidin, memiliki pengertian para pengganti dan
penerus kepemimpinan Islam setelah wafatnya Rasulullah SAW. Istilah Khulafurasyidin,
diberikan kepada para sahabat yang terpilih menjadi pengganti Rasulullah SAW setelah wafat dan
bukan sebagai Nabi atau Rasul. Empat sahabat terpilih dalam Khulafaurasyidin, yaitu Abu Bakar
As-Shidiq, Umar bin Khattab, Ustman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.

Khalifah Abu Bakar As-Sidiq dipilih melalui demokrasi, yaitu melalui musyawarah yang
dilakukan di Saqifah Bani Sa’idah (sebuah tempat yang biasa digunakan sebagai pertemuan dan
musyawarah penduduk kota Madinah). Sementara itu, pengangkatan Khalifah Umar bin Khattab
juga melalui musyawarah yang masih diikuti oleh khalifah Abu Bakar sebelum ia wafat. Khalifah
Usman bin Affan dipilih melalui pemilihan. Seperti halnya Umar, Usman diangkat menjadi
khalifah melalui proses pemilihan. Bedanya, Umar dipilih atas penunjukan langsung sedangkan
Usman diangkat atas penunjukan tidak langsung, yaitu melewati badan Syura yang dibentuk oleh
Umar menjelang wafatnya. Sedangkan Khalifah Ali bin Abi Thalib terpilih menjadi khalifah atas
usul kaum muslimin, karena untuk mengisi kekosongan pemerintahan yang terjadi setelah
meninggalnya khalifah Usman bin Affan.

B. Saran
Demikianlah makalah ini penulis buat, dengan penuh kesadaran bahwasannya banyak
kekurangan baik dari segi isi maupun penulisan dalam makalah ini. Maka dari itu, penulis dengan
senang hati menerima kritik serta sran yang membngun dari pembaca. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat baik bagi penulis maupun bagi rekan-rekan sekalian. Penulis ucapkan
terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Depok: Rajawali Press. 2018.

Penanggung jawab M. Khamzah (Ed.). Sejarah Kebudayaan Islam. Palangkaraya:

Akik Pustaka. 2017.

Nursyam. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Kemenag RI. 2014. hlm.104-106.

Yulianto, Agus dan Ali Mansur. 2017. “Khulafaur Rasyidin, Masa Kepemimpinan Pasca
Rasulullah SAW.” https://www.republika.co.id/berita/p08psz396/khulafaur-rasyidin-masa-
kepemimpinan-pascarasulullah-saw (diakses pada 3 April 2021).

Anda mungkin juga menyukai