Puji syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
karunianya kepada kami,sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan judul “SEJARAH PERADABAN ISLAM MASA KHULAFA’ AL-
RASYIDIN”.
Pemakalah
i
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
BAB 1................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
2.1 Latar Belakang....................................................................................................1
2.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
2.3 Tujuan Makalah..................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
2.2 Kebijakan Politik Pada Masa Pemerintahan Khulafa’ Al-Rasyidin.....................13
2.3 Perkembangan Peradaban Islam Pada Masa Khulafa Al-Rasyidin....................14
2.4 Akhir Masa Pemerintahan Khulafa’ Al-Rasyidin................................................15
BAB III............................................................................................................................17
PENUTUP.......................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................17
3.2 Saran................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................18
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi singkat dan cakupan Khulafa Al-Rasyidin?
2. Apa saja kebijakan politik pemerintahan Khulafa Al-Rasyidin?
3. Bagaimana perkembangan peradaban islam pada masa Khulafa Al-
Rasyidin?
4. Bagaimana akhir masa khulafa Al-Rasyidin?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kata Khulafaur Rasyidin ini terdiri atas dua kata yaitu Khulafa’ dan Ar-
Rasyidin.Khulafa’ berarti jama’ serta khalifah artinya “pengganti“.Dan untuk kata
Ar-Rasyidin artinya yaitu “mendapat petunjuk.” Jadi arti dari Khulafaur Rasyidin
yaitu para pengganti yang mendapatkan petunjuk.
َو َخ اَتَم ِهّٰللا َّر ُسْو َل َو ٰل ِكْن ِّر َج اِلُك ْم ِّم ْن َاَح ٍد َاَبٓاُمَحَّم ٌد َك اَن َم ا
َع ِلْيًم ا َش ْي ٍء ِبُك ِّل ُهّٰللا َو َك اَن الَّنِبّٖي َۗن
Khulafaur Rasyidin yaitu para khalifah yang sangat arif dan juga bijaksana.
Mereka merupakan keempat sahabat Nabi yang dipilih untuk menjadi pemimpin
kaum muslimin setelah Nabi Muhammad SAW wafat.1
1
Syamsul Bakri, Peta Sejarah Peradaban Islam, (Jogjakarta: Fajar Media Press,
2011), hlm 26
3
1. Abu Bakar Siddiq (11-13 H)
Masalah yang pertama timbul dalam Islam sesudah Nabi wafat adalah
politik,yaitu mengenai pengganti Nabi sebagai kepala negara dalam
kapasitasnya sebagai kepala negara di Madinah,sedang kedudukannya
sebagai Rasul tidak dapat digantikan oleh siapapun.Sementara Nabi tidak
meninggalkan wasiat tentang penunjukan seseorang yang akan
menggantikannya sebagai kepala negara sepeninggalnya.Karena itu,tidak
lama setelah beliau wafat,belum lagi jenazahnya dimakamkan,sejumlah
tokoh Anshar dan Muhajirin berkumpul di balai Tsaqifah Bani Sa’idah
2
Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam J.1,c.2 (Jakarta : Kalam
Mulia,2006) hlm 393-394
3
Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam.(Pekanbaru-Riau : Yayasan
Pusaka Riau,2013) hlm 62-63
4
Madinah.Mereka bermusyawarah untuk memilih siapa yang ditunjuk
menjadi kepala negara.
Abu Bakar terpilih sebagai pemimpin atas usul Umar bin Khaththab,
ketika itu usia Abu Bakar 61 tahun.Semangat keagamaan Abu Bakar
mendapat penghargaan yang tinggi dari umat Islam.sehingga masing-
masing pihak menerima dan membai’atnya sebagai pemimpin umat Islam
pengganti Rasulullah yang dalam perkembangan selanjutnya disebut
“Khalifah” saja.4
Tetapi bagaimana pun juga Abu Bakar adalah orang yang paling tepat
menggantikan Nabi.Mengingat prestasinya dalam tiga hal yang tidak
dimiliki oleh sahabat lainnya.Pertama,sebagai orang yang pertama masuk
Islam dari kalangan dewasa.Kedua,menemani Nabi sewaktu hijrah ke
Yatsrib.Ketiga,satu-satunya orang yang ditunjuk oleh Nabi menjadi imam
shalat ketika beliau sakit.5
Pada saat pasukan Islam sedang berada di luar kota Abu Bakar sakit
selama satu minggu.Pada saat sakit itu,dia bermusyawarah dengan para
sahabat terkemuka, yang berhasil menetapkan penggantinya Umar bin
Khaththab sebagai khalifah kedua.Abu Bakar meninggal dunia dalam usia
63 tahun beberapa bulan,setelah memerintah selama dua tahun beberapa
bulan.6
4
Ibid., hlm 397
5
Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam.(Pekanbaru-Riau : Yayasan
Pusaka Riau,2013) hlm 64-65
6
Hasan Ibrahim Hasan, op.cit., hlm 401-402
5
2. Umar Bin Khathtab (13 – 23 H)
a. Riwayat Singkat Umar Bin Khathtab
Nama lengkapnya adalah Umar bin Khaththab bin Nafil bin Abd al-
Uzza bin Rabah bin Ka’ab bin Luay alQuraisy.Silsilah Umar bertemu
dengan Rasulullah pada kakek ketujuh,sedangkan dari pihak ibunya pada
kakek keenam.Umar dilahirkan di Makkah empat tahun sebelum perang
Fijar,tetapi menurut Ibnu Atsir dia dilahirkan tiga belas tahun sesudah
kelahiran Rasulullah s.a.w.Hal ini berarti beliau lebih muda tiga belas tahun
dari Nabi Muhammad s.a.w.Dia fasih berbicara,tegas dalam menyatakan
pendapat dan membela yang hak.
Sebelum masuk Islam Umar dikenal paling gigih menantang dakwah
Nabi ketika disampaikan kepadanya adiknya Fatimah beserta suaminya
telah masuk Islam dia sangat marah dan pergi ke tempat adiknya dengan
emosi yang meluap-luap dia menampar adiknya yang sedang belajar al-
Qur’an dan membaca pangkal surah Taha,tetapi dia kemudian terharu
dengan bacaan ayat al-Qur’an tersebut,karenanya dia menemui Nabi untuk
menyatakan diri masuk Islam.
Sewaktu hendak meninggalkan Makkah berhijrah ke Madinah dia
melewati Ka’bah sedangkan saat itu pembesar Quraisy berada di pelataran
Ka’bah. Dengan tenang dan khusu’ dia melakukan thawaf tujuh putaran,
kemudian menuju maqam Ibrahim untuk melaksanakan shalat. Setelah
selesai dia berdiri menghampiri satu persatu pembesar orang Quraisy itu dan
berkata: “Sungguh buruk muka kalian,siapa yang menginginkan ibunya
menderita,isterinya menjadi janda,anaknya menjadi anak yatim,hendaklah
dia menemui saya di lembah ini”.Tidak seorang pun yang berkutik di antara
mereka.7
b. Diangkat Menjadi Khalifah
Ketika Abu Bakar sakit,dia memperhatikan sahabatnya,siapa di antara
mereka yang sesuai diangkat menjadi khalifah, “yang tegas tidak kejam dan
7
Ibid., hlm 403-404
6
yang lembut,tidak lemah”.Dia mendapatkan kriteria pilihannya itu, 8di antara
dua sahabat,yaitu antara Umar bin Khaththab dan Ali bin Abi Thalib.Tetapi
kemudian pilihannya jatuh kepada Umar.
Ketika pilihannya jatuh kepada Umar,dia pun mengundang para
sahabat untuk bermusyawarah perihal pilihannya itu. Setelah Abu Bakar
bermusyawarah dengan mereka, lalu beliau pun memanggil Utsman bin
Affan untuk menuliskan bahwa Umar adalah pengganti dirinya,menjadi
khalifah nanti.Berikut ini adalah teks pernyataannya:
“Bismillahirrahmanirrahim.Ini adalah pernyataan Abu Bakar,
Khalifah penerus kepemimpinan Muhammad – Rasulullah s.a.w.,saat dia
mengakhiri kehidupannya di dunia dan saat dia memulai kehidupannya di
akhirat.Dalam keadaan dipercayai oleh orang kafir dan ditakuti oleh orang
durhaka, sesungguhnya aku mengangkat Umar bin Kaththab,sebagai
pemimpin kalian; bahwasanya dia adalah orang baik dan adil.Hal ini sejauh
sepengetahuan dan penilaian diriku tentang dia.Bilamana ternyata
dikemudian hari dia seorang pendurhaka dan zhalim,sungguh aku tidak
pernah tahu akan hal yang bersifat ghaib.Sungguh aku bermaksud baik dan
segala sesuatu tergantung atas apa yang dilakukan..”9
Dengan demikian,Penetapan Umar sebagai khalifah ditulis pada suatu
piagam pengangkatan. masyarakat dan mereka secara beramai-ramai
membai’at Umar sebagai khalifah kedua dalam usia 53 tahun.Kemudian
Umar memperkenalkan istilah “Amirul Mukminin” (komandan orang-orang
yang beriman) bukan khalifah.
Yang pertama sekali dilakukan Umar setelah diangkat menjadi
khalifah adalah memecat Khalid bin Walid dari jabatannya sebagai
komandan 4 pasukan di utara dan menyerahkannya kembali kepada
komandan semula Abu Ubaidah bin Jarrah. Tentang pemecatan ini.Umar
menyatakan orang terlalu mengagungkan Khalid dan ini bisa berbahaya,
sementara ada sejarawan mengatakan Abu Ubaidah lebih mampu
8
Ibid., hlm 408
9
Ibid., hlm 409-410
7
membenahi administrasi dibanding Khalid yang lebih mahir
berperang.Sedangkan Khalid menerimanya dengan rela dan patuh.10
10
Ahmad Syalabi, op.cit, hlm 251-252
11
Murad, Musthafa. Kisah Hidup Umar Bin Khathtab (Jakarta, Zamn, 2007)
12
Al-Hafizh Ibnu Katsir, Perjalanan Hidup Empat Khalifah Rasul Yang Agung,
(Jakarta: Darul Haq, 2014), Cet. Ke-x, hlm 415-416
8
kaum Quraisy terhadap kaum muslimin di Mekkah dan ikut hijrah ke
Abenasia beserta istrinya.13
b. Diangkat Menjadi Khalifah
Beberapa hari sebelum kematian Khalifah Umar bin Khattab setelah
ditikam oleh Abu Lu‟lu‟ah.Beliau menunjuk enam orang calon untuk bakal
menjadi sebagai kepala negara yang diajukan kepada majelis Syura.Enam
calon tersebut adalah:
1. Utsman bin Affan
2. Ali bin Abi Thalib
3. Thalahah bin „Ubaidillah
4. Zubair bin Awwam
5. Sa‟ad bin Abi Waqqash
6. Abdur Rahman bin Auf
7. Dan Abdullah bin Umar bin Khattab anak umar sendiri14
Ketika Umar bin Khattab telah wafat, para majelis Syura berkumpul
dirumah Al-Musawwir bin Mukhrimah kecuali Thallahah.Ini sesuai pesan
Umar bin Khattab.Ternyata ketika itu muncul persaingan dan perdebatan
diantara mereka,tapi hal ini dapat diredam oleh Abdurrahman bin Auf.
Abdurrahman bin Auf memanggil kedua calon Khalifah Ali bin Abi
Thalib dan Utsman bin Affan dengan memberikan perkataan yang sama
sebagai berikut:
Pertama, Abdurrahman bin Auf memanggil Ali bin Abi Thalib dan
lalu berkata kepadanya, “engkau Ali harus bersumpah atas nama Allah dan
berjanji kepadanya,bahwa engkau sungguh akan bertindak berdasarkan Al-
Qur‟an dan Sunnah Rasulullah SAW serta berdasarkan langkah yang telah
ditempuh oleh kedua Khalifah sebelumnya.” Ali menjawab: “saya berharap
bahwa aku akan berlaku sesuai dengan pengetahuan dan kekuatan diriku.”
Kedua, Abdurrahman memanggil Utsman bin Affan dan memberikan
pertanyaan yang sama kepada Utsman. Utsman menjawab: “Ya.” Lalu
13
Munir Amin Samsul, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), Cet.
Ke-10, hlm 104
14
Nizar Abazhah, Sahabat Muhammad, (Jakarta: Zaman, 2014), hlm 81
9
Abdurrahman membaiat Utsman bin Affan. Dengan demikian Utsman bin
Affan terpilih menjadi Khalifah ke tiga.15
Ia dipilih pada bulan Dzhulhidjah tahun 23 H dan menjalankan jabatan
Khalifah mulai pada bulan Muharram 24 H. Tapi berdasarkan hasil
musyawarah.Dewan Syura bersepakat memilih Utsman pada tanggal 3
Muharram 24 H dan dibait setelah shalat zhuhur dan Utsman menjadi imam
pertama adalah Shalat Ashar.Setelah disepakati bersama saat pembaiatan
telah selesai, Utsman berpidato di depan kaum muslimin yang berbunyi:
“Sesungguhnya engkau sekalian hidup di negeri yang fana dan berada
dalam pemerintahan yang tidak kekal. Karena itu, segeralah berbuat baik
sekuat mampumu untuk menyongsong batas kehidupanmu. Ketahuilah,
sesungguhnya dunia ini hanyalah kesenangan yang penuh tipu daya. Jangan
kalian terseret olehnya. Jangan tipu daya itu melalaikan kalian dari Allah.
Ambillah pelajaran dari peristiwa-peristiwa masa lampau, kemudian kamu
bersungguh-sungguhlah dan jangan kalian lalai. Sesungguhnya Allah tidak
pernah lengah terhadap kalian.
Adakah orang-orang yang tinggal dan menikmati kehidupan di dunia
ini yang kekal abadi? jauhkanlah dunia ini, sebagaimana diperintahkan-nya,
raihlah kebahagiaan akhirat. ( kemudian Utsman mengutip ayat Al-Qur‟an
surah (al-kahfi, 18:45) yang mengumpamkan kehidupan dunia seperti air
hujan yang turun dari langit. Dengan air tersebut ditumbuhkannya tumbuh-
tumbuhan. Setelah itu,tumbuhan tersebut kering ditiup angin).”
Pidato ini, tidak seperti pidato dua Khalifah sebelumnya, tidak
memperlihatkan visi politik Utsman yang jelas dalam menjalankan
pemerintahannya. Pidato ini bersifat sebagai nasihat orangtua kepada
anaknya.16
15
Ibid., hlm 77-80
16
Ibid., hlm 81
10
Khalifah Utsman bin Affan wafat pada tahun 656 setelah pemberontak
yang bernama Al-Gafiqi berhasil masuk lewat atap dan menemukan
kamarnya.
Pada 35 H atau 655 M,sekitar 1.500 orang datang ke Madinah untuk
memprotes kebijakan Utsman itu.Namun karena tidak ditanggapi,protes
tersebut berubah menjadi pemberontakan untuk menggulingkan
kekuasaannya.Utsman dikepung oleh pasukan tersebut,tetapi menolak
melakukan perlawanan karena tidak ingin terjadi pertumpahan darah
antarsesama umat Muslim.
Penyebab kematian Utsman bin Affan adalah karena dipukul
kepalanya dengan sangat keras.17
17
Ash-Shalabi, Ali Muhammad, Biografi Utsman Bin Affan. (Jakarta: Al-Kautsar,
2013)
18
Ali Audah, Ali Bin Abi Thalib sampai kepada Hasan dan Husain, cet. 3,
(Jakarta: PT Tintamas Indonesia), hlm 27
11
pada umumnya menyebutkan, bahwa sepupunya itu lahir pada tahun 570
Masehi.19
b. Diangkat Menjadi Khalifah
Pada waktu itu ada Empat orang sahabat Nabi SAW.dari enam yang
dipilih Umar sebelum wafat,yaitu Ali bin Abi Thalib,Thalhah,Zubair dan
Saad bin Abi Waqas.Dilihat dari berbagai segi Ali dianggap yang paling
utama.Dalam sebuah pertemuan permusyawaratan Abdurrahman bin Auf
menetapkan Ali sebagai tokoh yang paling dipercayai umat setelah Utsman
bin Affan.
Atas dasar itu mereka memandang wajar memilih Ali sebagai
pemimpin mereka.Dan tidak pula ada seorang pun yang dipercaya selain
Ali.Jika ada seseorang yang mencalonkan diri di samping Ali pasti tidak
akan terpilih karena levelnya jauh di bawah Ali.20 semua sahabat yang saat
itu ada di madinah membai’at Ali sebagai khalifah. 21 Mereka mengatakan
bahwa masyarakat tidak akan tertib,keadaan tidak akan aman tanpa adanya
seorang pemimpin.22
Sebelumnya Ali menolak untuk di baiat,namun mereka bersikukuh
untuk membaiat Ali bin Abi Thalib. Tindakan mereka di dukung oleh kaum
muhajirin dan Anshar,serta kelompok-kelompok lainnya. 23 Sehingga Ali Bin
Abu Thalib menerima kekhalifahan dan mau dibaiat Tetapi bai‟at harus
dilakukan di Masjid.24 Dan di depan masyarakat banyak dan tidak
tersembunyi, dan atas kerelaan kaum muslimin. Bai‟at berlangsung di
Mesjid Nabawi, termasuk kaum Muhajirin dan Anshar dan tidak ada
penolakan, termasuk para sahabat besar, kecuali ada tujuh belas sampai dua
puluh orang.25 Walaupun sudah dibai‟at oleh masyarakat umum, namun
19
Ali Audah, Ali Bin Abi Thalib sampai kepada Hasan dan Husain, cet. 3,
(Jakarta: PT Tintamas Indonesia), hlm 28
20
Maududi, Khilafah dan Kerajaan, hlm 156
21
Murad, Kisah Hidup Ali Ibn Abu Thalib, hlm 88
22
Ali Muhammad Ash-Shalabi, Biografi Ali Bin Abi Thalib,(Jakarta : Pustaka Al-
Kautsar, 2012), hlm 20
23
Murad, Kisah Hidup Ali Ibn Abu Thalib, hlm 85
24
Murad, Kisah Hidup Ali Ibn Abu Thalib, hlm 88
25
Maududi, Khilafah dan Kerajaan, hlm 156
12
masih ada tujuh belas hingga dua puluh orang sahabat Nabi Muhammad
SAW.yang tidak mau membai‟at Ali.Penulis melihat bahwa tidak dijelaskan
nama-nama yang tidak mau membai‟at Ali itu.Namun dengan penolakan itu
tidak berarti penolakan itu tidak berarti ke Khalifahan Ali tidak sah karena
penolak itu bersifat pasif,sementara masyarakat umum sudah melakukan
bai‟at.26
c. Ali Bin Abi Thalib Wafat
Khalifah Ali bin Abi Thalib wafat pada 29 Januari 661 atau 21
Ramadhan 40 H.Penyebab meninggalnya adalah serangan seseorang yang
bernama Abdurrahman bin Muljam.Ia diserang saat sedang salat subuh di
Masjid Agung Kufah pada 19 Ramadhan 40 H atau 27 Januari 661.Sebelum
meninggal,Ali memerintahkan anak-anaknya untuk tidak balas dendam dan
menyerang orang Khawarij tersebut.27
1. Ekspansi wilayah
26
Maududi, Khilafah Dan Kerajaan, hlm 157
27
Al-Azizi, Abdul Syukur. (2021). Ali Bin Abi Thalib RA. (Yogyakarta: DIVA
Press, 2021)
13
2. Reformasi dalam pemerintahan
3. Mengatur tata pertahanan
4. Reformasi dalam budaya
C. Ustman Bin Affan
Ustman menjabat sebagai khofifah 12 tahun,selama pemerintahannya
itu keadaan dibagi mejadi 2 periode,yaitu kemajuan dan kemunduran.Ada
beberapa kebijakan politik utsman yang cukup menonjol,antara lain:
1. Melanjutkan ekspansi wilayah islam
2. Membentuk armada laut yang kuat
3. Menggiatkan pembangunan
4. Menulis kembali penulisan muhsaf Al-quran
D. Ali Bin Abi Thalib
Ali diangkat menjadi kholifah disaat Negara sedang kacau akibat
pemberontakan yang menewaskan utsman.Oleh sebab itu masa
pemerintahannya yang berlangsung hampir 5 tahun dihabiskan untuk urusan
dalam negri.Sedangkan urusan ekspansi keluar wilayah praktis
terhenti.Kebijakan politik Ali yang menonjol antara lain:
1. Memecat gubernur yang sewenang-wenang
2. Menarik kembali tanah yang dihadiahkan utsamn
3. Menumpas para membanngkang
4. Memindahkan pusat pemerintahan dari madinah ke kufah
5. Berusaha menghentikan perlawanan mu’awiyah
14
sederhana dan sebgainya.Mereka juga seorang pemimpin pemerintahan yang ideal
dan sejati yang harus dijadikan contoh.Masa pemerintahan al-Khulafa’ ar-
Rasyidin banyak mengalami kemajuan yang tinggi yakni terbukti dengan luas
kekuasaan islam pada masa ini dan adanya usaha pembukuan al-Quran yaitu masa
Ustman.Jadi membiayai ekspansi ke daerah yang lebih jauh.28
Dengan sisa kekuatan yang ada, Ali bertekad memerangi Muawiyah sekali
lagi.Untuk itu ia berhasil menggugah hati 65.000 orang berperang.Dalam
perjalanan menuju Syam,ada berita dari Nahrawan bahwa orangorang Khawarij
melakukan berbagai tindak kekerasan,yaitu penyiksaan dan pembunuhan.Ali
terpaksa membatalkan perjalanan ke Syam dan dialihkan menuju Nahrawan.Di
sini Ali kembali ditinggalkan sebagian besar tentaranya.
Tentara Ali yang masih tinggal, mengusulkan agar kembali dulu ke Kufah
untuk menyiapkan persenjataan yang lebih baik.Ali menerima usul itu.akan tetapi
upaya Ali mengumpulkan mereka kembali tidak mereka indahkan.
28
Samsul Munir Amin, Sejarah Perkembangan Islam, (Jakarta: Amzah, 2009).
hlm 113-114
29
Ibid ., hlm 214
15
Secara militer,posisi Ali sudah lemah.Kesempatan itu digunakan Muawiyah
merebut Mesir dan mengangkat Amr bin Ash menjadi gubernur di situ.Jabatan
yang dulu pernah dipangkunya di masa Umar bin Khaththab.Sesudah
itu,Muawiyah pun merebut Madinah dan Yaman,tetapi penduduk Makkah
menolak mengakui Muawiyah.
30
Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam.(Pekanbaru-Riau : Yayasan
Pusaka Riau,2013) hlm 102
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas maka yang menjadi kesimpulan makalah ini adalah
sebagai berikut:
2. Ummat islam betul-betul masih berpegang kepada tali agama Allah yang
lurus.Dalam artian ajaran Islam dijadikan sebagai dasar negara.Apa yang
diperintahkan oleh agama diyakini sebagai kebenaran mutlak dan mereka
tidak ragu terhadap ajaran islam itu sendiri.Amirul mukminin sebagai
pelopor secara langsung daripada penegakkan syariat islam itu.Ajaran Islam
menjadi ruh dari pada perjuangan mereka.
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini masih banyak ditemukan kekurangan dalam
penulisan dan pembahasannya,Oleh karna itu,kami berharap adanya kritik dan
saran dari pembaca agar kedepannya penulis dapat memahami kekurangan dari
makalah ini.
17
DAFTAR PUSTAKA
Syamsul Bakri, Peta Sejarah Peradaban Islam, (Jogjakarta: Fajar Media Press,
2011), hlm 26
Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam J.1,c.2 (Jakarta : Kalam
Mulia,2006) hlm 393-394
Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam.(Pekanbaru-Riau : Yayasan
Pusaka Riau,2013) hlm 62-63
Ibid., hlm 397
Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam.(Pekanbaru-Riau : Yayasan
Pusaka Riau,2013) hlm 64-65
Hasan Ibrahim Hasan, op.cit., hlm 401-402
Ibid., hlm 403-404
Ibid., hlm 408
Ibid., hlm 409-410
Ash-Shalabi, Ali Muhammad, Biografi Utsman Bin Affan. (Jakarta: Al-Kautsar,
2013)
Ali Audah, Ali Bin Abi Thalib sampai kepada Hasan dan Husain, cet. 3, (Jakarta:
PT Tintamas Indonesia), hlm 27
Ali Audah, Ali Bin Abi Thalib sampai kepada Hasan dan Husain, cet. 3, (Jakarta:
PT Tintamas Indonesia), hlm 28
Maududi, Khilafah dan Kerajaan, hlm 156
Murad, Kisah Hidup Ali Ibn Abu Thalib, hlm 88
Ali Muhammad Ash-Shalabi, Biografi Ali Bin Abi Thalib,(Jakarta : Pustaka Al-
Kautsar, 2012), hlm 20
Murad, Kisah Hidup Ali Ibn Abu Thalib, hlm 85
Murad, Kisah Hidup Ali Ibn Abu Thalib, hlm 88
Maududi, Khilafah dan Kerajaan, hlm 156
Maududi, Khilafah Dan Kerajaan, hlm 157
Al-Azizi, Abdul Syukur. (2021). Ali Bin Abi Thalib RA. (Yogyakarta: DIVA
Press, 2021)
Samsul Munir Amin, Sejarah Perkembangan Islam, (Jakarta: Amzah, 2009). hlm
113-114
Ibid ., hlm 214
Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam.(Pekanbaru-Riau : Yayasan
Pusaka Riau,2013) hlm 102
18