KHULAFAUR RASYIDIN
Dosen Pengampu :
Ramadhani Al Barauwi,M.Pd.I
Disusun Oleh :
Nirwana
Norlia Ulfa
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam. Dialah yang menganugrahkan Al-
Qur’an sebagai hudan li al-nas (petunjuk bagi seluruh manusia) dan rohmatan lil
‘alamin (rahmat bagi seluruh alam). Dialah yang telah mengumpulkan Al-Qur’an dalam dada
Nabi Muhammad SAW sampai kesucian-Nya dapat sampai kepada kita hari ini atas izin
Allah SWT.
Salawat bertangkaikan salam semoga tercurah limpahkan kepada Baginda Nabi
Muhammad SAW yanbg menjadi utusan dan manusia pilihan-Nya sebagai penyampai,
pengamal, hingga penafsir pertama Al-Qur’an. Yang membawa kitab pusaka, yang menjadi
penerang bagi seluruh umat dan merupakan penyempurna kitab-kitab samawi sebelumnya.
Atas pertolongan dan hidayah-Nyalah makalah yang membahas tentang pengertian
Khulafaur Rasyidin dan hal-hal yang di bawa oleh empat pemimpin umat islam .
Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama
disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bimbingan
dan bantuan dari pihak lain, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Karena itu, sudah
sepantasnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
arahan dan bimbingan kepada kami setiap saat.
Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran,
penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang
lebih baik lagi. Harapan kami, semoga makalah yang sederhana ini dapat berguna bagi kita
semua.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................2
Kesimpulan....................................................................................................................8
Saran............................................................................................................................. 9
Daftar pustaka..............................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Khulafaur Rasyidin adalah empat orang khalifah (pemimpin) pertama agama Islam,
yang dipercaya oleh umat Islam sebagai penerus kepemimpinan setelah Nabi Muhammad
wafat. Empat orang tersebut adalah para sahabat dekat Muhammad yang tercatat paling dekat
dan paling dikenal dalam membela ajaran yang dibawanya di saat masa kerasulan
Muhammad. Keempat khalifah tersebut dipilih bukan berdasarkan keturunannya, melainkan
berdasarkan konsensus bersama umat Islam.
Sistem pemilihan terhadap masing-masing khalifah tersebut berbeda-beda, hal
tersebut terjadi karena para sahabat menganggap tidak ada rujukan yang jelas yang
ditinggalkan oleh Nabi Muhammad tentang bagaimana suksesi kepemimpinan Islam akan
berlangsung. Namun penganut paham Syi’ah meyakini bahwa Muhammad dengan jelas
menunjuk Ali bin Abi Thalib, khalifah ke-4 bahwa Muhammad menginginkan
keturunannyalah yang akan meneruskan kepemimpinannya atas umat Islam, mereka merujuk
kepada salah satu hadits Ghadir Khum.
Secara resmi istilah Khulafaur Rasyidin merujuk pada empat orang khalifah pertama
Islam, namun sebagian ulama menganggap bahwa Khulafaur Rasyidin atau khalifah yang
memperoleh petunjuk tidak terbatas pada keempat orang tersebut di atas, tetapi dapat
mencakup pula para khalifah setelahnya yang kehidupannya benar-benar sesuai dengan
petunjuk al-Quran dan sunnah. Salah seorang yang oleh kesepakatan banyak ulama dapat
diberi gelar khulafaur rasyidin adalah Umar bin Abdul-Aziz, khalifah Bani Umayyah ke-8.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah pada masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq?
2. Bagaimana sejarah pada masa Khalifah Umar bin Khattab?
3. Bagaimana sejarah pada masa Khalifah Utsman bin Affan?
4. Bagaimana sejarah pada masa Ali bin Abi Thalib?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui sejarah pembentukan Khulafaur Rasyidin.
2. Mengetahui siapa saja Khulafaur Rasyidin dan bagaimana sistem politik pemerintahannya.
3. Sebagai bahan pelajaran dan kajian ilmu pengetahuan dalam syi’ar Islam hingga di zaman
sekarang.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Khulafaur Rasyidin
Khulafaur Rasyidin adalah kekhalifahan Islam yang berdiri setelah meninggalnya
Nabi Muhammad SAW pada tahun 632 M atau 11 Hijriyah . Khulafaur Rasyidin berasal dari
kata khulafah dan ar-rasyidin. Khulafah adalah bentuk jamak dari kata khalifah yang berarti
pengganti, pemimpin, atau penguasa yang diangkat. Sedangkan ar-rasyidin adalah bentuk
jamak dari ar-rasyid yang berarti orang yang mendapat petunjuk. Khulafaur Rasyidin
memegang kendali pemerintahan Islam selama 30 tahun dari 11 H hingga 40 H atau 632-660
M.
Khulafaur Rasyidin adalah empat orang khalifah (pemimpin) pertama dalam Islam, pasca
kepemimpinan Rasulullah SAW. yang terdiri dari empat sahabat, adalah: pertama, Abu
Bakar, kedua, Umar bin Khattab, ketiga, Utsman bin ‘Affan, keempat, Ali bin Abi
Thalib.yang dipercaya oleh umat Islam sebagai penerus kepemimpinan setelah Nabi
Muhammad wafat. Empat orang tersebut adalah para sahabat dekat Muhammad yang tercatat
paling dekat dan paling dikenal dalam membela ajaran yang dibawanya di saat masa
kerasulan Muhammad. Keempat khalifah tersebut dipilih bukan berdasarkan keturunannya,
melainkan berdasarkan konsensus bersama umat Islam.
Sistem pemilihan terhadap masing-masing khalifah tersebut berbeda-beda, hal
tersebut terjadi karena para sahabat menganggap tidak ada rujukan yang jelas yang
ditinggalkan oleh Nabi Muhammad tentang bagaimana suksesi kepemimpinan Islam akan
berlangsung. Namun penganut paham Syi’ah meyakini bahwa Muhammad dengan jelas
menunjuk Ali bin Abi Thalib, khalifah ke-4 bahwa Muhammad menginginkan
keturunannyalah yang akan meneruskan kepemimpinannya atas umat Islam, mereka merujuk
kepada salah satu hadits Ghadir Khum. Secara resmi istilah Khulafaur Rasyidin merujuk pada
empat orang khalifah pertama Islam, namun sebagian ulama menganggap bahwa Khulafaur
Rasyidin atau khalifah yang memperoleh petunjuk tidak terbatas pada keempat orang tersebut
di atas, tetapi dapat mencakup pula para khalifah setelahnya yang kehidupannya benar-benar
sesuai dengan petunjuk al-Quran dan sunnah. Salah seorang yang oleh kesepakatan banyak
ulama dapat diberi gelar khulafaur rasyidin adalah Umar bin Abdul-Aziz, khalifah Bani
Umayyah ke-8.
B. Khalifah Abu Bakar As-shiddiq
A. Biografi Abu Bakar Ash-Shiddiq
Sebelum memeluk agama islam beliau bernama Abdul Ka’bah dan setelah memeluk
islam namanya di ganti oleh Rasulullah SAW menjadi Abdullah ibnu Abi Quhafah At-
Tamim.Panggilan Abu Bakar Shidiq ini sebenarnya adalah sebagai gelar saja. “Abu” artinya
bapak, “Bakar” artinya dengan segera (beliau dinamai demikian karena beliau masuk Islam
dengan segera, mendahului yang lain). Kemudian “Ash-Shiddiq”, artinya “yang amat
membenarkan”. Karena beliau amat membenarkan berbagai pengalaman dan ajaran yang
dibawa Nabi Muhammad SAW, terutama peristiwa Isra Mi’raj. Beliau lahir pada tahun 568
M sebelum hijrah, ayahnya bernama Abu Quhafah bin Amir dan ibunya bernama Salma
Ummul Khair.
Abu Bakar berasal dari kabilah Taim bin Murrah bin Ka’b. Abu Bakar itu tidak terbatas
hanya pada kabilahnya saja seperti yang sudah kami sebutkan sebutkan, tetapi mereka
memulai juga dengan menyebut namanya dan nama kedua orang tuanya. Lalu melangkah ke
masa anak-anak, masa muda dan masa remaja, sampai apa yang dikerjakannya. Disebutkan
bahwa namanya Abdullah Abi Quhafah, dan Abu Quhafah ini pun nama sebenarnya Usman
bin Amir, dan ibunya, Ummul Khair, sebenarnya Salma bint Sakhr bin Amir.
Dan ada juga yang mengatakan Abu Bakar tadinya bernama Atiq, karena dari pihak ibunya
tak pernah ada anak laki-laki yang hidup. Lalu ibunya bernazar jika ia melahirkan anak laki-
laki akan diberi nama Abdul Ka’bah dan akan disedekahkan kepada Ka’bah. Sesudah Abu
Bakar hidup dan menjadi besar, ia diberi nama Atiq , seolah ia telah dibebaskan dari maut.
Tetapi sumber-sumber itu lebih jauh menyebutkan bahwa Atiq itu bukan namanya, melainkan
suatu julukan karena warna kulitnya yang putih. Sumber yang lain lagi malah menyebutkan,
bahwa ketika Aisyah putrinya ditanyai; mengapa Abu Bakar diberi nama Atiq ia menjawab:
Rasulullah memandang kepadanya lalu katanya: Ini yang dibebaskan Allah dari neraka; atau
karena suatu hari Abu Bakar datang bersama sahabat-sahabatnya lalu Rasulullah berkata:
Barang siapa yang ingin melihat orang yang dibebaskan dari neraka lihatlah ini.
Tentang pribadinya, Abu Bakar, terkenal sebagai orang yang berakhlak mulia, jujur, cerdas,
cakap, kuat kemauan dan pemberani, tetapi beliau terkenal pula sebagai orang yang rendah
hati pemaaf dan dermawan.Pada masa jahiliyyah, Abu Bakar adalah seorang saudagar kaya.
Ia sering melakukan perjalanan perdagangan untuk menjaja barang dagangannya. Dalam
pekerjaannya sebagai saudagar, ia selalu jujur sehingga banyak keuntungan yang
diperolehnya karena percaya dengan timbangan yang dilakukannya. Kejujuran ini terus
terbawa sampai ia masuk Islam dan selalu mendampingi Nabi Muhammad saat suka dan
duka.
Beliau mempunyai kekayaan yang besar sebelum dia masuk Islam, tetapi setelah ia
menyatakan sebagai pengikut setia Nabi Muhammad SAW, dan ikut hijrah ke Madinah, harta
kekayaannya tinggal sedikit. Hal ini disebabkan karena setiap dia melihat adanya
penganiayaan seorang hamba sahaya, ia beli kemudian dibebaskannya.
Oleh karena semua itu, bukan saja ia laki-laki dewasa yang pertama masuk Islam, tetapi juga
orang yang paling banyak berkorban, paling teguh, di samping orang yang tenang dan patuh
di antara para sahabat Nabi yang lain.Sebagaimana yang juga dialami oleh para pemeluk
Islam pada masa awal. Ia juga mengalami penyiksaan yang dilakukan oleh penduduk Mekkah
yang mayoritas masih memeluk agama nenek moyang mereka. Namun, penyiksaan terparah
dialami oleh mereka yang berasal dari golongan budak. Sementara para pemeluk non budak
biasanya masih dilindungi oleh para keluarga dan sahabat mereka, para budak disiksa
sekehendak tuannya. Hal ini mendorong Abu Bakar membebaskan para budak tersebut
dengan membelinya dari tuannya kemudian memberinya kemerdekaan.
Beberapa budak yang ia bebaskan antara lain : Bilal bin Rabah, Abu Fukaifah,
Ammar, Abu Fuhaira, Lubainah, An Nahdiah, Ummu Ubays, dan Zinnira
B. Aktifitas Dakwah Abu Bakar Shiddiq
Sejak hari pertama Abu Bakar sudah bersama-sama dengan Muhammad melakukan
dakwah demi agama Allah. keakraban masyarakatnya dengan dia, kesenangannya bergaul
dan mendengarkan pembicaraannya. besar pengaruhnya terhadap muslimin yang mula-mula
itu dalam islam itu. yang mengikuti jejak Abu bakar menerima islam ialah Usman bin Affan,
abdur-Rahman bin auf, talhah bin ubaidillah, sa’ad bin abi waqqas dan zubair bin awam.
sesudah mereka yang kemudian menyusul masuk islam atas ajakan abu bakar ialah abu
ubaidah bin jarrah dan banyak lagi yang lain dari penduduk mekah.
Adakalanya orang akan merasa heran betapa Abu Bakar tidak merasa ragu menerima Islam
ketika pertama kali disampaikan Muhammad kepadanya itu. Dan karena menerimanya tanpa
ragu itu kemudian Rasulullah berkata : “Tak seorang pun yang pernah kuajak memeluk Islam
yang tidak tersendat-sendat dengan begitu berhati-hati dan ragu, kecuali Abu Bakar bi abu
Qufahah. Ia tidak menuggu-nunggu dan tidak ragu ketika kusampaikan kepadanya.”
C . Membela dan melindungi Rasulullah
Ketika agama Islam yang dibawa Rasulullah belum banyak pengikutnya, masyarakat
kafir Quraisy dengan segala cara menghalang-halangi dakwah yang disampaikan rasulullah.
Bahkan seringkali orang-orang kafir Quraisy menggunkan cara-cara kekerasan untuk
melawan Rasulullah dan pengikutnya.
Abu Bakar Shidiq dipilih oleh Nabi Muhammad menjadi sahabat dalam perjalanan menuju
Madinah ketika hijrah. Peran yang dimainkan Abu Bakar Siddiq ini ketika di Mekah sangat
besar sekali. Di bidang materi, segala kekayaan yang dimilikinya digunakan untuk
perjuangan dan kejayaan Islam, dan demi kebenaran ajaran yang dibawa Nabi Muhammad
SAW. Abu Bakar selalu mendampingi Nabi dalam saat suka dan duka.
Beberapa contoh peristiwa yang memperlihatkan betapa Abu Bakar sangat membela dan
melindungi Rasulullah, yakni:
1. Pengorbanan dan jasanya ketika berdakwah di Mekah besar sekali. Ia berusaha
melindungi Nabi Muhammad ketika banyak orang kafir Quraisy mengejek dan
menganggap Nabi Muhammad orang tak waras. Dialah yang memberikan
perlindungan Nabi saat mendapat kejaran para pemuda kafir Quraisy yang berusaha
mengejar Nabi waktu perjalanan ke Madinah.
2. Pada waktu Rasulullah sedang melaksanakan shalat, tiba-tiba seorang kafir quraisy
yang bernama Uqbah bin abi Muaith menjerat leher rasulullah. Melihat rasulullah
dalam keadaan bahaya,Abu Bakar langsung mendekati Uqbah dan membantingnya,
sehingga rasulullah selamat tanpa cidera.
3. Pada waktu peristiwa Isra’ Mi’raj orang-orang kafir quraisy menentang apa yang
diceritakan oleh Rasulullah, diantara kaum Quraisy yang termasuk golongan awal
yang mempercayai certa tentang Isra’ Mi’raj adalah Abu Bakar.
4. Pada waktu menghadapi perang badar yaitu: perang pertama antara kaum muslimin
dengan kafir Quraisy, Abu Bakar lah yang pertama menjawab pertanyaan Rasulullah
tentang kesiapan pasukan kaum muslimin. Abu Bakar menjawab siap membela islam
dan Rasulullah SAW. Jawaban Abu Bakar menjadi pemicu semangat para sahabat
lainnya, baik dari Anshar maupun Muhajirin.
Ketika berada di Madinah, Abu Bakar juga selalu mendampingi Nabi Muhammad dan
berusaha membantu Nabi dalam proses penyebaran agama Islam di kalangan masyarakat
Madinah, yang terdiri dari masyarakat yang beragama Yahudi, Nashrani dan penganut
kepercayaan lainnya.
Peran Abu Bakar ketika di Madinah ialah, beliau selalu ikut bersama Rasulullah berperang
melawan kekuatan yang menentang ajaran Nabi Muhammad SAW antara lain dalam perang
Badar, perang Uhud, perang Khandak, dan peperangan-peperangan lainnya pada waktu itu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mulai dari masa Abu Bakar sampai kepada Ali dinamakan periode Khilafah
Rasyidah. Para khalifahnya disebut al-Khulafa’ al-Rasyidun, (khalifah-khalifah yang
mendapat petunjuk). Ciri masa ini adalah para khalifah betul-betul menurut teladan nabi.
Setelah periode ini, pemerintahan Islam berbentuk kerajaan. Kekuasaan diwariskan secara
turun temurun. Selain itu, seorang khalifah pada masa khilafah Rasyidah, tidak pernah
bertindak sendiri ketika negara menghadapi kesulitan; Mereka selalu bermusyawarah dengan
pembesar-pembesar yang lain. Sedangkan para penguasa sesudahnya sering bertindak
otoriter.
Kedudukan sebagai khalifah kemudian dijabat oleh putra Ali yaitu Hasan selama
beberapa bulan. Namun, karena Hasan menginginkan perdamaian dan menghindari
pertumpahan darah, maka Hasan menyerahkan jabatan kekhalifahan kepada Muawiyah bin
Abu Sufyan. Dan akhirnya penyerahan kekuasaan ini dapat mempersatukan umat Islam
kembali dalam satu kepemimpinan politik, di bawah Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Di sisi lain,
penyerahan itu juga menyebabkan Mu’awiyah menjadi penguasa absolut dalam Islam. Tahun
41 H (661 M), tahun persatuan itu, dikenal dalam sejarah sebagai tahun jama’ah. Dengan
demikian berakhirlah masa yang disebut dengan masa Khulafa’ur Rasyidin, dan dimulailah
kekuasaan Bani Umayyah dalam sejarah politik Islam.
B. Saran
Dari uraian di atas, maka dalam kesempatan ini penulis ingin memberikan saran
khususnya kepada penulis sendiri umumnya kepada kaum muslim untuk senantiasa
mengambil pelajaran dari sejarah Khulafaur Rasyidin, yang dipimpin oleh sahabat-sahabat
Rasulullah.
C. Daftar Pustaka