Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KHULAFAUR RASYIDIN

Diajukan Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam

Dosen Pengampu :
Ramadhani Al Barauwi,M.Pd.I

Disusun Oleh :
Nirwana
Norlia Ulfa

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH MUHAMMADIYAH


TANJUNG REDEB TAHUN 2022-2023
Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam. Dialah yang menganugrahkan Al-
Qur’an sebagai hudan li al-nas (petunjuk bagi seluruh manusia) dan rohmatan lil
‘alamin (rahmat bagi seluruh alam). Dialah yang telah mengumpulkan Al-Qur’an dalam dada
Nabi Muhammad SAW sampai kesucian-Nya dapat sampai kepada kita hari ini atas izin
Allah SWT.
Salawat bertangkaikan salam semoga tercurah limpahkan kepada Baginda Nabi
Muhammad SAW yanbg menjadi utusan dan manusia pilihan-Nya sebagai penyampai,
pengamal, hingga penafsir pertama Al-Qur’an. Yang membawa kitab pusaka, yang menjadi
penerang bagi seluruh umat dan merupakan penyempurna kitab-kitab samawi sebelumnya.
Atas pertolongan dan hidayah-Nyalah makalah yang membahas tentang pengertian
Khulafaur Rasyidin dan  hal-hal yang di bawa oleh empat pemimpin umat islam .
Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama
disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bimbingan
dan bantuan dari pihak lain, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Karena itu, sudah
sepantasnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
arahan dan bimbingan kepada kami setiap saat.
Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran,
penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang
lebih baik lagi. Harapan kami, semoga makalah yang sederhana ini dapat berguna bagi kita
semua.

Tanjung Redeb,18 februari 2022

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................1

A. LATAR BELAKANG MASALAH......................................................................1


B. RUMUSAN MASALAH....................................................................................1
C. TUJUAN PENULISAN......................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................2

A. Pengertian Khulafaur Rasyidin.......................................................................2


B. Khalifah Abu Bakar As-shiddiq.......................................................................2
C. Aktifitas Dakwah Abu Bakar Shiddiq..............................................................3
D. Membela dan melindungi Rasulullah..............................................................4
E. Pengangkatan Abu Bakar Ash-Shiddiq(11-13 H/632-634 M)........................4
F. Langkah-Langkah Kebijakan Abu Bakar Ash-shiddiq.....................................5
G. Wafatnya abu bakar..........................................................................................6

BAB III PENUTUP...........................................................................................................7

Kesimpulan....................................................................................................................8

Saran............................................................................................................................. 9

Daftar pustaka..............................................................................................................10

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Khulafaur Rasyidin adalah empat orang khalifah (pemimpin) pertama agama Islam,
yang dipercaya oleh umat Islam sebagai penerus kepemimpinan setelah Nabi Muhammad
wafat. Empat orang tersebut adalah para sahabat dekat Muhammad yang tercatat paling dekat
dan paling dikenal dalam membela ajaran yang dibawanya di saat masa kerasulan
Muhammad. Keempat khalifah tersebut dipilih bukan berdasarkan keturunannya, melainkan
berdasarkan konsensus bersama umat Islam.
Sistem pemilihan terhadap masing-masing khalifah tersebut berbeda-beda, hal
tersebut terjadi karena para sahabat menganggap tidak ada rujukan yang jelas yang
ditinggalkan oleh Nabi Muhammad tentang bagaimana suksesi kepemimpinan Islam akan
berlangsung. Namun penganut paham Syi’ah meyakini bahwa Muhammad dengan jelas
menunjuk Ali bin Abi Thalib, khalifah ke-4 bahwa Muhammad menginginkan
keturunannyalah yang akan meneruskan kepemimpinannya atas umat Islam, mereka merujuk
kepada salah satu hadits Ghadir Khum.
Secara resmi istilah Khulafaur Rasyidin merujuk pada empat orang khalifah pertama
Islam, namun sebagian ulama menganggap bahwa Khulafaur Rasyidin atau khalifah yang
memperoleh petunjuk tidak terbatas pada keempat orang tersebut di atas, tetapi dapat
mencakup pula para khalifah setelahnya yang kehidupannya benar-benar sesuai dengan
petunjuk al-Quran dan sunnah. Salah seorang yang oleh kesepakatan banyak ulama dapat
diberi gelar khulafaur rasyidin adalah Umar bin Abdul-Aziz, khalifah Bani Umayyah ke-8.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah pada masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq?
2. Bagaimana sejarah pada masa Khalifah Umar bin Khattab?
3. Bagaimana sejarah pada masa Khalifah Utsman bin Affan?
4. Bagaimana sejarah pada masa Ali bin Abi Thalib?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui sejarah pembentukan Khulafaur Rasyidin.
2.  Mengetahui siapa saja Khulafaur Rasyidin dan bagaimana sistem politik pemerintahannya.
3. Sebagai bahan pelajaran dan kajian ilmu pengetahuan dalam syi’ar Islam hingga di zaman
sekarang.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Khulafaur Rasyidin
Khulafaur Rasyidin adalah kekhalifahan Islam yang berdiri setelah meninggalnya
Nabi Muhammad SAW pada tahun 632 M atau 11 Hijriyah . Khulafaur Rasyidin berasal dari
kata khulafah dan ar-rasyidin. Khulafah adalah bentuk jamak dari kata khalifah yang berarti
pengganti, pemimpin, atau penguasa yang diangkat. Sedangkan ar-rasyidin adalah bentuk
jamak dari ar-rasyid yang berarti orang yang mendapat petunjuk. Khulafaur Rasyidin
memegang kendali pemerintahan Islam selama 30 tahun dari 11 H hingga 40 H atau 632-660
M.
Khulafaur Rasyidin adalah empat orang khalifah (pemimpin) pertama dalam Islam, pasca
kepemimpinan Rasulullah SAW. yang terdiri dari empat sahabat, adalah: pertama, Abu
Bakar, kedua, Umar bin Khattab, ketiga, Utsman bin ‘Affan, keempat, Ali bin Abi
Thalib.yang dipercaya oleh umat Islam sebagai penerus kepemimpinan setelah Nabi
Muhammad wafat. Empat orang tersebut adalah para sahabat dekat Muhammad yang tercatat
paling dekat dan paling dikenal dalam membela ajaran yang dibawanya di saat masa
kerasulan Muhammad. Keempat khalifah tersebut dipilih bukan berdasarkan keturunannya,
melainkan berdasarkan konsensus bersama umat Islam.
Sistem pemilihan terhadap masing-masing khalifah tersebut berbeda-beda, hal
tersebut terjadi karena para sahabat menganggap tidak ada rujukan yang jelas yang
ditinggalkan oleh Nabi Muhammad tentang bagaimana suksesi kepemimpinan Islam akan
berlangsung. Namun penganut paham Syi’ah meyakini bahwa Muhammad dengan jelas
menunjuk Ali bin Abi Thalib, khalifah ke-4 bahwa Muhammad menginginkan
keturunannyalah yang akan meneruskan kepemimpinannya atas umat Islam, mereka merujuk
kepada salah satu hadits Ghadir Khum. Secara resmi istilah Khulafaur Rasyidin merujuk pada
empat orang khalifah pertama Islam, namun sebagian ulama menganggap bahwa Khulafaur
Rasyidin atau khalifah yang memperoleh petunjuk tidak terbatas pada keempat orang tersebut
di atas, tetapi dapat mencakup pula para khalifah setelahnya yang kehidupannya benar-benar
sesuai dengan petunjuk al-Quran dan sunnah. Salah seorang yang oleh kesepakatan banyak
ulama dapat diberi gelar khulafaur rasyidin adalah Umar bin Abdul-Aziz, khalifah Bani
Umayyah ke-8.
B. Khalifah Abu Bakar As-shiddiq
A. Biografi Abu Bakar Ash-Shiddiq
Sebelum memeluk agama islam beliau bernama Abdul Ka’bah dan setelah memeluk
islam namanya di ganti oleh Rasulullah SAW menjadi Abdullah ibnu Abi Quhafah At-
Tamim.Panggilan Abu Bakar Shidiq ini sebenarnya adalah sebagai gelar saja. “Abu” artinya
bapak, “Bakar” artinya dengan segera (beliau dinamai demikian karena beliau masuk Islam
dengan segera, mendahului yang lain). Kemudian “Ash-Shiddiq”, artinya “yang amat
membenarkan”. Karena beliau amat membenarkan berbagai pengalaman dan ajaran yang
dibawa Nabi Muhammad SAW, terutama peristiwa Isra Mi’raj. Beliau lahir pada tahun 568
M sebelum hijrah, ayahnya bernama Abu Quhafah bin Amir dan ibunya bernama Salma
Ummul Khair.
Abu Bakar berasal dari kabilah Taim bin Murrah bin Ka’b. Abu Bakar itu tidak terbatas
hanya pada kabilahnya saja seperti yang sudah kami sebutkan sebutkan, tetapi mereka
memulai juga dengan menyebut namanya dan nama kedua orang tuanya. Lalu melangkah ke
masa anak-anak, masa muda dan masa remaja, sampai apa yang dikerjakannya. Disebutkan
bahwa namanya Abdullah Abi Quhafah, dan Abu Quhafah ini pun nama sebenarnya Usman
bin Amir, dan ibunya, Ummul Khair, sebenarnya Salma bint Sakhr bin Amir.
Dan ada juga yang mengatakan Abu Bakar tadinya bernama Atiq, karena dari pihak ibunya
tak pernah ada anak laki-laki yang hidup. Lalu ibunya bernazar jika ia melahirkan anak laki-
laki akan diberi nama Abdul Ka’bah dan akan disedekahkan kepada Ka’bah. Sesudah Abu
Bakar hidup dan menjadi besar, ia diberi nama Atiq , seolah ia telah dibebaskan dari maut.
Tetapi sumber-sumber itu lebih jauh menyebutkan bahwa Atiq itu bukan namanya, melainkan
suatu julukan karena warna kulitnya yang putih. Sumber yang lain lagi malah menyebutkan,
bahwa ketika Aisyah putrinya ditanyai; mengapa Abu Bakar diberi nama Atiq ia menjawab:
Rasulullah memandang kepadanya lalu katanya: Ini yang dibebaskan Allah dari neraka; atau
karena suatu hari Abu Bakar datang bersama sahabat-sahabatnya lalu Rasulullah berkata:
Barang siapa yang ingin melihat orang yang dibebaskan dari neraka lihatlah ini.
Tentang pribadinya, Abu Bakar, terkenal sebagai orang yang berakhlak mulia, jujur, cerdas,
cakap, kuat kemauan dan pemberani, tetapi beliau terkenal pula sebagai orang yang rendah
hati pemaaf dan dermawan.Pada masa jahiliyyah, Abu Bakar adalah seorang saudagar kaya.
Ia sering melakukan perjalanan perdagangan untuk menjaja barang dagangannya. Dalam
pekerjaannya sebagai saudagar, ia selalu jujur sehingga banyak keuntungan yang
diperolehnya karena percaya dengan timbangan yang dilakukannya. Kejujuran ini terus
terbawa sampai ia masuk Islam dan selalu mendampingi Nabi Muhammad saat suka dan
duka.
Beliau mempunyai kekayaan yang besar sebelum dia masuk Islam, tetapi setelah ia
menyatakan sebagai pengikut setia Nabi Muhammad SAW, dan ikut hijrah ke Madinah, harta
kekayaannya tinggal sedikit. Hal ini disebabkan karena setiap dia melihat adanya
penganiayaan seorang hamba sahaya, ia beli kemudian dibebaskannya.
Oleh karena semua itu, bukan saja ia laki-laki dewasa yang pertama masuk Islam, tetapi juga
orang yang paling banyak berkorban, paling teguh, di samping orang yang tenang dan patuh
di antara para sahabat Nabi yang lain.Sebagaimana yang juga dialami oleh para pemeluk
Islam pada masa awal. Ia juga mengalami penyiksaan yang dilakukan oleh penduduk Mekkah
yang mayoritas masih memeluk agama nenek moyang mereka. Namun, penyiksaan terparah
dialami oleh mereka yang berasal dari golongan budak. Sementara para pemeluk non budak
biasanya masih dilindungi oleh para keluarga dan sahabat mereka, para budak disiksa
sekehendak tuannya. Hal ini mendorong Abu Bakar membebaskan para budak tersebut
dengan membelinya dari tuannya kemudian memberinya kemerdekaan.
Beberapa budak yang ia bebaskan antara lain : Bilal bin Rabah, Abu Fukaifah,
Ammar, Abu Fuhaira, Lubainah, An Nahdiah, Ummu Ubays, dan Zinnira
B. Aktifitas Dakwah Abu Bakar Shiddiq
Sejak hari pertama Abu Bakar sudah bersama-sama dengan Muhammad melakukan
dakwah demi agama Allah. keakraban masyarakatnya dengan dia, kesenangannya bergaul
dan mendengarkan pembicaraannya. besar pengaruhnya terhadap muslimin yang mula-mula
itu dalam islam itu. yang mengikuti jejak Abu bakar menerima islam ialah Usman bin Affan,
abdur-Rahman bin auf, talhah bin ubaidillah, sa’ad bin abi waqqas dan zubair bin awam.
sesudah mereka yang kemudian menyusul masuk islam atas ajakan abu bakar ialah abu
ubaidah bin jarrah dan banyak lagi yang lain dari penduduk mekah.
Adakalanya orang akan merasa heran betapa Abu Bakar tidak merasa ragu menerima Islam
ketika pertama kali disampaikan Muhammad kepadanya itu. Dan karena menerimanya tanpa
ragu itu kemudian Rasulullah berkata : “Tak seorang pun yang pernah kuajak memeluk Islam
yang tidak tersendat-sendat dengan begitu berhati-hati dan ragu, kecuali Abu Bakar bi abu
Qufahah. Ia tidak menuggu-nunggu dan tidak ragu ketika kusampaikan kepadanya.”
C . Membela dan melindungi Rasulullah
Ketika agama Islam yang dibawa Rasulullah belum banyak pengikutnya, masyarakat
kafir Quraisy dengan segala cara menghalang-halangi dakwah yang disampaikan rasulullah.
Bahkan seringkali orang-orang kafir Quraisy menggunkan cara-cara kekerasan untuk
melawan Rasulullah dan pengikutnya.
Abu Bakar Shidiq dipilih oleh Nabi Muhammad menjadi sahabat dalam perjalanan menuju
Madinah ketika hijrah. Peran yang dimainkan Abu Bakar Siddiq ini ketika di Mekah sangat
besar sekali. Di bidang materi, segala kekayaan yang dimilikinya digunakan untuk
perjuangan dan kejayaan Islam, dan demi kebenaran ajaran yang dibawa Nabi Muhammad
SAW. Abu Bakar selalu mendampingi Nabi dalam saat suka dan duka.
Beberapa contoh peristiwa yang memperlihatkan betapa Abu Bakar sangat membela dan
melindungi Rasulullah, yakni:
1. Pengorbanan dan jasanya ketika berdakwah di Mekah besar sekali. Ia berusaha
melindungi Nabi Muhammad ketika banyak orang kafir Quraisy mengejek dan
menganggap Nabi Muhammad orang tak waras. Dialah yang memberikan
perlindungan Nabi saat mendapat kejaran para pemuda kafir Quraisy yang berusaha
mengejar Nabi waktu perjalanan ke Madinah.
2. Pada waktu Rasulullah sedang melaksanakan shalat, tiba-tiba seorang kafir quraisy
yang bernama Uqbah bin abi Muaith menjerat leher rasulullah. Melihat rasulullah
dalam keadaan bahaya,Abu Bakar langsung mendekati Uqbah dan membantingnya,
sehingga rasulullah selamat tanpa cidera.
3. Pada waktu peristiwa Isra’ Mi’raj orang-orang kafir quraisy menentang apa yang
diceritakan oleh Rasulullah, diantara kaum Quraisy yang termasuk golongan awal
yang mempercayai certa tentang Isra’ Mi’raj adalah Abu Bakar.
4. Pada waktu menghadapi perang badar yaitu: perang pertama antara kaum muslimin
dengan kafir Quraisy, Abu Bakar lah yang pertama menjawab pertanyaan Rasulullah
tentang kesiapan pasukan kaum muslimin. Abu Bakar menjawab siap membela islam
dan Rasulullah SAW. Jawaban Abu Bakar menjadi pemicu semangat para sahabat
lainnya, baik dari Anshar maupun Muhajirin.
Ketika berada di Madinah, Abu Bakar juga selalu mendampingi Nabi Muhammad dan
berusaha membantu Nabi dalam proses penyebaran agama Islam di kalangan masyarakat
Madinah, yang terdiri dari masyarakat yang beragama Yahudi, Nashrani dan penganut
kepercayaan lainnya.
Peran Abu Bakar ketika di Madinah ialah, beliau selalu ikut bersama Rasulullah berperang
melawan kekuatan yang menentang ajaran Nabi Muhammad SAW antara lain dalam perang
Badar, perang Uhud, perang Khandak, dan peperangan-peperangan lainnya pada waktu itu.

D. Pengangkatan Abu Bakar Ash-Shiddiq(11-13 H/632-634 M)


Sesudah Rasulullah wafat, kaum Anshor menghendaki agar orang yang akan jadi
Khalifah dipilih dari antara mereka. Dalam pada itu Ali ibnu Abi Thalib menginginkan agar
beliaulah yang diangkat menjadi khalifah, berdasarkan kedudukan beliau dalam Islam,
apalagi beliau adalah menantu dan karib Nabi. Tetapi bahagian terbanyak dari kaum
Muslimin menghendaki Abu Bakar, maka dipilihlah beliau jadi khalifah.Orang-orangyang
tadinya ragu-ragu untuk memberikan bai’ah kepada Abu Bakar, di kala golongan terbanyak
dari kaum Muslimin telah membai’ahnya segera pula memberikan bai’ahnya.
Sesudah Abu Bakar diangkat menjadi Khalifah, beliau berpidato. Dalam pidatonya itu
dijelaskan siasat pemerintahan yang akan beliau jalankan. Di bawah ini kita kutip beberapa
prinsip-prinsip yang diucapkannya dalam pidatonya itu, antara lain beliau berkata : “Wahai
manusia! Saya telah diangkat untuk mengendalikan urusanmu, padahal aku bukanlah orang
yang terbaik diantaramu. Maka jikalau aku menjalankan tugasku dengan baik, ikutlah aku,
tetapi aku berbuat salah, maka betulkanlah! Orang yang kamu pandang kuat, saya pandang
lemah, hingga aku dapat mengambil hak dari padanya, sedang orang yang kamu pandang
lemah, saya pandang kuat, hingga saya dapat mengembalikan haknya kepadanya.
Hendaklah kamu taat kepadaku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya, tetapi bila
mana aku tiada menaati Allah dan Rasul-Nya kamu tak perlu menaatiku”.
E. Langkah-Langkah Kebijakan Abu Bakar Ash-shiddiq
Pengangkatan Abu Bakar menjadi khalifah, pada satu sisi memberikan kemudahan
tersendiri bagi berlanjutnya pemerintahan negara Madinah, namun pada sisi lain munculnya
penolakan orang-orang Arab, terutama orang yang baru masuk Islam untuk memberikan
bai’at kepada Abu Bakar, bahkan mereka menentang Islam. Hal ini tidak mengherankan
karena mereka menganggap bahwa masuknya mereka kedalam Islam disebabkan oleh
perjanian yang dibuat dengan Muhammad, dan dengan kematian beliau, maka batallah
perjanjian tersebut. Mereka adalah para muallaf yang belum memahami prinsip-prinsip
keimanan dan ajaran Islam yang lain, disebabkan belum cukup waktu bagi nabi yang sangat
tidak mungkin dapat dijangkau oleh utusan agama yang datang pada mereka. Berikut
langkah-langkah kebijakan yang diambil oleh khalifah Abu Bakar, yaitu:
 1. Menghadapi gerakan Riddah (pindah agama)
Dapat digolongkan menjadi 3 kelompok:
1. Orang-orang murtad.
2. Orang yang tidak mau membayar zakat.
3. Orang yang mengaku sebagai nabi palsu.
Orang yang mengaku sebagai nabi palsu diantaranya yaitu Thulaihah Al-Asadi,
Musailamah Al Kadzab, dan Aswad Al ausi. Setelah peperangan antara pasukan abu Bakar
dengan Thulaihah Al-Asadi menang,akhirnya Tulaihah masuk Islam kembali.
Adanya orang-orang murtad ini disebabkan karena mereka belum memahami benar tentang
Islam, mereka baru dalam taraf pengakuan, ataui masuk Islam karena terpaksa. Sehingga
ketika Rasulullah wafat, mereka langsung kembali kepada agama semula. Karena mereka
beranggapan bahwa kaum Quraisy tidak akan bangun lagi setelah pemimpinnya, Nabi
Muhammad SAW meninggal dunia. Di samping itu mereka tidak dapat memisahkan antara
agama dan Rasul pembawanya. Maka setelah meninggalnya Rasulullah, mereka tidak terikat
lagi dengan agama Islam lalu kembali kepada ajaran agamanya semula.
2. Perluasan Wilayah
Perilaku politik lain yang di jalankan Abu Bakar adalah melakukan ekspansi. ada dua
ekspansi yang dilakukan Abu Bakar, yaitu :
1. Ekspansi ke wilayah Persia di bawah pimpinan Khalid bin Walid . Dalam ekspansi ini
(tahun 634 M), pasukan Islam dapat menguasai dan menaklukkan Hirah, sebuah
kerajaan Arab yang loyal kepada Kisra di Persia. Daerah ini merupakan penyebaran
bangsa Arab dari selatan, namun mereka dijadikan pintu masuk penyebaran islam ke
wilayah di belahan timur dan utara.
2. Ekspansi ke Romawi di bawah empat panglima perang, yaitu Ubaidah, Amr bin Ash,
Yazid ibn Sufyan dan Syurahbil. Ekspansi ke wilayah Romawi yakni kerajaan
Ghassaniyah, yang merupakan daerah protektorat Romawi dan menjadi benteng
pertahanan dari serbuan Persia.
Khalifah abu bakar adalah panglima tertinggi dalam angkatan perang. dia yang menunjuk
panglima besar dan kepala-kepala pasukan.Strategi dan taktik perang banyak yang didiktekan
dari madina. sungguhpun demikian khalid, panglima besarnya, kita lihat banya di beri
kekuasaan dan kepercayaan. munurut sewajarnya, khalifah sendiri yang memimpin angkatan
jihad ke medan perang. tetapi front dan medan pertempuran telah dua tiga dan urusan
kenegaraan telah begitu berjalin, maka untuk komando umum ditunjukkan sahabat-sahabat
yang ahli dalam ketentaraan. adapun shalat jama’ah dan shalat jum’at di ibu kota tetap di
tangan khalifah abu bakar, karena shalat dan jum’at adalah tiang agama.

F. Prestasi Abu Bakar Ash-Shiddiq


1 .Sifat yang dimiliki Abu Bakar
Khalifah Abu Bakar memiliki akhlak yang mulia dan terpuji. Sifat lain yang dimilikinya
antara lain:
1. kemauan dan pendiriannya kuat.
2. Hatinya kuat mendukung Islam.
3. Jujur dan amanah.
4. Pemaaf dan dermawan.
5. Percaya pada diri sendiri.
6. Hemat.
7. Prestasi/ jasa Abu Bakar Pada Masa Pemerintahannya.
Jasa besar yang dilakukan oleh Abu Bakar adalah pengumpulan mushaf Al Qur’an.
Lembaran tersebut banyak yang disimpan oleh para sahabat. Banyak diantara lembaran itu
berupa kulit kayu, tulang belulang, dan ada juga para sahabat yang menuliskan diatas batu.
Karena banyak orang yang hafal al Qur’an meninggal dunia saat peperangan maka Umar bin
khatab mengusulkan kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan mushaf alQur’an. Kemudian
dibntuklah panitia penghimpun mushaf al Quran yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit. Setelah
terkumpul lalu disimpannya di rumah Hafsah binti Umar bin Khatab.
Adapun jasa yang lain yang ditempuh pada masa pemerintahan Abu Bakar adalah:
1. Perbaikan sosial (masyarakat).
2. Perluasan dan penyebaran agama Islam
3. Menghadapi orang murtad dan orang yang tidak membayar zakat
4. Memberantas orang-orang yang menganggapnya beliau sebagai nabi.
Adapun pesan-pesan yang disampaikan oleh Abu Bakar adalah sebagai berikut.
1. Kegelapan itu ada lima perkara dan penerangnya juga ada lima perkara yaitu:
2. Cinta dunia itu kegelapan dan penerangnya adalah taqwa.
3. Dosa itu kegelapan dan penerangnya adalah taubat.
4. Akhirat itu kegelapan, penerangnya adalah amal soleh.
5. Kubur itu kegelapan, penerangnya adalah kalimah La ilaha illallah Muhammadur
Rasulullah.
6. Siratul Mustaqim itu kegelapan, penerangnya adalah yakin.
A. Sesungguhnya iblis itu berdiri di hadapanmu, nafsu di sebelah kananmu, dunia
di belakangmu, anggota di sekelilingmu dan Allah juga bersamamu. Iblis yang
dilaknat menyuruhmu meninggalkan agama. Nafsu menyuruhmu berbuat
maksiat. Keinginan hawa nafsu menyerumu ke arah syahwat. Dunia menyeru
supaya memilihnya daripada Akhirat. Anggotamu menyerumu berbuat dosa.
Allah menyerumu ke Syurga dan keampunan-Nya. Siapa yang menyahut
seruan iblis terkeluarlah agamanya. Siapa yang menyahut seruan nafsu
terkeluar rohnya (roh kemanusiaan). Siapa yang menyahut seruan syahwat,
terkeluar akalnya. Siapa yang menyahut seruan anggota, terkeluarlah
Syurganya. Siapa yang menyahut seruan Allah, terkeluarlah kejahatannya dan
memperolehi segala kebaikan.
B. Sayidina Abu Bakar berkata: Terdapat delapan perkara yang menjadi
perhiasan, kepada delapan perkara:
C. Menjaga perkara yang haram.
D. Perhiasan kepada fakir.
E. Syukur perhiasan kepada nikmat.
F. Sabar perhiasan kepada bala.
G. Tawaduk perhiasan kepada kemuliaan.
H. Berlemah lembut perhiasan kepada ilmu.
I. Merendah diri perhiasan kepada orang yang bercakap.
J. Meninggalkan riya  perhiasan kepada kebaikan.
K. Khusyuk perhiasan kepada sembahyang.

G. WAFATNYA ABU BAKAR


Khalifah Abu Bakar ra. Meniggal dunia, senin, 23 agustus 634 M setelah lebih kurang
15 hari terbaring di tempat tidur. Dia berusia 63 tahun dan kekhalifahannya berlangsung 2
tahun 3 bulan 11 hari.Dalam masa yang singkat itu Abu Bakar telah menghadapi saat-saat
yang amat penting. Dapat kita katakan bahwa pada permulaan saat-saat yang amat penting itu
Abu Bakar adalah berdiri sendiri, kemudian berkat iman dan keyakinannya yang kuat, maka
kaum Muslimin lekas juga menyokong dan mendukung pendapat dan buah pikirannya.
Umar bin Khattab bin Nafiel bin Abdul Uzza atau lebih dikenal dengan Umar bin Khattab
(581 - November 644) adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad yang juga adalah
khalifah kedua Islam (634-644). Umar bin Khattab dilahirkan 12 tahun setelah kelahiran
Rasulullah saw.
Umar juga merupakan satu diantara empat orang Khalifah yang digolongkan sebagai
Khalifah yang diberi petunjuk (Khulafaur Rasyidin).
Umar dilahirkan di kota Mekkah dari suku Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy, suku
terbesar di kota Mekkah saat itu. Ayahnya bernama Khattab bin Nufail Al Shimh Al Quraisyi
dan ibunya Hantamah binti Hasyim. Umar memiliki julukan yang diberikan oleh Muhammad
yaitu Al-Faruk yang berarti orang yang bisa memisahkan antara kebenaran dan kebatilan.
B. Riwayat Masuknya Umar pada Agama Islam.
“ Ya Allah, agungkanlah Islam dengan salah satu dari dua lelaki ini : Umar bin Khattab atau
Umar Ibn Hisyam Abu Jahal”. Itulah sepenggal doa Rosulullah pada suatu ketika.
Pada saat Islam muncul yaitu pada saat Rosulullah mengumumkan misi kenabianya,
Umar adalah salah seorang penentang Rosulullah yang paling gigih. Dia menganggap bahwa
Islam adalah sesat dan kegilaan yang menentang kepercayaan agama nenek moyang mereka.
Sehingga dia sangat memusuhi Nabi Muhammad. Dengan berbagai cara Umar menentang
ajaran yang dibawa oleh Rossulullah. Suatu ketika Umar megatakan kepada orang-orang
bahwa dia akan membunuh Rosulullah, kemudian dia keluar dari rumahnya dengan
membawa pedang yang terhunus tajam dan akan menuju ke kediaman Rosulullah, tiba di
tengah jalan dia bertemu adik kandungnya Fatimah sedang duduk dibawah pohon sambil
membawa mushaf dan membaca sebagian dari ayat Al-qur’an (surat At-Thaha). Dia bertanya
kepada adiknya “apa yang telah kamu baca”, dengan sangat ketakutan fatimah menjawab
“ayat-ayat Al-quran” kemudian Umar memintanya dan berkata ”sesungguhnya engkaulah
yang lebih pantas aku bunuh terlebih dahulu, ”jika kebenaran ada diantara kita apa yang akan
engkau lakukan”  sahut fatimah, ”berikan kertas itu padaku”, setelah umar membacanya,
setelah dia mengetahui ayat yang ia baca sangat berkaitan pada dirinya. hatinyapun luluh,
hatinya bergetar karena mendengar syair yang begitu indah, kemudian dia berlari ke rumah
Rosulullah dan menyatakan dia telah masuk Islam. Dia masuk islam pada bulan Dzulhijjah
tahun keenam kenabian dan dia tercatat sebagai orang yang ke 40 yang masuk Islam. Umar
wafat pada hari rabu tanggal 25 dzulhijjah 23H / 644 M. Dia dibunuh oleh seorang budak
Persia yang bernama Abu Lu’luah atau Feroz pada saat beliau menjadi imam shalat subuh.
Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam pribadi Feroz terhadap Umar karena merasa
sakit hati atas kekalahan Persia yang pada saat itu merupakan negara adigdaya.
C.Proses pengangkatan Umar Bin Khattab
Umar bin Khattab r.a diangkat dan dipilih sendiri oleh Abu Bakar r.a untuk
menggantikannya dalam ke-khalifahan. Oleh Abdul Wahhab an-Nujjar, cara pengangkatan
seperti ini disebut dengan thariqul ahad, yakni seorang pemimpin yang memilih sendiri
panggantinya setelah mendengar pendapat yang lainnya, barulah kemudian dibaiat secara
umum.
Pada masa pemerintahan Abu Bakar r.a, sang khalifah dipanggil dengan sebutan
khalifah Rasulullah. Sedangkan pada masa pemerintahan Umar bin Khattab r.a, mereka
disebut dengan Amirulmu’minin. Sebutan ini sendiri diberikan oleh rakyat kepada beliau.
Salah satu sebab penggantian ini hanyalah makna bahasa, karena bila Abu Bakar r.a
dipanggil dengan khalifah Rasulullah (pengganti Rasulullah), otomatis penggantinya berarti
khalifah khalifah Rasulullah (pengganti penggantinya Rasulullah), dan begitulah selanjutnya,
setidaknya begitulah menurut Haikal. Selain itu karena wilayah kekuasaan Islam telah
meluas, hingga ke daerah-daerah yang bukan daerah Arab, yang tentu saja memerlukan
sistem pemerintahan yang terperinci, sementara ia tidak mendapatkan sistem pemerintahan
terperinci dalam Alquran al-Karim dan sunnah nabi, karena itu ia menolak untuk dipanggil
sebagai khalifatullah dan khalifah Rasulullah.

D.  Dinamika Pemerintahan Umar Bin Khattab


 1. AGAMA
Penaklukan-penaklukan yang terjadi pada masa Umar menyebabkan orang ramai-
ramai memeluk agama Islam. namun meskipun demikian tentu tidak ada paksaan terhadap
mereka yang tidak mau memeluknya. Maka masyarakat saat itu adalah masyarakat majemuk
yang terdiri dari berbagai agama, dan hal ini tentu saja berpengaruh tehadap masyarakat
Islam, mereka mengenal ajaran-ajaran selain Islam seperti Nasrani, Yahudi, Majusi Shabiah
dan lainnya. Masyarakat muslim otomatis akan belajar toleransi terhadap pemeluk agama
lainnya, dan kemajemukan beragama seperti ini akan kondusif untuk melahirkan faham-
faham baru dalam agama yang positif maupun negatif meskipun pada masa Umar bin
Khattab r.a belum ada cerita tentang munculnya faham seperti ini.
2. DINAMIKA SOSIAL
Keadaan sosial juga mulai berubah, perubahan-perubahan ini sangat terlihat pada
masyarakat yang hidup diwilayah taklukan-taklukan Islam, mereka mengenal adanya kelas
sosial meskipun Islam tidak membenarkan hal itu. Tetapi kebijakan-kebijakan tentang pajak,
hak dan kekayaan yang terlalu jauh berbeda telah menciptakan jurang sosial, ditambah lagi
bahwa memang sebelum datangnya Islam mereka telah mengenal kelas sosial ini.
Seperti kebijakan pajak yang berlaku pada masa Umar bin Khattab telah membagi
masyarak kepada dua kelas, yaitu:
a. Kelas wajib pajak: buruh, petani dan pedagang.
b.  Kelas pemungut pajak: pegawai pemerintah, tentara dan elit masyarakat.
Hal ini akan menjadikan rakyat cenderung untuk menjadi tentara sebagai
profesi. Meskipun pajak itu memang digunakan untuk kepentingan sosial seperti
pembangunan sarana-sarana sosial tapi pajak itu tetap lebih banyak dirasakan oleh elit
masyarakat dan penakluk. Pada masa Umar hak atas properti rampasan perang, posisi-posisi
istimewa diberikan kepada pembesar-pembesar penakluk. 
Meskipun Umar adalah orang yang sangat sederhana, lain dengan sahabat-sahabatnya
yang mempunyai kekayaan, seperti:
a. Zubair yang mempunyai kekayaan sampai 50.000.000. dirham.
b. Abdur Rahman bin Auf mewariskan 80.000-100.000 dirham.
c. Sa’ad Ibn Waqqash yang punya villa di dekat Madinah.
d. Thalhah yang mempunyai 2.200.000 dirham dan 200.000 dinar juga lahan safiyah seharga
30.000.000.dirham.
Terlepas apakah itu harta yang hak atau tidak, tentu akan membuat iri masyarakat
terutama mantan-mantan aristokrat Mekkah yang kebanyakan adalah Bani Umayyah.
Pemerintahan pusat mengirimkan gubernur, hakim dan lain-lain ke wilayah taklukan, dengan
begitu daerah-daerah yang tadinya hanya merupakan pedesaan berubah menjadi kota yang
padat penduduknya dan memiliki mobilitas sosial dan ekonomi yang tinggi. Pembangunan-
pembangunan infrastruktur berkisar pada jalan raya, irigasi dan bendungan, masjid dan
benteng.
3. DINAMIKA EKONOMI
 a. Perdagangan, Industri dan Pertanian
Meluasnya daerah-daerah taklukan Islam yang disertai meluasnya pengaruh Arab
sangat berpengaruh pada bidang ekonomi masyarakat saat itu. Banyak daerah-daerah
taklukan menjadi tujuan para pedagang Arab maupun non Arab, muslim maupun non
muslim, dengan begitu daerah yang tadinya tidak begitu menggeliat mulai memperlihatkan
aktifitas-aktifitas ekonomi, selain menjadi tujuan para pedagang juga menjadi sumber barang
dagang. Maka peta perdagangan saat itupun tentu berubah seperti Isfahan, Ray, Kabul, Balkh
dan lain-lain.
Sumber pendapatan rakyatpun beragam mulai dari perdagangan, pertanian, pengerajin,
industri maupun pegawai pemerintah. Industri saat itu ada yang dimiliki oleh perorangan
ataupun negara atau daerah untuk kepentingan negara, industri-industri ini adalah seperti
industri rumah tangga yang mengolah logam, industri pertanian, pertambangan dan
pekerjaan-pekerjaan umum pemerintah seperti pembangunan jalan, irigasi, pegwai
pemerintah dan lain-lain.
.
b. Pajak
Seluruh hal-hal diatas tentu saja akan berpengaruh terhadap pajak. Pajak saat itu
ditetapkan berdasarkan profesi, penghasilan dan lain-lain. Sistem pajak yang diberlakukan di
suatu daerah pada dasarnya adalah sistem yang dipakai di daerah itu sebelum ditaklukkan.
Seperti di Iraq yang diberlakukan sistem pajak Sasania. Tapi kalau daerah itu belum
mempunyai satu sistem pajak yang baku, maka sistem pajak yang diberlakukan adalah hasil
kompromi elit masyarakat dan penakluk. Yang bertugas mengumpulkan pajak tersebut adalah
elit masyarakat yang selanjutnya diserahkan kepada pemerintah daerah untuk diserahkan ke
pemerintah pusat.
Pajak yang ditanggung oleh masyarakat adalah :
 1) Pajak jiwa, pajak ini berdasar jumlah masyarakat dan dipikul bersama. Yang bertugas
melakukan penghitungan adalah tokoh masyarakat juga.
2) Pajak bumi dan bangunan, tanah wajib pajak adalah seluas 2400 m2 jumlahnya tergantung
pada kualitas tanah, sumber air, jenis pertanian, hasil pertanian dan jarak ke pasar.
4. DINAMIKA POLITIK DAN ADMINISTRASI
  Serangkaian penaklukan bangsa Arab dipahami secara populer dimotivasi oleh hasrat
akan terhadap harta rampasan perang, dan termotivasi oleh agama yang tidak menganut
keyakinan tentang bangsa yang terpilih, layaknya Yahudi. Salah satu prinsip agama Islam
adalah menyebarkan ajarannya kepada orang lain, lain halnya dengan Yahudi yang
menganggap bangsanyasendirilah yang terpilih dan menganggap bangsa lain adalah domba-
domba yang sesat. Keyakinan ini pun otomatis juga berpengaruh kepada lancarnya beberapa
ekspansi pada masa Umar bin Khattab r.a.
5. DINAMIKA INTELEKTUAL
Selain dari menetapkan tahun hijriah yang dihitung dari sejak berhirahnya nabi
Muhammad saw. ke Madinah, pada masa Umar bin Khattab r.a juga tercatat ijtihad-ijtihad
baru. Beberapa sebab-sebab munculnya ijtihad baru di masa awal Islam berkataitan dengan
Alquran maupun sunnah. Di dalam Alquran al-Karim pada saat itu sudah mulai ditemukan
kata-kata yang musytarak, makna lugas dan kiasan, adanya pertentangan nash, juga makna
tekstual dan makna kontekstual. Sedangkan tentang sunnah itu sendiri, karena ternyata para
sahabat tidak mempunyai pengetahuan yang merata tentang sunnah nabi, karena kehati-hatian
para sahabat untuk menerima suatu riwayat, terjadinya perbedaan nilai hadist, dan adanya
sunnah yang bersifat kondisional.
Ijtihad Umar b. Khattab ini, yang berbasis atas keberanian intelektual selanjutnya
berpengaruh kepada dua mazhab besar dalam memutuskan hukum, yakni ahl ra’yi yang
berbasis di Baghdad dan ahl hadist yang berbasis di Madinah. Keberanian Umar ini
menjadikannya sebagai contoh dan imam tauladan bagi para penganut mazhab ahl ra’yi, yang
kemudian pada tingkat yang lebih besar dipimpin oleh Abu Hanifah, sementara ahl hadist
lebih mencontoh Abdullah putra Umar b. Khattab, yang selanjutnya dipimpin oleh Imam
Malik di Madinah.
E. Akhir pemerintahan Umar Bin Khattab
Banyak keputusan-keputusan baru yang harus diambil oleh oleh khalifah ke-II Umar
Bin Khattab (634-644 M). Penyebaran agama Islampun dilaksanakan seiring dengan
perluasan wilayah Islam. Banyak orang yang takluk dibawah Islam memeluknya sebagai
agama meskipun ada sebahagian dari mereka yang membenci Islam ataupun bangsa Arab
yang merupakan penjajah. Umar memerintah dengan tegas dan disiplin, rakyat maupun
pegawainya akan dihukum bila terbukti bersalah. Pada akhir pemerintahannya timbul gejala-
gejala ketidakpuasan terhadap kebijakan-kebijakannya yang disuarakan pertama kalinya oleh
mereka yang membeci Islam ataupun bangsa Arab. Hal yang paling menonjol adalah
pembagian hasil rampasan perang yang dinilai tidak adil. Tetapi hingga akhir hayatnya tidak
ada yang berani mengutarakan secara terang-terangan.
Beberapa pendapat mengatakan bahwa salah salah satu usaha untuk meredakan
perseteruannya dengan Bani Hasyim adalah dengan mengangkat para pemuka Bani Hasyim
sebagai pemimpin pasukan dan mengirimkannya ke medan perang, agar mereka tidak terlalu
memikirkan siapakah sebenarnya yang berhak untuk menjadi khalifah, disamping beliau juga
memang menikahi putri Ali bin Abi Thalib r.a.
 D. Biografi Khalifah Utsman bin Affan
Nama beliau adalah Usman bin Affan bin Abil’Ash bin Umayyah bin Abdisy Syams
bin Abdi Manaf bin Qusyai bin Kilab bin Murroh bin Ka’ab bin Luay bin Gholib. Nasab
beliau bertemu dengan Rosulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam pada kakek ke lima yaitu
Abdul Manaf dari jalur ayahnya. Beliau menisbatkan dirinya kepada bani Umayyah, salah
satu kabilah Quraisy. Beliau dilahirkan di Thoif, sebagian pendapat ada yang mengatakan di
Mekah. Beliau lahir pada tahun 567 M, yakni enam tahun setelah tahun gajah, beliau lebih
muda dari Rosul SAW selisih enam tahun. Ibu beliau bernama Arwa binti Kuraiz bin Robi’ah
bin Hubaib bin ‘Abdi syams bin ‘Abdi Manaf . Beliau tumbuh diatas akhlak yang mulia dan
perangai yang baik. Beliau sangat pemalu, bersih jiwa dan suci lisannya, sangat sopan santun,
pendiam dan tidak pernah menyakiti orang lain. Beliau suka ketenangan dan tidak suka
keramaian, kegaduhan, perselisihan, teriakan keras. Dan beliau rela mengorbankan nyawanya
demi untuk menjauhi hal-hal tersebut. Dan karena kebaikan akhlak dan mu’amalahnya,
beliau dicintai oleh Quraisy, Nama panggilannya Abu Abdullah dan diberi gelar Dzunnurrain
(yang mempunyai dua cahaya). Sebab digelari Dzunnuraian karena beliau menikahi dua putri
rasulullah yaitu: Roqqoyah dan Ummu Kultsum. Ketika Ummu Kultsum wafat, Rasulullah
berkata ; Sekiranya kami punya anak perempuan yang ketiga, niscaya aku nikahkan
denganmu. Dari pernikahannya dengan Ruqoyyah lahirlah anak laki-laki. Tapi tidak sampai
besar anaknya meninggal ketika berumur 6 tahun pada tahun 4 Hijriah. Beliau wafat pada
tahun 35 Hijriah berumur 82 tahun. Menjabat sebagai khalifah ketiga selama 12 tahun.Beliau
mempunyai 9 anak laki-laki yaitu Abdullah al-Akbar, Abdullah al-Ashgar, Amru, Umar,
Kholid, al-Walid, Uban, Said dan Abdul Muluk dan 6 anak perempuan. Utsman bin’Affan
Radhiyallahu‘anhu hidup ditengah orang-orang musyrikin Quraisy yang menyembah berhala-
berhala, namun beliau tidak menyukai kesyirikan, animisme dinamisme serta adat istiadat
yang kotor. Beliau menjauhi segala bentuk kotoron jahiliyah yang mereka lakukan, beliau
tidak pernah berzina, membunuh, ataupun meminum khamer. Perjuangannya dalam membela
Islam tidak hanya dengan hartanya saja. Tapi juga raga dan nyawanya. Beliau sangat senang
mengeluarkan hartanya demi kepentingan Islam. Hingga pernah mengirimkan setengah
pasukan ke medan perang dengan hartanya. Pernah mendermakan 300 unta dan 50 kuda
tunggangan. Begitu juga mendermakan 1000 dinar yang diserahkan langsung kepada
Rasulullah. Rasulullah pun berkata; “Apa yang diperbuat pada hari ini, Utsman tidak akan
merugi (di akhirat)” (HR.Tirmidhi). Pada waktu orang-orang membutuhkan air untuk
keperluan dirinya dan hewan ternaknya, Utsman membeli sumber mata air dari
Raimah,seorang Yahudi, untuk diwakafkan kepada umum. Mengenai kedermawannya, Abu
Hurairah berkata; “Utsman bin Affan sudah membeli surga dari Rasulullah dua kali; pertama
ketika mendermakan hartanya untuk mengirimkan pasukan ke medan perang. Kedua ketika
membeli sumber air (dari Raimah)” (HR.Tirmidhi).
Beliau termasuk 10 orang yang dikabarkan akan masuk surga. Dalam menjalani
hidupnya, beliau sangat takut dengan azab dan siksa Allah. Hingga suatu ketika berkata;
Sekiranya diriku berada di antara surga dan neraka dan saya tidak tahu mana diantara dua itu
saya akan masuk, niscaya saya akan pilih menjadi abu sebelum aku tahu ke mana saya
dimasukkan. Rasulullah pernah mengkabarkan bahwa dirinya termasuk ahli surga karena
sabar dan tawakal menghadapi cobaan dan derita dari Allah. Begitu fitnah yang menimpa
dirinya hingga akhirnya terbunuh secara kejam dan dholim. Pada waktu perang Uhud, beliau
berdiri bersama Rasulullah, Abu Bakar dan Umar. Tiba-tiba gunung itu bergetar, kemudian
Rasulullah berkata; Mohon jangan lari, tetap berada di Uhud. Jangan takut, kamu bersama
nabi, Abu Bakar dan dua orang syahid (HR.Bukhori).
B.Kebijakan dan Prestasi Utsman Ketika Menjabat Sebagai Khalifah
Masa kekhalifahan Utsman bin Affan merupakan masa yang paling makmur dan
sejahtera. Ada yang menyebutkan dalam ceritanya sampai rakyatnya melakuakan haji
berkali-kali. Bahkan seorang budak dijual sesuai berdasarkan berat timbangannya. Beliau
adalah khalifah yang pertama kali melakukan perluasan masjid al-Haram (Mekkah) dan
masjid Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat Islam yang menjalankan rukun Islam
kelima (haji). Beliau mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya, membuat bangunan
khusus untuk mahkamah dan mengadili perkara. Hal ini belum pernah dilakukan oleh
khalifah sebelumnya. Abu Bakar dan Umar bin Khotthob biasanya mengadili suatu perkara di
masjid. Pada masa Utsman khutbah Idul fitri dan Idul adha didahulukan sebelum sholat.
Begitu juga adzhan pertama pada sholat Jum’at. Beliau memerintahkan umat Islam pada
waktu itu untuk menghidupkan kembali tanah-tanah yang kosong untuk kepentingan
pertanian. Pada masa Utsman juga, kekuatan Islam melebarkan ekspansi. Untuk pertama
kalinya, Islam mempunnyai armada laut yang tangguh. Muawiyah bin Abu Sofyan yang
menguasai wilayah Syria, Palestina dan Libanon membangun armada itu. Sekitar 1.700 kapal
dipakai untuk mengembangkan wilayah ke pulau-pulau di Laut Tengah.

C. Periwayatan Hadits Pada Masa Utsman bin Affan


Secara umum, kebijakan pemerintahan Utsman ibn Affan tentang periwayatan tidak
berbeda dengan apa yang telah ditempuh oleh kedua khalifah sebelumnya. Namun, langkah
yang diterapkan tidaklah setegas langkah khalifah Umar ibn al-Khattab. Dalam sebuah
kesempatan, Utsman meminta para sahabat agar tidak meriwayatkan hadits yang tidak
mereka dengar pada zaman Abu Bakar dan Umar. Namun pada dasarnya, periwayatan Hadits
pada masa pemerintahan ini lebih banyak daripada pemerintahan sebelumnya. Sehingga masa
ini disebut dengan ‫عصر إكثار رواية الحديث‬.
Keleluasaan periwayatan hadits tersebut juga disebabkan oleh karakteristik pribadi
Utsman yang lebih lunak jika dibandingkan dengan Umar Selain itu, wilayah kekuasaan
Islam yang semakin luas juga menyulitkan pemerintah untuk mengontrol pembatasan riwayat
secara maksimal.
Pada masa ini juga belum ada usaha secara resmi untuk menghimpun hadist dalam suatu
kitab halnya Al-Qur’an, hal ini disebabkan karena:
1. Agar tidak memalingkan perhatian umat Islam dalam mempelajari Al-Qur’an.
2. Para sahabat yang banyak menerima hadist dari Rasul SAW sudah tersebar ke berbagai
daerah kekuasaan Islam .
Dalam perkembangannya, periwayatan hadits yang dilakukan para sahabat berciri pada 2
tipologi periwayatan.
1. Dengan menggunakan lafal haduts asli, yaitu menurut lafal yang diterima dari Rasulullah.
2. Hanya maknanya saja. Karena mereka sulit menghafal lafal redaksi hadits persis dengan
yang disabdakan Nabi.
Pada masa pembatasan periwayatan, para sahabat hanya meriwayatkan hadits jika ada
permasalahan hukum yang mendesak. Mereka tidak meriwayatkan hadits setiap saat, seperti
dalam khutbah. Sedangkan pada masa pembanyakan periwayatan, banyak dari sahabat yang
dengan sengaja menyebarkan hadits. Namun tetap dengan dalil dan saksi yang kuat. Bahkan
jika diperlukan, mereka rela melakukan perjalanan jauh hanya untuk mencari kebenaran
hadits yan diriwayatkannya.
D.Pengangkatan Utsman Bin Affan , Sebagai Khalifah
Seluruh kaum muslimin Anshor, Muhajirin, dan seluruh orang-orang yang ada di
Madinah dimintai untuk hadir dalam majelis syuro yang di adakan pada setelah sholat shubuh
pada akhir bulan Dzulhijah 23 h, yang mana pada saat itu yang menjadi imam sholat shubuh
adalah Ar-Rumi. Abdurrahman bin Auf datang dengan menggunakan sorban pemberian dari
Rasulullah, dan juga dihadiri beberapa pemimpin pasukan diantaranya : Muawiyah bin Abu
Sufyan, Umar bin sa’ad, amir Homsh dan “Amr bin Al Ash yang kebetulan melaksanakan
Haji bersama Umar dan mengikuti Umar ke Madinah. Ketika semuanya berkumpul
Abdurrahman bin Auf membaca sahadat dan berkata : “Wahai Ali, sesungguhnya aku telah
memperhatikan urusan manusia, aku melihat mereka tidak berpindah dari mendukung
Utsman. Maka janganlah kamu bersedih akan hal itu, Lalu Abdurrahman bin Auf berkata
kepada Utsman, “Aku membaiatmu di atas sunnah Allah dan Rasulnya dan kedua khalifah
setelahnya., dan semua kaum Muslimin mengikuti langkah Abdurrahman bin Auf.

E.Keistimewaan Utsman bin Affan


“Orang yang paling penyayang di antara umatku adalah Abu Bakar, yang paling tegas
dalam menegakkan agama Allah adalah Umar, yang paling pemalu adalah Utsman, yang
paling mengetahui tentang halal dan haram adalah Muadz bin Jabal, yang paling hafal tentang
Alquran adalah Ubay (bin Ka’ab), dan yang paling mengetahui ilmu waris adalah Zaid bin
Tsabit. Setiap umat mempunyai seorang yang terpercaya, dan orang yang terpercaya di
kalangan umatku adalah Abu Ubaidah bin al-Jarrah.” (HR. Ahmad dalam Musnad-nya 3:184)
Utsman bin Affan, khalifah rasyid yang ketiga.
Ia dianggap sosok paling kontroversial dibanding tiga khalifah rasyid yang lain.
Mengapa dianggap kontroversial? Karena ia dituduh seorang yang nepotisme,
mengedepankan nasab dalam politiknya bukan kapasitas dan kapabilitas. Tentu saja hal itu
tuduhan yang keji terhadap dzu nurain, pemiliki dua cahaya, orang yang dinikahkan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan dua orang putrinya.
F. Biografi Ali Bin Abi Thalib
Nama lengkapnya ialah Ali bin Abi Thalib bin Abd. Al-Mutthalib bin Hasyim bin
Abd. Al-Mabaf al-Hasyimi al-Quraisyiy. Dilahirkan sepuluh tahun sebelum Nabi menjadi
Rasul. Ia lahir di Mekah pada tahun 603 M, dan  wafat di Kufah pada 17 Ramadahan 40 H/
24 Januari 661 M. Beliau merupakan khalifah keempat ( terakhir) dari khulafa ar- rasyidin
(  empat khalifah besar); beliaulah yang pertama masuk Islam dari kalangan anak- anak,
disamping itu, ia adalah sepupu dari Nabi saw. yang kemudian menjadi menantunya.
Ayahnya, Abu Thalib bin Abdul Mutthalib bin Hasyim bin Abd. Manaf, adalah kakak
kandung ayah Nabi saw. Abdullah bin Abd. Mutthalib. Ibunya bernama Fatimah binti As’ad
bin Hasyim bin Abd. Manaf. Sewaktu lahir ia diberi nama Haidarah oleh ibunya. Nama itu
kemudian diganti ayahnya dengan Ali. Para sejarawan berpendapat bahwa kulit beliau
berwarna hitam manis, berjenggot tebal, lelaki kekar, berbadan besar,berwajah tampan, dan
kunniyahnya adalah Abu Al-Hasan atau Abu Turob. Ketika beruasia 6 tahun, ia diambil
sebagai anak asuh oleh Nabi saw., sebagaimana Nabi pernah diasuh oleh ayahnya. Pada
waktu Muhammad saw. Diangkat menjadi rasul, Ali baru menginjak usia 8 tahun. Ia adalah
orang kedua yang menerima dakwah Islam setelah Khadijah binti Khuwailid, istri Nabi saw.
Sejak itu ia selalu bersama Rasulullah saw. Taat kepadanya, dan banyak
menyaksikan  Rasulullah  saw. menerima wahyu. Sebagai anak asuh Rasulullah saw, ia
banyak menimba ilmu mengenai rahasia ketuhanan maupun segala persoalan keagamaan
secara teoritis dan praktis.
Sewaktu Nabi saw. Hijrah ke Madinah bersama Abu Bakr as-Siddiq, Ali diperintahkan untuk
tetap tinggal di rumah Rasulullah saw. Dan tidur di tempat tidurnya. Ini dimaksudkan untuk
memperdaya kaum Quraisy, supaya mereka menyangka bahwa Nabi saw masih berada di
rumahnya. Ketika itu kaum Quraisy merencanakan untuk mmebunuh Nabi saw. Ali juga
ditugaskan untuk mengembalikan sejumlah barang titipan kepada pemilik masing – masing.
Ali mampu melaksanakan tugas yang penuh resiko itu dengan sebaik – baiknya tanpa
sedikitpun merasa takut. Dengan cara itu Rasulullah saw. Dan Abu Bakar selamat
meninggalkan kota Mekah tanpa diketahui oleh kaum Quraisy Setelah mendengar Rasulullah
saw. Dan Abu Bakar telah sampai ke Madinah, ali pun menyusul ke sana. Di Madinah, ia
dinikahkan dengan Fatimah az- Zahrah, putri Rasulullah saw. Yang ketika itu (2 H) berusia
15 tahun. Ali menikah dengan 9 wanita dan mempunyai 19 orang putra- putri. Fatimah adalah
istri pertama. Dari Fatimah, Ali mendapat dua putra dan dua putri, yaitu Hasan dan Husein,
Zainab dan Ummu Kulsum yang kemudian diperistri oleh Umar bin Khattab. Setelah Fatimah
wafat, Ali menikah lagi berturut- turut dengan: 1) Ummu Bamin binti Huzam dari Bani Amir
bin Kilab, yang melahirkan empat putra, yaitu Abbas, Ja’far, Abdullah, dan Usman; 2) Laila
binti Mas’ud at-Tamimiah, yang melahirkan dua putera, yaitu Abdullah dan Abu Bakar; 3)
Asma binti Umair al-Kuimiah, yang melahirkan dua putera, yaitu Yahya dan Muhammad; 4)
As- Sahba binti Rabi’ah dari Bani Jasym bin Bakar, seorang janda dari Bani Taglab, yang
melahirkan dua anak, Umar dan Ruqayyah; 5) Umamah bin Abi Ass bin ar- Rabb, putri
Zaenab binti Rasulullah saw. Yang melahirkan satu anak, yaitu Muhammad; 6) Khanlah binti
Ja’far al-Hanafiah, yang melahirkan seorang putra, yaitu Muhammad (al-Hanafiah); 7)
Ummu Sa’id binti Urwah bin Mas’ud, yang melahirkan dua anak, yaitu Ummu al- Husain
dan Ramlah; dan 8) Mahya binti Imri’ al-Qais al- Kalbiah, yang melahirkan seorang anak
bernama Jariah. Ali dikenal sangat sederhana dan Zahid dalam kehidupan sehari – hari. Tidak
tampak perbedaan dalam kehidupan rumah tangganya antara sebelum dan sesudah diangkat
sebagai khalifah. Kehidupan sederhana itu bukan hanya diterapkan kepada dirinya, melainkan
juga kepada putra- putrinya.Ali  terkenal sebagai panglima perang yang gagah perkasa.
Keberaniannya menggetarkan hati lawan- lawannya. Ia mempunyai sebilah pedang (warisan
dari Nabi saw.) bernama “Zul Faqar”. Ia turut serta pada hampir semua peperangan yang
terjadi di masa Nabi saw. Dan selalu menjadi andalan pada barisan terdepan.Ia juga dikenal
cerdas dan menguasai banyak masalah keagamaan secara mendalam, sebagaimana tergambar
dari sabda Nabi saw. “ Aku kota ilmu pengetahuan sedang Ali pintu gerbangnya” karena itu,
nasihat dan fatwanya selalu di dengar para khalifah sebelumnya. Ia selalu ditempatkan pada
jabatan qadi atau muftih. Sepanjang masa kenabian Muhammad saw. Ali selalu terlibat dalam
setiap permasalahan pribadi dan sosial Rasulullah saw. Selama itu pula keselamatannya
selalu terancam. Tapi, imannya tidak pernah goyah, apalagi merosot meski sekejap mata.
Salah satu keistimewaanya, Ali memiliki pemahaman multi dimensional yang luas dan
mendetail. Setelah Rasulullah belum ada yang mengungguli Ali dalm kecerdasan dan
kecemerlangan berfikir. Demikian juga penguasaan terhadap sastra al-Qur’an. Urusan
kemanusiaan, belum ada orang yang sepadan dengan Ali, apalagi dalam hal kepahlawanan
atau keberanian, niscaya tiada orang yang mampu menandinginya. Ali adalah singa podium
dan gelanggang. Ali adalah pembela umat manusia, tokoh persatuan dan politik. Ali adalah
musuh paling gigih bagi segala bentuk anti kemanusiaan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Mulai dari masa Abu Bakar sampai kepada Ali dinamakan periode Khilafah
Rasyidah. Para khalifahnya disebut al-Khulafa’ al-Rasyidun, (khalifah-khalifah yang
mendapat petunjuk). Ciri masa ini adalah para khalifah betul-betul menurut teladan nabi.
Setelah periode ini, pemerintahan Islam berbentuk kerajaan. Kekuasaan diwariskan secara
turun temurun. Selain itu, seorang khalifah pada masa khilafah Rasyidah, tidak pernah
bertindak sendiri ketika negara menghadapi kesulitan; Mereka selalu bermusyawarah dengan
pembesar-pembesar yang lain. Sedangkan para penguasa sesudahnya sering bertindak
otoriter.
Kedudukan sebagai khalifah kemudian dijabat oleh putra Ali yaitu Hasan selama
beberapa bulan. Namun, karena Hasan menginginkan perdamaian dan menghindari
pertumpahan darah, maka Hasan menyerahkan jabatan kekhalifahan kepada Muawiyah bin
Abu Sufyan. Dan akhirnya penyerahan kekuasaan ini dapat mempersatukan umat Islam
kembali dalam satu kepemimpinan politik, di bawah Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Di sisi lain,
penyerahan itu juga menyebabkan Mu’awiyah menjadi penguasa absolut dalam Islam. Tahun
41 H (661 M), tahun persatuan itu, dikenal dalam sejarah sebagai tahun jama’ah. Dengan
demikian berakhirlah masa yang disebut dengan masa Khulafa’ur Rasyidin, dan dimulailah
kekuasaan Bani Umayyah dalam sejarah politik Islam.

B. Saran
Dari uraian di atas, maka dalam kesempatan ini penulis ingin memberikan saran
khususnya kepada penulis sendiri umumnya kepada kaum muslim untuk senantiasa
mengambil pelajaran dari sejarah Khulafaur Rasyidin, yang dipimpin oleh sahabat-sahabat
Rasulullah.
C. Daftar Pustaka

Sayyid Al- Mursalin, Khulasah Nurul Yakin


Buku materi kajian Islam, Khulafaur Rasyidin
Muhammad Ridha, Khulafaur Rasyidin yang agung
https://id.wikipedia.org/wiki/Khulafaur_Rasyidin

Anda mungkin juga menyukai