Anda di halaman 1dari 16

PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN ISLAM PADA MASA

KHULAFAUR ROSYIDIN
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah SKI dan Budaya Lokal

Oleh :

Sudiono (2020791200054)

Sulton Abd. Jabbar AsySyafi’I (2020791200055)

Zaid Al Qodhi (2020791200057)

Dosen pembimbing :
Drs. H. Syaiful Hadi, M.Pd.I

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM ISLAM AL-KHOZINI SIDOARJO
2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga
kami dapat menyusun makalah yang berjudul “Perkembangan Kebudayaan Islam pada
Masa Khulfaur Rosyidin” ini dengan tepat waktu guna memenuhi tugas mata kuliah SKI dan
Budaya Lokal program studi Manajemen Pendidikan Islam Institut Agama Islam (IAI) Al-
Khoziny Buduran.

Dalam penyusunan tugas akhir ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun kami menyadiri bahwa proses dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan
serta dukungan dari berbagai pihak seperti orang tua, teman-teman, serta Drs. H. Syaiful
Hadi, M.Pd.i selaku dosen pengajar mata kuliah SKI dan Budaya Lokal sehingga kendala-
kendala yang kami hadapi teratasi sehingga makalah ini dapat terselesaikan pada waktunya.

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan para pembaca
secara umum tentang perkembangan kebudayaan Islam pada masa Khulafaur Rosyidin.
Harapan kami, makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangsih pemikiran kepada pembaca.

Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna, untuk itu kami mengharap kritik serta saran yang bersifat membangun dari
pembaca.

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................I
DAFTAR ISI............................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
2.1 Pertumbuhan Kebudayaan Islam Masa Khulafaur Rosyidin.......................................3
2.2 Upaya-Upaya Pengembangan Kebudayaan Islam Oleh Khulafaur Rosyidin.............3
2.3 Pola Kebudayaan Islam dan Perubahannya pada Masa Khulafaur Rosyidin..............3
BAB III PENUTUP..................................................................................................................3
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................3

II
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rasulullah SAW wafat tanpa meninggalkan surat wasiat kepada seseorang untuk
meneruskan kepemimpinannya (kekhalifahan). Sekelompok orang berpendapat bahwa Abu
Bakar lebih berhak atas kekhalifahan karena Rasulullah meridhainya dalam soal-soal agama,
salah satunya dengan meminta mengimami shalat berjamaah selama beliau sakit. Oleh karena
itu, mereka menghendaki agar Abu Bakar memimpin urusan keduniaan, yakni kekhalifaan.
Kelompok yang lain berpendapat bahwa orang yang paling berhak atas kekhalifaan ialah dari
Ahlul bait Rasulullah SAW, yaitu Abdullah bin Abbas atau Ali bin Abu Thalib. Selain itu,
masih ada sekelompok lain yang berpendapat bahwa yang paling berhak atas kekhalifaan
ialah salah satu seorang kaum Quraisy yang termasuk dalam kaum Muhajirin gelombang
pertama. Kelompok lainnya berpendapat, bahwa yang paling berhak atas kekhalifaan ialah
kaum Anshar.

Masalah suksesi mengakibatkan suasana politik umat Islam menjadi tegang. Padahal
semasa hidupnya, nabi bersusah payah dan berhasil membina persaudaraan sejati yang kokoh
diantara sesame pengikutnya, yaitu antara kaum Muhajirin dan Anshar. Dilambatkannya
pemakaman jenazah beliau menggambarkan betapa gawatnya krisis suksesi itu. Ada tiga
golongan yang bersaing keras terhadap perebutan kepemimpinan ini; Anshar. Muhajirin, dan
keluarga Hasyim.

Dalam pertemuan dibalai pertemuan Bani Saidah di Madinah, kaum Anshar mencalonkan
Sa’ad bin Ubadah, permuka Kazraj, sebagai pemimpin umat. Sedangkan Muhajirin mendesak
Abu Bakar sebagai calon mereka karena dipandang paling layak untuk menggantikan nabi.
Di pihak lain terdapat sekelompok orang yang menghendaki Ali bin Abi Thalib, karena nabi
telah menunjuk secara terang-terangan sebagai penggantinya, di samping Ali adalah menantu
dan kerabat nabi.

Masing-masing golongan merasa paling berhak menjadi penerus nabi. Namun berkat
tindakan tegas dari tiga orang, yaitu Abu Bakar, Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah bin
Jarrah yang dengan melakukan semacam kudeta (coup d’etat) terhadap kelompok, memaksa
Abu Bakar sendiri sebagai deputi nabi.4 Besar kemungkinan tanpa intervensi mereka
persatuan umat yang menjadi modal utama bagi hari depan komunitas muslim yang masih

1
muda itu berada dalam tanda tanya besar. Dengan semangat ukhuwah Islamiyah, terpilihlah
Abu Bakar, Ia adalah orang Quraisy yang merupakan pilihan ideal karena sejak pertama
menjadi pendamping nabi, ia sahabat yang paling memahami risalah Muhammad, bahkan ia
merupakan kelompok as-sabiqun al-awwalun yang memperoleh gelar Abu Bakar Ash-
Shiddiq.

Abu Bakar bergelar “Khilafah Rasulillah” atau Khalifah. Meskipun dalam hal ini perlu di
jelaskan bahwa kedudukan nabi sesungguhnya tidak akan pernah tergantikan, karena tidak
ada seorang pun yang menerima ajaran Tuhan sesudah Muhammad.Sebagai penyampai
wahyu yang diturunkan dan sebagai utusan Tuhan yang tidak dapat diambil alih seseorang.
Menggantikan Rasul (khalifah) hanyalah perjuangan nabi.

Sepeninggal Rasulullah, empat orang pengganti beliau adalah para pemimpin yang adil
dan benar. Mereka menyelamatkan dan mengembangkan dasar-dasar dari sang Guru Agung
bagi kemajuan Islam dan umatnya. Oleh karena itu, gelar Al-Khulafa Ar-Rasyidin yang
mendapat bimbingan di jalan lurus diberikan kepada mereka.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang menjadi pokok pembahasan adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana pertumbuhan kebudayaan Islam pada masa Khulafaur Rosyidin?


2. Apa saja upaya-upaya pengembangan kebudayaan Islam oleh Khulafaur Rosyidin?
3. Bagaimana pola kebudayaan Islam dan perubahannya pada masa Khulafaur Rosyidin?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Memenuhi tugas mata kuliah SKI dan Budaya Lokal
2. Mengetahui perkembangan kebudayaan Islam pada masa Khulafaur Rosyidin
3. Mengetahui upaya-upaya pengembangan kebudayaan Islam pada masa Khulafaur
Rosyidin
4. Mengetahui pola kebudayaan Islam dan perubahannya pada masa Khulafaur Rosyidin

2
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Pertumbuhan Kebudayaan Islam Masa Khulafaur Rosyidin


Dalam pandangan kaum Sunni, sebelum Nabi Muhammad wafat beliau tidak
menunjuk calon pengganti untuk melanjutkan kepemimpinan umat islam. Nampaknya
persoalan tersebut diserahkan kepada umat, Nabi cukup dengan mengisyaratkan prinsip-
prinsipnya, seperti pentingnya musyawarah, keadilan, kepemimpinan, dan
toleransi.Berbeda dengan kaum Sunni, kaum Syiah berpendapat bahwa Ali telah
mendapat pelimpahan kepemimpinan dari Nabi secara jelas terutama dalam pernyataan
yang diucapkan di Gadir Khumm seusai melaksanakan ibadah haji terakhir (haji
wada).Akan tetapi tidak diperoleh bukti sejarah otentik yang memperkuat meluasnya
klaim ini (Harun Nasution, 1992:103). Uraian berikutnya akan mengikuti pola kaum
Sunni.
Khulafaurrasyidin, al-Khulafa al-Rasyidin ialah khalifah yang mendapat petunjuk,
para penerus dan pemegang kepemimpinan umat islam sepeninggal Nabi Muhammad.
Pada umumnya buku-buku sejarah menyebutkan empat khalifah yang termasuk
khulafaurrasyidin, yaitu Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali.Ada juga yang berpendapat
hanya dua khalifah awal, Abu Bakar dan Umar yang termasuk khulafaurrasyidin, karena
masa Usman dan Ali sudah terjadi pertikaian yang tajam dan fitnah yang besar. Dipihak
lain ada pendapat yang menyatakan bahwa khulafaurrasyidin selain yang empat diatas
juga Umar bin Abduk Aziz, dari khilafah Umayyah yang terkenal keshalihannya
termasuk Khamis Khulafaurrasyidin, yaitu tokoh kelima dari khulafaurrasyidin
(Munawar Sjadzali, 1990:39).
A. Abu Bakar Ash-Siddiq
Abu Bakar Ash-Siddiq adalah anak dari Abi Quhafah, ia termasuk orang
Quraisy terkemuka yang pertama masuk islam. Usianya sebaya dengan usia Nabi,
itu sebabnya persahabatan keduanya sangat akrab. Persahabatan menjadi lebih
kuat setelah perkawinan antara Nabi dengan puteri Abu Bakar, Aisyah. Ia berasal
dari keluarga yang kurang menonjol tetapi menjadi seorang saudagar sukses dan
meenjadi orang yang cukup kaya. Sejak awal Abu Bakar sudah menunjukkan
dedikasinya terhadap misi Nabi. Dikenal sebagai sahabat yang dermawan, ia
mengorbankan sebahagian kekayaannya untuk menyebarkan dakwah islam dan
melindungi orang islam Mekah dari isolasi yang dilancarkan kafir Quraisy. Abu

3
Bakaar sangat memahami kesulitan dan penderitaan Nabi terutama sewaktu
mengalami tekanan fisik dan psikis sepeninggal isterinya Khadijah dan pamannya
Abu Thalib.Ia orang terpercaya yang diajak menemani Nabi hijrah ke Madinah.
Ketika Nabi wafat dan jenazahnya belum dikebumikan kaum Anshar dan
Muhajirin di Saqifah bani Saidah (semacam gedung pertemuan di Madinah)
sedang ribut memperbincangkan siapa pengganti beliau dalam memimpin
umat.Masing-masing golongan merasa paling berhak mewarisi kepemimpinan
tersebut.Perbincangan semakin mengarah pada perselisihan sengit seandainya
Umar dan Abu Bakar tidak datang ke majelis. Selanjutnya Umar menyampaikan
pendapatnya bahwa Abu Bakar lebih awal masuk islam, sahabat senior dan pernah
menjadi imam shalat menggantikan Nabi ketika berhalangan. Kemudian Umar
mengusulkan Abu Bakar menjadi khalifah.Apa yang terjadi, semua pihak
menerima Abu Bakar menjadi khalifah dengan sebutan khalifah Rasulillah
(pengganti rasul) dan peserta pertemuan melakukan baiat (penerimaan dan
pengakuan terhadap keabsahan kepemimpinan seseorang).
Jika mencermati sebagian anggota keluarga dekat Nabi termasuk Ali, yang
kala itu paling sibuk mengurus jenazah Nabi tidak ikut campur dalam proses
naiknya Abu Bakar menjadi khalifah. Namun demikian setelah Abu Bakar
menjadi khalifah sampai penggantinya Umar bin Khatab tidak nampak adanya
penentangan terhadap keabsahan kepemimpinan baik Ali maupun keluarga Nabi
lainnya.
B. Umar bin Khottob
Umar bin Khatab masuk islam pada usia 26 tahun, empat tahun sebelum Nabi
hijrah ke Madinah. Sebelum menjadi pengikut Nabi yang teguh Umar memusuhi
orang islam secara berlebihan. Pada suatu ketika Umar berkesempatan
mendengarkan Al-Quran yang dibaca saudaranya, Fatimah. Tiba-tiba ia tertarik
kemudian menyatakan diri menjaddi pengikut Nabi. Secara sosiologis Umar
berasal dari kelas pinggiran (Quraisy Zawahir) dari klan Adi bin Ka’ab. Umar
berlainan dengan sahabat-sahabat besar yang lain semasa hidup Nabi, Umar tidak
disebut-sebut sebagai pribadi yang menonjol dalam membuat kebijakan ataupun
perannya dimedan perang. Umar lebih sering disebut-sebut sebagai pribadi yang
pendapat-pendapatnya Nabi dan kegelisahnnya melihat lingkungan sekitar
menjadi sebab turunnya wahyu (Q.S 33:53). Dalam suatu kesempatan Nabi juga
manusia biasa pernah berandai-andai: “Jika ada Nabi lagi setelahku, maka yang

4
pantas adalah Umar”. Nampaknya pengandaian itu bukan karena Umar sahabat
Nabi atau karena Umar mertua mertua Nabi (puteri Umar, Hafsah isteri Nabi),
tetapi lebih karena ketajaman berfikir dan firasat-firasatnya yang selaras dengan
wahyu. Sebagai pribadi yang kuat dan tegar masuknya Umar kedalam barisan
Nabi telah memperkuat keberadaan orang islam Mekah dan telah menunjukkan
keberaniannya dalam berbagai kejadian melindungi Nabi.
Akhir hayat Umar sungguh tragis, khalifah besar yang berjasa wafat ditangaan
budak asal Persia yang menyelinap pada waktu shalat subuh dimesjid Madinah
dengan cara menikam dari belakang. Menurut Hasan Ibrahim Hasan (1989:53)
peristiwa tragis itu terjadi akibat ketidakpuasan orang Persia atas orang Arab yang
dianggap telah merebut kemerdekaan Persia.
C. Usman bin Affan
Usman termasuk seorang kelompok Quraisy terkemuka yang masuk islam
sejak awal. Latar belakang keluarganya yang kuat dan keberhasilannya sebagai
saudagar Mekah telah menjadikan dukungannya terhadap Nabi sangat berarti.
Dengan caranya sendiri Usman ikut memperkuat kelompok pengikut Nabi.
Antara lain Usman menyumbangkan sebahagian kekayaannya membekali umat
islam dengan 950 unta, 150 bagal dan 1000 dirham dalam ekspedisi yang
dipersiapkan Nabi untuk melawan pasukan Bizantium. Usman juga membeli mata
air Romawi dan mewaqafkannya kepada umat islam (Hasan Ibrahim Hasan,
1989:54). Keteguhan Usman terlihat ketika ia ikut hijrah ke Habsyah (Ethiopia)
beberapa tahun sebelum hijrah ke Madinah, ia bersedia meninggalkan segala
kekayaan dan aktivitas bisnisnya yang sedang mekar di Mekah. Ikatan
kekeluargaan Usman dengan Nabi diperkuat lewat perkawinannya dengan dua
puteri Nabi, Ruqayah, dan setelah Ruqayah meninggal, kemudian menikahi
Ummu Kulsum (Harun Nasution, 1992:969).
Naiknya Usman menjadi khalifah berawal dari keputusan Umar, yang
menunjuk enam orang sahabat terkemuka yang bertugas memilih khalifah diantara
enam orang sahabat tersebut sepeninggalnya Umar.Sejumlah sajarawan
berpendapat terpilihnya Usman adalah terutama disebabkan adanya komitmen
yang dinyatakannya untuk melaksanakan para pendahulunya, yaitu Abu Bakar dan
Umar. Hal ini berbeda dengan langkah yang diambil oleh Ali yang menolak untuk
terikat dengan dua khalifah pendahulunya, jika terpilih ia akan memimpin sesuai
dengan kemampuan serta tuntunan ril yang dihadapi. Pilihan harus ditempuh

5
untuk memilih Usman atau Ali. Melalui proses yang alot akhirnya Usman
memenangkan dukungan yang lebih kuat, ia terpilih sebagai khalifah ketiga.
D. Ali bin Abi Thalib
Ali termasuk orang pertama masuk islam dari kalangan anak muda, ia adalah
saudara sepupu Nabi dan sekaligus menantu Nabi. Ayah Ali menyerahkan Ali
untuk dididik Nabi sepenuhnya, sehingga Ali memiliki ilmu yang luas. Memiliki
keberanian luar biasa dimedan perang dan pernah dipercaya Nabi menempati
tempat tidur Nabi saat Nabi berangkat hijrah ke Madinah, sebagai upaya
mengecoh kafir Quraisy yang mengancam akan membunuhnya, sungguh sebuah
pekerjaan yang beresiko tinggi. Karena ikatan yang demikian erat kemudian
terbuka peluang timbulnya paham bahwa Ali menerima ilmu-ilmu khusus dari
Nabi (Harun Nasution, 1992:103).
Ali memiliki visi kepemimpinan yang terbuka.Keakrabannya dengan Nabi dan
pengamatannya terhadap perkembangan politik semasa dua khalifah sebelumnya
telah membuat Ali mencari pola tersendiri untuk menghadapi kekhalifahannya.
Keteguhan Ali terlihat jelas pada saat ia memeliki kesempatan besar untuk terpilih
menjadi khalifah menggantikan Umar. Karena ia menolak untuk mengikuti secara
persis jejak kedua khalifah sebelumnya, maka para anggota komisi pemilihan (ahl
asy-syura) menjatuhkan pilihan mereka kepada Usman, bukan kepada Ali.
Memang konsep Ali yang prinsipnya menuntutr kesamaan dapat menggugurkan
kebijaksanaan Umar khususnya tentang sabiqah, yaitu sistem stratifikasi yang
berdasarkan yang berdasarkan kepada cepat atau lambatnya masuk islam. (Harun
Nasution, 1992:104).
Ali menjadi khalifah dalam situasi yang tidak menguntungkan, sehingga tidak
nampak adanya kebudayaan yang dibangun.Pasca terbunuhnya Usman banyak
persoalan yang timbul, sepperti adanya tuduhan dari keluarga Usman bahwa Ali
terlibat dalam gerakan yang mengakibatkan Usman terbunuh, terdapat desakan
agar Ali segera mengadili pembunuh Usman, terdapat pemberontakan yang
dimotori oleh Tolhah, Zubair dan didukung Aisyah yang dikenal dengan perang
jamal. Kemudian disusul pemberontakan dari Gubernur yang dipecat, Muawiyah
bin Abi Sufyan, yang berlanjut dengan perang Sifin yang hampir dimenangkan
pihak Ali. Karena kelalaian dan kelicikan pihak Muawiyah Ali bersedia mengikuti
ajakan damai. Akibatnya ditinggalkan oleh sebahagian pengikutnya
(khawarij)yang tidak menyetujui jalan damai (tahkim) dan Ali diancam dibunuh

6
dengan alasan damai dalam perang tidak sesuai ajaran islam. perkembangan
selanjutnya Ali kalah dalam meja perundingan dan khalifah berpindah kepada
Muawiyah bin Abu Sufyan. Ancaman pembunuhan kaum khawarij kepada Ali
betul-betul terjadi.
Yang sangat menonjol pada masa khulafaurrasyidin adalah terjadinya
perluasan daerah kekuasaan sebagai lahan dakwah dan sumber pendapatan, Harun
Nasution (1986:56-61) mencatat faktor-faktor yang menyebabkan ekspansi sangat
cepat, yaitu:
1. Islam disamping ajaran yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan,
juga mementingkan soal pembentukan masyarakat.
2. Dalam diri para sahabat Nabi terdapat keyakinan tentang kewajiban
menyampaikan ajaran islam dalam sebuah keseluruh penjuru dunia. Dan
terdapat kegemaran bagi bangsa Arab untuk berperang, maka bertemulah
antara kegemaran berperang dengan keyakinan adanya kewajiban
menyampaikan ajarn islam Dallam sebuah ekspansi yang dahsyat
mengalahkan negara tetangga yang tangguh, Bizantium dan Persia.
3. Bizantium dan Persia, dua kekuatan yang menguasai Timur Tengah waktu
itu mulai memasuki masa kemunduran dan kelemahan. Karena kedua
negara tersebut sering berperang dan masing-masing negara memiliki
problem sendiri.Didaerah yang berada dalam kekuasaan Bizantium
terdapat pertentangan antara penganut agama.Sedangkan didaerah
kekuasaan Persia selain ada pertentangan antara penganut agama juga
terdapat perselisihan antara anggota keluarga kerajaan dalam merebut
kekuasaan.
4. Kerajaan Bizantium memaksakan aliran yang dianut kepada rakyat yang
diperintah, sehingga rakyat merasa hilang kemerdekaannya. Hal ini
berbeda dengan islam yang dibawa kedaerah-daerah yang ditaklukkan
tidak memaksa rakyat untuk merobah agamanya. Yang diwajibkan bagi
umat islam adalah menyampaikan, selanjutnya diserahkan kepada yang
bersangkutan untuk masuk islam atau tidak. Umumnya mereka tetap dalam
agamanya masing-masing, tetapi diharuskan membayar semacam pajak
yang disebut jizyah.

7
5. Bangsa Sami dari Suria dan Palestina serta bangsa Hami di Mesir
memandang bangsa Arab lebih dekat kepada mereka ketimbang bangsa
Eropa Bizantium yang menguaasi mereka.
6. Daerah yang sudah dikuasai islam sperti Mesir, Suria dan Irak penuh
dengan kekayaan, sehingga mempermudah untuk biaya ekspansi
berikutnya.
1.2 Upaya-Upaya Pengembangan Kebudayaan Islam Oleh Khulafaur Rosyidin
Setelah Abu Bakar menjadi khalifah (632-634 M), beliau sangat sibuk mengatasi
urusan dalam negeri seperti:
1. Mengatasi umat murtad besar-besaran dan menumpas para pembangkang kedaulatan
khalifah.
2. Menumpas orang-orang yang mengaku sebagai Nabi di Yamamah, seperti
Musailamah alKadzab yang kharismatik.
3. Mengatasi orang-orang yang enggan membayar pajak dan atau zakat.
Suku-suku bangsa Arab yang tidak mau lagi tunduk ke khalifah Abu Bakar,
karena mereka menganggap bahwa perjanjian yang dibuat dengan Nabi Muhammad
tidak berlaku lagi setelah Nabi wafat. Untuk mengatasi para pembangkaang Abu
Bakar menugaskan Khalid bin Walid menjadi komandan dalam perang riddah dan
berhasil.
Tampaknya pada zaman Abu Bakar sebagaimana pada zaman Rasul kekuasaan
legislative, eksekutif, yudikatif masih berpusat. Sedangkan dalam memutuskan hal-
hal kemasyarakatan Abu Bakar melakukannya melalui musyawarah.Setelah selesai
mengatasi persoalan dalam negeri barulah Abu Bakar melakukan ekspansi keluar
Jazirah Arabia sebagai tindakan melanjutkan usaha Nabi yang pernah dipersiapkan
sebelum Nabi wafat. Khalid bin Walid beserta pasukan yang dipimpin tiga orang
jenderal, yaitu Amr Ibn al As, Yazid Ibn Abi Sufyan dan Surahbil bin Hasanah. Abu
Bakar menjadi khalifah selama dua tahun, ia meninggal karena sakit. Sebelum
meninggal ia bermusyawarah dengan pemuka sahabat untuk mengangkat Umar
sebagai penggantinya agar tidak terjadi perselisihan dikalangan umat islam.
Setelah Abu Bakar wafat, kepemimpinan Islam digantikan oleh Umar bin
Khottob. Berikut beberapa peran penting Umar saat menjadi pemimpin umat Islam :
1. Terkumpulnya naskah Al-Quran. Pasca perang ridah zaman Abu Bakar banyak
penghafal yang gugur, ini menimbulkan kekhawatiran kemudian Umar sebagai

8
khalifah berinisiatip mengumpulkan dan membukukan Al-Quran menjadi satu
naskah.Sedangkan pada zaman Usman nanti disusun dan digandakan.
2. Terjadi ekspansi besar-basaran. Kota Damaskus ibu kota Suria dikuasai tahun 635 M.
Setahun kemudian setelah tentara Bizantium kalah dipertempuran Yarmuk, Suriah
jatuh kebawah kekuasaan islam. Dengan memakai Suria sebagai basis, ekspansi
diteruskan ke Mesir dipimpin Amr Ibn al-As, Babilon dikepung tahun 640 M, tentara
Bizantium di Heliopolis dikalahkan dan Alexandria menyerah tahun 641 M. Ke Irak
dipimpin Sa’ad bin al-Waqas, Al-Qadisiyah sebuah kota dekat Al-Hirah jatuh tahun
637 M. Serangan dilanjutkan ke Al-Madain (Ctesiphon) ibu kokta Persia dikuasai
tahun itu juga. Pada tahun 641 M Mosul dapat ditundukkan. Nampaknya ekspansi
bukan semata-mata perluasan daerah kakuasaan, tetapi sebagaimana masa Nabi,
eksapansi sebagai bagian dari usaha dakwah islam (Harun Nasution, 1985:57-58).
3. Disempurnakannya organisasi perluasan wilayah dengan mengembangkan sistem
kepemimpinan berdasarkan ketegori “kedinian” (sabiqah) dalam menerima dakwah
Nabi, mencontoh dan memodifikasi administrasi negara dari Persia seperti terdapat
sistem pembayaran gaji dan pajak, mendirikan baitul mal, menempa mata uang dan
membuat sistem penanggalan dengan tahun hijriah.
4. Membuat peta wilayah kekuasaan menjadi 8 provinsi: Mekah, Madinah, Suria,
Jazirah, Basrah, Kufah, Palestina dan Mesir. Mendirikan lembaga pengadilan, jawatan
kepolisian dan jawatan pekerjaan umum.
5. Terdapat model ijtihad “Fikih Umar”. Umpamanya Umar menolak untuk memotong
tangan pencuri atas “keterpaksaan mencuri” pda waktu kelaparan, menolak
pembagian zakat kepada muallaf yang keadaan ekonominya baik, dan Umar tidak
membagi habis harta rampasan perang kepada pasukan melainkan sebahagiannya
dimasukkan kebaitul mal.
6. Terdapat contoh konkrit hidup sederhana. Pada saat kekayaan negara melimpah, Umar
masih mau memakai pakaian bertambal dimuka umum, tidak ada istana dan pakaian
kebesaran baik untuk khalifah maupun bawahannya sehingga tidak ada perbedaan
antara penguasa dengan rakyatnya dan mereka setiap waktu dapat dihubungi
rakyat.Sikap khalifah seperti ini, kemudian jadi salah satu inspirasi/ dasar ajaran
tasawuf dikemudian hari.
7. Terbentuknya sebuah dewan yang bertugas memilih khalifah sepeninggal Umar.
Enam anggota dewan itu adalah Usman, Ali, Thalhah, Zubair, Sa’ad bin Abi waqas
dan Abdurrahman bin Auf. Masing-masing memiliki hak memilih dan dipilih.

9
Ditambah seorang anggota peninjau, yaitu Abdullah bin Umar, anak Umar sendiri
tanpa hak dipilih dan memilih.

Pada masa kepemimpinan Usman bin Affan yang berlangsung selama 12 tahun (644-
656 M/ 23-35 H) terdiri dari dua fase.Enam tahun pertama berlangsung dengan baik,
sedangkan enam tahun kedua berlangsung kacau.Boleh jadi disamping Usman usianya
sudah semakin tua juga karena pribadi Usman yang lemah dan lembut sehingga tidak
mampu menahan ambisi keluarga, tidak tegas terhadap kesalahan bawahannya dan
terkesan nevotisme. Akibatnya muncul perasaan tidak puas dan kecewa dikalangan umat
islam yang berujung dengan timbulnya protes, demo yang dilakukan para pemuda Mesir
sampai terjadi chaos dan Usman wafat terbunuh.

Beberpa upaya mengembangkan kebudayaan Islam saat Usman menjadi khalifah


adalah:

1. Dibangun bendungan untuk menjaga untuk menjaga arus banjir dan mengatur
pembagian air ke berbagai kota.
2. Tersusun dan tercetaknya mushaf Al-Quran sebagai kelanjutan dari ide pengumpulan
Al-Quran pada zaman Umar.
3. Terbangunnya jalan-jalan, jembatan, masjid-masjid dan memperluas masjid Madinah.
4. Perluasan wilayah dan pembentukan kota-kota baru, seperti kawasan Khurasan
disebelah timur, Tripoli dan Siprus dibagian barat.
1.3 Pola Kebudayaan Islam dan Perubahannya pada Masa Khulafaur Rosyidin
Pada masa kekuasaan para khulafaur Rasyidin, banyak Kemajuan peradaban telah
dicapai. Diantara pemikiran yang menonjol pada masa khulafaur Rasyidin adalah sebagai
berikut:
1. Menjaga keutuhan Al-Qur`an Al-Kariim dan mengumpulkannya dalam bentuk
mushaf pada masa Abu Bakar.
2. Memberlakukan mushaf standar pada masa Utsman bin Affan
3. Keseriusan mereka untuk mencari mencari serta mengajarkan Al-Qur`an dan Sunnah.
Maka dari itu pada masa Utsman, sahabat-sahabat mulai menyebar ke pelosok untuk
menyiakan Agama Islam dengan berpegang teguh pada Al-Qur`an dan As-Sunnah.
4. Sebagian orang yang tidak senang kepada Islam, terutama dari pihak orientalis abad
ke 19 banyak yang mempelajari fenomena Futuhuhat al-Islamiyah. Mereka

10
mengatakan bahwa Futuhat ini adalah perang dengan motif ekonomi, yaitu mencari
dan mencari kekayaan negeri yang ditundukkan.
5. Islam pada masa awal tidak mengenal pemisahan antara dakwah dan negara, antara
Da’i maupun panglima. Tidak dikenal orang yang berprofesi sebagai da’i. Para
khalifah adalah penguasa, imam shalat, mengadili orang yangberselisih, da’i, dan juga
panglima perang

Adapun persamaan dan perbedaan pada masa Rasulullah dengan masa khulafaur
rasyidin yaitu pertama, dilihat dari perbedaan tugas Rasulullah adalah menyampaikan
Tauhid dengan benar, memimpin umat islam dalam menyebarkan agama Islam,
menjalankan tugas kenabiannya, sebagai pembawa berita gembira, Rasulullah sebagai
utusan Allah dan menyampaikan wahyu yang telah disampaikan Allah melalui malaikat
jibril, memperbaiki moral umat Islam.

Sedangkan khulafaur Rasyidin yaitu tidak mendapatkan wahyu dari Allah, sebagai
pengganti Rasulullah menjadi pemimpin, menggantikan tugas kepala negara pemerintah,
menyebar luaskan agama islam. Sedangkan persamaan dalam kedua hal tersebut adalah
sama-sama membela agama islam.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Peradaban-Peradaban Penting Pada Masa Khulafaur Rasyidin (12 Rabiul Awal 11-41
H/8 632-661 M) adalah sebagi berikut :
1. Mengembalikan kembali kesatuan Jazirah Arab setelah berhasil mengalahkan
gerakan murtad
2. Mengumpulkan Al-Qur`an pada masa kekhalifahan Abu Bakar
3. Menyatukan mushaf pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan
4. Pemberian titik terhadap mushaf pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib
5. Memulai penanggalan Hijriyah pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab
6. Membangun kota-kota berikut: Bashrah, Kufah, Fusthat pada masa Umar bin
Khattab
7. Pembersihan etnis yahudi dari jazirah arab pada masa Umar bin Khattab
8. Didirikannya lumbung tepung yang terletak antara mekkah dan madinah.
Ditempat ini disimpan tepung, minyak goreng padat, kurma, dan minyak goreng
cair yang diperuntukkan para musafir yang kehabisan bekal
9. Menjaga keamanan masyarakatdi ibukota negara (Madinah)
10. Perluasan masjid nabawi dengan membeli rumah-rumah dan tanah di sekitarnya,
melapisi dengan bebatuan dan kerikil, dan menerangi dengan lampu-lampu
petromak. Hal ini sebagaimana dinyatakan Ali bin Abu Thalib, “Semoga Allah
menerangi kubur umar sebagaimana dia menerangi masjid-masjid kami”
11. Umar bin khattab pertama kalinya menyatukan umat Islam dengan satu imam dan
shalat terawih.

12
DAFTAR PUSTAKA

Mas’ud, S. (2014). Sejarah Peradaban Islam. Surabaya: UINSA Press.

13

Anda mungkin juga menyukai